Anda di halaman 1dari 100

AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN KELUARGA

TAHUN 2021
GAMBARAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB SUNTIK 3
BULAN TENTANG GANGGUAN POLA MENSTRUASI
DI DESA ONOLIMBURAYA KECAMATAN
MANDREHE BARAT

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan

Disusun Oleh :
VIENCE MARYANI GULO
NIM : 1840181767

AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN KELUARGA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
TAHUN 2021
ii
iii
AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN KELUARGA

GAMBARAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB SUNTIK 3


BULAN TENTANG GANGGUAN POLA MENSTRUASI
DI DESA ONOLIMBURAYA KECAMATAN
MANDREHE BARAT

VIENCE MARYANI GULO

ABSTRAK
Latar Belakang. KB suntik 3 bulan merupakan jenis kontrasepsi hormonal yang
berisi Depo-Provera (DMPA) yang diberikan setiap 12 minggu atau 3 bulan. Salah
satu efek samping yang ditimbulkan dari kontrasepsi ini adalah gangguan haid seperti
amenorea, oligomenorea, polimenorea, menorargi, hipomenorea, hipermenorea, dan
spotting. Tujuan Penelitian. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan akseptor KB
suntik 3 bulan tentang gangguan pola mestruasi. Desain Penelitian. Penelitian ini
bersifat deskriptif. Populasi. keseluruhan akseptor KB suntik 3 bulan di Desa
Onolimburaya Kecamatan Mandrehe Barat. Sampel. Seluruh akseptor KB suntik 3
bulan di Desa Onolimburaya Kecamatan Mandrehe Barat berjumlah 37 orang dengan
menggunakan teknik total populasi. Instrument. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner. Analisis Data. Dilakukan dengan cara analisis univariat.
Hasil. Berdasarkan hasil penelitan terhadap 37 responden yang berpengetahuan baik
7 orang (18,9%), berpengetahuan cukup sebanyak 11 orang (29,8%), dan
berpengetahuan kurang sebanyak 19 orang (51,3%). Simpulan. Mayoritas responden
berpengetahuan kurang sebanyak 19 orang (51,3%). Saran. Diharapkan kepada
responden untuk selalu aktif mencari lebih banyak informasi tentang kesehatan
terutama pengetahuan tentang gangguan pola mestruasi.

Kata Kunci : Pengetahuan, KB suntik 3 bulan, Gangguan pola menstruasi


Daftar Pustaka : 18 (2009-2020)

iv
MIDWIFERY ACADEMY OF HARAPAN KELUARGA

THE DESCRIPTION OF KNOWLEDGE OF INJECTING CONTRACEPTIVE


ACCEPTERS 3 MONTH ON MENSTRUAL PATTERN DISORDER IN
ONOLIMBURAYA VILLAGE, WEST MANDREHE DISTRICT

VIENCE MARYANI GULO

ABSTRACT

Background. 3-month injectable contraceptive is a type of hormonal contraceptive


containing Depo-Provera (DMPA) which is given every 12 weeks or 3 months. One
of the side effects of this contraceptive is menstrual disorders such as amenorrhea,
oligomenorrhea, polymenorrhea, menorrhagia, hypomenorrhea, hypermenorrhea, and
spotting. The Purpose. Of the study was to describe the knowledge of 3-month
injectable contraceptive acceptors about menstrual pattern disorders. The Research
Design. This research is descriptive. The Population. Overall acceptors of 3-month
injection contraception in Onolimburaya Village, West Mandrehe District. The
Sample. All 3 month injection contraceptive acceptors in Onolimburaya Village,
West Mandrehe District, amounted to 37 people using the total population technique.
Instruments. Data collection was done by using a questionnaire. Data Analysis. Was
carried out by means of univariate analysis. The Results. Based on the results of
research on 37 `respondents who have good knowledge of 7 people (18.9%), have
sufficient knowledge of 11 people (29.8%), and less knowledgeable as many as 19
people (51.3%). Conclusion. The majority of respondents have less knowledge as
many as 19 people (51.3%). Suggestion. Respondents are expected to always actively
seek more information about health, especially knowledge about menstrual pattern
disorders.

Keywords : Knowledge, 3-month injectable contraceptive, Menstrual


pattern disorder
Bibliography : 18 (2009-2020)

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat yang diberikanNya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan judul “GAMBARAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB SUNTIK 3

BULAN TENTANG GANGGUAN POLA MENSTRUASI DI DESA

ONOLIMBURAYA KECAMATAN MANDREHE BARAT”. Adapun tujuan dari

Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk

mendapatkan gelar ahli madya kebidanan.

Dengan selesainya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, tidak terlepas dari

bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Yafeti Nazara, S.Kep, M.Kep, NSpM, dan Ibu Dra.Lily Damita, M.Kes,

Apt, sebagai Pembina Yayasan Harapan Keluarga yang telah memfasilitasi dan

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengembangkan pendidikan

selama 3 tahun di Akademi Kebidanan Harapan Keluarga.

2. Ibu Dina Hura, M.Keb, sebagai Direktur Akademi Kebidanan Harapan Keluarga.

3. Ibu Jernihati Krisniat Harefa, SST, M.Tr. Keb sebagai dosen Pembimbing I yang

telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan,

memberikan saran, serta motivasi kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini, sehingga dapat selesai tepat waktu.

vi
4. dr. Betaria Hutauruk, sebagai dosen Pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan saran

yang sangat berguna serta motivasi bagi penulis selama penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini.

5. Ibu Umy Darni Harefa, SST, sebagai dosen Penguji III yang telah banyak

meluangkan waktunya dalam membimbing, mengarahkan, mengoreksi, dan

memberikan saran dan kritik yang sangat berguna bagi penulis dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Seluruh Dosen dan Civitas Akademi Kebidanan Harapan Keluarga yang telah

banyak memberikan bimbingan dan dukungan untuk menyusun Karya Tulis

Ilmiah.

7. Kepada Kepala Desa Onolimburaya Kecamatan Mandrehe Barat yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Desa

Onolimburaya Kecamatan Mandrehe Barat.

8. Teristimewa kepada orangtua saya tercinta Mareti Gulo (Ayah) dan Sayani

Waruwu (Ibu) serta saudara saya (Misi Kristiani Gulo, Nonifati Indah Selfi Gulo,

Lady Friska Gulo dan Excellent Yetero Gulo) yang telah banyak memberikan

motivasi, dukungan dan doa serta kasih sayang sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Teristimewa kepada Min Yoongi (Suga) BTS dan seluruh member (Bangtan

Sonyeondan) yang telah banyak memberikan motivasi, dukungan dan semangat

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

vii
10. Kepada teman-teman terdekat penulis (Septua, Rindha Dede, Wiyanti, Erwin

Saswita, Pesan Kita, Ella), Ferniwati Zandroto, Dian Puspita Telaumbanua,

Three Hayati Putri Zebua, Marlina Waruru, Juniter Festiviti Lombu, Dwi

Alvanita Waruwu, Juliani Ekasherlin Ndraha, Dewi Sartika Gulo, Winning

Elfrida Gulo, Dwicahyani Putri Maruao, dan adean saya Patriana Telaumbanua,

Delvia Cahyani Gulo, kakak angkat saya kak Elsa Kristiani Mendrofa Dan

Magdalena Sriwulandari Harefa, dan seluruh adean dan teman-teman saya kamar

6 yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

11. Kepada seluruh teman-teman angkatan XII yang selama ini selalu bersama dan

berjuang sehingga penulis semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga

Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua.

Gunungsitoli, Juli 2021

Penulis

Vience Maryani Gulo

viii
DAFTAR ISI
Halaman

COVER

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ………………………. . ii

LEMBAR PERNYATAAN TIM PENGUJI ………………………….. iii

ABSTRAK ……………………………………………………………… iv

KATA PENGANTAR .............................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

DAFTAR SKEMA ................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN……………………………………………….. . xiii

DAFTAR LAMPIRAN................. ............................................................ xiv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................. 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan .................................................... 7

2. Tingkat Pengetahuan ..................................................... 7

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ........ 8

ix
4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan ................................ 10

5. Cara Memperoleh Pengetahuan ..................................... 11

B. Keluarga Berencana

1. Pengertian KB .. ........................................................... 13

2. Tujuan KB . .................................................................. 14

3. Akseptor KB ................................................................. 15

4. Kontrasepsi ................................................................... 15

5. Jenis dan Metode Kontrasepsi ...................................... 18

C. Kontrasepsi Suntik

1. Pengertian Kontrasepsi Suntik ..................................... 20

2. Jenis Kontrasepsi Suntik . ............................................ 21

D. Pola Mensturasi

1. Pengertian Pola Menstruasi .......................................... 23

2. Siklus Menstruasi ......................................................... 24

3. Fisiologi Siklus Menstruasi .......................................... 25

4. Hormon Yang Mempengaruhi Siklus Menstrusi ......... 28

5. Gangguan Haid ............................................................ 30

6. Faktor Penyebab Ketidakteraturan Siklus Menstruasi 33

BAB III : KERANGKA PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL


A. Kerangka Penelitian ......................................................... 37

B. Definisi Operasional ........................................................ 38

x
BAB IV : METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ................................................................. 39

B. Populasi dan Sampel............................................................. 39

C. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian.............................. 40

D. Etika Penelitian .................................................................... 40

E. Alat Pengumpulan Data ........................................................ 41

F. Prosedur Pengumpulan Data. .............................................. 41

G. Pengolahan Data ................................................................... 42

H. Analisis Data ........................................................................ 43

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian………………………………………….... 44

B. Pembahasan……………………………………………….. 45

C. Keterbatasan Penelitian…………………………………… 49

D. Implikasi Terhadap Pelayanan Dan Penelitian Kebidanan 49

BAB VI : SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan…………………………………………………... 50

B. Saran………………………………………………………. 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xi
DAFTAR SKEMA
Halaman

Skema 3.1 Kerangka Penelitian .......................................................... ... 37

xii
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional .............................................................. .... 38

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Respoden Di Desa Onolimburaya


Kecamatan Mandrehe Barat…………………………………… 44

xiii
DAFTAR SINGKATAN
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

BPS : Badan Pusat Statistik

DMPA : Depo Medroksi Progesteron Acetat

FSH : Follicle Stimulating Hormone

GNRH : Gonadotrophin Releasing Hormone

KB : Keluarga Berencana

KIE : Komunikasi, Informasi dan Edukasi

LH : Luteinizing Hormone

LTH : Lactotrophic Hormone

MOP : Metode Operasi Pria

MOW : Metode Operasi Wanita

MKJP : Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

NETEN : Noretisteron Enentan

PK : Pelayanan Kontrasepsi

PMS : Pre Menstrual Syndrome

WHO : World Health Organization

xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Ganchart Penelitian

Lampiran 2 : Surat Izin Survei Awal Penelitian

Lampiran 3 : Surat Balasan Izin Survei Awal Penelitian

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 : Surat Balasan Izin Penelitian

Lampiran 6 : Pengantar Kuesioner

Lampiran 7 : Lembar Persetujuan Menjadi Kuesioner

Lampiran 8 : Lembar Kuesioner

Lampiran 9 : Master Tabel

Lampiran 10 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 11 : Daftar Riwayat Hidup

xv
AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN KELUARGA
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat merupakan salah

satu karakteristik kependudukan di negara maju dan berkembang, termasuk

Indonesia. Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang

relatif tinggi dan tidak seimbang. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk

Indonesia yang berkembang sangat pesat dengan tingginya laju pertumbuhan

penduduk, sehingga mengakibatkan adanya tekanan yang berat dari berbagai

bidang penyediaan pangan, sandang, perumahan, lapangan kerja, pendidikan,

kesehatan dan lain-lain. Indonesia merupakan negara keempat terbesar

penduduknya di dunia dengan lebih dari 256 juta jiwa (Population Reference

Bureau, 2015).

Salah satu cara untuk mengatasi peningkatan jumlah penduduk adalah

dengan cara dibentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN), yang salah satu programnya adalah Keluarga Berencana (KB) dengan

penggunaan kontrasepsi yang bertujuan menciptakan norma keluarga kecil

bahagia dan sejahtera. Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu

strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T yaitu

terlalu muda melahirkan (dibawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan,

1
2

terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (diatas usia 35 tahun)

(Kemenkes RI, 2017).

Tujuan dari program KB yaitu untuk meningkatkan kualitas keluarga agar

dapat merasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik agar dapat

mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. Pelayanan KB

mencakup beberapa informasi, pendidikan, dan upaya-upaya untuk keluarga agar

dapat mengatur jarak usia antar anak, kapan akan mempunyai anak, berapa

jumlah anak, dan kapan akan berhenti mempunyai anak (BKKBN, 2019).

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) penggunaan

kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia. Terutama di Asia dan

Amerika latin, sedangkan di Afrika Sub-Sahara penggunaan kontrasepsi masih

tetap rendah. Secara global, penggunaan kontrasepsi modern telah meningkat

dari 54% (1990) menjadi 57,4% (2015). Secara regional proporsi wanita yang

berusia 15-49 tahun, sudah menggunakan metode kontrasepsi modern dan telah

meningkat atau stabil pada tahun (2008) sampai tahun (2015). Di Afrika dari

23,6% menjadi 28,8%, di Asia telah mengalami peningkatan sebanyak 60,9%

menjadi 61,8%, dan di Amerika latin dan Karibia tetap stabil sebanyak 66,7%

(WHO, 2018).

Data peserta KB aktif di Indonesia menurut Profil Kesehatan RI

menunjukkan bahwa metode kontrasepsi yang terbanyak penggunaannya adalah


3

suntikan yaitu 47,69%, di susul KB pil 22,81%, di urutan ketiga adalah KB

Implant 11,20%, di urutan ke empat adalah IUD 10,61%, sedangkan metode

kontrasepsi yang paling sedikit dipilih oleh peserta KB aktif adalah Metode

Operasi Wanita (MOW) 3,54%, kemudian Metode Operasi Pria (MOP) 0,64%

(Profil Kesehatan RI, 2016).

Menurut data BKKBN Provinsi Sumatera Utara, jumlah peserta KB baru

sampai tahun 2017 adalah sebesar 15,44% dan sudah meningkat dibandingkan

dengan tahun 2016 sebesar 14,83% dan tahun 2015 sebesar 12,31%. Sumatera

utara merupakan Provinsi keempat terbesar dalam jumlah penduduknya di

Indonesia setelah Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa tengah.

Berdasarkan data di Badan Pusat Statistik (BPS) tahun (2017), Provinsi

Sumatera Utara tercatat memiliki jumlah penduduk 14.262.147 jiwa dan terdiri

dari 7.116.896 jiwa laki-laki dan 7.145.251 jiwa perempuan (BKKBN, 2017).

Profil Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten

Nias Barat tahun (2020) Peserta KB suntik setiap Kecamatan terdiri dari

Kecamatan Moi sebanyak 55,62%, Kecamatan Mandrehe sebanyak 27,05%,

Kecamatan Mandrehe Utara sebanyak 64,67%, Kecamatan Moro’o sebanyak

39,29%, Kecamatan Mandrehe Barat sebanyak 50,95%, Kecamatan Sirombu

sebanyak 22,12%, Kecamatan Ulumoro’o sebanyak 40,13%, dan Kecamatan

Lahomi sebanyak 31,8%.


4

Metode atau alat kontrasepsi meliputi intrauteri device (IUD), suntik, pil,

implan, kontrasepsi mantap (vasektomi dan tubektomi), dan kondom (BKKBN,

2016). Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi

suntik. Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Noretisteron Enentan

(NETEN), Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) dan Cylofem. Efek

samping kontrasepsi suntik adalah gangguan haid dengan gejala dan keluhan

amenorhea, spotting, menorargia. Salah satu efek samping kontarasepsi suntik

yang paling banyak yaitu perubahan siklus menstruasi (BKKBN, 2015).

Beberapa penelitian membuktikan bahwa sebagian besar akseptor KB

suntik setelah menggunakan KB suntik mengalami gangguan haid 64,28% dan

jenis gangguan haid yang dialami adalah amenorhea 40% (Catur, 2016).

Penelitian tentang gambaran siklus menstruasi akseptor KB suntik 3 bulan

memperoleh hasil bahwa akseptor KB suntik 3 bulan sering mengalami siklus

menstruasi metrorhagia 13 orang (25%). Ini disebabkan karena adanya

ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium mengalami perubahan

histologi (Marlena, 2019).

Hasil penelitian tentang gangguan haid pada akseptor KB suntik 3 bulan

di Kabupaten Jombang menunjukan bahwa dari 51 responden sebagian besar

mengalami gangguan haid 74,5%, dan 38 responden hampir mengalami spotting

32,2% (Rizqi & Rini, 2014). Kemudian penelitian tentang gambaran efek

samping kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Puskesmas Kalasan


5

menunjukan bahwa efek samping yang sering dialami akseptor KB suntik berupa

gangguan menstruasi, perubahan berat badan, pusing dan sakit kepala dan

mayoritas dialami oleh akseptor KB suntik DMPA (Sekar, Dkk, 2015).

Berdasarkan hasil survey awal data penelitian yang dilakukan penulis di

Desa Onolimburaya Kecamatan Mandrehe Barat terdapat PUS berjumlah 89

orang dan 63 orang pengguna KB aktif sebesar 71%, jumlah akseptor KB suntik

3 bulan sebanyak 37 orang (41,5%), hasil wawancara dari 5 orang akseptor KB

suntik 3 bulan terdapat 3 orang ibu yang mengalami gangguan haid setelah

memakai alat kontrasepsi suntik.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis sangat tertarik untuk meneliti

tentang “Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik 3 Bulan tentang Gangguan

Pola Mentruasi di Desa Onolimburaya Kecamatan Mandrehe Barat”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah Bagaimana Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik 3 Bulan tentang

Gangguan Pola Menstruasi di Desa Onolimburaya Kecamatan Mandrehe Barat?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik 3 Bulan

tentang Gangguan Pola Menstruasi di Desa Onolimburaya Kecamatan Mandrehe

Barat.
6

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Menjadi sumber informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan

responden tentang gangguan pola menstruasi pada akseptor KB suntik 3

bulan.

