Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SEJARAH POLITIK

PEMIKIRAN POLITIK JAMALUDIN AL- AFGHANI

Dosen Pengampu :

1. Drs. Teuku Kusnafizal, M.Pd


2. Muhammad Haikal, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Zikri Wahyu Iskandar (2006101020047)


2. Ilham Maulidhan (2006101020036)
3. Viona Octiana (2006101020028)
4. Fitry Oktarina (2006101020070)

PRODI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2023
KATA PENGANTAR

Puji beserta syuur selalu tercurahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan anugerah
dan kenikmatan dan juga kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Pemikirian Politik Jamaludin Al-Afghani” dengan tepat waktu dengan segala
kekurangannya. Tak lupa pula shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umat manusia dari zaman Jahiliyah ke dalam zaman Islamiyah seperti sekarang ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dari penulis kepada Bapak Drs. Teuku
Kusnafizal, M.Pd dan Bapak Muhammad Haikal, S.Pd, M.Pd yang telah memberikan tugas
makalah ini dan juga turut membantu dalam proses penyusunannya sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Adapun dalam makalah ini tentu masih banyak kekurangannya, maka
dari itu sangat diharapkan kriti[k dan saran yang membangun untuk penulis lebih baik lagi
kedepannya.

Penulis

i
Banda Aceh

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1. Latar Belakang Masalah..................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah...............................................................................................................................2
3. Manfaat dan Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
1. Latar Belakang Kehidupan Jamaluddin Al-Afghani..................................................................3
2. Pemikiran Politik Islam Jamaluddin Al-Afghani........................................................................4
KESIMPULAN..........................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Secara etimologi, politik berasal dari bahasa Yunani yaitu “polis” yang artinya kota. Dalam
negarakota di zaman Yunani, orang saling berinteraksi guna mencapai kesejahteraan (kebaikan,
menurut Aristoteles) dalam hidupnya. Politik yang berkembang di Yunani kala itu dapat
ditafsirkan sebagai suatu proses interaksi antara individu dengan individu lainnya demi mencapai
kebaikan bersama. Pemikiran tentang politik bangsa Barat lebih banyak terpengaruh , tepatnya
dari Yunani. Filsuf seperti Plato dan Aristoteles menganggap politics sebagai suatu usaha untuk
mencapai masyarakat politik (polity) yang terbaik. Namun demikian, definisi politik hasil
pemikiran para filsuf tersebut belum mampu memberi tekanan terhadap upaya-upaya praksis
dalam mencapai polity yang baik. Meskipun harus diakui, pemikiranpemikiran politik yang
berkembang dewasa ini juga tidak lepas dari pengaruh para filsuf tersebut.

