Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH STUDI KASUS

KONFLIK BATAS WILAYAH KABUPATEN LOBAR DENGAN KABUPATEN


LOTENG

Dosen Pengampu: Purnami Safitri, S. IP, MA

Oleh:

Ahmad Dani (200603088)

Abdul Ajis Safari (200603069)

Muh. Najib (200603076)

Yoga Rifqi Huzaiman (200603074)

KELAS 6 C

PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

TAHUN 2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................4

Latar Belakang...........................................................................................................4

Rumusan Masalah......................................................................................................6

Tujuan........................................................................................................................6

Metodologi Penelitian....................................................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................................... 6

Teori Konflik Dialektika...................................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................8

Definisi Wilayah........................................................................................................8

Penyebab Terjadinya Konflik Batas Wilayah Lobar Dengan Loteng........................9

Solusi Penyelesaian Konflik Batas Wilayah Lobar Dengan Loteng .........................10

BAB III PENUTUP....................................................................................................18

Kesimpulan................................................................................................................18

Daftar Pustaka............................................................................................................19

.
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Serta orang tua kami yang
selalu mendo’akan kami tanpa do’a dari orang tua mungkin kami tidak dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah, kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Batas daerah adalah suatu yang hal penting untuk disegerakan penegasan legalitas
hukumnya. Karena itu perlu dilakukan percepatan penetapan batas daerah. Adapun menurut
Niendyawati, & Hidayatno L, percepatan penetapan batas berkontribusi dalam mempercepat
pembentukan kepastian hukum dan mengurangi konflik horizontal di Indonesia. 1 Penegasan
Batas Daerah bertujuan untuk menciptakan tertib administrasi pemerintahan, memberikan
kejelasan dan kepastian hukum terhadap batas wilayah suatu daerah. 2 Batas wilayah yang
dimaksud dijelaskan di dalam Pasal 35 UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
harus dibuktikan dengan titik koordinat pada peta dasar. Bahwa sejak tahun 1999, dari 33
provinsi, baru 11di antaranya yang menyelesaikan atau melaksanakan penegasan batas daerah
dan 50 kabupaten/kota dari total 514 kabupaten/kota yang ada.3
Penegasan batas daerah tersebut berlaku untuk wilayah diseluruh Indonesia. Termasuk
juga batas wilayah antara Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Barat, yang
sampai saat ini walaupun telah terbit Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 93 Tahun 2017
tentang Penetapan Batas Daerah Kabupaten Lombok Tengah dengan Kabupaten Lombok
Barat. Namun dalam pelaksanaan peraturan tersebut, Kabupaten Lombok Tengah merasa
dirugikan, yakni dalam peraturan tersebut terdapat wilayah dibagian selatan yang berbatasan
langsung dengan Kabupaten Lombok Barat terdapat batas yang seharusnya menjadi wilayah
Kabupaten Lombok Tengah namun dalam Permendagri tersebut adalah masuk sebagai
wilayah administrasi Kabupaten Lombok Barat. Dengan demikian terjadi hal-hal yang
merugikan masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Lombok Tengah. Sehingga hal ini
merupakan suatu kekhawatiran sebagai potensi konflik yang rentan akan meledak dan suatu
ketika dan menjadi konflik yang berkepanjangan. Penyelesaian sengketa batas daerah akan
lebih dapat berjalan efektif-efisien, jika di dalamnya terdapat peran serta dan pemberdayaan
masyarakat secara aktif.4 Bahwa maraknya kasus sengketa batas wilayah tersebut dipicu oleh

1
Niendyawati, & Hidayatno L, Aplikasi Data Inderaja dan SIG Untuk Percepatan Penetapan Batas Administrasi: Studi
Kasus Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia. Majalah Ilmiah Globe (2015), hlm. 7

2
Endang, Penetapan Dan Penegasan Batas Wilayah Daerah (The Demarcation and Delimitation of Administrative Border
Area in Yurisdictional and, Badan Informasi Geospasial, (2014), hlm. 797–804.