2. Bagi Peneliti

Sebagai media kepada peneliti untuk mengaplikasikan ilmu yang telah

diperoleh selama kuliah serta untuk menambah wawasan sehingga peneliti

dapat berpikir secara aktif dan rasional dalam memecahkan suatu masalah.

3. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan dan sumber informasi bagi tempat penelitian untuk

dapat menerapkan dan memberikan pendidikan kesehatan tentang gangguan

pola menstruasi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dan referensi bagi peneliti

selanjutnya dan sebagai tambahan yang bermanfaat bagi para pembaca.


AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN KELUARGA
TAHUN 2021
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2017), pengetahuan adalah hasil penginderaan

manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang

dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Jadi pengetahuan adalah

berbagai macam hal yang diperoleh oleh seseorang melalui panca indera.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Daryanto (2017), pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas yang berbeda-beda, dan menjelaskan bahwa ada enam

tingkatan pengetahuan yaitu sebagai berikut :

1. Pengetahuan (Knowledge)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (ingatan). Seseorang dituntut untuk

mengetahui fakta tanpa dapat menggunakannya.

2. Pemahaman (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu, tidak sekedar dapat

menyebutkan, tetapi harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang

objek yang diketahui.

7
8

3. Penerapan (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek tersebut dapat

menggunakan dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi

yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen

yang terdapat dalam suatu objek.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang telah ada. Sintesis menunjukkan suatu

kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu

hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

6. Penilaian (evaluation)

Evaluasi yaitu suatu kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian

terhadap suatu objek tertentu didasarkan pada suatu kriteria atau norma-

norma yang berlaku di masyarakat.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Fitriani (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah sebagai berikut:


9

1. Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses dalam belajar, semakin tinggi

pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang tersebut untuk

menerima sebuah informasi. Semakin banyak informasi yang masuk,

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

2. Media massa/sumber informasi

Kemajuan teknologi menyediakan bermacam-macam media massa yang

dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang informasi baru.

Sarana komunikasi seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,

penyuluhan, dan lain-lain yang mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan opini dan kepercayaan orang.

3. Sosial budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau tidak. Status ekonomi seseorang juga

akan menentukan ketersediaan fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan

tertentu, sehingga status sosial ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada


10

pada lingkungan tersebut. Hal tersebut terjadi karena adanya interaksi

timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan.

5. Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun

pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.

6. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Bertambahnya usia akan semakin berkembang pola pikir dan daya

tangkap seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin

banyak.

4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Menurut Skinner (2013), apabila seseorang mampu menjawab suatu

materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan seseorang

tersebut mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban yang diberikan

tersebut dinamakan pengetahuan. Pengukuran bobot pengetahuan seseorang

ditetapkan menurut hal – hal sebagai berikut :

a. Bobot I : tahap tahu dan pemahaman

b. Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis

c. Bobot III : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan

evaluasi
11

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan isi materi, diukur dari subjek penelitian atau responden dari

penelitian.

Menurut Nursalam (2016), pengetahuan seseorang dapat

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1. Pengetahuan Baik : 76 % - 100 %

2. Pengetahuan Cukup : 56 % - 75 %

3. Pengetahuan Kurang : < 56 %

5. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notatmodjo (2012), dari berbagai macam cara yang telah

digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat

dikelompokan menjadi dua, yakni :

1. Cara tradisional atau non ilmiah

Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu :

a. Trial and Error

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan sebelum

adanya peradaban. Pada waktu itu bila seseorang menghadapi persoalan

atau masalah, upaya yang dilakukan hanya dengan mencoba-coba saja.

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil


12

maka di coba kemungkinan yang lain sampai berhasil. Oleh karena itu

cara ini disebut dengan metode Trial (coba) dan Error (gagal atau salah

metode).

b. Kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan

tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, penalaran dan tradisi-tradisi

yang dilakukan itu dapat bersifat baik ataupun tidak. Kebiasaan ini tidak

hanya terjadi pada masyarakat modern, tetapi kebiasaan-kebiasaan ini

seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Adapun pepatah mengatakan “pengalaman adalah guru terbaik”.

Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

d. Jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir

manusia pun ikut berkembang. Saat ini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia

telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun

deduksi.
13

2. Cara modern atau cara ilmiah

Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini yaitu lebih sistemasis,

logis dan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode berfikir

induktif dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan

observasi langsung, membuat catatan terhadap semua fakta sehubungan

dengan objek yang diamati (Notoatmodjo, 2012).

B. Keluarga Berencana

1. Pengertian KB

Menurut WHO Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu

individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek-objek tertentu,

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang

diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan dan menentukan jumlah

anak dalam keluarga (Nurul & Sri, 2018).

Keluarga Berencana adalah suatu upaya manusia untuk mengatur

secara sengaja kehamilan dalam keluarga secara tidak melawan hukum dan

moral pancasila untuk kesejahteraan keluarga. Secara umum keluarga

berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya

kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah

serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian

sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya


14

perencanaan keluarga yang matang kehamilan diharapkan terhindar dari

perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi (Suratun, 2015).

Salah satu cara yang digunakan untuk menekan laju pertumbuhan

penduduk adalah melalui pengendalian angka kelahiran. Pemerintah melalui

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) telah menerapkan

program KB yang dimulai sejak tahun 1970. Keluarga Berencana (KB) adalah

mengatur jumlah anak sesuai keinginan dan menentukan kapan ingin hamil.

Jadi, KB (Family Planning, Planned Parenthood) adalah suatu usaha untuk

menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan

memakai alat kontrasepsi, untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan

sejahtera (Marmi, 2016).

2. Tujuan KB

a. Tujuan umum

1. Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi

suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh

suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya.

2. Mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi

terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian

kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia.


15

b. Tujuan khusus

Tujuan khususnya adalah memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan

ibu, anak, keluarga, dan bangsa. Dan mengurangi angka kelahiran

untuk menaikkan taraf pelayanan KB yang berkualitas, termasuk

upaya-upaya menurunkan angka kematian (Nurul & Sri,2018).

3. Akseptor KB

Akseptor Keluarga Berencana adalah pasangan usia subur yang sedang

menggunakan salah satu metode atau alat kontrasepsi (BKKBN, 2015).

Macam-macam akseptor KB yaitu :

a. Akseptor KB baru

Akseptor KB baru adalah pasangan usia subur yang baru pertama kali

menggunakan alat kontrasepsi setelah mengalami persalinan atau

keguguran.

b. Akseptor KB aktif

Akseptor KB Aktif adalah peserta KB yang terus menggunakan alat

kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.

c. Akseptor KB ganti cara

Akseptor KB ganti cara adalah peserta KB yang berganti pemakaian dari

suatu metode kontrasepsi lainnya tanpa diselingi kehamilan. Untuk

menyiapkan akseptor KB ini harus menggunakan cara Komunikasi,

Informasi dan Edukasi (KIE).


16

4. Kontrasepsi

a. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti “mencegah” atau

“melawan” dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang

matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari

kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan

sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma.

Pelayanan kontrasepsi (PK) merupakan salah satu komponen dalam

pelayanan kependudukan (KB). Faktor yang mempengaruhi pemilihan

kontrasepsi adalah efektifitas, keamanan, frekuensi pemakaian dan efek

samping, serta kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi

secara teratur dan benar.

Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda,

menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi

berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan

konsepsi artinya pembuahan. Jadi kontrasepsi adalah mencegah

bertemunya sperma dengan ovum, sehingga tidak terjadi pembuahan yang

mengakibatkan kematian (Irianto, 2014).

Kontrasepsi hormonal adalah upaya untuk mengontrol kehamilan

menggunakan hormon. Beberapa metode kontrasepsi hormonal yang

umum dilakukan diantaranya melalui pil KB, pil mini, implant, dan
17

suntikan. Hormon yang dilibatkan dalam jenis kontrasepsi ini adalah

estrogen, progesteron, serta gabungan keduanya (estrogen+ progesteron =

progestin) (Hanafi, 2014).

Keuntungan penggunaan kontrasepsi cyclofem yaitu tidak

terjadinya perubahan pada pola menstruasi. Sedangkan pada akseptor

kontrasepsi suntik DMPA terdapat gangguan menstruasi seperti amenorea

yaitu tidak datangnya menstruasi setiap bulan selama menjadi akseptor

KB suntik tiga bulan berturut- turut, kemudian spotting yaitu bercak-

bercak perdarahan di luar haid yang terjadi selama akseptor mengikuti KB

suntik, dan Metroragian yaitu perdarahan yang berlebihan di luar masa

menstruasi dengan jumlah yang banyak (Sulis, 2012).