Para ilmuwan politik menafsirkan politik secara berbeda-beda sehingga varian definisinya
memperkaya pemikiran tentang politik. Gabriel A. Almond mendefinisikan politik sebagai
kegiatan yang berbuhungan dengan kendali pembuatan keputusan publik dalam masyarakat
tertentu di wilayah tertentu, di mana kendali ini disokong lewat instrumen yang sifatnya otoritatif
dan koersif. Menurut Andrey Heywood, politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan
untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang
mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerja sama.
Peter Merkl mengatakan bahwa politik dalam bentuk yang paling buruk, adalah perebutan
kekuasaan, kedudukan, dan kekayaan untuk kepentingan diri-sendiri (politics at its worst is a
selfish grab for power, glory, dan riches). Jatuhnya Mesir ke tangan Barat pada 1800 M diikuti
negara negara Islam lainnya menyadarkan dunia Islam dan pemimpinnya betapa lemahnya Islam.
Dengan sadarnya umat Islam maka timbullah gerakan pembaharuan oleh tokoh-tokoh agama dan
pendidikan lainnya, maka Islam perlahan mulai beradptasi dengan kemajuan dunia khususnya
teknologi sehingga dikemudian hari muncul kekuatan baru dalam tubuh umat Islam. Banyak
tokoh- tokoh penting dari Islam mulai bermunculan untuk memajukan Islam itu sendiri dengan
pemahaman yang mereka pelajari baik dari bangsa Barat itu sendiri maupun ada ide terobosan
1
baru. Salah satu tokoh pembaharuan dalam Islam yang penting adalah Jamaludin Al-Afghani.
Beliau muncul dengan gerakan pembaharuan Islam nya pada abad ke 19. Pengaruh beliau dalam
kemajuan Dunia Islam menuai pro dan kontra khsusnya dari Islam itu sendiri. Pemikiran politik
beliau sangat disukai umat Islam yang menjadi inspirasi dalam pembebasan umat Islam dari
penjajahan bangsa Barat. Dibalik itu, ternyata terdapat kontra terhadap beliau karena dianggap
menjadi hamabatan bagi pemimpin Islamyang bersikap otoriter, korupsi, dan despotis karena
beda pemahaman politik anatara beliau dengan penguasa. Dari penjabaran terkait keadaan umat
Islam sebelum dan sesudah terjadinya pembaharuan, maka diambillah judul makalah pemikiran
politik dari Jamaludin Al- Afghani yang membantu pembaharuan dalam tubuh umat Islam
sehingga dapat bangkit dan bersaing dengan bangsa Barat lainnya.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana latar belakang kehidupan Jamaludin Al- Afghani?


2. Bagaimana pemikiran politik Islam Jamaludin Al- Afghani?

3. Manfaat dan Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana sisi kehidupan seorang Jamaludin Al- Afghani


2. Untuk mengetahui bagaimana pemikirian politik Islam Jamaludin Al- Afghani

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Latar Belakang Kehidupan Jamaluddin Al-Afghani

Nama lengkapnya adalah Sayyid Jamaluddin al-Afghani bin Safar. Ia merupakan


keturunan Sayyid Ali al-Tirmidzi, yang jika diruntut nasabnya akan sampai pada Husain
bin Ali bin Abi Thalib. Hal ini tercermin dari gelar Sayyid yang disandangnya. Jamaluddin
al-Afghani, atau dikenal juga sebagai Jamal al-Din al-Afghani, adalah seorang tokoh intelektual
dan politikus Muslim terkemuka pada abad ke-19. Ia lahir di kota Asadabad, Provinsi Farah,
Iran, pada sekitar tahun 1838. Ayahnya adalah seorang pemimpin suku di kawasan tersebut. Al-
Afghani dikenal sebagai seorang tokoh yang sangat pandai dalam berbahasa Arab dan Farsi,
serta fasih dalam bahasa Inggris dan Prancis. Ia mengembara ke berbagai negara dan belajar dari
berbagai intelektual terkemuka, termasuk di Mesir, Turki, India, dan Eropa. Pada usia 18 tahun,
ia mulai bepergian ke berbagai tempat untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan dan
bertemu dengan intelektual terkemuka.
Pada tahun 1869, al-Afghani tiba di Kairo, Mesir, di mana ia bergabung dengan gerakan
reformasi Islam yang dipimpin oleh Muhammad Abduh. Gerakan ini bertujuan untuk membawa
Islam ke dalam konteks modern dan menentang kekuasaan monarki yang korup.Setelah itu, al-
Afghani mengunjungi berbagai negara seperti India, Afghanistan, Turki, dan Eropa. Ia bertemu
dengan banyak intelektual dan pemimpin politik terkemuka di sana, termasuk Sayyid Ahmad
Khan di India dan Kemal Ataturk di Turki.. Pada akhirnya, al-Afghani kembali ke Mesir pada
tahun 1871 dan bergabung dengan gerakan reformasi yang lebih radikal, yang dikenal sebagai
gerakan Salafi. Gerakan ini menekankan pentingnya kembali ke ajaran asli Islam dan menentang
pengaruh asing yang merusak agama dan budaya Arab.Di samping aktivitasnya dalam gerakan
reformasi, al-Afghani juga aktif dalam perjuangan politik untuk membebaskan wilayah Muslim
dari kekuasaan kolonialisme Eropa. Ia memperjuangkan gagasan pan-Islamisme yang bertujuan
untuk menyatukan seluruh umat Muslim di seluruh dunia dalam suatu gerakan politik dan sosial.
Pemikiran dan aksi politik al-Afghani dipengaruhi oleh situasi politik dan sosial di dunia Muslim