3
Kartiko, Kemendagri Siap Tangani sengketa tapal Batas Sulbar; Kemendagri Perss, (2014) hlm. 14

4
Iza Rumesten, Strategi Hukum Dan Penerapan Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelesaian Sengketa Batas Daerah Di
Sumatera Selatan, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, No. 20 Vol. 4, (2014), hlm. 602–623
salah satunya ketidak jelasan batas-batas wilayah administratif antara daerah otonomi baru
dengan wilayah lama. Persoalan ini kemudian merambah ke berbagai konflik dimensional
seperti konflik soaial dan konflik sumber daya alam.5
Saat ini penetapan batas wilayah antara Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten
Lombok Barat telah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 93 Tahun 2017
tentang Penetapan Batas Daerah Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Barat.
Dengan demikian secara hukum harus diakui Permendagri tersebut sebagai dasar dalam
pelaksanaan administrasi kewilayahan masing-masing Kabupaten serta juga harus dijadikan
dasar untuk pelaksanaan administrasi semua unsur pemerintahan yang ada termasuk Badan
Pertanahan Nasional, sehingga dengan demikian tidak ada pihak-pihak tersebut dalam hal ini
Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah maupun Pemerintah Kabupaten Lombok Barat
melakukan perubahan secara sepihak saja terhadap batas wilayah yang telah ditetapkan
tersebut.6
Adapun upaya-upaya yang sudah ditempuh dalam rangka penyelesaian sengketa
tersebut sudah dilakukan dari berbagai pihak yang berkepentingan yakni : Pemerintah
Provinsi Nusa Tenggara Barat telah memediasi untuk upaya penyelesaian sengketa antara
Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah dan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat. 7
Berkaitan dengan hal tersebut maka menarik bagi penulis untuk dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai penyelesaian sengketa batas wilayah antara kabupaten lombok tengah dan
kabupaten lombok barat, yang bertujuan untuk mengetahui mekanisme dan prosedur
penyelesaian sengketa batas wilayah antar kabupaten.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Itu Wilayah?

2. Apa Penyebab Terjadinya Konflik Batas Wilayah Antara Kabupaten Lombok Barat
Dengan Kabupaten Lombok Tengah?

5
Djoko Harmantyo, Pemekaran Daerah dan Konflik Keruangan; Kebijakan Otonomi Daerah dan Implementasinya di
Indonesia , Makara Sins , (2007), hlm 16-22

6
Dilihat di: https://peraturan.go.id/id/permendagri-no-93-tahun-2017 di akses pada 7 mei 2023.

7
Dilihat di: https://biropemerintahan.ntbprov.go.id/2020/11/04/penyelesaian-konflik-batas-wilayah-lombok-
barat-dan-lombok-tengah/ di akses pada 7 mei 2023.
3. Bagaimana Solusi Penyelesaian Konflik Batas Wilayah Antara Kabupaten Lombok Barat
Dengan Kabupaten Lombok Tengah?

C. Tujuan

1. Memahami Apa Itu Wilayah

2. Mengetahui Penyebab Terjadinya Konflik Batas Wilayah Antara Kabupaten Lombok Barat
Dengan Kabupaten Lombok Tengah?

3. Memahami Solusi Penyelesaian Konflik Batas Wilayah Antara Kabupaten Lombok Barat
Dengan Kabupaten Lombok Tengah?

D. Metodologi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yaitu penelitian


kuaitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan kasus (case approach). Pengumpulan
data data sekunder yaitu mencakup undang – undang, dokumen dokumen resmi, buku-buku,
hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya. yaitu menganalisis hasil dengan
cara menggambarkan dan mengkaji data kepustakaan dalam bentuk pernyataan dengan teliti
dan sistematis untuk menghasilkan suatu kesimpulan dan rekomendasi penelitian.8

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Teori Konflik Dialektika

Teori sosial merupakan manifestasi dari berbagai macam pendekatan yang bisa
dipergunakan untuk membedah varian-varian dari dinamika kajian yang ada pada studi
sosiologi. Besarnya peranan dari teori sosial ini mengukuhkan eksistensinya sebagai
instrumen dasar pada bangunan analisis kajian sosial yang hadir dalam studi sosiologi. Hal ini
pula yang bisa disandarkan kepada analisis tentang manifestasi konflik dalam dinamika
kehidupan masyarakat. Analisis konflik pada realitas kehidupan sosial menjadi fakta yang
cukup mengesankan untuk dikaji dalam rangka menempatkan situasi sosial yang berkembang
8
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta; Prenada Media, (2005), hal. 47
di tengah-tengah masyarakat padakerangka dasar data yang tepat serta mengarah
kepadaposisi impelementatif dari perwujudannya. Konflik yang muncul di tengah-tengah
kehidupan masyarakat merupakan bagian dari pembentukan masyarakat itu sendiri. Untuk
itulah, mengamati fenomena munculnya konflik beberapa sosiolog membangun asumsi
beragam.9