Kontrasepsi non hormonal adalah metode KB yang dipergunakan

tanpa bantuan obat-obatan atau bantuan orang lain yang termasuk dalam

metode ini adalah kondom, AKDR, tubektomi, dan vasektomi (Manuaba,

2012). Mekanisme kerja KB hormonal, yaitu :

a. Mekanisme kinerja kontrasepsi hormonal

1). Primer

Mencegah ovulasi dengan cara kerja dimana kadar folikel

stimulating hormon dan Luteinizing hormon merespon kelenjar

hypophyse terhadap gonadotrofinrealizing hormon dan tidak


18

berubah, sehingga tidak mengganggu kelenjar hypophyse.

Penggunaan KB hormonal tidak menyebabkan hoposestrogenik

(Hartanto, 2014).

2). Sekunder

Mengentalkan lendir servik sehingga merupakan barrier terhadap

spermatozoa dan membuat endometrium menjadi kurang baik untuk

implantasi dan ovum yang telah di buahi, sehingga mempengaruhi

transport ovum di dalam tuba falopi (Hartanto, 2014).

5. Jenis dan Metode Kontrasepsi

Kontrasepsi yang baik harus memiliki syarat-syarat antara lain :

1. Aman

2. Dapat diandalkan

3. Sederhana

4. Murah

5. Dapat diterima orang lain

6. Dapat dipakai dalam jangka panjang

Jenis-jenis kontrasepsi yang tersedia antara lain :

a. Metode Sederhana

1). Tanpa Alat


19

a). Pantang Berkala

b). Metode Kalender

c). Metode Suhu Badan Basal

d). Metode Lendir Serviks

e). Coitus Interputus

2). Dengan Alat

a). Mekanis (barier)

 Kondom Pria

 Barier intra vaginal antara lain: diagframa, kap serviks, spons,

dan kondom wanita.

b). Kimiawi

 Spermisida antara lain: vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal

tablet, dan lain-lain.

b. Metode Modern

1. Kontrasepsi Hormonal

a). Pil KB

b). Suntik KB

c). Susuk KB
20

2. Kontrasepsi Mantap

a). Medis Operatif Pria (MOP)

b). Medis Operatif Wanita (MOW)

3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Berdasarkan lama efektifitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi:

1. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) yang termasuk dalam

kategori ini adalah susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW.

2. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) yang termasuk

dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan lain-lain (Affandi, dkk

2013).

C. Kontrasepsi Suntik

1. Pengertian Kontrasepsi Suntik

Kontasepsi suntik adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan

dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi suntikan semakin banyak

dipakai karena terjadinya keefektifan yang bagus setelah dipakai, harganya

yang relatif murah dan aman. Suntikan KB merupakan salah satu metode

pencegahan kehamilan yang paling banyak digunakan di Indonesia. Secara

umum, Suntikan KB bekerja untuk mengentalkan lendir rahim sehingga sulit

untuk ditembus oleh sperma. Selain itu, Suntikan KB juga membantu


21

mencegah sel telur menempel di dinding rahim sehingga kehamilan dapat

dihindari (Saroha, 2015).

Kontrasepsi suntik merupakan alat kontrasepsi berupa cairan yang

disuntikan ke dalam tubuh wanita secara periode dan mengandung hormonal,

kemudian masuk ke dalam pembuluh darah diserap sedikit demi sedikit oleh

tubuh yang berguna untuk mencegah timbulnya kehamilan (Marmi, 2016).

Kontrasepsi suntik dapat mengakibatkan terjadinya gangguan haid

akibat dari hormon yang terdapat dalam KB suntik 3 bulan mengandung

progestin dan merupakan hormon yang serupa dengan progesteron yang di

produksi di ovarium. Hormon progestin dalam KB suntik 3 bulan bekerja

dengan menghentikan pelepasan sel telur ke dalam rahim, maka hormon

tersebutlah yang menyebabkan terjadinya gangguan haid (Saroha, 2015).

2. Jenis Kontrasepsi Suntik

Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung

progestin, yaitu:

a. Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera), mengandung 150 mg

DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler

(di daerah bokong).


22

b. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg

Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara di suntik

intramuskuler.

1. Cara kerja

a) Mencegah ovulasi

b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan

penetrasi sperma

c) Menjadikan selaput lendir Rahim tipis dan atrofi

d) Mengahambat transportasi gamet oleh tuba

2. Efektivitas

Memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100

perempuan dalam 1 tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara

teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.

3. Keuntungan

a) Sangat efektif

b) Pencegahan kehamilan jangka panjang

c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri

d) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI

e) Sedikit efek samping

f) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik


23

g) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai

perimenopause

4. Keterbatasan

a) Sering ditemukan gangguan haid seperti siklus haid yang

memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau

sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak

(spotting), tidak haid sama sekali

b) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan

c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut

d) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering

e) Terlambatnnya kembali kesuburan setelah penghentian

pemakaian

5. Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntik

a) Usia reproduksi

b) Nulipara dan yang telah memiliki anak

c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki

efektivitas tinggi

d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai

e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui

f) Setelah abortus atau keguguran

g) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen


24

6. Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntik

a) Hamil atau dicurigai hamil

b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama

amenorea

d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara

e) Diabetes mellitus disertai komplikasi

7. Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntik

a) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tidak sedang hamil

b) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid

c) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap

saat apabila ibu tidak dalam keadaan hamil

d) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin

mengganti dengan kontrasepsi suntikan.

D. Pola Menstruasi

1. Pengertian Pola Menstruasi

Pola menstruasi merupakan serangkaian proses menstruasi yang

meliputi siklus menstruasi, lama perdarahan menstruasi, jumlah perdarahan,

dan ada tidaknya dismenore, serta gangguan menstruasi lainnya. Menstruasi

adalah perdarahan yang terjadi secara periodik dan berkala akibat meluruhnya
25

lapisan endometrium pada dinding uterus yang akan berlangsung sekitar 14 hari

setelah terjadinya proses ovulasi (Felicia, dkk, 2015).

Keadaan ini disebabkan karena tidak adanya pembuahan oleh sperma

pada sel telur, kemudian yang terjadi selanjutnya lapisan endometrium (Lapisan

dinding rahim) yang sudah menebal akan menjadi luruh. Menstruasi adalah

proses keluarnya darah atau perdarahan yang secara teratur atau periodik dan

siklik. Darah ini keluar dari uterus yang diikuti dengan pelepasan dari

endometrium. Proses menstuasi ini terjadi bila ovum tidak di buahi oleh sperma

(Fahmawati, 2009).

Menstruasi merupakan perdarahan akibat dari luruhnya dinding rahim

sebelah dalam rahim (endometrium). Lapisan endometrium dipersiapkan untuk

menerima implantasi embrio. Jika tidak terjadi implantasi embrio lapisan ini

akan luruh. Perdarahan ini terjadi secara periodik, jarak waktu antar menstruasi

dikenal dengan satu siklus menstruasi (Purwoastuti, 2015).

2. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi

sampai datangnya menstruasi periode selanjutnya, sedangkan panjang siklus

menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan

mulainya menstruasi berikutnya (Sinaga, 2017). Siklus menstruasi penting


26

sebagai fungsi reproduktif yang menjalankan persiapan untuk konsepsi dan

kehamilan.

Selama kehidupannya seorang perempuan akan mengalami menstruasi

dari menarche sampai menopause. Siklus menstruasi dikatakan normal bila

jarak waktu antara hari pertama menstruasi dengan hari pertama menstruasi

berikutnya dalam satu siklus berjarak ± 21-35 hari. Lama menstruasi atau jarak

dari hari pertama menstruasi sampai perdarahan menstruasi berhenti

berlangsung selama 3-7 hari, dengan jumlah darah selama menstruasi

berlangsung tidak lebih dari 80 ml (Samsulhadi, 2011).

3. Fisiologi Siklus Menstruasi

Proses menstruasi melibatkan dua siklus yaitu siklus di ovarium dan

siklus di endometrium yang terjadi bersamaan. Siklus di ovarium terdiri dari

fase folikel, fase ovulasi, dan fase luteal. Sedangkan siklus di endometrium

terdiri atas 3 fase yaitu fase proliferatif, fase sekretorik, dan fase menstruasi

(Guyton & Hall, 2014).