3
pada masa itu, di mana kekuasaan kolonial Eropa semakin menguasai banyak wilayah. Ia
mengusulkan gagasan pan-Islamisme yang bertujuan untuk menyatukan seluruh umat Muslim di
seluruh dunia dalam suatu gerakan politik dan sosial.

Selain itu, al-Afghani juga aktif dalam gerakan reformasi di Iran, Turki, dan Mesir, di
mana ia memperjuangkan modernisasi dan kemajuan dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Ia juga memperjuangkan hak-hak perempuan dan menentang kekuasaan monarki dan
kolonialisme. Al-Afghani meninggal dunia pada tahun 1897 di Istanbul, Turki, namun
warisannya dalam pemikiran dan gerakan politik di dunia Muslim tetap diingat hingga saat ini. Ia
dianggap sebagai salah satu tokoh intelektual Muslim terkemuka pada abad ke-19 dan berperan
penting dalam membentuk gerakan pan-Islamisme dan reformasi di dunia Muslim.

2. Pemikiran Politik Islam Jamaluddin Al-Afghani

Pemikiran politik Islam Jamaluddin al-Afghani didasarkan pada keyakinannya bahwa Islam
adalah suatu agama yang universal, yang memiliki potensi untuk mengembangkan peradaban
manusia dan membawa kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satu gagasan utama
dalam pemikiran politik al-Afghani adalah konsep pan-Islamisme, yaitu gagasan untuk
menyatukan seluruh umat Muslim di seluruh dunia dalam suatu gerakan politik dan sosial.
Menurut al-Afghani, persatuan umat Islam adalah kunci untuk mengatasi kekuasaan
kolonialisme Eropa dan mengembangkan peradaban Muslim yang maju. Selain itu, al-Afghani
juga memperjuangkan ide-ide reformasi di dunia Muslim, yang bertujuan untuk mengembangkan
pendidikan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Ia berpendapat bahwa kebangkitan Muslim dapat
dicapai melalui pembaruan dalam pemikiran dan praktik agama, sehingga dapat mengatasi
ketertinggalan yang dialami oleh masyarakat Muslim pada saat itu.

Pemikiran politik al-Afghani juga menekankan pentingnya partisipasi aktif umat Muslim
dalam politik dan pemerintahan. Ia mendukung ide demokrasi dalam arti luas, dengan
mengedepankan prinsip keterlibatan dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan
keputusan. Dalam hal ini, al-Afghani berpendapat bahwa sistem politik Islam harus didasarkan
pada prinsip-prinsip kemanusiaan, keadilan, dan persamaan hak. Ia menentang sistem
pemerintahan yang didasarkan pada kekuasaan absolut monarki, dan memperjuangkan prinsip-

4
prinsip demokrasi dan konstitusionalisme sebagai bentuk pemerintahan yang lebih adil dan
berwibawa.

Secara keseluruhan, pemikiran politik Islam Jamaluddin al-Afghani dapat dikatakan sebagai
suatu upaya untuk mengembangkan pemikiran Islam yang moderat, progresif, dan inklusif, yang
menekankan pentingnya persatuan umat Muslim dan partisipasi aktif dalam pengambilan
keputusan politik. Gagasan-gagasannya ini masih mempengaruhi banyak tokoh dan gerakan
Islam di seluruh dunia hingga saat ini. Terdapat beberapa aspek penting dalam pemikiran politik
Islam Jamaluddin al-Afghani yang patut dijelaskan lebih lanjut:

