Anda di halaman 1dari 9

APLIKASI TEKNIK DESAIN EK

APLIKASI TEKNIK DESAIN EKSPERIMEN UNTUK OPTIMISASI PROSES SODA LIME SKALA LABORATORIUM

Seiring dengan semakin membatasinya lingkungan hidup dan tempat kerja di seluruh dunia, mitigasi
emisi dan pengendalian polusi atmosfer menjadi isu internasional yang sangat penting. Masalah kualitas
udara yang disebabkan oleh efek rumah kaca, proses industrialisasi, dan aktivitas manusia telah menjadi
perhatian global dan memerlukan perhatian serius dari segi lingkungan dan ekonomi, kemajuan dalam
penelitian ilmiah, dan regulasi kebijakan internasional (Adams & Horst, 2003; Afroz et al., 2003; Barnett,
2003; Semazzi, 2003; Monks et al., 2009; Tollefsen et al., 2009). Sebagai contoh, emisi karbon dioksida
(CO2) ke atmosfer sudah dikenal sebagai kontributor penting dalam pemanasan global. Emisi CO2
tercatat sebesar 36,4 miliar metrik ton pada tahun 2019 dibandingkan dengan 24,4 miliar metrik ton
pada tahun 1999, dan angka ini terus meningkat dari waktu ke waktu (PBB, 2010; Friedlingstein et al.,
2019). Pada tahun 1970-an, konsentrasi CO2 di atmosfer meningkat sebesar 1,3 ppm per tahun, dan
angka ini meningkat menjadi 2,2 ppm per tahun pada tahun 2007. Para ilmuwan memprediksi bahwa
nilai aman untuk konsentrasi CO2 di atmosfer adalah 350 ppm, sementara konsentrasi CO2 saat ini di
atmosfer lebih dari 410 ppm (Canadell et al., 2008; Global Monitoring Laboratory, 2021).

Untuk menanggulangi peningkatan konsentrasi CO2 yang semakin meningkat, solusi yang paling layak
adalah menemukan cara yang ekonomis untuk menangkap atau menyimpan CO2 sebelum dilepaskan ke
atmosfer. Saat ini, ada banyak teknologi untuk menangkap atau mengurangi tingkat CO2, seperti
capture and storage, teknologi membran, aqueous amine, proses solid soda lime, chemisorption, dan
absorpsi fisik (Corti et al., 2004; Aaron & Tsouris, 2005; Loo et al., 2007; Pennline et al., 2008; Yang et al.,
2008; Choi et al., 2009; Ma et al., 2009; Wilson et al., 2009; Abass, 2010; Duke et al., 2010; Herzog, 2011;
Yu et al., 2017). Penghilangan CO2 dengan adsorben padat mungkin menjadi pendekatan yang lebih
menarik daripada absorbent cair konvensional karena dapat mengurangi biaya yang terkait dengan
tahap penangkapan (Khraisheh et al., 2020).

Namun, keberhasilan pendekatan ini tergantung pada pengembangan adsorben yang mudah didaur
ulang dan tahan lama dengan selektivitas CO2 yang tinggi dan kapasitas adsorpsi yang besar (Arenillas et
al., 2005; Drage et al., 2007). Penelitian awal telah menunjukkan bahwa bahan seperti kalsium
hidroksida (Ca(OH)2) atau kalsium oksida (CaO) dapat memainkan peran penting dalam penyerapan CO2
(Blum et al., 1952). Adsorben berbasis oksida/hidroksida logam ini telah menjadi kandidat yang paling
menjanjikan untuk penangkapan CO2 (Gupta & Fan, 2002; Manovic & Anthony, 2007; Grasa et al., 2008;
Li et al., 2015). Soda lime adalah campuran butir Ca(OH)2 dan natrium hidroksida, dan dikategorikan
sebagai adsorben padat yang mengandung tingkat air yang terkontrol dengan baik yang akan
menangkap gas CO2 sehingga membentuk kalsium karbonat (CaCO3) (Mazurek, 2005). Lin et al. (2004)
menemukan bahwa karbonasi terjadi melalui hidroksida di bawah kondisi yang diminati, yang
meningkatkan reaktivitas dari adsorben.