1. Siklus di ovarium

a. Fase folikel

Dua sampai tiga hari sebelum menstruasi, korpus luteum

mengalami regresi sampai hampir berinvolusi total dan sekresi

progesteron, estrogen, serta inhibin dari korpus luteum berkurang menjadi


27

sangat rendah. Hal ini melepaskan hipofisis dan hipotalamus dari efek

umpan balik negatif hormon tersebut. Satu hari kemudian menstruasi

dimulai, sekresi follicle stimulating hormon (FSH) dan luteinizing

hormon (LH) oleh hipofisis mulai meningkat kembali, sebanyak dua kali

lipat dan diikuti oleh peningkatan sedikit LH yang merangsang

pertumbuhan folikel. Selama 11-12 hari pertama pertumbuhan folikel,

Kecepatan sekresi FSH dan LH akan berkurang sedikit akibat efek umpan

balik negatif terutama dari estrogen pada kelenjar hipofisis anterior

sehingga hanya satu folikel dominan yang tetap tumbuh.

b. Fase ovulasi

Pada fase ini tejadi peningkatan estrogen yang tinggi yang

dihasilkan folikel pra ovulasi yang mengakibatkan efek perangsangan

umpan balik positif pada hipofisis anterior yang menyebabkan terjadinya

lonjakan sekresi LH sehingga terjadi ovulasi. Ovulasi diperkirakan terjadi

24-36 jam pasca puncak kadar estrogen dan 10-12 jam pasca puncak LH.

c. Fase luteal

Fase ini sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga

hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Endometrium menjadi kaya

akan darah dan sekresi kelenjar. Umumnya pada fase pasca ovulasi ini

wanita akan lebih sensitif. Dikarenakan pada fase ini hormon reproduksi

(LH, FSH, progesteron dan estrogen) mengalami peningkatan. Jadi pada


28

fase ini wanita mengalami yang namanya PMS (Pre Menstrual

Syndrome). Beberapa hari setelah gejala berlangsungnya PMS maka

lapisan dinding rahim akan luruh lagi.

2. Siklus di Endometrium

a. Fase proliferatif

Berlangsung bersamaan dengan bagian akhir fase folikular

ovarium.Ketika darah haid berhenti, endometrium mulai memperbaiki diri

dan berproliferasi di bawah pengaruh estrogen dari folikel-folikel yang

baru berkembang. Estrogen memacu proliferasi sel epitel, kelenjar, dan

vaskular endometrium. Fase ini berlangsung dari akhir menstruasi hingga

ovulasi, kadar puncak estrogen memicu lonjakan LH yang menjadi

penyebab ovulasi.

b. Fase sekretorik

Berlangsung bersamaan dengan fase luteal ovarium. Setelah

ovulasi, terbentuk korpus luteum baru yang mengeluarkan sejumlah besar

progesteron dan estrogen. Progesteron mengubah endometrium menjadi

kaya vaskular dan glikogen yang mana dipersiapkan untuk implantasi.

c. Fase menstruasi

Fase paling jelas, ditandai dengan pengeluaran darah dan sisa

endometrium melalui vagina. Fase ini bersamaan dengan fase folikular


29

ovarium. Saat korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi fertilisasi,

kadar progesteron dan estrogen menurun tajam, merangsang pembebasan

prostaglandin yang menyebabkan vasokonstriksi vaskular endometrium.

Penurunan distribusi oksigen menyebabkan kematian endometrium

beserta vaskularnya. Perdarahan yang terjadi melalui kerusakan vaskular

ini membilas jaringan yang mati ke lumen uterus dan hanya menyisakan

sebuah lapisan tipis epitel dan kelenjar yang nantinya menjadi asal

regenerasi endometrium. Prostaglandin uterus juga merangsang kontraksi

ritmik ringan miometrium uterus yang membantu mengeluarkan darah

dan sisa endometrium melalui vagina. Kontraksi yang terlalu kuat akibat

produksi prostaglandin berlebih dapat menyebabkan rasa kram yang

disebut dismenorea.

4. Hormon yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi

Menurut (Hackney, 2016) hormon yang mempengaruhi menstruasi

adalah :

1) Estrogen

Estrogen merupakan salah satu hormon reproduksi yang dihasilkan

oleh ovarium. Ada beberapa jenis estrogen yaitu estron, estriol dan

estradiol-β-17. Estrogen pada menstruasi berguna untuk membentuk

ketebalan endometrium agar terjaga, menstabilkan kuantitas dan kualitas


30

vagina dan cairan serviks agar dapat diterima dalam proses penetrasi

sperma, serta juga membantu dalam hal mengatur suhu. Estrogen secara

bertahap meningkat selama fase folikular, ini berguna untuk mendukung

perkembangan oosit. Ada dua tempat produksi estrogen yaitu sel-sel teka

folikel di ovarium yang utama dan pada kalenjar adrenal melalui konversi

hormon androgen tetapi dalam jumlah lebih sedikit. Hormon estrogen di

uterus menyebabkan proliferasi endometrium.

2) Progesteron

Tempat produksi hormon progesteron antara lain pada korpus

luteum, kalenjar adrenal tapi hanya sebagian saja dan juga diproduksi di

plasenta pada saat adanya kehamilan. Progesteron saat menstruasi berguna

untuk mengubah fase sekresi pada endometrium uterus, yang berfungsi

untuk mempersiapkan jika terjadinya implantasi.

3) GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)

Hipotalamus memproduksi GnRH yang akan dilepaskan menuju

aliran darah dan berjalan ke hipofisis. Respon dari hipofisis dengan

melepaskan hormon gonadotropin yaitu luteinizing hormone (LH) dan

follicle stimulating hormone (FSH). Saat kadar estrogen tinggi, estrogen

memberikan umpan balik ke hipotalamus sehingga kadar GnRH menjadi

rendah, dan begitupun sebaliknya.


31

4) FSH (Follicle Stimulating Hormone)

Hormon FSH diproduksi pada sel-sel basal hipofisis anterior, ini

merupakan bentuk respon dari GnRH yang berfungsi untuk memicu

pematangan dan pertumbuhan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium.

Melalui umpan balik negatif, sekresi FSH dihambat oleh enzim inhibin dari

sel-sel granulosa ovarium.

5) LH (Luteinizing Hormone)

Sama seperti FSH, LH juga memiliki fungsi untuk memicu

perkembang folikel yang berupa sel-sel granulosa dan sel-sel teka serta

berkat hormon LH, kemudian bisa terjadi ovulasi di pertengahan siklus

(LH-surge). Saat fase luteal, LH mempertahankan dan meningkatkan

fungsi dari korpus luteum pasca ovulasi dalam memproduksi progesteron.

6) Lactotrophic Hormone/LTH (Prolaktin)

Hormon prolaktin ini juga sama-sama di produksi pada hipofisis

anterior. Fungsinya meningkatkan dan memicu produktivitas produksi air

susu pada wanita. Jika pada ovarium hormon prolaktin berfungsi untuk ikut

mempengaruhi pematangan sel telur dan fungsi korpus luteum. Saat terjadi

kehamilan prolaktin diproduksi oleh plasenta. Prolaktin juga

mempengaruhi GnRH karena memiliki efek inhibis, jadi jika kadar

prolaktin berlebih dapat terjadi gangguan pematangan folikel, gangguan

ovulasi serta gangguan menstruasi berupa amenorea.


32

5. Gangguan Haid

Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan

dalam :

1. Gangguan siklus haid

a. Polimenorea

Siklus haid lebih pendek dari normal yaitu kurang dari 21 hari,

perdarahannya kurang lebih sama atau lebih banyak daripada haid

normal. Penyebabnya adalah gangguan hormonal, kongesti ovarium

karena peradangan, endometriosis, dan lain-lain. Pada gangguan

hormonal terjadi gangguan ovulasi yang menyebabkan pendeknya masa

luteal. Diagnosis dan pengobatan membutuhkan pemeriksaan hormonal

dan laboratorium lain.

b. Oligomenorea

Siklus haid lebih panjang dari normal yaitu lebih dari 35 hari,

dengan perdarahan yang lebih sedikit. Umumnya pada kasus ini

kesehatan penderita tidak terganggu dan fertilitas cukup baik.

c. Amenorea

Keadaan dimana tidak adanya haid selama atau minimal 3 bulan

berturut-turut. Amenorea dibagi menjadi 2, yaitu amenorea primer dan

sekunder. Amenorea primer ialah kondisi dimana seorang perempuan


33

berumur 18 tahun atau lebih tidak pernah haid, umumnya dihubungkan

dengan kelainan-kelainan kongenital dan genetik. Amenorea sekunder

adalah kondisi dimana seorang pernah mendapatkan haid, tetapi

kemudian tidak mendapatkan haid, biasanya merujuk pada gangguan gizi,

gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain. Ada pula

amenorea fisiologis yaitu masa sebelum pubertas, masa kehamilan, masa

laktasi, dan setelah menopause.

2. Gangguan volume dan lama haid

a. Hipermenorea (menorargia)

Merupakan perdarahan haid yang lebih banyak dari normal atau

lebih lama dari 8 hari. Penyebab kelainan ini terdapat pada kondisi dalam

uterus. Biasanya dihubungkan dengan adanya mioma uteri dengan

permukaan endometrium yang lebih luas dan gangguan kontraktilitas,

polip endometrium, gangguan peluruhan endometrium, dan sebagainya.

b. Hipomenorea

Merupakan perdarahan haid yang lebih pendek atau lebih sedikit

dari normal. Penyebabnya adalah terdapat pada konstitusi penderita,

kondisi uterus, gangguan endokrin, dan lain-lain. Terapi hipomenorea

adalah bersifat psikologis untuk menenangkan penderita, kecuali bila

sudah didapatkan penyebab nyata lainnya. Kondisi ini tidak

memperngaruhi fertilitas.
34

3. Gangguan lain terkait haid

1. Dismenorea

Dismenorea adalah gangguan ginekologik berupa nyeri saat

menstruasi, yang umumnya berupa kram dan terpusat di bagian perut

bawah. Rasa kram ini seringkali disertai dengan nyeri punggung bawah,

mual muntah, sakit kepala atau diare. Dismenorea dibagi menjadi dua

yaitu:

a. Dismenorea primer

Merupakan nyeri menstruasi yang diasosiasikan dengan siklus ovulasi

dan merupakan hasil dari kontraksi miometrium tanpa

teridentifikasinya kelainan patologik. Dismenorea primer umumnya

terjadi 12-24 bulan setelah menarche, ketika siklus ovulasi sudah

terbentuk.

b. Dismenorea sekunder

Merujuk pada nyeri saat menstruasi yang diasosiasikan dengan

kelainan pelvis, seperti endometriosis, adenomiosis, mioma uterina dan

lainnya. Oleh karena itu, dismenorea sekunder umumnya berhubungan

dengan gejala ginekologik lain seperti disuria, dispareunia, perdarahan

abnormal atau infertilitas.


35

2. Pre Menstrual Syndrome/Tension

Merupakan kumpulan keluhan yang umumnya dimulai satu

minggu hingga beberapa hari sebelum mulainya haid dan menghilang

sesudah haid mulai datang, meskipun terkadang berlangsung sampai

selesai haid. Keluhan yang sering muncul umumnya berupa iritabilitas,

gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan

rasa nyeri payudara, dan lain-lain. Keluhan pada kasus berat dapat

meliputi depresi, rasa takut, gangguan konsentrasi, dan lain-lain.

6. Faktor Penyebab Ketidakteraturan Siklus Menstruasi

Faktor-faktor yang menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi yaitu:

a. Usia

Pada awal masa remaja, wanita umumnya mempunyai

ketidakteraturan ovulasi sehingga menyebabkan siklus menstruasi tidak

teratur. Menurut Wronka et al (2013), ketidakteraturan siklus menstruasi

terjadi terutama pada 2 tahun setelah menarche. Usia menarche yang

terlambat juga berhubungan dengan gangguan siklus menstruasi. Tingkat

usia menarche di Indonesia sangat bervariasi menurut Riskesdas (2010) dan

menunjukkan bahwa rata-rata usia menarche di Indonesia adalah 13 tahun.

b. Status pernikahan
36

Penyebab haid tidak teratur setelah menikah salah satunya adalah saat wanita

sedang dalam masa hamil. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya proses

pada saat ovulasi, sperma akan membuahi sel telur yang dilepaskan oleh

ovarium. Sehingga terbentuklah zigot di rahim yang kemudian setiap tahap

akan berkembang menjadi embrio dan lama-kelamaan menjadi janin bayi.

c. Status gizi atau IMT

Obesitas memiliki persentasi lemak tubuh yang tinggi yang

merupakan bahan dasar dalam pembentukan hormon estrogen. Estrogen

dalam kadar tinggi menyebabkan umpan balik terhadap FSH menjadi

terganggu sehingga tidak mencapai kadar puncak dan menggangu

pertumbuhan folikel sehingga menyebabkan pemanjangan dari siklus

menstruasi (Rakhmawati, 2012). Sama halnya dengan kekurangan gizi yang

dapat menyebabkan gangguan pada mekanisme hipotalamus dan

memberikan rangsangan pada hiposifis anterior untuk menghasilkan FSH

dan LH yang berdampak pada siklus menstruasi (Felicia, dkk, 2015).

d. Faktor psikologis seperti stress dan kecemasan

Stress menyebabkan resiko seorang wanita mengalami gangguan

siklus menstruasi dua kali lebih besar dibandingkan yang tidak stress

(Aljadidi, et al 2016).
37

e. Aktifitas fisik

Aktifitas fisik dengan intensitas dan frekuensi tinggi meningkatkan

resiko wanita untuk mengalami gangguan menstruasi sebaliknya aktifitas

fisik dengan intensitas sedang dapat menurunkan resiko gangguan

menstruasi (Anindita, 2016).

f. Hormon

FSH dibutuhkan untuk pematangan folikel primer, sementara LH

yang menstimulasi sekresi estradiol oleh folikel matang dibutuhkan untuk

memicu ovulasi dan setelah ovulasi akan memelihara korpus luteum. Jika

keseimbangan hormon ini terganggu maka akan mengakibatkan gangguan

siklus menstruasi (Ahrens, 2015).

g. Gangguan endokrin

Beberapa penyakit seperti hipertiroid, hipotiroid, dan diabetes melitus

berhubungan dengan gangguan menstruasi. Hipertiroid meningkatkan resiko

oligomenore dan amenore. Hipotiroid meningkatkan resiko polimenore dan

menoragia. Polikistik ovarium sindrom, salah satunya diabetes melitus tipe II

yang terjadi pada penderita obesitas merupakan faktor resiko terjadinya

oligomenore (Harahap, 2010).


38

h. Genetik

Siklus menstruasi ibu berpengaruh terhadap siklus mentruasi anaknya.

Semakin teratur siklus ibu, maka siklus menstruasi anaknya juga akan teratur

(Jayakumari, 2016).

i. Penyakit reproduksi

Beberapa penyakit seperti Polycystic Ovarian Syndrome,

endometriosis, tumor ovarium, kanker serviks dapat menyebabkan

perubahan hormon sehingga mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi

(Anindita, 2016).
AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN KELUARGA
TAHUN 2021
BAB III

KERANGKA PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian di buat untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan

Akseptor KB Suntik 3 Bulan tentang Gangguan Pola Menstruasi di Desa

Onolimburaya Kecamatan Mandrehe Barat. Skema kerangka penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Pengetahuan Akseptor KB Suntik 3 Bulan

tentang Gangguan Pola Menstrusi

Skema 3.1 : Kerangka Penelitian

39
40

B. Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka definisi operasinal sebagai

berikut :

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur

1. Pengetahuan Segala Kuesioner 1. Baik (76- Ordinal


akseptor KB sesuatu yang 100%) jika
suntik 3 diketahui pertanyaan
bulan tentang akseptor KB dijawab
gangguan suntik 3 dengan benar
pola bulan tentang (8-10 soal)
menstruasi gangguan 2. Cukup (56-
yang terjadi 75%) jika
dalam pola pertanyaan
menstruasi dijawab
dengan benar
(6-7 soal)
3. Kurang
(<56%) jika
pertanyaan
dijawab
dengan benar
<6 soal
AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN KELUARGA
TAHUN 2021
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk

mendeskripsikan Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik 3 Bulan tentang

Gangguan Pola Menstruasi di Desa Onolimburaya Kecamatan Mandrehe Barat.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2017) menyatakan bahwa populasi adalah

wilayah generalisasi objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan akseptor KB

suntik 3 bulan di Desa Onolimburaya Kecamatan Mandrehe Barat berjumlah

37 orang.

2. Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2017) sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang di miliki oleh populasi tersebut. Untuk menentukan

sampel pada penelitian ini maka metode pengambilan sampel yang digunakan

adalah total populasi yaitu seluruh akseptor KB suntik 3 bulan di Desa

Onolimburaya Kecamatan Mandrehe Barat berjumlah 37 orang.

41
42

C. Tempat Penelitian Dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Onolimburaya Kecamatan Mandrehe

Barat.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2021.

D. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membutuhkan adanya

rekomendasi atau persetujuan dari pihak institusi dan selanjutnya mengajukan

permohonan izin di tempat penelitian dengan menekankan masalah etika yang

meliputi :

1. Informend consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang

memenuhi kriteria dan disertai judul, peneliti tidak memaksa dan tetap

menghormati hak-hak subjek.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencatumkan nama responden

tetapi diberi kode.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.


43

E. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data/instrument dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner yaitu berupa pernyataan yang disusun oleh peneliti yang mengacu pada

pengetahuan tentang gangguan pola menstruasi. Skala yang digunakan peneliti

dalam melakukan pengumpulan data ini adalah Skala Guttman yang bertujuan

untuk mengetahui ketegasan jawaban dari pengetahuan responden tentang

gangguan pola menstruasi. Kuesioner pengetahuan ini bersifat positif. Jika

responden menjawab 10 pernyataan pengetahuan tentang gangguan pola

menstruasi benar, maka responden memiliki pengetahuan baik.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dikumpulkan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Langkah Persiapan

a. Mengurus izin kepada pemimpin wilayah setempat dan pemimpin

institusi tempat penelitian

b. Melakukan survey pendahuluan untuk mengetahui jumlah akseptor KB

suntik 3 bulan

c. Menyusun kuesioner yang akan digunakan untuk penelitian

2. Langkah Pelaksanaan

a. Menyerahkan surat izin penelitian di tempat penelitian yang telah

ditentukan

b. Menetapkan sampel penelitian


44

c. Menyebarluaskan kuesioner

d. Memproses dan menganalisis data yang terkumpul

G. Pengolahan Data

Data yang terkumpul diolah dengan cara manual, langkah-langkahnya

sebagai berikut :

1. Editing (pemeriksaan)

Pada tahap ini penulis melakukan pemeriksaan terhadap data yang diperoleh

kemudian diteliti apakah terdapat kekeliruan dalam pengisiannya.

