Anda di halaman 1dari 12

INNA DAN SAUDARANYA

(Inna,Anna,Laita)

Dosen : KM.Syamsuddin Semmang, S. Pd.I, M.Pd.

Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata


Kuliah Bahasa Arab Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam
Institut Agama Islam As’adiyah Sengkang

Oleh :
RISVILASARI
(21310086)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM AS’ADIYAH SENGKANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT
karena senantiasa menganugerahkan segala Rahmat dan Hidayat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dalam penyusunan
makalah ini.

Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas mata kuliah Bahasa Arab yang diamanatkan oleh Gurutta
KM.Syamsuddin Semmang, SPd.I, M.Pd. Makalah ini penulis buat
berdasarkan buku penunjang yang di miliki dan untuk mempermudah
penulis juga menyertai berhubungan dengan kemajuan kedepan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini  banyak
sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan  maupun dalam
isi.

Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan


kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu
pengetahuan ini.  Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi penulis yang membuat dan umumnya bagi yang membaca
makalah  ini. Aamiin

Sengkang, 7 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................i

DAFTAR ISI...................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................1
A. Latar Belakang............................................1
B. Rumusan Masalah...........................................1

BAB II PEMBAHASAN............................................2
A. Pengertian Inna Wa akhwaatuha............................2
B. Macam-macam Inna Wa akhowatuha...........................2
C. Lam Ibtida’.............................................3

BAB III PENUTUP..............................................7


A. Kesimpulan...............................................7
B. Saran....................................................7

DAFTAR PUSTAKA...............................................8

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an dan Hadits. Umat Islam
tidak akan bisa menggali, mengetahui, dan memahami ajaran
Islam yang sesungguhnya tanpa memiliki kemampuan menggali,
mengetahui, memahami, dan menguasai bahasa Arab. Ilmu Nahwu
adalah ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah yang digunakan
untuk mengetahui hukum kalimat berbahasa Arab.
Karena kaum muslimin wajib mempelajari ilmu agama, maka
dengan sendirinya dituntut untuk sedikit banyak mengerti
bahasa Arab. Tanpa memiliki kemampuan berbahasa Arab, umat
Islam akan buta terhadap agamanya sendirinya.
Salah satu problem yang dirasakan umat Islam non Arab,
termasuk Indonesia adalah kesulitan mempelajari bahasa Arab.
Jumlah para sarjana dan kaum intelektual juga masih banyak
yang belum mampu membaca kitab kuning. Padahal kitab kuning
adalah kitab standar dan rujukan dalam mempelajari dan
memahami ajaran agama Islam.
Dalam makalah ini akan dijelaskan sebagian kecil dari ilmu
Nahwu, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan inna dan saudara-
saudaranya.

B. Rumusan Masalah
ّ
1. Apa pengertian ‫?إن وأخواتها‬
ّ
2. Apa saja macam-macamnya ‫?إن وأخواتها‬
3. Apa itu dimasuki lam ibtida?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ‫إنّ وأخواتها‬
‫ِإ َّن َوَأ َخ َواتُهَا‬ adalah salah satu dari amil nawasib  yang dapat
merusak amalnya mubtada’ khobar. ‫ِإ َّن َوَأ َخ َواتُهَا‬  beramal  ُ‫صب‬ ِ ‫تَ ْن‬
‫اِإل ْس َم َوتَرْ فَ ُع ْال َخبَ َر‬  yaitu menashobkan isim dan merofakan khobar.1
Contoh:  ‫ِإ َّن َز ْيدًا قائ ٌم‬
‫ِإ َّن َز ْيدًا قَاِئ ٌم‬ asalnya ‫زي ٌد قائ ٌم‬ (susunan mubtada–khobar tanpa ‫)إن‬
َّ
tetapi setelahdimasuki inna, maka mubtada yang pada awalnya
rofa’ berubah menjadi nashab.

