Anda di halaman 1dari 9

Kata pubertas berasal dari kata latin yang berarti “usia kedewasaan”.

Kata ini
lebih menunjukkan pada perubahan fisik daripada perubahan perilaku yang
terjadi pada saat individu secara seksual menjadi matang dan mampu
memberikan keturunan. Pubertas (puberty) adalah sebuah periode dimana
kematangan fisik berlangsung pesat, yang melibatkan perubahan hormonal, dan
tubuh, yang terutama berlangsung di masa remaja awal. (Fallis, 2018)
1. Faktor yang mempengaruhi pubertas
Pubertas merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa
dewasa yang dipengaruhi oleh berbagai faktor neuroendokrin, yaitu
faktor-faktor yang mempengaruhi baik awita maupun perkembangan
masa pubertas. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan baik fisis
maupun psikologis. Ukuran dan bentuk badan berubah dari ciri khas anak
ke bentuk dewasa. Tinggi badan dan berat badan cepat meningkat dan
tanda-tanda seksual sekunder mulai muncul. Organorgan reproduksi
berubah dari bentuk infantil menjadi bentuk dewasa. Perubahan fisis
yang terjadi pada masa pubertas adalah akibat meningkatnya kadar
hormon seks yang dihasilkan oleh gonaddan kelenjar adrenal.
( Mohammad Ali, Mohammad Asrori, 2018)
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi awitan pubertas. Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan pubertas antara lain etnik, sosial,
psikologis, nutrisi, fisik dan penyakit kronis. Semua faktor di atas dapat
mempengaruhi kecepatan proses tumbuh kembang pubertas.Lebih
kurang 2,5% dari seluruh populasi akan memulai pubertas di luar kisaran
usiapubertas yang normal, sehingga perlu evaluasi apakah hal tersebut
menunjukkan pubertas prekoks atau pubertas terlambat. ( Mohammad
Ali, Mohammad Asrori, 2018)
Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu,
diantaranya adalah sifat jasmaniah yang diwariskan dari orang tua dan
kematangan. Secara sepintas pertumbuhan fisik seolah-olah seperti
sudah direncanakan oleh faktor kematangan. Meskipun anak itu diberi
makanan yang bergizi tinggi tetapi pada saat kematangan belum sampai,
maka pertumbuhan akan tertunda. ( Mohammad Ali, Mohammad Asrori,
2018)
Faktor Eksternal
26 | P a g e
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri anak, yaitu
kesehatan, faktor gizi yang erat hubungannya dengan kondisi sosial
ekonomi keluarga dan faktor lingkungan.
1) Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan
yang sangat cepat dari anggota tubuh ketidak seimbangan tubuh sering
berakibat tak terduga pada perkembangan emosi remaja. ( Mohammad
Ali, Mohammad Asrori, 2018)
2) Pola asuh orang tua terhadap remaja sangat bervariasi. Ada yang pola
asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja
sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh,
tetapi ada juga yang penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh orang tua
seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi
remaja. ( Mohammad Ali, Mohammad Asrori, 2018)
3) Faktor penting yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi
remaja adalah pandangan dunia luar dirinya. Ada sejumlah perubahan
pendangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflikkonflik emosional
dalam diri remaja ( Mohammad Ali, Mohammad Asrori, 2018)
4) Faktor dari dalam keluarga yang sangat dibutuhkan oleh anak dalam
proses perkembangan sosialnya, yaitu kebutuhan akan rasa aman,
dihargai, disayang , diterima dan kebebasab untuk menyatakan diri.
( Mohammad Ali, Mohammad Asrori, 2018)

2. Hormon yang berperan


Berbagai perubahan yang terjadi dimasa emaja disebabkan disebabkan
karena pengaruh hormone. Hormone adalah pembawa pesan kimia dari
satu sel ke sellainnya. Pesan ini mengatur tubuh sehingga berfunsi
sebagaimana mestinya. Hormone yang berperan pada masa pubertas
adalah hormone pertubuhan, testosterone, dan estradiol pada wanita.
Hormone pertumbuhan dihasilkan oleh ptiutari anterior, berperan dalam
pertumbuhan tulang dan otot. Ormon testosterone dihasilkan di sel ledyg
pada testis , berperan merangsang perkembangan tanda seks sekunder
pada lakilaki. Hormone estradiol padaperempuan dihasilkan oleh
ovarium, erperan dalam merngsang perkembangan tanda seks sekunder
pada perempuan. (Musmiah, 2019)