2. Coding (pemberian kode)

Setelah dilakukan editing selanjutnya penulis memberikan kode tertentu

pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data.

3. Tabulating (pengelompokan)

Pada tahap ini hasil lembar pengumpulan data yang sama dikelompokkan

dengan teliti dan teratur, lalu dihitung dan dijumlahkan kemudian disajikan

dalam bentuk tabel-tabel.

4. Entry (memasukkan data)

Data yang sudah diberi kode kemudian dimasukan kedalam komputer untuk

dientri.

5. Cleaning (membersihkan data)

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang dimasukan, dilakukan

apabila terdapat kesalahan dalam memasukan data yaitu dengan melihat

distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti.


45

H. Analisa Data

Dilakukan secara univariat yaitu dengan melihat presentase data yang

terkumpul dan ditampilkan pada tabel distribusi frekuensi, kemudian dicari

besarnya presentasi jawaban masing-masing responden dan dibahas dengan

menggunakan teori pustaka yang ada dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Keterangan :

P : Nilai responden

F : Jumlah jawaban benar

N : Jumlah pertanyaan
AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN KELUARGA
TAHUN 2021
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengumpulan data dan pengolahan data yang telah

dilakukan oleh peneliti, maka ditemukan hasil sebagai berikut :

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Akseptor KB Suntik 3 Bulan


Tentang Gangguan Pola Menstruasi Di Desa Onolimburaya
Kecamatan Mandrehe Barat

No. Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)

1. Baik 7 18,9

2. Cukup 11 29,8

3. Kurang 19 51,3

TOTAL 37 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat diketahui bahwa dari 37 orang

responden, mayoritas Akseptor KB suntik 3 Bulan memiliki pengetahuan kurang

tentang gangguan pola menstruasi sebanyak 19 orang (51,3%) dan minoritas

berpengetahuan baik sebanyak 7 orang (18,9%).

46
47

B. Pembahasan

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 37 responden yang telah diteliti,

mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang berjumlah 19 responden

(51,3%), berpengetahuan cukup berjumlah 11 responden (29,8%), dan minoritas

memiliki pengetahuan baik berjumlah 7 responden (18,9%). Hal tersebut

menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang gangguan pola menstruasi

masih rendah.

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” yang terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap

obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, yang dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan tentang kesehatan adalah pengetahuan yang mencakup apa yang

diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan (Wawan &

Dewi, 2018).

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dibagikan peneliti kepada

responden, pernyataan yang paling banyak dijawab benar adalah pernyataan

nomor 1 yaitu pernyataan tentang pemakaian KB suntik 3 bulan dapat

mengakibatkan haid tidak teratur, responden yang menjawab benar sebanyak 26

orang (70,3%) dan yang menjawab salah sebanyak 11 orang (29,7%).

Selanjutnya soal nomor 10 yaitu pernyataan tentang ibu tidak mengalami haid

minimal 3 bulan berturut-turut selama menjadi akseptor KB suntik 3 bulan,


48

responden yang menjawab benar sebanyak 25 orang (67,5%), dan yang

menjawab salah sebanyak 12 orang (32,4%). Pernyataan ini mayoritas dijawab

benar oleh responden karena merupakan pernyataan yang langsung akseptor

rasakan dan alami setelah menggunakan KB suntik 3 bulan serta adanya

pemahaman yang baik oleh responden bahwa terjadinya perubahan pola

menstruasi setelah menjadi akseptor KB suntik.

Selanjutnya hasil rekapitulasi kuesioner yang telah dilakukan peneliti

tentang pengetahuan akseptor KB suntik 3 bulan di Desa Onolimburaya

Kecamatan Mandrehe Barat, responden menjawab pernyataan paling sedikit

benar yaitu soal kuesioner nomor 6 tentang pemakaian KB suntik 3 bulan dapat

menyebabkan perdarahan diluar siklus haid, responden yang menjawab benar

sebanyak 16 orang (43,2%), dan yang menjawab salah sebanyak 21 orang

(56,7%). Selanjutnya soal nomor 7 yaitu pemakaian KB suntik 3 bulan dapat

menyebabkan perdarahan bercak-bercak atau spotting, responden yang

menjawab benar sebanyak 16 orang (43,2%), dan yang menjawab salah sebanyak

21 orang (56,7%). Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan responden

tentang berubahnya pola menstruasi setelah pemakaian KB suntik 3 bulan, serta

tidak mengetahui bahwa keluarnya darah atau bercak merupakan efek samping

dari pemakaian KB suntik 3 bulan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Mitayani (2016), tentang gambaran

siklus menstruasi akseptor KB suntik 3 bulan memperoleh hasil bahwa akseptor

KB suntik 3 bulan sering mengalami Amenorhea 13 orang (25%), dan


49

mengalami siklus metrorhagia 7 orang (7,6%). Ini disebabkan karena adanya

ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium mengalami perubahan

histologi. Perdarahan yang terjadi diluar siklus haid merupakan salah satu

gangguan menstruasi yang akan dialami ibu setelah menjadi akseptor KB suntik

3 bulan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa banyak responden yang

mengalami Amenorhea dan mengalami perdarahan yang terjadi diluar siklus

haid. Amenorhea dan metrorhagia merupakan hal yang sering terjadi pada

akseptor KB suntik 3 bulan, karena pengaruh dari hormon progesteron yang

menyebabkan selaput lendir tipis dan atrofi sehingga haid tidak terjadi.

Hasil penelitian tentang gangguan haid pada akseptor KB suntik 3 bulan

di BPM Logosari Kota Semarang menunjukan bahwa dari 62 responden sebagian

besar mengalami gangguan haid 81,5%, dan 29 responden hampir mengalami

spotting 28,2% (Amruni, 2014). Hal ini sejalan dengan penelitian Sekar, Dkk

(2015) yang menunjukkan bahwa jenis kontrasepsi KB suntik 3 bulan untuk

mengalami gangguan pola menstruasi, gangguan lama menstruasi, dan gangguan

siklus menstruasi lebih besar jika dibandingkan dengan jenis kontrasepsi lainnya.

Hasil penelitian tersebut semakin memperkuat adanya keterkaitan pengguna

kontrasepsi suntik terhadap gangguan pola menstruasi. Hal lain yang ditemukan

peneliti pada saat penelitian yang menyebabkan kurangnya pengetahuan akseptor

KB suntik tentang gangguan pola menstruasi adalah kurangnya pemahaman

akseptor tentang efek samping yang terjadi setelah memakai KB suntik 3 bulan.
50

Menurut asumsi peneliti mayoritas pengetahuan akseptor KB suntik 3

bulan di Desa Onolimburaya Kecamatan Mandrehe Barat mempunyai

pengetahuan yang kurang tentang gangguan pola menstruasi. Pengetahuan yang

kurang ini disebabkan oleh kurangnya minat akseptor KB suntik mencari tahu

dari tenaga kesehatan tentang perubahan pola menstruasi yang dialami ibu

setelah pemakaian KB suntik 3 bulan. Sehingga mengakibatkan pengetahuan

akseptor KB suntik 3 bulan tentang gangguan pola menstruasi masih rendah atau

kurang.
51

C. Keterbatasan Penelitian

Adanya perbatasan sosial distancing selama pandemic covid-19 sehingga

tidak mungkin di laksanakan pengumpulan responden di suatu tempat dalam

jumlah yang banyak.

D. Implikasi Terhadap Pelayanan Dan Penelitian Kebidanan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang gambaran

pengetahuan akseptor KB suntik 3 bulan tentang gangguan pola menstruasi tidak

hanya sekedar untuk diketahui. Seorang wanita yang akan menjadi akseptor KB

suntik perlu mengetahui bahwa terjadinya perubahan pola menstruasi setelah

pemakaian KB suntik, serta bagaimana upaya untuk mengantisipasi hal tersebut.