Menurut Ralf Dahrendorf, masyarakat memiliki dua wajah, yakni konflik dan
konsesus yang dikenal dengan teori konflik dialektika. Dengan demikian diusulkan agar teori
sosiologi dibagi menjadi dua bagian yakni teori konflik dan teori konsesus. Teori konflik
harus menguji konflik kepentingan dan penggunaan kekerasan yang mengikat masyarakat
sedangkan teori konsesus harus menguji nilai integrasi dalam masyarakat. Masyarakat tidak
akan ada tanpa konsesus dan konflik. Masyarakat disatukan oleh ketidakbebasan yang
dipaksakan. Dengan demikian, posisi tertentu di dalam masyarakat mendelegasikan
kekuasaan dan otoritas terhadap posisi yang lain. Fakta kehidupan sosial ini yang
mengarahkan Dahrendorf kepada tesis sentralnya bahwa perbedaan distribusi ‘otoritas” selalu
menjadi faktor yang menentukan konflik sosial sistematis. Hubungan Otoritas dan Konflik
Sosial Ralf Dahrendorf berpendapat bahwa posisi yang ada dalam masyarakat memiliki
otoritas atau kekuasaan dengan intensitas yang berbeda-beda. Otoritas tidak terletak dalam
diri individu, tetapi dalam posisi, sehingga tidak bersifat statis. Jadi, seseorang bisa saja
berkuasa atau memiliki otoritas dalam lingkungan tertentu dan tidak mempunyai kuasa atau
otoritas tertentu pada lingkungan lainnya. Sehingga seseorang yang berada dalam posisi
subordinat dalam kelompok tertentu, mungkin saja menempati posisi superordinat pada
kelompok yang lain. Kekuasaan atau otoritas mengandung dua unsur yaitu penguasa (orang
yang berkuasa) dan orang yang dikuasai atau dengan kata lain atasan dan bawahan.10

9
Mas'udi, Akar-Akar Teori Konflik: Dialektika Konflik: Core perubahan sosia dalam pandangan Karl Marx dan George
Simmuel, Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan, Vol. 3, No. 1 (2015), hlm. 1-2

10
Dr. Argyo Demartoto M. Si, Teori Sosiologi Modern, Lihat di: https://spada.uns.ac.id/mod/resource/view.php?id=23330
Di Akses pada 7 Mei2023.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Definisi Wilayah

Dalam Undang-Undang nomor 26 tahun, 2007 tentang penataan Ruang, wilayah


adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait
kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau
aspek fungsional. Wilayah dapat didefinisikan sebagai unti geografis dengan batas-batas
spesifik tertentu di mana komponen-komponen wilayah tersebut satu sama lain saling
berinteraksi secara fungsional. Sehingga batasa wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti
tetapi seringkali bersifat dinamis. Komponen-komponen wilayah mencakup komponen
biofisik alam, sumberdaya buatan infrastruktur, manusia serta bantuk-bentuk kelembagaan.
Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia dengan sumberdaya-
sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit geografis tertentu.11

Menurut Saefulhakim wilayah adalah satu kesatuan unit geografis yang antar
11
Dilihat di: https://repository.uir.ac.id/4618/5/BAB%20II.pdf di akses pada 7 mei 2023.
bagiannya mempunyai keterkaitan secara fungsional. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan
perwilayahan penyusunan wilayah adalah pendelinesian unit geografis berdasarkan
kedekatan, kemiripan, atau intensitas hubungan fungsional tolong menolong, bantu
membantu, lindung melindungi antara yang satu dengan yang lainnya. Wilayah
pengembangan adalah pewilayahan untuk tujuan pengembangan/pembangunan/development.
Tujuan-tujuan pembangunan terkait dengan lima kunci, yaitu: (1) pertumbuhan, (2)
penguatan keterkaitan, (3) keberimbingan, (4) kemandirian, dan (5) keberlanjutan. Sedangkan
konsep wilayah perencanaan adalah wilayah yang dibatasi berdasarkan kenyataan sifatsifat
tertentu pada wilyah tersebut yang bisa bersifat alamiah maupun non alamiah yang
sedemikian rupa sehingga perlu direncanakan dalam kesatun wilayah perencanaan.12