a) Konsep Pan-Islamisme
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, al-Afghani memperjuangkan konsep pan-
Islamisme, yaitu gagasan untuk menyatukan seluruh umat Muslim di seluruh dunia dalam
suatu gerakan politik dan sosial. Konsep ini didasarkan pada keyakinan bahwa persatuan
umat Muslim merupakan kunci untuk mengatasi kekuasaan kolonialisme Eropa dan
memperjuangkan hak-hak umat Muslim di seluruh dunia. Al-Afghani menganggap
bahwa kekuasaan kolonialisme Eropa terhadap dunia Muslim terjadi karena adanya
perpecahan dan perbedaan antar suku, bangsa, dan agama di kalangan umat Muslim.
Oleh karena itu, al-Afghani memandang bahwa persatuan umat Muslim merupakan salah
satu solusi untuk mengatasi perpecahan tersebut. Konsep pan-Islamisme juga menjadi
dasar bagi gerakan nasionalis Muslim, yang bertujuan untuk memperjuangkan
kemerdekaan dan persatuan di kalangan umat Muslim di seluruh dunia. Konsep ini terus
dipelajari dan diperjuangkan oleh banyak kelompok Islam di seluruh dunia hingga saat
ini.

b) Pembaruan Pemikiran Islam


Selain memperjuangkan konsep pan-Islamisme, al-Afghani juga memperjuangkan
ide-ide reformasi di dunia Muslim. Ia berpendapat bahwa umat Muslim harus melakukan
pembaruan dalam pemikiran dan praktik agama, sehingga dapat mengatasi ketertinggalan
yang dialami oleh masyarakat Muslim pada saat itu. Salah satu gagasan pembaruan yang

5
diperjuangkan oleh al-Afghani adalah mengembangkan pendidikan, ilmu pengetahuan,
dan teknologi di kalangan umat Muslim. Ia berpendapat bahwa umat Muslim harus
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, agar dapat bersaing dengan
kekuatan Eropa pada saat itu. Selain itu, al-Afghani juga memperjuangkan pembaruan
dalam pemikiran keagamaan, yang menekankan pada nilai-nilai kemanusiaan dan
inklusifitas. Ia menentang ajaran-ajaran yang membatasi kebebasan berpikir dan
bertindak, serta menekankan pentingnya sikap toleransi dan inklusifitas dalam beragama.

c) Partisipasi Aktif dalam Politik dan Pemerintahan


Pemikiran politik al-Afghani juga menekankan pentingnya partisipasi aktif umat
Muslim dalam politik dan pemerintahan. Ia mendukung ide demokrasi dalam arti luas,
dengan mengedepankan prinsip keterlibatan dan partisipasi aktif masyarakat dalam
pengambilan keputusan. Dalam hal ini, al-Afghani berpendapat bahwa sistem politik
Islam harus didasarkan pada prinsip-prinsip kemanusiaan, keadilan, dan persamaan hak.
Ia menentang sistem pemerintahan yang didasarkan pada kekuasaan absolut monarki, dan
memperjuangkan prinsip-prinsip demokrasi dan keterlibatan aktif masyarakat dalam
pengambilan keputusan. Al-Afghani juga memperjuangkan pemikiran tentang hak asasi
manusia, yang menekankan pada pentingnya pengakuan hak-hak individu, seperti hak
atas kebebasan berpikir, berbicara, dan beragama. Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip
yang terdapat dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang dikeluarkan oleh PBB.

Dengan demikian, pemikiran politik Islam al-Afghani tidak hanya terfokus pada konsep
pan-Islamisme, tetapi juga memperjuangkan pembaruan dalam pemikiran keagamaan dan
partisipasi aktif umat Muslim dalam politik dan pemerintahan. Pemikirannya ini telah
mempengaruhi banyak pemikir dan gerakan Islam di seluruh dunia, dan masih menjadi inspirasi
bagi gerakan reformasi Islam hingga saat ini.

6
KESIMPULAN

Jamaluddin al-Afghani, atau dikenal juga sebagai Jamal al-Din al-Afghani, adalah
seorang tokoh intelektual dan politikus Muslim terkemuka pada abad ke-19. Ia lahir di kota
Asadabad, Provinsi Farah, Iran, pada sekitar tahun 1838. Ayahnya adalah seorang pemimpin
suku di kawasan tersebut. Al-Afghani dikenal sebagai seorang tokoh yang sangat pandai dalam
berbahasa Arab dan Farsi, serta fasih dalam bahasa Inggris dan Prancis. Ia mengembara ke
berbagai negara dan belajar dari berbagai intelektual terkemuka, termasuk di Mesir, Turki, India,
dan Eropa. Pada usia 18 tahun, ia mulai bepergian ke berbagai tempat untuk mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan dan bertemu dengan intelektual terkemuka.

Pemikiran politik Islam Jamaluddin al-Afghani didasarkan pada keyakinannya bahwa


Islam adalah suatu agama yang universal, yang memiliki potensi untuk mengembangkan
peradaban manusia dan membawa kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan. Secara
keseluruhan, pemikiran politik Islam Jamaluddin al-Afghani dapat dikatakan sebagai suatu upaya
untuk mengembangkan pemikiran Islam yang moderat, progresif, dan inklusif, yang menekankan
pentingnya persatuan umat Muslim dan partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan politik.
Gagasan-gagasannya ini masih mempengaruhi banyak tokoh dan gerakan Islam di seluruh dunia
hingga saat ini

Secara keseluruhan, pemikiran politik Islam Jamaluddin al-Afghani dapat dikatakan


sebagai suatu upaya untuk mengembangkan pemikiran Islam yang moderat, progresif, dan
inklusif, yang menekankan pentingnya persatuan umat Muslim dan partisipasi aktif dalam
pengambilan keputusan politik. Gagasan-gagasannya ini masih mempengaruhi banyak tokoh dan
gerakan Islam di seluruh dunia hingga saat ini

 Konsep Pan-Islamisme
Konsep ini didasarkan pada keyakinan bahwa persatuan umat Muslim
merupakan kunci untuk mengatasi kekuasaan kolonialisme Eropa dan
memperjuangkan hak-hak umat Muslim di seluruh dunia.

7
 Pembaruan Pemikiran Islam
Ia berpendapat bahwa umat Muslim harus melakukan pembaruan dalam
pemikiran dan praktik agama, sehingga dapat mengatasi ketertinggalan yang
dialami oleh masyarakat Muslim pada saat itu. Salah satu gagasan pembaruan
yang diperjuangkan oleh al-Afghani adalah mengembangkan pendidikan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi di kalangan umat Muslim.

 Partisipasi Aktif dalam Politik dan Pemerintahan


Dalam hal ini, al-Afghani berpendapat bahwa sistem politik Islam harus
didasarkan pada prinsip-prinsip kemanusiaan, keadilan, dan persamaan hak. Ia
menentang sistem pemerintahan yang didasarkan pada kekuasaan absolut
monarki, dan memperjuangkan prinsip-prinsip demokrasi dan keterlibatan aktif
masyarakat dalam pengambilan keputusan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hidajat Imam. 2009. Teori-Teori politik. Malang: Setara press. Hlm 2.

Basri Seta. 2011. Pengantar Ilmu Politik. Jogjakarta: Indie Book Corner. Hlm 2

Gabriel A. Almond dalam Basri Seta. Pengantar Ilmu Politik. Jogjakarta: Indie

Book Corner. Hlm 3.

Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam...,h. 51. Jamil Ahmad, Hundred


Great Muslims diterjemahkan oleh Putaka Furdaus dengan judul, Seratus
Tokoh Muslim yang Terkemuka (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), h. 269

Nasution, Harun.,Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan


Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

Nasution, Harun., Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran Cet. IV; Bandung:
Mizan, 1996 Mudzhar.

Antho., Pendekatan Sejarah Islam dalam Teori dan PraktekYogyakarta:


Pustaka Pelajar, 1998.

Anda mungkin juga menyukai