Desain eksperimen (DoE) diperkenalkan oleh Fisher (1935), yang menggambarkan masalah dasar dari
SPERIMEN UNTUK OPTIMISASI PROSES SODA LIME SKALA LABORATORIUM

Seiring dengan semakin membatasinya lingkungan hidup dan tempat kerja di seluruh dunia, mitigasi
emisi dan pengendalian polusi atmosfer menjadi isu internasional yang sangat penting. Masalah kualitas
udara yang disebabkan oleh efek rumah kaca, proses industrialisasi, dan aktivitas manusia telah menjadi
perhatian global dan memerlukan perhatian serius dari segi lingkungan dan ekonomi, kemajuan dalam
penelitian ilmiah, dan regulasi kebijakan internasional (Adams & Horst, 2003; Afroz et al., 2003; Barnett,
2003; Semazzi, 2003; Monks et al., 2009; Tollefsen et al., 2009). Sebagai contoh, emisi karbon dioksida
(CO2) ke atmosfer sudah dikenal sebagai kontributor penting dalam pemanasan global. Emisi CO2
tercatat sebesar 36,4 miliar metrik ton pada tahun 2019 dibandingkan dengan 24,4 miliar metrik ton
pada tahun 1999, dan angka ini terus meningkat dari waktu ke waktu (PBB, 2010; Friedlingstein et al.,
2019). Pada tahun 1970-an, konsentrasi CO2 di atmosfer meningkat sebesar 1,3 ppm per tahun, dan
angka ini meningkat menjadi 2,2 ppm per tahun pada tahun 2007. Para ilmuwan memprediksi bahwa
nilai aman untuk konsentrasi CO2 di atmosfer adalah 350 ppm, sementara konsentrasi CO2 saat ini di
atmosfer lebih dari 410 ppm (Canadell et al., 2008; Global Monitoring Laboratory, 2021).

Untuk menanggulangi peningkatan konsentrasi CO2 yang semakin meningkat, solusi yang paling layak
adalah menemukan cara yang ekonomis untuk menangkap atau menyimpan CO2 sebelum dilepaskan ke
atmosfer. Saat ini, ada banyak teknologi untuk menangkap atau mengurangi tingkat CO2, seperti
capture and storage, teknologi membran, aqueous amine, proses solid soda lime, chemisorption, dan
absorpsi fisik (Corti et al., 2004; Aaron & Tsouris, 2005; Loo et al., 2007; Pennline et al., 2008; Yang et al.,
2008; Choi et al., 2009; Ma et al., 2009; Wilson et al., 2009; Abass, 2010; Duke et al., 2010; Herzog, 2011;
Yu et al., 2017). Penghilangan CO2 dengan adsorben padat mungkin menjadi pendekatan yang lebih
menarik daripada absorbent cair konvensional karena dapat mengurangi biaya yang terkait dengan
tahap penangkapan (Khraisheh et al., 2020).

Namun, keberhasilan pendekatan ini tergantung pada pengembangan adsorben yang mudah didaur
ulang dan tahan lama dengan selektivitas CO2 yang tinggi dan kapasitas adsorpsi yang besar (Arenillas et
al., 2005; Drage et al., 2007). Penelitian awal telah menunjukkan bahwa bahan seperti kalsium
hidroksida (Ca(OH)2) atau kalsium oksida (CaO) dapat memainkan peran penting dalam penyerapan CO2
(Blum et al., 1952). Adsorben berbasis oksida/hidroksida logam ini telah menjadi kandidat yang paling
menjanjikan untuk penangkapan CO2 (Gupta & Fan, 2002; Manovic & Anthony, 2007; Grasa et al., 2008;
Li et al., 2015). Soda lime adalah campuran butir Ca(OH)2 dan natrium hidroksida, dan dikategorikan
sebagai adsorben padat yang mengandung tingkat air yang terkontrol dengan baik yang akan
menangkap gas CO2 sehingga membentuk kalsium karbonat (CaCO3) (Mazurek, 2005). Lin et al. (2004)
menemukan bahwa karbonasi terjadi melalui hidroksida di bawah kondisi yang diminati, yang
meningkatkan reaktivitas dari adsorben.

