Anda di halaman 1dari 6

Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia dalam Penulisan

Karya Tulis Ilmiah

A. Andini Febriani
A. Muh. Alfian Rizal
A. Sri Nurfatiha
Khairun Iftahul Jannah
Agrianto
Nur ikram Firmansyah

Prodi Penyuluhan Peternakan Dan Kesejahteraan Hewan, Politeknik Pembangunan Pertanian


(Polbangtan) Gowa

ABSTRAK

Dalam penulisan karya tulis ilmiah di samping perbendaharaan kata dan tata bahasa, ejaan
memegang peranan yang cukup penting agar tulisan yang dibuat tertata dengan baik. Permasalahan
ejaan bahasa Indonesia dalam penulisan karya ilmiah meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf
kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca
dibahas dalam topik makalah yang berjudul “Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia dalam Penulisan
Karya Ilmiah” dikaji dengan menggunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (1994) yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Pemakaian huruf meliputi pemakaian huruf vokal dan konsonan, baik gabungan vokal maupun
konsonan. Gabungan vokal yang disebut diftong tidak dipisahkan, tetapi merupakan satu kesatuan.
Demikian pula gabungan konsonan yang merupakan satu kesatuan fonem tidak dipisahkan.
Pengapitalan dan pemiringan huruf sering dilakukan karena huruf awal dari kata-kata dan kata
yang dicetak miring dianggap penting. Kenyataannya, pemakaian huruf kapital dan huruf miring
dalam penulisan karya ilmiah sering menyimpang dari kaidah-kaidah ejaan. Penulisan kata yang
perlu mendapat perhatian dalam penulisan karya tulis ilmiah adalah penulisan bentuk ulang,
gabungan kata, kata depan, kata si dan sang, partikel, singkatan dan akronim, serta angka dan
bilangan. Berdasarkan taraf integrasinya unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dipilah
menjadi dua, yakni unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia dan
unsur serapan yang pelafalan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Pemakaian tanda baca yang dianalisis dalam makalah ini adalah pemakaian tanda titik; tanda
koma; tanda titik koma, tanda titik dua; tanda pisah [--]; tanda kurung (...); tanda petik ganda ”...”;
dan tanda petik tunggal `...`.

METODE P[ENELITIAN

Penelitian ini menggunaan ejaan bahasa Indonesia dalam penulisan karya tulis ilmiah
secara benar masih jauh dari yang diharapkan karena banyaknya dijumpai kesalahan dalam
pemakiannya. Banyaknya kesalahan (ejaan) yang terjadi dalam pemakaiannya itu menunjukkan
bahwa masih diabaikannya persoalan penerapan ejaan dalam penulisan karya tulis Kesalahan-
kesalahan ejaan menjadi terpinggirkan karena penulis enggan untuk memperbaikinya atau malah
tidak tahu bahwa yang ditulisnya itu salah dari sudut pemakaian ejaan. Bahkan, kesalahan ejaan
dianggap hal yang biasa karena tidak sampai mengganggu makna kalimat yang dibuat. Inilah
persoalannya. Kesalahan pemakaian ejaan dianggap sepele. Kesalahan pemakaian ejaan dianggap
merupakan tugas para penyunting. Dasar pemikiran itu perlu diluruskan. Persoalan ejaan bahasa
Indonesia adalah persoalan kita bersama untuk menghasilkan karya tulis yang tertib dalam
berbahasa tulis.

PENDAHULUAN

Dalam penulisan karya tulis ilmiah bukan hanya persoalan materi, ide atau gagasan yang
disampaikan, melainkan persoalan bahasa khususnya kekurangcermatan pemakaian ejaan menjadi
persoalan untuk dapat menghasilkan karya tulis ilmiah yang berkualitas sebab penulisan karya
tulis ilmiah merupakan salah satu aktivitas berbahasa tulis yang pada hakikatnya tidak dapat
diabaikan persoalan ejaan dalam hal ini ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Dalam
kaitannya dengan permasalahan itu makalah ini diberi judul “Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia
dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah”.
Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang bahasa
Indonesia dalam bentuk tulisan. Dengan demikian ejaan bahasa Indonesia meliputi pemakaian
huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan
pemakaian tanda baca. Kelima hal itu diuraikan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan (1994) yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Walaupun dalam pedoman itu sudah dijelaskan aturan-aturan yang mesti dilaksanakan, dalam
kesempatan ini saya mencoba untuk menjelaskan kembali hal-hal yang terkait dengan penerapan
ejaan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Dalam pembahasan ini hanya difokuskan pada aturan-
aturan yang perlu mendapat perhatian ekstra karena seringnya persoalan itu diabaikan
pemakaiannya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Pemakaian Tanda Baca


