6PA - UAS Etika Profesi Ashar Aziz Afifi 22141032
6PA - UAS Etika Profesi Ashar Aziz Afifi 22141032
(SMP/MTs-SMA/MA)?
4. Etika yang berarti adat istiadat atau tingkah laku atau aturan hidup
3. Perbedaan kualifikasi pengawas sekolah antara PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Sekolah
Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas (SMA/MA)
dapat bervariasi tergantung pada kebijakan dan persyaratan yang berlaku di setiap negara atau
sistem pendidikan. Namun, berikut ini adalah gambaran umum mengenai perbedaan kualifikasi
yang dapat diharapkan untuk pengawas sekolah di jenjang-jenjang tersebut:
a. Pengawas Sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini):
▪ Kualifikasi akademik: Seorang pengawas sekolah PAUD biasanya memiliki gelar
sarjana pendidikan atau psikologi yang relevan dengan pendidikan anak usia dini.
Mereka mungkin juga telah mengikuti pelatihan khusus dalam pengawasan
pendidikan anak usia dini.
▪ Kualifikasi non-akademik: Kualifikasi non-akademik untuk pengawas sekolah
PAUD melibatkan pengetahuan dan pengalaman dalam mengelola program
pendidikan anak usia dini, pemahaman tentang perkembangan anak, serta
keterampilan komunikasi dan manajemen yang baik.
b. Pengawas Sekolah Dasar (SD):
▪ Kualifikasi akademik: Seorang pengawas sekolah dasar biasanya memiliki gelar
sarjana pendidikan dengan spesialisasi dalam pendidikan dasar. Mereka juga
dapat memiliki pengalaman mengajar yang relevan di tingkat sekolah dasar.
▪ Kualifikasi non-akademik: Kualifikasi non-akademik untuk pengawas sekolah
dasar melibatkan pemahaman tentang kurikulum dan kebijakan pendidikan dasar,
kemampuan manajerial dalam mengelola dan memimpin sekolah, serta
kemampuan komunikasi yang baik dengan siswa, guru, dan orang tua.
c. Pengawas Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs):
▪ Kualifikasi akademik: Seorang pengawas sekolah menengah pertama biasanya
memiliki gelar sarjana pendidikan dengan spesialisasi dalam pendidikan
menengah pertama. Mereka juga dapat memiliki pengalaman mengajar yang
relevan di tingkat sekolah menengah pertama.
▪ Kualifikasi non-akademik: Kualifikasi non-akademik untuk pengawas sekolah
menengah pertama meliputi pemahaman yang mendalam tentang kurikulum dan
kebijakan pendidikan menengah pertama, kemampuan manajerial dalam
mengelola dan memimpin sekolah, serta keterampilan komunikasi yang efektif
dengan siswa, guru, dan orang tua.
d. Pengawas Sekolah Menengah Atas (SMA/MA):
▪ Kualifikasi akademik: Seorang pengawas sekolah menengah atas biasanya
memiliki gelar sarjana pendidikan dengan spesialisasi dalam pendidikan
menengah atas. Mereka juga dapat memiliki pengalaman mengajar yang relevan
di tingkat sekolah menengah atas.
▪ Kualifikasi non-akademik: Kualifikasi non-akademik untuk pengawas sekolah
menengah atas meliputi pemahaman yang efektif dengan siswa, guru, dan orang
tua
4. Etika profesional kependidikan biasanya diatur oleh pemerintah melalui kebijakan, peraturan,
atau kode etik yang berlaku di negara atau wilayah tertentu. Tujuan dan kegunaan adanya aturan
etika profesional kependidikan antara lain:
a. Mengarahkan perilaku yang baik: Aturan etika profesional memberikan pedoman bagi
para tenaga kependidikan untuk menjalankan tugas mereka dengan integritas, kejujuran,
dan tanggung jawab. Aturan ini membantu mengarahkan perilaku yang baik dan
mendorong praktik terbaik dalam profesinya.