Hal demikian dapat di antisipasi oleh bidan dengan memberikan pemahaman

kepada akseptor KB suntik 3 bulan tentang gangguan pola menstruasi, ketika

memberikan penyuluhan.
AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN KELUARGA
TAHUN 2021
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan tentang Gambaran

Pengetahuan Akseptor KB Suntik 3 Bulan tentang Gangguan Pola Menstruasi di

Desa Onolimburaya Kecamatan Mandrehe Barat, maka peneliti mengambil

kesimpulan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang

berjumlah 19 responden (51,3%) dan minoritas memiliki pengetahuan baik

berjumlah 7 responden (18,9%).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan di Desa Onolimburaya

Kecamatan Mandrehe Barat mengenai Gambaran Pengetahuan Akseptor KB

Suntik 3 Bulan tentang Gangguan Pola Menstruasi. Adapun yang menjadi saran

pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagi Responden

Disarankan agar aktif mencari lebih banyak informasi tentang

kesehatan terutama pengetahuan tentang gangguan pola menstruasi agar

dapat membantu dalam meningkatkan pengetahuan dan kesehatan akseptor

KB suntik 3 bulan.

52
53

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian pada

aspek-aspek yang lebih luas lagi dengan menggunakan metode yang berbeda

untuk menyempurnakan penelitian dan mengaplikasikan kepada masyarakat

khususnya akseptor KB suntik 3 bulan.

3. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan untuk lebih meningkatkan pemberian informasi tentang

KB suntik 3 bulan sehingga dapat menambah pengetahuan akseptor KB

suntik 3 bulan tentang gangguan pola menstruasi.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Disarankan bagi institusi pendidikan dapat memanfaatkan hasil karya

tulis ilmiah ini sebagai bahan bacaan sehingga menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan bagi mahasiswa Akademi Kebidanan Harapan Keluarga.


DAFTAR PUSTAKA

Affandi, dkk. (2013). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :


YBPSP.

Amruni, (2014). Hubungan Lama Pemakaian DMPA Dengan Gangguan Menstruasi


Pada Akseptor Suntik KB di Semarang. Universitas Muhammadiyah
Semarang. Karya Tulis Ilmiah.

Arum, D. & S. (2011) Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta: Nuha


Medik.

BKKBN. (2015). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kelurga Berencana. Jakarta:


BKKBN.

BKKBN. (2020). Profil Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana


Kabupaten Nias Barat.

Hartanto, Hanafi. (2010). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan.

Kementrian Kesehatan RI, (2016). Data Dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta : Kemenkes RI.

Kementrian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2017.
Jakarta: Kemenkes RI.

Manuaba, I. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.

Marlena, (2019). Acuan memahami siklus menstruasi. Bandung : Alfabeta.

Marmi, (2016). Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Nuha Medik.

Notoatmodjo, S. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.


Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan
professional. Jakarta: Salemba Medika.

Saifudin, A. B. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:


YBPSP.

Profil Kesehatan Indonesia. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Indonesia.

Sekar, dkk. (2015). Gambaran Efek Samping Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB
Suntik.

Sugiyono, (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sukarni & Wahyu. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha
Medik.

Sulistyawati, A. (2017). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika

Suratun, dkk. (2017). Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta: Trans Info Media.
AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN KELUARGA
TAHUN 2021
LAMPIRAN
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Vience Maryani Gulo
NIM : 1840181767
Jurusan : D-III Kebidanan
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan
proses belajar di program D-III. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran pengetahuan akseptor KB suntik 3 bulan tentang gangguan pola menstruasi
di Desa Onolimburaya Kecamatan Mandrehe Barat.
Saya mengharapkan kesediaan ibu untuk menjadi responden dalam penelitian
ini dengan sikap sukarela, senang hati, dan jujur menjawab seluruh pertanyaan.
Informasi yang akan didapatkan dan semua data yang ada dalam lembar kuesioner
dijaga kerahasiaannya.

Gunungsitoli, April 2021

Penulis

Vience Maryani Gulo


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Vience Maryani Gulo adalah mahasiswa Program D-III
Kebidanan Harapan Keluarga. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan
dalam menyelesaikan proses pendidikan di Kebidanan Harapan Keluarga.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan akseptor KB


suntik 3 bulan tentang gangguan pola menstruasi di Desa Onolimburaya Kecamatan
Mandrehe Barat.

Saya mengharapkan kesediaan ibu menjadi responden dalam penelitian ini.


Dengan bersikap sukarela, dan jujur menjawab seluruh pertanyaan. Informasi yang
ibu berikan dan semua data yang diberikan dalam kuesioner akan dijaga
kerahasiaannya.

Jika ibu bersedia menjadi responden penelitin ini, maka silahkan ibu
menandatangani formulir persetujuan ini. Jika ada hal yang kurang dimengerti, ibu
boleh langsung bertanya kepada peneliti.

Akhir kata, saya mengucapkan terimakasih atas partisipasi ibu dalam


penelitian ini.

Onolimburaya, April 2021

Responden Peneliti Responden

( ) (Vience Maryani Gulo)


KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB SUNTIK 3


BULAN TENTANG GANGGUAN POLA MENSTRUASI
DI DESA ONOLIMBURAYA KECAMATAN
MANDREHE BARAT

I. Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Isi identitas terlebih dahulu

No. Responden :

Hari/tanggal :

2. Bacalah pernyataan dengan baik dan teliti

3. Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda cheklist ( ) pada pilihan

jawaban yang dianggap paling benar

4. Tanyakan kepada peneliti yang kurang dimengerti

5. Setelah selesai kembalikan lembar kuesioner pada peneliti yang memberikan

kuesioner
II. Pernyataan

Jawaban

NO. Pernyataan Benar Salah

1. Pemakaian KB suntik 3 bulan dapat mengakibatkan

haid tidak teratur

2. Pemakaian KB suntik 3 bulan dapat menyebabkan

siklus haid lebih panjang dari normal yaitu di atas 35

hari

3. Pemakaian KB suntik 3 bulan dapat menyebabkan

siklus haid lebih pendek dari normal yaitu kurang 21

hari

4. Pemakaian KB suntik 3 bulan dapat menyebabkan

perdarahan haid yang lebih banyak dari biasanya

5. Pemakaian KB suntik 3 bulan dapat menyebabkan

perdarahan haid yang lebih sedikit dari biasanya

6. Pemakaian KB suntik 3 bulan dapat menyebabkan

perdarahan diluar siklus haid

7. Pemakaian KB suntik 3 bulan dapat menyebabkan

spotting atau perdarahan bercak-bercak

8. Pemakaian KB suntik 3 bulan dapat mengakibatkan

perdarahan dapat keluar pada setiap waktu diantara


periode menstruasi

9. Pemakaian KB suntik 3 bulan dapat menimbulkan

nyeri atau kram pada perut bagian bawah pada saat

menstruasi

10. Pemakaian KB suntik 3 bulan dapat mengakibatkan

ibu tidak mengalami haid minimal 3 bulan berturut-

turut selama menjadi akseptor KB suntik 3 bulan


MASTER TABEL

Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik 3 Bulan Tentang


Gangguan Pola Menstruasi Di Desa Onolimburaya
Kecamatan Mandrehe Barat

No. Kuesioner Pengetahuan Hasil


Res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 F % Kategori
1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 6 60 2
2 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 3 30 3
3 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8 80 1
4 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 6 60 2
5 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 3 30 3
6 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 6 60 2
7 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 5 50 3
8 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 5 50 3
9 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7 70 2
10 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 4 40 3
11 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 6 60 2
12 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 4 40 3
13 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 3 30 3
14 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 80 1
15 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 4 40 3
16 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 4 40 3
17 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 1
18 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 5 50 3
19 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8 80 1
20 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 6 60 2
21 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 7 70 2
22 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 5 50 3
23 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 5 50 3
24 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 1
25 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 4 40 3
26 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 7 70 2
27 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 5 50 3
28 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 6 60 2
29 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 7 70 2
30 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 3 30 3
31 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90 1
32 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 6 60 2
33 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 4 40 3
34 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 4 40 3
35 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 4 40 3
36 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8 80 1
37 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 4 40 3
Total 26 19 19 21 24 16 16 20 21 25
Keterangan :

Kuesioner : Kategori :
0 : jawaban salah Baik :1
1 : jawaban benar Cukup : 2
Kurang : 3
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama : Vience Maryani Gulo
Tempat/Tanggal Lahir : Siduahili, 01 Maret 2001
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswi
Agama : Kristen Protestan
Anak ke : 1 dari 5 bersaudara
Alamat Rumah : Desa Onolimburaya
Kecamatan Mandrehe Barat
Kabupaten Nias Barat
Nomor Hp : 082168287519
Alamat Email : vincegulo24@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan :
2007 – 2012 : SD Negeri No.076714 Hiliwaito
2012 – 2015 : SMP Negeri 1 Sirombu
2015 – 2018 : SMA Negeri 1 Sirombu
2018 – 2021 : Akademi Kebidanan Harapan Keluarga
C. Data Keluarga
Nama Ayah : Mareti Gulo
Pekerjaan : PNS
Nama Ibu : Sayani waruwu
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
Saudara : 1. Missi Kristiani Gulo
2. Nonifati Indah Selvi Gulo
3. Lady Friska Gulo
4. Excellent Yetero Gulo

Anda mungkin juga menyukai