B. Macam-macam ‫إنّ وأخواتها‬
1. ‫اِ َّن‬ dan  ‫َأ َّن‬ bermakna  H‫للتَّوْ ِك ْيد‬ yaitu mengutkan kandungan
hukum yang dimasuki.
2. ‫لَ ِك ّن‬  bermakna ‫لِاْل ْستِ ْد َراك‬  yaitu memberi keterangan pada
kalam sebelumnya
a. Menghilangkan perkara yang dianggap ada
Contoh: ‫لح‬ َ ‫زَ ْي ٌد عَالِ ٌم لَ ِكنَّهُ َغ ْي ُر‬
ٍ ِ ‫صا‬
b. Perkara yang dianggap tidak ada
َ ُ‫َز ْي ٌد َجا ِه ٌل لَ ِكنّه‬
Contoh: ‫صالِ ٌح‬
3. َ‫لَيْت‬ bermakna ‫للتمنى‬ yaitu:
a. Mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi
َ َ‫لَيْتَ ال َّشب‬  "Semoga sifat muda kembali
Contoh: ‫اب يَعُوْ ُد يَوْ ًما‬
disuatu hari"
b. Mengharapkan sesuatu yang sulit terjadi
Contoh: ‫لَ ْيتَنِى عَالِ ٌم بِ َغي ِْر اِجْ تِهَاٍد فِى التّ َعلُّ ِم‬ "Semoga saya pintar
tanpa sungguh-sungguh dalam belajar"

1
Bahauddin Abdullah Ibn Aqil,  Syarah Ibn Aqil Juz 1 (Kairo :Dar Altirots) Hlm. 97

2
4. ‫لَ َع ّل‬ : memiliki dua makna yaitu:
a. ‫لِلتَّ َرجِّى‬, mengharapkan sesuatu yang disenangi.
Contoh: ‫ْب قَا ِد ٌم‬ َ ‫لَ َع َّل ْا‬   "semoga sang kekasih datang."
َ ‫لحبِي‬
b. ‫لِلتَّ َوقُّ ْع‬, mengharapakan sesuatu yang tidak disenangi
Contoh: ‫ك‬ ٌ ِ‫هَال‬ ً‫لَ َع َّل زَ يْدا‬    "semoga zaid mati."
5. ‫ َكَأ َّن‬ bermakna‫لِلتّ ْشبِ ْي ِه‬ , yaitu menyerupakan perkara satu dengan
perkara yang lain dalam sifat yang khusus.
Contoh: ‫اَ َس ٌد‬ ‫َع ْمرًا‬ ‫ َكَأ َّن‬  umar seakan-akan (seperti)
singa2     

C. Lam Ibtida
Lam ibtida adalah huruf ghair amilah, yang berada di awal
kalimah (kata). Artinya, ia tidak memiliki pengaruh terhadap
perubahan i'rab dan hanya berfungsi sebagai ta'kid (penegas)
suatu kata yang dimasukinya. Huruf lam ibtida' ini memiliki
posisi yang beragam dalam kalimat, di antaranya yaitu pada
khabar dan isimnya inna.
1. Bolehnya Lam Ibtida Masuk Pada Khabar Inna
Imam Ibnu Malik dalam nadzam Alfiyahnyaberkata:

‫ب اخلرب اَل ُم ابْتِ َد ِاء حَنْو ِإيِّن لََو َزر‬ ِ َ


َ َ‫وبعد َذات الْ َك ْس ِر ت‬
ُ ‫صح‬
Artinya: "dan setelah inna yang memiliki harakat kasrah,
lam ibtida' boleh menyertai khabarnya. Contohnya seperti
kalimat jj (sesungguhnya Saya adalah seorang pelindung)."
Bait di atas menjelaskan bolehnya lam ibtida masuk pada
khabar inna yang dibaca kasrah hamzahnya, berfungsi sebagai
partikel penegas bagi kata yang terjatuh setelahnya.
Contohnya seperti kalimat:
‫ِإ‬
ٌ ‫َّن َزيْ ًدا لََق‬
‫ائم‬