B. Penyebab Konflik Batas Wilayah Antara Kabupaten Lombok Barat Dengan


Kabupaten Lombok Tengah

Konflik batas wilayah ini terjadi di Dusun Nambung antara Pemerintahan Kabuaten
Lombok Barat dan Pemerintahan Kabuaten Lombok Tengah, Hal ini disebabkan karna
mencuat informasi bahwa Bupati Lombok Barat, H. Fauzan Khalid turun meninjau lokasi
pembangunan Hotel Samara Hill di kawasan Nambung, yang diklaim masuk ke wilayah Desa
Buwun Mas, Kecamatan Sekotong Lombok Barat, Sementara Pemerintah kabupaten Lombok
tengah sampai saat ini juga masih mengklaim jika wilayah Nambung masuk wilayah Desa
Montong Ajan, Kecamatan Praya Barat Daya. Apa yang dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Lombok Barat inilah yang membuat Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah
meradang, dan meminta Pemerintah Kabupaten Lombok Barat agar tidak membuat gaduh
situasi dengan melakukan klaim sepihak.13

Bupati Lombok Tengah, Suhaili menegaskan bahwa pihaknya tidak akan pernah rela
sejengkal tanahpun wilayah Lombok Tengah diambil oleh daerah lain. Sehingga pihaknya
sangat menyesalkan jika ada pihak yang langsung main klaim di lapangan. Terlebih dalam
mengklaim sesuatu, sudah ada aturan hukum dan punya undang-undang hingga pemerintah
yang lebih atas dalam memutuskan masalah Nambung ini.“Jadi sabar, jangan asal
mengklaim. Karena ini dampaknya tidak baik kepada masyarakat kita yang berada dibawah.
Disatu sisi, ada yang mempertanyakan pekerjaan bupati, disatu sisi ada yang juga main klaim.

12
Ibd.

13
Dilihat di: https://radarlombok.co.id/konflik-batas-wilayah-kembali-memanas.html di akses pada 7 mei 2023.
Maka saya sangat berharap semua pihak untuk tidak mengklaim sebelum ada keputusan
pasti,” kata Suhaili, Pada prinsipnya Lombok Tengah tetap taat asas dan taat aturan. Sehingga
jika memang saat ini undang- undang mengatakan bahwa Nambung harus dilepas dari
Lombok tengah maka pihaknya akan legowo menyerahkan ke daerah lain. “Jadi silahkan
ambil, meski diluar Nambung juga ambil saja. Tapi jika itu sudah ada keputusannya. Tapi ini
belum ada keputusan terus main klaim. Maka jelas kita tidak bisa melepaskan,” terangnya.
Sehingga yang mereka khawatirkan saat ini akan terjadi konflik karena ego pengklaiman
wilayah ini. Dimana sudah saatnya semua proses diarahkan kepada aturan yang berlaku dan
tidak lagi malah seolah-olah tidak mempedulikan aturan yang yang ada saat ini. “Pemerintah
pusat sudah memfasilitasi dan kita prinsipnya tetap. Silahkan kalau undang-undangnya
berubah dulu, bahwa Nambung ini bukan wilayah Lombok Tengah tapi wilayah Lombok
Barat maka ambil saja. Tapi ini belum ada keputusan,” Kata Suhaili menegaskan, Lombok
Tengah ini tidak akan pernah mau mengambil wilayah orang lain. Begitu juga tidak akan
pernah memberikan daerah lain mengambil wilayahnya. Sehingga pihaknya saat ini akan
kembali mengatur strategi untuk menyikapi apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Lombok Barat dalam menyikapi masalah Nambung. “Jangankan satu jengkal, satu senti
meter saja kami tidak mau melepas. Jadi kalau memang benar sampai turun ke lapangan,
maka akan kita lakukan gugatan. Tapi tetap kita akan sampaikan kepada masyarakat agar
dalam menyikapi persoalan ini tetap aman. Jadi kalau sudah ada keputusan, maka ambil saja.
Biar kami dititip di Papua saja kalau kami dianggap tidak punya wilayah,” Kata angggota
dari pemerintah Kabupaten Lombok Tengah itu.14

C. Solusi Penyelesaian Konflik Batas Wilayah Antara Kabupaten Lombok Barat


Dengan Kabupaten Lombok Tengah

Penanganan sengketa batas daerah perlu mendapat perhatian lebih dalam melakukan
analisis/ kajian untuk menyusun strategi yang luar biasa agar Pemerintah dan masyarakat
Kabupaten Lombok Tengah tidak dirugikan karena adanya “pengurangan” wilayah
kabupaten. Bahwa dengan diberlakukannya Permendagri Nomor 93 Tahun 2017 tentang
Penetapan Batas Daerah Kabupaten Lombok Tengah dengan Kabupaten Lombok Barat, akan
menjadi pemicu konflik pemangku kepentingan dan mengaburkan kepastian hukum terhadap
luasan lahan yang dipersoalkan karena batas – batas yang ditetapkan sama sekali belum
pernah ada kesepakatan dengan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah sehingga timbul

14
Ibd.
kebingungan dan keresahan masyarakat atas kepastian hukum keberadaan masyarakat
tersebut selain hal tersebut dengan diberlakukannya permendagri tersebut juga akan
membawa dampak kerugian konstitusionil yaitu hilangnya kewenangan administratif
pemerintahan yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah terhadap wilayah
batas yang dipersoalkan dan juga kerugian materiil Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah
yang selama ini telah mengalokasikan anggaran pembangunan melalui APBD Kabupaten
Lombok Tengah di wilayah batas yang menjadi persoalan tersebut sehingga berpotensi
merugikan keuangan negara. Di sisi lain dengan diberlakukannya permendagri tersebut telah
menimbulkan dampak menurunnya minat para Investor dari berbagai Negara untuk
berinvestasi di Indonesia pada umumnya dan NTB khususnya, mengingat iklim investasi di
Indonesia sangat rentan resiko, peraturan/regulasi yang sering berubah-ubah dan tidak adanya
suatu kepastian hukum, sehingga keberadaan permendagri tersebut tersebut tidak saja
meresahkan kalangan dunia usaha, juga memberi dampak melesetnya angka pencapaian
target investasi. Upaya penyelesaian yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan sengketa
batas wilayah antara Kabupaten Lombok Barat dengan Kabupaten Lombok Tengah yaitu
dapat dilakukan melalui pengadilan, dan dari hasil penelitian dasar hukum atas penetapan
Batas wilayah Kabupaten Lombok Barat dengan Kabupaten Lombok Tengah yaitu telah
diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 2017
Tentang Batas Daerah Kabupaten Lombok Barat Dengan Kabupaten Lombok Tengah,
sehingga dengan demikian dapat dilakukan Uji Materi ke Mahkamah Agung. Pengajuan uji
materi ke Mahkamah Agung, objek sengketa yang dimintakan pembatalan dalam hal ini
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 2017 Tentang Batas
Daerah Kabupaten Lombok Barat Dengan Kabupaten Lombok Tengah harus dapat
dibuktikan bahwa dari sisi bentuk dan muatan materi yang diaturnya dapat dikatakan sebagai
peraturan yang cacat hukum / bertentangan dengan ketentuan yang lebih tinggi. Dalam
kaitanya dengan proses pembentukan suatu undang-undang Lon Fuller dalam bukunya the
Morality of Law mengajukan 8 (delapan) asas yang harus dipenuhi oleh hukum, yang apabila
tidak terpenuhi, maka hukum akan gagal untuk disebut sebagai hukum, atau dengan kata lain
harus terdapat kepastian hukum.15 Kedelapan asas tersebut adalah. Pertama, tidak berdasarkan
putusan-putusan sesat untuk hal-hal tertentu. Kedua, diumumkan kepada publik. Ketiga, tidak
berlaku surut. Keempat, dibuat dalam rumusan yang dimengerti oleh umum. Kelima, tidak
boleh ada peraturan yang saling bertentangan. Keenam, tidak boleh menuntut suatu tindakan
yang melebihi apa yang bisa dilakukan. Ketujuh, tidak boleh sering diubah-ubah. Kedelapan,
15
Jimly Assiddique, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, (Jakarta; Sinar Grafika, 2010), hlm. 45
harus ada kesesuaian antara peraturan dan pelaksanaan sehari-hari. Jika dikaji lebih lanjut
tentang keabsahan norma, Hakim Mahkamah Konstitusi Maria Farida menyatakan bahwa,
“setiap pelaksanaan wewenang harus diikuti dengan prosedur tertentu yang tetap.”
Pelaksanaan wewenang ini, diperlukan guna mengukur validitas pelaksanaan wewenang
tersebut dan pada akhirnya pengukuran ini diperlukan dalam konteks kepastian hukum. Dari
hasil penelitian dapat dilihat bahwa Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 93 Tahun 2017 Tentang Batas Daerah Kabupaten Lombok Barat Dengan Kabupaten
Lombok Tengah secara lahiriah adalah cacat hukum karena bertentangan dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yaitu
tidak sesuai dengan “Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang Baik”, yaitu:16