b. Meningkatkan standar: Aturan etika profesional kependidikan bertujuan untuk
meningkatkan standar dalam bidang pendidikan. Mereka menetapkan harapan yang jelas
tentang perilaku dan praktik yang diharapkan dari para tenaga kependidikan. Dengan
mengikuti aturan ini, tenaga kependidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran dan pengajaran.
c. Melindungi kepentingan siswa: Salah satu tujuan utama aturan etika profesional
kependidikan adalah melindungi kepentingan siswa. Aturan ini menekankan pentingnya
memprioritaskan kepentingan dan kebutuhan siswa dalam praktik pendidikan. Hal ini
termasuk memastikan keamanan, kesejahteraan, hak-hak, dan pengembangan akademik
serta sosial mereka.
d. Membangun kepercayaan: Aturan etika profesional kependidikan membantu membangun
kepercayaan antara para tenaga kependidikan, siswa, orang tua, dan masyarakat. Dengan
memiliki aturan yang jelas dan diikuti, masyarakat memiliki keyakinan bahwa tenaga
kependidikan akan bertindak secara profesional, adil, dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugas mereka.
e. Menjaga integritas profesi: Aturan etika profesional kependidikan membantu menjaga
integritas dan reputasi profesi kependidikan. Dengan mematuhi aturan tersebut, tenaga
kependidikan menunjukkan komitmen terhadap prinsip-prinsip etika, menjaga standar
profesi, dan mencegah praktik yang merugikan profesi dan masyarakat.
5. Aturan-aturan yang mengatur profesionalitas tenaga kependidikan dapat berbeda di setiap negara
atau wilayah. Berikut adalah beberapa contoh umum aturan yang biasanya berlaku untuk tenaga
kependidikan dalam upaya menjaga profesionalitas mereka:
a. Kode Etik Profesi: Kode etik adalah seperangkat prinsip dan aturan yang mengatur
perilaku dan praktik tenaga kependidikan. Kode etik ini biasanya dikeluarkan oleh badan
atau organisasi profesional yang terkait dengan pendidikan, dan bertujuan untuk
memandu tenaga kependidikan dalam menjalankan tugas mereka dengan integritas,
tanggung jawab, dan keadilan.
b. Sertifikasi dan Lisensi: Di beberapa negara, tenaga kependidikan harus memenuhi
persyaratan tertentu dan mendapatkan sertifikasi atau lisensi untuk dapat bekerja secara
profesional. Persyaratan ini dapat meliputi pendidikan formal, pelatihan khusus, dan uji
kompetensi. Sertifikasi atau lisensi tersebut menunjukkan bahwa tenaga kependidikan
telah memenuhi standar yang ditetapkan untuk praktik profesional.
c. Standar Profesi: Standar profesi dalam pendidikan menetapkan harapan dan pedoman
mengenai praktik terbaik dalam pendidikan. Standar ini dapat meliputi aspek seperti
kurikulum, penilaian, pengajaran, manajemen kelas, dan evaluasi siswa. Standar profesi
membantu menentukan kualitas dan keseragaman dalam pendidikan serta memberikan
pedoman untuk pengembangan profesional.
d. Peraturan Organisasi Pendidikan: Organisasi pendidikan seperti sekolah, lembaga
pendidikan, atau distrik sekolah biasanya memiliki peraturan internal yang mengatur
perilaku dan tanggung jawab tenaga kependidikan. Peraturan ini mencakup hal-hal
seperti tata tertib, etika komunikasi, kewajiban terhadap siswa, dan perlindungan
terhadap siswa.
e. Peraturan Hukum dan Kelembagaan: Ada juga peraturan hukum dan kelembagaan yang
mengatur tenaga kependidikan. Misalnya, hukum tentang hak-hak anak, anti-
diskriminasi, privasi, dan perlindungan terhadap pelecehan dapat berlaku untuk tenaga
kependidikan. Selain itu, ada juga peraturan yang ditetapkan oleh lembaga-lembaga
pemerintah terkait, seperti Kementerian Pendidikan, yang mengatur prinsip-prinsip dan
praktik pendidikan.