2
Muhammad Maftuhin Sholih, Awdohul Masalik Fi Tarjamati Alfiyah Ibn Malik Juz 1 (Surabaya:
Putera Jaya) Hlm. 214

3
"Sesungguhnya Zaid orang yang berdiri"
Catatan: Huruf lam ibtida pada dasarnya terletak di awal
kalimat. Namun dalam bab ini jika diletakkan di awal
kalimat maka bertemu dengan huruf inna yang sama-sama
memiliki makna ta'kid (penegas). Sehingga lam ibtida'
dipindah posisinya pada tempat khabar inna.
Mayoritas ulama ahli nahwu sepakat bahwa lam ibtida
hanya bisa masuk pada khabar inna, maka tidaklah shahih
jika lam ibtida masuk pada selainnya (saudara-saudaranya
inna) kecuali itu syadz (keluar dari kaidah). Seperti dalam
syair Arab berikut ini:
ِ ‫ب ليلى عو ِاذىِل و‬
‫لكنَّىن ِم ْن ُحبّها لَ َع ِميد‬ ِّ ‫لومونَيِن يِف ُح‬
َ ََ ُ َ‫ي‬
Artinya: Mereka mencela kalau diriku mencintai Laila, akan
tetapi cintaku tetap tidak tergoyahkan.
Pada syair Arab di atas, lafadzi adalah saudara inna
yang berfungsi sebagai istidrak, yaitu untuk menyusuli
perkataan sebelumnya. Adapun merupakan khabar, dan ini
syadz (keluar dari kaidah) menurut mayoritas ulama nahwu.
Catatan: Ulama kuffah berpendapat bahwa masuknya lam ibtida
pada khabar itu diperbolehkan.
2. Kondisi Tidak Diperbolehkannya Lam Ibtida Masuk Pada Khabar
Inna
Tidak semua kondisi lam ibtida bisa masukpada khabar
inna, ada beberapa tempat dimana lam ibtida3 tidak boleh
menyertai khabar inna. Lebih lanjut, Imam Ibnu Malik dalam
hal ini menjelaskan sebagaimana bait Alfiyah berikut:

‫الالم َما قَ ْد نُِفيَا َواَل ِم َن اَأْل ْف َع ِال َما َكَر ِضيَا‬ ِ ِ


َ ‫َواَل يَلي ذي‬

3
Umar Bn Isa Bn Ismail Al Haramy, Al Muharror Annahwi Jilid 2, (Kairo:Dar-Alsalam, 2008)
Hlm.604

4
Artinya: "Khabar inna yang disertai huruf nafi tidak boleh
kemasukan lam ibtida. Begitu juga dengan khabar inna berupa
fi'il madhi mutasharrif yang tidak didahului oleh huruf . (
‫ )قد‬qad"
Pertama, khabar inna yang dinafikan maka tidak boleh
didahului dengan lam ibtida', sesungguhnya ‫اِئ ْم‬HHHَ‫ا ق‬HHH‫دًا َم‬HHHْ‫ِإ َّن َزي‬
seperti kalimat Zaid tidak berdiri), maka jangan kamu
dengan adanya lam) ‫اِئ ْم‬HHHHَ‫دًا لَ َّما ق‬HHHHْ‫ ِإ َّن َزي‬berkata ibtida). Jika
sebaliknya, maka hukumnya adalah syadz, seperti dalam syair
Arab berikut:
ِ ‫هِب‬ ِ َّ ‫وَأعلَم‬
ُ‫يما َوَتَر َكان لَاَل ُمتَ َشا َان َواَل َسواء‬
ً ‫َأن تَ ْسل‬ ُ ْ َ
Artinya: "Ketahuilah, sesungguhnya mengucapkan salam dan
meninggalkan keduanya benar-benar berbeda dan tidak pula
sama."
Kedua, khabar inna berupa fi'il madhi mutasharrif (kata
kerja lampau yang memiliki kata turunan) yang tidak
didahului huruf qad, maka tidak boleh disertai dengan lam
ِ ‫( ِإ َّن زَ ْيدًا لَ َر‬sesungguhnya Zaid itu
ibtida. Contohnya seperti‫ض َي‬
telah merasa ridha), maka tidak diucapkan (dengan lam
ibtida).
Catatan: Menurut Imam Kisa'i dan Hisyam khabar inna yang
berupa fi'il madhi mutasharrif boleh disertai lam ibtida
meski tidak didahului huruf qad (‫)قد‬.
Dari penjelasan di atas, maka bisa diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
a. Jika khabar inna berupa fi'il madhi mutasharrif yang
didahului huruf qad, maka boleh disertai lam ibtida.
Sebagaimana penjelasan bait Alfiyah dan terkadang
khabar) ...‫ ْد‬Hَ‫ َع ق‬H‫ يَلِ ْيهَا َم‬fi'liyah yang disertai qad seperti
lafadz boleh diiringi dengan lam‫ض َي‬
ِ ‫ َر‬: ibtida...).