a. Kejelasan tujuan;

b. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat

c. Kesesuaian antara jenis, hirarki dan materi muatan;

d. Dapat dilaksanakan;

e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan;

f. Kejelasan rumusan;

g. Keterbukaan

Bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus menganut asas-asas


tersebut, oleh karenanya norma Pasal 5 huruf a – hurug g Undang Undang Nomor 12 Tahun
2011 mengharuskan terpenuhinya seluruh asas secara kumulatif maka dengan tidak
terpenuhinya 1 (satu) asas saja, maka ketentuan Pasal 5 Undang Undang Nomor 12 Tahun
2011 menjadi terabaikan oleh proses pembentukan Permendagri Nomor 93 Tahun 2017
Tentang Batas Daerah Kabupaten Lombok Barat Dengan Kabupaten Lombok Tengah.
Adapun untuk lebih jelas diketahui Permendagri Nomor 93 Tahun 2017 Tentang Batas
Daerah Kabupaten Lombok Barat Dengan Kabupaten Lombok Tengah adalah bertentangan
dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundangundangan khususnya bertentangan dengan asas asas pembentukan perundang-
16
Ibd.
undangan yaitu :17

a. Asas kejelasan tujuan (merupakan asas formil)

Bahwa yang dimaksud “asas kejelasan tujuan” dalam bagian penjelasan Pasal 5 huruf
a UU 12/2011 adalah bahwa setiap pembentukan perundang-undangan harus mempunyai
tujuan yang jelas yang hendak dicapai. Dalam Permendagri Nomor 93 Tahun 2017 Tentang
Batas Daerah Kabupaten Lombok Barat Dengan Kabupaten Lombok Tengah didalam
konsideran menimbang huruf a menyiratkan bahwa tujuan dari pembentukan permendagri
tersebut adalah untuk tertib administrasi pemerintahan di Kabupaten Lombok Tengah dan
Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Akan tetapi jika memperhatikan
materi pengaturan dalam batang tubuh dengan mengacu ruang lingkup pengaturan
permendagri tersebut, tidak mencerminkan tujuan dari pembentukan permendagri
dikarenakan memliki materi muatan yang saling kontradiksi dan tidak mencerminkan tujuan
pembentukan permendagri. Kontradiksi tersebut terlihat dari tidak konsistennya antara
konsideran menimbang dengan isi pasal yang ada dalam permendagri. Bahwa dalam
Permendagri, dalam konsideran menimbang huruf b berbunyi :

“bahwa penetapan batas daerah antara Kabupaten Lombok Tengah dengan Kabupaten
Lombok Barat sebagaimana dimaksud dalam huruf a telah disepakati oleh Pemerintah
Kabupaten Lombok Tengah dan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dengan difasilitasi
oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan disetujui oleh Tim Penegasan Batas
Daerah Pusat”