3. Ciri-ciri pubertas
Pubertas adalah masa transisi dari masa anak ke masa dewaa,
yang ditandai dengan muncunta tanda-tanda seksual sekunder dan
kemampuan bereproduksi. Pubertas pada anak laki-laki biaanya terjadi
pada usia 12-15 tahun. Setelah 14 atau 15 tahun, perubahan tetap akan
terjadi namun tidak sederastis oada masa pubertas. Perubahan ini akan
terus berlangsun hingga masa renajam, yaitu 19 tahun. (Musmiah, 2019)
Hormone menyebabkan ebernagai perubahan pada remaja
selama masa pubertas. Peristiwa yang penging selama masa pubertas
adlaah erubahan fisik seerti pertumbuhan badanyang cepat,
pertambhaan berat badan, perubahan proporsi tubuh, munculnya tanda-
tanda seks primer dan sekunder, serta perbuahan psikis. Pengaruh
peningkatan hormone yang pertama muncul adalah pertumbuhan badan
yang lebh cepat terutama lengan dan tungkai, kemudian seara bertahap
badan akan mendapatkan bentuks esuai jeis kelamin. (Musmiah, 2019)

A. Tanda-tanda seks primer


Tanda seks primer adalah ciri fisik yang berhubungan dengan proses
reproduksi pada laki-laki. Tanda seks primer pada laki-laki dapat
dilihat pada pertumbuhan yang cepat pada tenis, skrotum, dan testis.
Pertumbhan ini terus berlangssung hingga usia 20 atau 21 tahun.
Ketika memasuki masa pubertas, test mulai menghasilkan sperma
melalui proses yang disebut spermatogenesis. Seprma dikeluarkan
bersama dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar reproduksi.
Campuran sperma dan cairan dari kelenjar reproduksi yang
dikeluarkan melalui penis disebut air mani. Air mani dapat keluar
sceara spontan baik pada saat tidur maupun ketika bangun .
peristiwa ini disebut mimpi basah. Mimpi basah dapat terjadi karena
tempat penyimpanan sperma telah penuh sehingga sperma harus
dikeluarkan. Mimpi basah juga dpaat terjadu karena rangsangan
skesual seperti mimpi mengenai hal erotis. Mimpi basah terjadi
pertama kali disebut pallutio. Pallutio menjadi tanda kematangan
rgan reproduksi pada laki-laki. (Musmiah, 2019)
B. Tanda seks sekunder
Tanda-tanda seks sekunder merupakan ciri-ciri fisik yang tidak
berhubungan langsung dengan proses reproduksi namun mnenjadi
penanda khas yang membedakkan lak dan perempuan. Munculnya
tanda seks sekunder dipengarhi oleh hormone testosterone yang
dihasilkan oleh testis pada laki-laki . tanda –tanda seks sekunder
antara lain kulit lebih berminyak dan pori-pori membesar, suara
menjadi lebih berat, bahu menjadi lebar, tumbuh rambut ketiak,
wajah dan kemamluan, otot leer, dada, lengan dn kaki bertambah
esar dan kuat. (Musmiah, 2019)
Remaja laki-laki mengalami pubertas pada usia natara 12- 16 tahun. Ciri-ciri seks
sekunder pada laki-laki seperti suara menjdi besar, pertumbuha kumis, tumbuh
jambang, tumbuh jakun, tumuh rambut dan ketiak, otot mulai membesar, dan
dada ampak menjadi lebar.
Pembentukan dan pemeliharaan semua karakter seks sekunder pada pra
bergantng pada testostero. Karakteristik non reproduktif ang dipicu oleh
testosterone ini mencakup10 pertumbuhan rambut berpola pria mislanya rambut
pada dada dan janggut dengan predisposisi genetic, kebotakan 2) suara berat
akibat membesarnya karing dan menebalnya pita suaara 3)kulit tebal
4)konfigurasi tubuh pria misalnya bahu lebar, dab otot lengan dan tungkai besar
akibat pengendapatn protein. (Sherwood, 2019
Perubahan luas dalam distribusi rambut, konfigurasi tubuh, dan ukuran
genitalia yang terjadi pada pemuda pada masa pubertas karakteristik seks
sekunder pria dirangkum sebagai berikut :
1. Genitalia eksterna: Penis memanjang dan melebar. Skrotum menjadi gelap dan
berlipatlipat. (Ganong,2015)
2. Genitalia interna: Vesikula seminalis membesar dan mengeluarkan sekret dan
mulai membentuk fruktosa. Prostat dan kelenjar bulbouretralis membesar dan
mengeluarkan sekret. (Ganong,2015)
3. Suara: Laring membesar, pita suara memanjang dan menebal, dan suara
menjadi berat. (Ganong,2015)
4. Pertumbuhan rambut: Muncul janggut. Garis rambut di kulit kepala mundur
secara anterolateral.Tumbuh rambut pubis dengan pola pria (segitiga dengan
apeks di atas).Rambut tumbuh di ketiak, dada, dan di sekitar anus; rambut tubuh
secara umum meningkat.(Ganong,2015)
5. Mental: Lebih agresif, sikap aktif.Timbul ketertarikan terhadap lawan jenis.
(Ganong,2015)
6. Konformasi tubuh: Bahu melebar, otot membesar. (Ganong,2015)
7. Kulit: Sekresi kelenjar sebasea mengental dan meningkat (predisposisi
timbulnya jerawat).(Ganong,2015)
Perkembangan Genital Laki-laki:
a. Stage 1: prepubertal, tidak terdapat perubahan ukuran ataupun
proporsi testis, scrotum dan penis ketika awal masa anak-anak.
b. Stage 2: scrotum dan testis membesar, kemerahan dan terjadi
perubahan tekstur kulit pada scrotum dengan sedikit atau tanpa
pembesaran penis.
c. Stage 3: penis bertambah panjang lalu bertambah lebar, disertai
dengan pertumbuhan testis dan scrotum.
d. Stage 4: penis membesar, diikuti dengan perkembangan kelenjar dan
pertumbuhan lebih lanjut testis dan scrotum. Kulit scrotum semakin
gelap.
e. Stage 5: genitalia sudah mencapai bentuk dan ukuran dewasa. .
(Muliani,dkk, 2017)
Perkembangan Rambut Pubis Laki-laki:
a. Stage 1: prepubertal, tidak terdapat rambut pubis.
b. Stage 2: tumbuh rambut pubis pada dasar penis namun masih jarang.
c. Stage 3: rambut pubis bertambah banyak, gelap, kasar dan keriting.
d. Stage 4: rambut pubis sudah menyerupai bentuk dewasa hanya saja
belum menyebar ke bagian medial paha.
e. Stage 5: rambut pubis telah mencapai bentuk dan ukuran dewasa serta
sudah menyebar ke bagian medial paha. .(Muliani,dkk, 2017)
4. Anatomi organ yang berperan dan kelenjar acsesoris
(Sherwood, 2019)
Fungsi vesika seminalis: Prostagladin yang dihasilkan oleh vesikula
seminalis membantu proses pembuahan dengan du acara, yaitu 1)
bereaksi dengan mucus serviks perempuan sehingga serviks lebih dapat
meneria pergerakan spermaa 2) mungkin menyebabkan kontraski
peristaltic terbalik kearah belakang du yterus dan tuba fallopi untuk
menggerakan sperma yang di ejakulasi mencapai ovarium (bebapa
sperma mencapai ujung atas tuba falopi dalam waktu kurng lbih 5 mnit)
(Guyton, 2021)
Klenjar prostat : kelenjar prostat menyekresi cairan encer seperti susu
yang mengandung kalsium, ion sitrat,m ion fosfa, enzim pembekuan, dan
profibrinolisin. Sifat cairan prostat ini basa. . vagina bersifat asam dngn ph
sekitar 3,5-4. Sperma dk dapat bergerak optimum samai ph sekitarnya
meningkat menjadi sekitar 6 sampai 6,5. Akibatnya cairan prostat yang
seidiit basa mugkin dapat menetralkan sifar cairan seminalis lainnya
selama ejakulasi. Ph rata-rata campuran semen 7,5 dengan cairan prostat
bersifat basa yang lebih dari habya menetralkan keasaaman ringan datri
bagian lain semen. (Guytom, 20121)
Kelanjar bulbouretra (Cowper) : mengeluarkan bahan mirip mucus yang
menghasilkan peluman untuk hbungn seks.

Bagian sperma : sperma dibagi menjad tiga bagian yaitu kpala, terdiri
dari nukleus yang mengandung informasi geneik sperma.akrosom vesikel
terisi enzim yang menutui ujung kepala yang berguna sebagai borenizm
untuk menmbus ovum. (Sherwood, 2019)
Kepala : berbentuk gepeng dan runcing yang panjangnya sekitar 4-5
mikrometer. Mengandung satu nukelus dengan 23 kromosom, suatu
vesikel membentuk topivyangberisi enzim yangmembantu sperma
menembus oosit sekunder agar terjadi fertilisasi yaitu hyaluronidase dan
protese.
Ekor : dibagi menjadi 4 bgian utama
- Leher : bagian yang mnempit tepat dibelakang kepala yang
mengandung sentriol, sentiol membentuk mikrotubulus yang
membentuk bagian ekor sisanya.
- Bagian tengah : mengandung mitokondira yang tersusun membentuk
spinal dan menghasilkan atp untuk ergerakan sperma ke tempat
pembuahan dan untuk metabolism sperma.
- Bagian utama : bagian ekor terpanjang
- Bagian ujung : bagian ekor yang mengecil (Tortora, 2016) setelah
diejakulasi sebagian besar sperma tidak dapat bertahan hidup lebih
dari 48 jam didalam saluran reproduksi wanita.
5. Fisiologi ereksi dan ejakulasi
Ereksi
REFLEKS EREKSI Refleks ereksi adalah suatu refleks spinal yang dipicu oleh
stimulasi mekanoreseptor yang sangat sensitif di glans penis, yang
menutupi ujung penis. Di korda spinalis bagian bawah terdapat pusat
pembentuk ereksi (erection-generating center). Stimulasi taktil pada
glans akan secara refleks memicu, melalui pusat ini, peningkatan aktivitas
vasodilatasi parasimpatis dan penurunan aktivitas vasokons- triksi
simpatis ke arteriol-arteriol penis. Akibatnya adalah vasodilatasi hebat
dan cepat arteriol-arteriol tersebut dan ereksi (Gambar 20-13). Selama
lengkung refleks spinal utuh, ereksi tetap dapat terjadi bahkan pada pria
yang lumpuh akibat cedera korda spinalis yang lebih tinggi. Vasodilatasi
yang dipicu oleh aktivitas parasimpatis ini adalah contoh kontrol
parasimpatis langsung atas diameter pembuluh darah di tubuh. Stimulasi
parasimpatis menyebab-

kan relaksasi otot polos arteriol penis oleh nitrat oksida, yang
menyebabkan vasodilatasi arteriol sebagai respons terhadap perubahan
jaringan lokal di bagian lain tubuh (lihat h. 380). Arteriol biasanya hanya
disarafi oleh sistem simpatis, dengan peningkatan aktivitas simpatis
menyebabkan vasokonstriksi dan penurunan aktivitas simpatis
menyebabkan vasodilatasi (lihat h. 382 dan 383). Stimulasi parasimpatis
dan inhibisi simpatis secara bersamaan pada arteriol penis menyebabkan
vasodilatasi yang lebih cepat dan kuat dibandingkan yang mungkin terjadi
di arteriol lain yang hanya mendapat persa- rafan simpatis. Melalui cara
peningkatan cepat aliran darah ke dalam penis yang efisien ini, penis
dapat mengalami ereksi sempurna hanya dalam hitungan 5 detik. Pada
saat yang sama, impuls parasimpatis mendorong sekresi mukus pelumas
dari kelenjar bulbouretra dan kelenjar uretra sebagai persiapan untuk
koitus.

Berbagai daerah di otak dapat memengaruhi respons seks pria. Bagian-


bagian di otak yang memengaruhi ereksi tampak- nya saling berkaitan
erat dan berfungsi sebagai suatu kesatuan untuk mempermudah atau
menghambat refleks ereksi spinal dasar, bergantung pada situasi sesaat.
Salah satu contoh fasilitasi, rangsangan psikis, misalnya melihat sesuatu
yang merangsang syahwat, dapat memicu ereksi meskipun tidak terjadi
stimulasi taktil sama sekali pada penis. Sebaliknya, kegagalan mengalami
ereksi meskipun mendapat rangsangan yang sesuai dapat disebabkan
oleh inhibisi refleks ereksi oleh pusat-pusat yang lebih tinggi di otak.
Marilah kita bahas disfungsi ereksi secara lebih terperinci
Ejakulasi
Komponen kedua pada tindakan seks pria adalah ejakulasi. Seperti ereksi,
ejakulasi adalah suatu refleks spinal. Rangsangan taktil dan psikis yang
sama yang menyebabkan ereksi akan menyebabkan ejakulasi ketika
tingkat eksitasi meningkat mencapai suatu puncak kritis. Respons
ejakulasi keseluruhan terjadi dalam dua fase: emisi dan ekspulsi (lihat
Tabel 20-4).
EMISI Pertama, impuls simpatis menyebabkan rangkaian kontraksi otot
polos di prostat, saluran reproduksi, dan vesikula seminalis. Aktivitas
kontraktil ini mengalirkan cairan prostat, kemudian sperma, dan akhirnya
cairan vesikula seminalis (secara kolektif disebut semen) ke dalam uretra.
Fase refleks ejakulasi ini disebut emisi. Selama waktu ini, sfingter di leher
kandung kemih tertutup erat untuk mencegah semen masuk ke kandung
kemih dan urine keluar bersama dengan ejakulat melalui uretra.
eksPULSI Kedua, pengisian uretra oleh semen minky puls saraf yang
mengaktifkan serangkaian otot rungt ngkal penis. Kontraksi ritmik otot-
otot ini terjadi pada erval 0,8 detik dan meningkatkan tekanan di dalam
penis, emaksa semen keluar melalui uretra ke eksterior. Ini adalah fase
ekspulsi ejakulasi (Sherwood, 2019)
6. Tahapan spermatogenesis ( struktur sperma )

Anda mungkin juga menyukai