Desain eksperimen (DoE) diperkenalkan oleh Fisher (1935), yang menggambarkan masalah dasar dari
desain eksperimen sebagai menentukan pola kombinasi faktor (titik desain) yang terbaik untuk
mengungkapkan sifat respon dan bagaimana respon ini dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Ini
adalah metodologi yang strategis dan memungkinkan untuk meningkatkan hasil produksi dan kualitas
produk. Teknik DoE adalah penghubung penting antara dunia eksperimen dan pemodelan. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan informasi maksimal dari suatu perangkat eksperimental yang sedang
dimodelkan dengan merancang eksperimen yang akan menghasilkan data yang paling informatif, dalam
arti statistik, untuk digunakan dalam estimasi parameter dan validasi model.

Sebelum mengumpulkan data, sebuah eksperimen dirancang, di mana diputuskan bagaimana sistem
akan diperturbasi (kondisi awal, variabel input yang dimodifikasi, kapan dan bagaimana, dll.), dan di
mana, bagaimana dan kapan pengamat akan mengamati fenomena yang sedang diselidiki (variabel
mana yang diukur, tipe dan lokasi sensor, jadwal pengambilan sampel, dll.). Ini adalah rute sistematis
yang dapat diikuti untuk menemukan solusi untuk masalah proses industri dengan lebih objektif dengan
menggunakan teknik eksperimental dan statistik (Coleman & Montgomery, 1993; Antony et al., 1998).
Baru-baru ini, prosedur DoE telah digunakan untuk menyelidiki secara sistematis variabel proses atau
variabel produk yang mempengaruhi kualitas produk. Dimungkinkan untuk mengidentifikasi kondisi
proses dan komponen produk yang mempengaruhi kualitas dan biaya produk, yang pada gilirannya
meningkatkan kecukupan produksi, kualitas, keandalan, dan produktivitas produk (Franceschini &
Macchietto, 2008; Moseson et al., 2012).

Tujuan dari studi ini adalah untuk menerapkan DoE untuk menyederhanakan proses eksperimental,
terutama dengan meminimalkan jumlah percobaan dan memaksimalkan akurasi hasil. DoE akan
digunakan untuk menentukan faktor atau parameter signifikan yang mempengaruhi pengolahan soda
lime skala laboratorium dan untuk menyoroti beberapa kemungkinan interaksi antara berbagai
parameter pengolahan. Dalam studi ini, desain faktorial dua level dipilih untuk secara simultan
mempelajari efek empat variabel persiapan soda lime numerik, yaitu waktu hidrasi (A), ukuran granul
(B), kandungan air (C), dan kerapatan bahan (D), pada efisiensi penyerapan karbon dioksida yang
disiapkan dari CaO grade industri lokal. Model empiris akan dikembangkan untuk menghubungkan
efisiensi penyerapan dengan parameter persiapan soda lime. Reaktivitas soda lime (efisiensi
penyerapan) juga diuji untuk kemampuannya menyerap CO2.
1. MATERIALS & METHODS

Physical and Chemical Analyses

Bahan mentah yang digunakan untuk persiapan soda lime adalah CaO industrial grade yang disediakan
oleh CAO Industries, Rawang, Selangor, Malaysia. Fase yang hadir dalam bahan ditentukan
menggunakan diffraktometer sinar-X (XRD) (Bruker D8-Advanced) yang berada di Sekolah Fisika
Terapan, Universitas Nasional Malaysia (UKM). Difraktogram dihasilkan menggunakan sumber radiasi Cu
Kα (λ = 1,543 Å) pada kecepatan pemindaian 0,002 °/s dengan 2θ dari 20 hingga 60º. Komposisi unsur
bahan dianalisis menggunakan spektrometer fluoresensi sinar-X dengan dispersive panjang gelombang
(XRF) (Bruker SP 4 Pioneer, WDXRF) dilengkapi dengan tabung sinar-X Rh dan generator 4 kW. Generator
sinar-X dioperasikan pada tegangan 20-50 kV dan arus 5-20 mA. Untuk mempersiapkan pellet XRF,
digunakan holder sampel logam kecil yang terbuat dari aluminium dengan diameter 3 cm. Pellet ditekan
selama 30 detik dengan tekanan 10 ton/cm2 menggunakan mesin press hidrolik Specac (Isa et al., 2012).
Dari proses ini, massa total setiap pellet yang diperoleh adalah 10,8 g. Perhitungan kuantitatif dilakukan
menggunakan perangkat lunak yang disertakan. Hasil analisis diungkapkan dalam persentase berat (wt.
%). Komposisi kimia dan fase utama yang hadir dalam bahan ditunjukkan pada Tabel 1 dan Gambar 1
masing-masing.

Soda Lime Preparation


Granulated soda lime dibuat dengan mencampurkan 1.000 g CaO dan 3 L air pada suhu 27 °C. Setelah
diaduk, suhu adonan meningkat menjadi sekitar 80 °C. Kemudian adonan dibiarkan pada suhu ruangan
selama 30-180 menit dan kemudian diekstrusi untuk membentuk bentuk granul, dipanaskan pada suhu
120 °C selama 12 jam. Adsorben dalam bentuk granul kemudian dihancurkan dan disaring untuk
menghasilkan rentang ukuran partikel yang diperlukan (1 dan 5 mm). Periode hidrasi dan penggunaan
CaO sebagai bahan dasar bervariasi berdasarkan DoE.

Design of Experiments, Model Fitting and Statistical Analysis


Granul soda lime dibuat menggunakan metode hidrasi air dengan memvariasikan variabel persiapan
adsorben menggunakan desain faktorial dua level. Empat variabel persiapan soda lime yang diteliti
adalah waktu hidrasi (A), ukuran granul (B), kandungan air (C), dan densitas isi granul (D), seperti yang
terlihat pada Tabel 2. Untuk setiap parameter kategorikal, desain faktorial fraksional separuh untuk
empat parameter numerik, yang terdiri dari delapan titik faktorial (dikodekan sebagai −1 dan +1),
digunakan, yang menunjukkan bahwa delapan percobaan harus dilakukan.

Matriks desain lengkap dari eksperimen yang digunakan dan hasilnya diberikan pada Tabel 3 dan 4
masing-masing. Urutan eksperimen diacak untuk meminimalkan efek faktor yang tidak terkontrol.
Respon pada Tabel 4 digunakan untuk mengembangkan model empiris yang berkorelasi dengan aktivitas
kimia atau daya serap dari parameter persiapan soda lime. Design Expert 6.0.6 (STAT-EASE Inc.,
Minneapolis, USA) digunakan untuk analisis regresi data eksperimental untuk menyesuaikan persamaan
polinomial derajat dua dan juga untuk evaluasi signifikansi statistik dari persamaan yang dikembangkan.
Carbon Dioxide Absorption Efficiency Study
Untuk menentukan daya serap kimia sampel, sejumlah 33,3 g ditempatkan di dalam tabung U dengan 10
g kalsium klorida (CaCl2) untuk menjerat kelembaban yang dihasilkan oleh reaksi netralisasi dan
mensimulasikan lingkungan kering. Gas CO2 murni 99,5% disuntikkan/masukkan melalui tabung U
dengan kecepatan 1.000 ml per menit selama 5 menit untuk memungkinkannya mendingin. Berat awal
dan akhir tabung U dicatat untuk menentukan jumlah CO2 yang dapat diserap oleh soda lime.

untuk membuat soda lime, beberapa alat yang dapat digunakan antara lain:

1. Gelas kimia: digunakan untuk mengukur dan mencampur bahan-bahan yang diperlukan
untuk membuat soda lime.
2. Pengaduk magnetik: digunakan untuk mencampur bahan-bahan secara homogen dan
cepat.
3. Oven atau tungku: digunakan untuk membakar campuran bahan hingga kering dan
menghilangkan kelembapan.
4. Wadah atau botol yang kedap udara: digunakan untuk menyimpan soda lime yang telah
dibuat.
5. Masker dan sarung tangan: digunakan untuk melindungi diri dari bahaya yang mungkin
diakibatkan oleh bahan-bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan soda lime.

Pembuatan soda lime adalah proses kimia yang dapat dilakukan secara manual atau
otomatis dengan menggunakan mesin-mesin tertentu. Beberapa mesin yang dapat
digunakan dalam pembuatan soda lime antara lain:

1. Mesin pengaduk: mesin ini dapat digunakan untuk mencampurkan bahan-bahan kimia
secara homogen dalam jumlah besar dengan waktu yang singkat.
2. Mesin penggiling: mesin ini dapat digunakan untuk menghancurkan bahan-bahan kimia
menjadi ukuran yang lebih kecil sehingga mudah dicampurkan.
3. Mesin pengering: mesin ini dapat digunakan untuk mengeringkan campuran bahan
kimia dengan cepat, efektif, dan kontrol suhu yang baik sehingga produk akhir yang
dihasilkan kering dan berkualitas.
4. Mesin pembungkus: mesin ini dapat digunakan untuk mengemas soda lime dalam
kemasan yang steril dan kedap udara sehingga dapat menjaga kualitas produk dalam
jangka waktu yang lama.
Soda lime digunakan dalam beberapa aplikasi untuk menyerap karbon dioksida (CO2). Jika
Anda ingin mendeteksi keberadaan CO2 pada soda lime, Anda dapat mengikuti langkah-langkah
berikut:

1. Periksa warna soda lime: Soda lime seharusnya berwarna putih atau putih keabu-abuan. Jika
warnanya berubah menjadi coklat atau kekuningan, itu menandakan bahwa soda lime telah jenuh
dengan CO2 dan perlu diganti.
2. Uji pH soda lime: Soda lime akan menyerap CO2 dan menghasilkan asam karbonat. Anda dapat
menguji pH soda lime menggunakan kertas lakmus atau alat ukur pH untuk menentukan apakah
ada asam karbonat yang terbentuk. pH yang lebih rendah menunjukkan adanya asam karbonat.
3. Gunakan alat deteksi CO2: Jika Anda ingin mendeteksi keberadaan CO2 dengan lebih akurat,
Anda dapat menggunakan alat deteksi CO2 seperti meter CO2 atau indikator CO2. Alat ini akan
menunjukkan kadar CO2 yang ada dalam lingkungan sekitar.

Namun, perlu diingat bahwa soda lime yang digunakan dalam aplikasi medis atau ilmiah
mungkin telah dimodifikasi dengan bahan lain yang dapat mempengaruhi cara mendeteksi CO2.
Jika Anda tidak yakin, pastikan untuk memeriksa panduan penggunaan soda lime atau
berkonsultasi dengan ahli terkait.

Dalam aplikasi medis, soda lime biasanya digunakan sebagai adsorben untuk
menghilangkan CO2 dari aliran gas dalam ventilasi mekanis atau anestesi. Untuk
mendeteksi CO2 pada soda lime dalam aplikasi medis, Anda dapat mengikuti langkah-
langkah berikut:

1. Periksa warna soda lime: Periksa warna soda lime yang ada pada alat ventilasi atau
anestesi. Soda lime yang digunakan pada aplikasi medis biasanya memiliki warna awal
yang berbeda dengan soda lime yang digunakan pada aplikasi industri. Sebagai contoh,
soda lime yang digunakan pada aplikasi medis biasanya berwarna putih muda atau
putih kekuningan.
2. Gunakan indikator warna CO2: Beberapa jenis soda lime medis dilengkapi dengan
indikator warna yang berubah menjadi ungu atau merah jika soda lime sudah jenuh
dengan CO2. Indikator warna ini membantu memantau ketersediaan soda lime dan
memberikan peringatan ketika soda lime perlu diganti.
3. Gunakan alat deteksi CO2: Alat deteksi CO2 dapat digunakan untuk mengukur kadar
CO2 yang ada dalam aliran gas. Alat ini biasanya terhubung dengan alat ventilasi atau
anestesi dan dapat memberikan informasi tentang konsentrasi CO2 pada soda lime dan
aliran gas yang dihasilkan.

Namun, perlu diingat bahwa penggunaan soda lime dalam aplikasi medis sangat kritis
dan harus dilakukan dengan hati-hati. Pastikan untuk mengikuti panduan penggunaan
yang benar dan berkonsultasi dengan ahli terkait jika ada keraguan atau masalah yang
timbul.

Soda lime adalah bahan kimia yang digunakan sebagai adsorben untuk
menghilangkan CO2 dari aliran gas dalam ventilasi mekanis atau anestesi.
Soda lime yang digunakan untuk aplikasi medis biasanya dilengkapi dengan
indikator warna CO2, yang membantu memantau kondisi soda lime dan
memberikan peringatan ketika sudah jenuh dengan CO2 dan perlu diganti.
Berikut adalah cara membuat soda lime untuk aplikasi medis dengan
menggunakan indikator:

Bahan dan alat yang dibutuhkan:

 Kalsium hidroksida (Ca(OH)2)


 Natrium hidroksida (NaOH)
 Indikator warna CO2 (opsional)
 Wadah kaca atau plastik
 Sarung tangan
 Kacamata pelindung
 Masker

Langkah-langkah:

1. Bersihkan wadah yang akan digunakan untuk membuat soda lime medis.
2. Kenakan sarung tangan, kacamata pelindung, dan masker untuk melindungi
diri dari bahan kimia yang digunakan.
3. Timbang 94% Ca(OH)2 dan 6% NaOH (perbandingan ini dapat bervariasi
tergantung pada produsen dan aplikasi medis yang digunakan).
4. Campurkan Ca(OH)2 dan NaOH secara perlahan dengan menggunakan alat
pengaduk hingga tercampur rata. Pastikan untuk mencampurkan bahan
secara merata untuk menghasilkan soda lime yang homogen.
5. Jika menggunakan indikator warna CO2, tambahkan indikator tersebut ke
dalam campuran soda lime dan aduk hingga merata.
6. Jika soda lime terlalu basah, sebarkan soda lime dalam lapisan tipis di atas
kertas koran dan biarkan mengering selama beberapa jam.
7. Setelah soda lime kering, simpan dalam wadah tertutup yang bersih dan
kering.
8. Pastikan untuk menyimpan soda lime medis dalam kondisi yang kering dan
terlindungi dari udara lembap dan debu.

Itulah cara membuat soda lime medis dengan menggunakan indikator warna
CO2. Penting untuk mengikuti panduan penggunaan dan jangan lupa untuk
mengganti soda lime secara teratur sesuai dengan rekomendasi produsen.

Indikator warna CO2 pada soda lime digunakan untuk memantau kondisi soda lime
medis dan memberikan peringatan ketika soda lime sudah jenuh dengan CO2 dan perlu
diganti. Ada beberapa jenis indikator warna CO2 yang umum digunakan pada soda lime
medis, antara lain:

1. Fenolftalein: Fenolftalein berubah warna dari tidak berwarna menjadi merah muda
ketika terjadi peningkatan konsentrasi CO2 pada soda lime.
2. Litmus: Litmus berubah warna dari merah menjadi biru ketika terjadi peningkatan
konsentrasi CO2 pada soda lime.
3. Universal Indicator: Universal Indicator adalah campuran indikator yang berubah warna
sesuai dengan pH larutan. Ketika terjadi peningkatan konsentrasi CO2 pada soda lime,
pH larutan akan menurun dan menghasilkan perubahan warna yang dapat dideteksi
menggunakan Universal Indicator.
4. Bromothymol blue: Bromothymol blue berubah warna dari biru menjadi kuning ketika
terjadi peningkatan konsentrasi CO2 pada soda lime.
5. Methyl violet: Methyl violet berubah warna dari ungu menjadi kuning ketika terjadi
peningkatan konsentrasi CO2 pada soda lime.

Pilihan indikator warna CO2 pada soda lime medis bergantung pada preferensi
produsen dan aplikasi medis yang digunakan. Selalu pastikan untuk mengikuti panduan
penggunaan dan jangan mengabaikan perubahan warna indikator CO2 pada soda lime
medis.

Anda mungkin juga menyukai