Adapun isi dari kesepakatan tersebut tertuang dalam Berita Acara Rapat Koordinasi
dan Klarifikasi Batas Daerah Wilayah III Antara Kabupaten Lombok Barat Dengan
Kabupaten Lombok Tengah Prov. NTB, yang dilaksanakan di Hotel Menara Penisula, jl,
Letjen S. Parman No. 78 Slipi Jakarta tanggal 9 Juni 2016, dimana pada point 1 Kesepakatan
Rapat adalah sebagai berikut :18

1. Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah dan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat sepakat
bahwa segmen batas kedua kabupaten yang merujuk kepada Surat Keputusan Gubernur
17
Maria Farida, Laporan Kompendium Bidang Hukum Perundang-Undangan, (Jakarta: Departemen Hukum Dan Ham
2008), hlm. 4

18
Ibd.
Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat Nomor 267 Tahun 1992. Sehingga dengan
demikian sudah menjadi kesepakatan dan juga menjadi dasar dalam permendagri, bahwa
rujukan batas wilayah adalah mengacu pada Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Nusa Tenggara Barat Nomor 267 Tahun 1992 yaitu batas wilayah antara Kabupaten
Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Tengah di mulai dari Titik yang berada di Tanjung
Jagog Sekitar koordinat 8° 52’ 22.216” LS dan 116° 06’ 32.927” BT menuju utara mengikuti
punggung bukit sampai pada titik di bukit Susu dengan koordinat 8° 51’ 24.113” LS dan 116°
06’ 25.080” BT dan selanjutnya ke arah barat laut mengikuti punggung bukit dan memotong
ruas Jalan Batujangkih Sepi. Namun hal tersebut sangat kontradiktif dengan permendagri
batas daerah Kabupaten Lombok Tengah dengan Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa
Tenggara Barat yang tidak mengacu pada batas-batas dalam Surat Keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat Nomor 267 Tahun 1992.

b. Asas kedayagunaan (merupakan asas materiil)

Bahwa yang dimaksud “asas kedayagunaan dan kehasilgunaan” dalam bagian


penjelasan Pasal 5 huruf e UU 12/2011, adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan
dibuat dalam mengatur benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun jika melihat ketentuan norma dari
permendagri tersebut, tentunya secara terang benderang tidak tidak sesuai dan telah
melanggar Asas Kedayagunaan dan Kehasilgunaan sebagaimana dimaksud Pasal 5 huruf e
UU No. 12 Tahun 2011, dimana dalam pelaksanaannya permendagri tersebut mendapat
penolakan-penolakan dari masyarakat sehingga dalam pelaksanaannya tidak dapat
memberikan kedayagunaan / kehasilgunaan karena justru sebaliknya permendagri tersebut
tidak dapat dijalankan karena terdapat penolakanpenolakan dari masyarakat.

c. Asas kejelasan rumusan (merupakan asas formil dan materil)

Bahwa yang dimaksud Asas kejelasan rumusan dalam bagian penjelasan Pasal 5 huruf
f UU 12/2011 adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan harus memenuhi
persyaratan teknis penyusunan Peraturan Perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau
istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan
berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya. Dari hasil pengamatan terhadap
permendagri tentang batas wilayah Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok
Tengah terlihat terdapat pelanggaran terhadap asas-asas pembentukan peraturan perundang-
undangan yaitu antara konsideran menimbang dan batang tubuh telah mengabaikan dan
bertentangan dengan asas kejelasan rumusan. Bahwa dalam Permendagri, dalam konsideran
menimbang huruf b berbunyi: “bahwa penetapan batas daerah antara Kabupaten Lombok
Tengah dengan Kabupaten Lombok Barat sebagaimana dimaksud dalam huruf a telah
disepakati oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah dan Pemerintah Kabupaten Lombok
Barat dengan difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan disetujui oleh
Tim Penegasan Batas Daerah Pusat”

Adapun isi dari kesepakatan tersebut tertuang dalam Berita Acara Rapat Koordinasi
dan Klarifikasi Batas Daerah Wilayah III Antara Kabupaten Lombok Barat Dengan
Kabupaten Lombok Tengah Prov. NTB, yang dilaksanakan di Hotel Menara Penisula, jl,
Letjen S. Parman No. 78 Slipi Jakarta tanggal 9 Juni 2016, dimana pada point 1 Kesepakatan
Rapat adalah sebagai berikut :19

1. Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah dan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat sepakat
bahwa segmen batas kedua kabupaten yang merujuk kepada Surat Keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat Nomor 267 Tahun 1992.

Berdasarkan hal itu, sudah menjadi kesepakatan dan juga menjadi dasar dalam
permendagri, bahwa rujukan batas wilayah adalah mengacu pada Surat Keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat Nomor 267 Tahun 1992 yaitu batas wilayah
antara Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Tengah di mulai dari Titik yang
berada di Tanjung Jagog Sekitar koordinat 8° 52’ 22.216” LS dan 116° 06’ 32.927” BT
menuju utara mengikuti punggung bukit sampai pada titik di bukit Susu dengan koordinat 8°
51’ 24.113” LS dan 116° 06’ 25.080” BT dan selanjutnya ke arah barat laut mengikuti
punggung bukit dan memotong ruas Jalan Batu jangkih Sepi. Namun hal tersebut sangat
kontradiktif dengan permendagri batas daerah Kabupaten Lombok Tengah dengan Kabupaten
Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat yang tidak mengacu pada batas-batas dalam
Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat Nomor 267 Tahun
1992. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa permendagri tersebut dibentuk dengan
mengabaikan dan bertentangan dengan asas kejelasan rumusan sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 5 huruf f UU No. 12 Tahun 2011 sehingga menimbulkan ketidakjelasan cara
atau metode yang digunakan dalam membentuk Permendagri Nomor 93 Tahun 2017 Tentang
Batas Daerah Kabupaten Lombok Barat Dengan Kabupaten Lombok Tengah. Hal ini tentu
19
Ibd.
tidak sejalan dengan maksud “asas kejelasan rumusan” dalam UU Nomor 12 Tahun 2011
yang menghendaki agar setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan
teknis penyusunan peraturan perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta
bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai
macam interpretasi dalam pelaksanaannya.20

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Mekanisme Dan Prosedur Penyelesaian Sengketa permasalahan Batas Wilayah Antar


Kabupaten Dalam Sistem Pemerintahan Daerah dapat dilakukan melalui dua metode, yakni;
non hukum melalui negosiasi dan mediasi atau bisa disebut dengan metode penyelesaian
sengketa secara administratif, dan metode hukum melalui sarana peradilan. Adapun upaya
penyelesaian sengketa batas wilayah antara Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten
Lombok Barat, dikarenakan telah terbit Permendagri Nomor 93 Tahun 2017 Tentang Batas
Daerah Kabupaten Lombok Barat Dengan Kabupaten Lombok Tengah, maka
penyelesaiannya hanya dapat dilakukan melalui metode hukum melalui sarana peradilan.
Dalam hal ini pihak yang keberatan atau merasa dirugikan atas terbitnya Permendagri Nomor
93 Tahun 2017 Tentang Batas Daerah Kabupaten Lombok Barat Dengan Kabupaten Lombok
20
Ibd.
Tengah dapat mengajukan uji materi ke Mahkamah Agung.

DAFTAR PUSTAKA

Niendyawati, & Hidayatno L, Aplikasi Data Inderaja dan SIG Untuk Percepatan Penetapan
Batas Administrasi: Studi Kasus Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia. Majalah
Ilmiah Globe (2015), hlm. 7

Endang, Penetapan Dan Penegasan Batas Wilayah Daerah (The Demarcation and
Delimitation of Administrative Border Area in Yurisdictional and, Badan Informasi
Geospasial, (2014), hlm. 797–804.

Kartiko, Kemendagri Siap Tangani sengketa tapal Batas Sulbar; Kemendagri Perss, (2014)
hlm. 14

Iza Rumesten, Strategi Hukum Dan Penerapan Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelesaian
Sengketa Batas Daerah Di Sumatera Selatan, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, No. 20
Vol. 4, (2014), hlm. 602–623

Djoko Harmantyo, Pemekaran Daerah dan Konflik Keruangan; Kebijakan Otonomi Daerah
dan Implementasinya di Indonesia , