NIM : 043775373
Prodi : Ilmu Komunikasi
Organisasi sebagai sebuah sistem terbuka harus menyadari bahwa ia hidup dalam sebuah
lingkungan tertentu dan langsung ataupun tidak langsung, tergantung dengan lingkungan
tersebut. Organisasi harus sejak awal menyadari bahwa hubungan antara dirinya dan
lingkungan adalah hubungan yang saling menguntungkan, seimbang, serta berasaskan
komunikasi dua arah yang timbal balik. Hanya dalam kerangka hubungan semacam inilah
organisasi dapat bertahan dan eksis untuk terus merealisasikan tujuan-tujuannya. Kehadiran
humas dalam sebuah organisasi menjadi sangat diperlukan karena humaslah yang bertugas
sebagai penghubung antara organisasi dan lingkungannya. Demikian pula sebaliknya.
Menurut Grunig (1989), ada dua jenis world view yang bisa dianut oleh sebuah organisasi. la
menyebutnya sebagai symmetrical world view dan asymmetrical world view atau bisa kita
terjemahkan sebagai paradigma simetris dan paradigma asimetris.
Mengetahui simetris dan asimetri dalam organisasi sama penting dengan mengetahui hal yang
sama dalam komunikasi dengan tujuan untuk dapat memberikan penjelasan yang tepat tentang
simetri dan asimetri dalam humas. Menurut Grunig, terdapat beberapa presuposisi yang
menunjukkan bahwa sebuah organisasi menjalankan fungsinya secara simetris (Grunig. 1989
dalam Grunig 1992).
3. Equity (kesamaan). Karena organisasi merupakan sistem yang terdiri dari subsitem subsitem,
muka kerjasama antar subsitem tersebut tidak terelakkan. Dalam pandangan organisasi yang
simetris, individu-individu yang tergabung dalam subsistem-subsistem tersebut harus diberikan
peluang yang sama untuk meraih prestasi (achievement), tanpa adanya diskriminasi latar
belakang pendidikan, gender, ataupun jabatan
4. Autonomy (otonomi), Menurut Grunig, otonomi yang diberikan kepada individu akan semakin
membuka keran inovasi, kreativitas, dan kepuasan kerja. Kontrol tetap diperkukan, namun
diterapkan secara proporsional dan adil.
1. Internal orientation (orientasi internal). Kesalahan terbesar dari anggota suatu organisasi
adalah ketika mereka menilai sistem atau subsistem diluar mereka menggunakan kacamata
mereka sendiri. Hal ini berpotensi menimbulkan sikap menang sendiri dan cenderung untuk
mengurangi probabilitas kerjasama dengan sistem atau subsistem hin. Dan meskipun terjadi
interaksi dan komunikasi, maka kemungkinan terbentuk manipulasi, dan konflik sangat besar.
2. Efficiency (efisiensi). Istilah efisien (si) dianggap sebagai suatu hal yang semestinya dalam
menjalankan sebuah organisasi. Akan tetapi dalam persaingan usaha ketat, efisiensi, yang
bermula dari ide penghematan (cost efficiency), akan menyebabkan stagransi karena inovasi
anggota terkekang
3. Elitism (clitisme). Dalam konsep elitisme, pemimpin organisasi (termasuk manajer dan
penyelia) dianggap mengetahui segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan mereka
dibandingkan dengan anggota biasa dan stakeholdernya. Dalam konteks keorganisasian, hal
tersebut akan membahayakan iklim komunikasi organisasi karena bawahan cenderung
menutup diri untuk memberikan ide-ide kreatif mereka (Coady, 2007).
5. Tradition (tradisi). Tradisi disini diartikan sebagai usaha yang dilakukan organisasi untuk
mempertahankan nilai-nilai luhur yang dianut. Budaya organisasi perlu dipertahankan karena
dipandang sebagai pembentuk dari kesuksesan. Tradisi baik bisa dipertahankan, namun
sesuatu yang bisa menghambat kemajuan dari organisasi perlu didekonstruksi atau
restrukturisasi
b) Identifikasilah mengapa hubungan yang simetris dianggap ideal dalam praktik Humas!
Kegiatan kehumasan dilakukan oleh sebuah organisasi untuk mencapai pengertian bersama
dengan publiknya. Dalam pandangan humas yang simetris pengertian bersama tersebut dicapai
melalui pengelolaan konflik yang profesional dengan memberikan solusi positif untuk
peningkatan pemahaman bersama. Sekaligus membangun hubungan yang kondusif dengan
publik.
Humas yang simetris adalah memberikan arahan yang ideal tentang peran kegiatan
kehumasan. Humas tidak akan mencapai peran terbaiknya apabila organisasi menjalankan
budaya otoriter, manipulatif, ataupun mengekang kreativitas anggota. Humas yang asimetris
adalah ketika organisasi mencoba untuk mengubah opini publik namun mereka tidak berusaha
untuk mengubah perilaku atau budaya organisasi sesuai dengan tuntutan atau kebutuhan
publiknya.
Grunig menyatakan bahwa untuk sebuah organisasi, agar bisa bertahan dalam lingkungannya
dengan baik dan mampu menjalin hubungan yang positif dengan lingkungn tersebut, organisasi
tersebut memerlukan paradigma yang simetris (Grunig dan White, 1992). Sebaliknya, sebuah
organisasi tidak akan dapat bertahan lama dalam sebuah lingkungan jika ia memiliki
seperangkat paradigma yang asimetris.
2. Sebuah pabrik tekstil mendapatkan protes keras dari warga setempat karena tidak mengelola
limbah produksi dengan benar. Warga, melalui tokoh masyarakat, menyampaikan beberapa
tuntutan ganti rugi kepada perusahaan atas pencemaran lingkungan yang mereka rasakan.
Warga menyampakian keluhan dan tuntutan tersebut langsung kepada pemilik pabrik agar
kasus tersebut mendapatkan perhatian serius dari perusahaan.
Kelompok warga di atas termasuk ke dalam jenis publik Single Issue Publik, yakni publik yang
aktif pada bagian-bagian tertentu dari suatu masalah (bukan pada keseluruhan masalah).
Publik yang berupa tokoh masyarakat dari komunitas setempat, mereka akan memberikan
perhatian pada masalah yang berkait dengan komunitas. Seperti contoh kasus di atas
pencemaran lingkungan di mana warga
melalui tokoh masyarakat menyampaikan beberapa tuntutan ganti rugi kepada perusahaan atas
pencemaran lingkungan yang mereka rasakan.
Single issue publics, mereka memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Contoh dari publik ini
adalah konsumen, pemegang saham, dan tokoh masyarakat setempat. Untuk lebih jelasnya,
dapat dilihat pada kasus berikut. Jika ada kerusakan produk, hanya publik konsumen yang
berkepentingan dan ini pun hanya sebagian kecil konsumen yang secara aktif melakukan
komplain Demikian juga dengan pemegang saham, mereka hanya akan memberikan perhatian
pada isu yang berkait masalah modal atau saham.
Sumber :
Dwi Dayanti, Liestianingsih dkk. (2022). Hubungan Masyarakat. Tangerang Selatan : Indonesia.
https://www.slideshare.net/budisantosoichsan/hubungan-masyarakat-asimetris-dan-simetris