5
b. Jika khabar inna berupa fi'il madhi jamid, maka boleh
didahului lam ibtida', seperti lafadz dan. Contohnya:
‫ ُل‬HHHُ‫دًا لَنِ ْع َم ال َّرج‬HHHْ‫( َزي‬sesungguhnya Zaid adalah sebaik-baiknya
laki-laki).
c. Jika khabar inna berupa fi'il mudhari baik itu
mutasharrif ataupun ghairu mutasahrrif, diperbolehkan
menyertainya dengan lam ibtida. ‫و ُم‬HHHُ‫دًا لَيَق‬HHHْ‫ ِإ َّن َزي‬Contohnya
kalimat (sesungguhnya Zaid akan berdiri). Tetapi
sebagian ulama nahwu ada yang berpendapat tidak
bolehnya lam ibtida menyertai khabar inna berupa fi'il
mudhari' apabila ia didahului huruf . َ‫ َسوْ ف‬atau ‫س‬

3. Bolehnya Lam Ibtida Masuk Pada Selain Khabarnya Inna


‫ول ال َخبَ ُر * َو ْالفَصْ َل َوا ْس ًما َح َّل قَ ْبلَهُ ال َخبَ ُر‬
َ ‫َوتَصْ َحبُ ْال َوا ِسطَ َم ْع ُم‬
Artinya: “dan lam ibtida ada yang menyertai ma'mul khabar
dan dhamir yang menentuksn isim dan khabar inna, juga pada
isim inna yang terletak setelah kabarnya”
Bait di atas menjelaskan bolehnya lam ibtida masuk pada
beberapa tempat selain khabarnya inna, yaitu:
a. Ma'mul inna yang menengahi antara isim dan khabar inna.
Contohnya:‫ك آ ِكلٌِإ َّن َز ْيدًا‬
َ ‫لَطَ َعا َم‬sesungguhnya Zaid adalah orang
yang memakan makananmu.
Kebolehan ini dengan catatan bahwa khabar inna
layak apabila diberi lam ibtida. Jika sebaliknya maka
tidak boleh, seperti ketika khabar inna berupa fi'il
madhi mutasharrif yang tidak disertai huruf qad.
b. Dhamir fashl (pemisah) yang berada di antara isim dan
khabar inna. Sebagaimana firman Allah SWT dalam ‫ِإ َّن هَ َذا لَهُ َو‬
ُّ ‫صصُ ْال َح‬
‫ق‬ َ َ‫ ْالق‬: QS. Ali Imran ayat (sesungguhnya ini adalah
kisah yang benar).

6
c. Isim inna yang diakhirkan mendahulukan khabarnya.
Seperti kalimat‫ ٌد‬H ‫ار لَزَي‬
ِ ‫ َّد‬H ‫إن فِى ال‬
َّ Sesungguhnya Zaid di dalam
rumah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ّ
1. ‫إن وأخواتها‬ merupakan bagian dari amil nawasikh yang dapat
merusak susunan mubtada dan khobar. Amal ّ
dari ‫إن‬
‫وأخواتها‬ adalah menashabkan isim dan merofa’kan khobar.
2. ‫ ِإ َّن و! َأ َّن‬bermakna ‫لِلتَّوْ ِك ْي ِد‬
‫ لَ ِك َّن‬bermakna ‫ك‬
ِ ‫لِِإْل ْستِ ْد َرا‬
َ‫ لَيْت‬bermakna ‫لِلتَّ َمنِّي‬
‫ لَ َع َّل‬bermakna ‫لِلتَّ َر ِّجي\لِلتَّ َوقَّ ْع‬
‫ َكَأ َّن‬bermakna ‫لِلتَّ ْشبِ ْي ِه‬
3. Lam ibtida adalah huruf ghair amilah, yang berada di awal
kalimah (kata). Artinya, ia tidak memiliki pengaruh
terhadap perubahan i'rab dan hanya berfungsi sebagai ta'kid

7
(penegas) suatu kata yang dimasukinya. Huruf lam ibtida'
ini memiliki posisi yang beragam dalam kalimat, di
antaranya yaitu pada khabar dan isimnya inna.

B. Saran
Demikianlah makalah yang telah kami susun. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Al Ghalayaini, Musthafa, Jami’ Durus Al Arabiyyah, Bairut:
Maktabah As Syuruqu Ad  Dauliyyah, 1944.
Al Haramy, Umar Bn Isa Bn Ismail, Al Muharror Annahwi Jilid 2,
Kairo:Dar-Alsalam, 2008.
Ibn Aqil, Bahauddin Abdullah,  Syarah Ibn Aqi L Juz 1,
Kairo :Dar Altirots Tth.
Sholih, Muhammad Maftuhin, Awdohul Masalik Fi Tarjamati Alfiyah
Ibn Malik Juz 1, Surabaya: Putera Jaya , Tth.
Arra’ini, Muhammad Syamsuddin, Mutammimah Ajjurumiyyah, Al-
Hidayah, Surabaya: Wacana Ilmu, 2001.

Anda mungkin juga menyukai