Pemakaian tanda baca meliputi lima belas bagian, tetapi tidak semua bagian itu
dibahas dalam makalah ini. Hanya beberapa kaidah atau aturan yang terkait dengan
penulisan karya tulis ilmiah dibicarakan, di antaranya: pemakaian tanda titik; tanda koma;
tanda titik koma, tanda titik dua; tanda pisah [--]; tanda kurung (...); tanda petik ganda ”...”;
dan tanda petik tunggal `...`. Kedelapan hal itu dibahas satu per satu berikut ini.
a) Tanda Titik [.]
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar, misalnya: 2. Pokok-Pokok Ejaan Bahasa Indonesia; 2.1
Pemakaian Huruf; 2.2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring; 2.3 Penulisan
Kata; 2.4 Pemakaian Unsur Serapan; dan 2.5 Pemakaian Tanda Baca.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu, misalnya: 1.30.10 jam (1 jam, 30 menit, 10 detik),
0.45.55 (45 menit, 55 detik), dan 0.0.30 (30 detik).
Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan, dan tempat terbit
dalam daftar pustaka, misalnya:
Putra, Anak Agung Putu, 2007. “Segmentasi Dialektal Bahasa Sumba di
Pulau Sumba: Suatu Kajian Dialektologi”. Denpasar: Disertasi Program Doktor
Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya,
misalnya: Mahasiswa yang mendaftar SNMPTN berjumlah 5.300 orang.
b) Tanda Koma [,]
Tanda koma dipakai di antaraa unsur-unsur dalam suatu rincian atau
pembilangan, misalnya: Ibu membeli sayur, daging, dan tahu; Tanda titik dipakai
untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului oleh kata tetapi, melainkan, sedangkan, misalnya: Sistem pendidikan
nasional membuat pembelajar dalam bidang teori, tetapi kurang dalam bidang
praktik; Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, termasuk di dalamnya: oleh karena
itu,; jadi,; dengan demikian,; bahkan,; akan tetapi,;Tanda koma dipakai untuk
mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi, misalnya: Dewa
Made Beratha, 17 Gubernur Bali melakukan sidak ke beberapa daerah kabupaten;
Tanda titik dipakai -- untuk menghindari salah baca--di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat, misalnya: Atas perhatian Bapak/ibu/Sdr., saya ucapkan
terima kasih.
c) Tanda Titik Koma [;]
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
sejenis dan setara dan dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk, misalnya:
#Ibu sedang mencuci pakaian; nenek sedang menginang sirih, dan tanda
titik koma#
#Bapak menyiram tanaman; Ibu sibuk bekerja di dapur#
d) Tanda Titik Dua [:]
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian; dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian; dapat dipakai dalam teks drama sesudahkata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan, misalnya:
#Ibu membeli perabotan rumah tangga: mesin cuci, kulkas, dan kompor
gas#
a. Ketua : Drs. A. A. Bagus Suryakarma Sekretaris : Dr. A. A. Putu Putra,
M.Hum.
b. Ibu : (meletakkan beberapa kopor) ”bawa kopor ini, Ca Ucca : ”Baik,
Bu” (mengangkat kopor dan masuk).
e) Tanda Pisah [--]
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat dan menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas, misalnya:
#Kemerdekaan bangsa ini—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh
bangsa itu sendiri#
#Tanda titik dipakai--untuk menghindari salah baca--di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat#
f) Tanda Petik Ganda [”...”]
Tanda petik ganda dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal
dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain; dipakai untuk mengapit judul
syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat; dan dipakai untuk
mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus,
misalnya:
#”Saya belum siap”, kata Ucca, ”tunggu sebentar”#
#Disertasi saya berjudul ”Segmentasi Dialektal Bahasa Sumba di Pulau
Sumba: Suatu Kajian Dialektologi” belum diterbitkan#
#Ia bercelana panjang yang dikenal dengan nama ”cutbrai”#
g) Tanda Petik Tunggal [`...`]
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang tersusun di dalam
petikan lain dan dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
atau ungkapan asing, misalnya:
#”Ibu, `Bapak pulang`, dan rasa letihku lenyak seketika”, ujar Ucca#
# Ngaben `upacara pembakaran mayat` di Bali#

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Drs. E. Zaenal dan Drs. S. Amran Tasai. 1986. Cermat Berbahasa Indonesia:
Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Mediyatama Sarana Perkasa.

Badudu, J.S. 1984. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT Gramedia.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Pedoman Umum Ejaan Bahasa


Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai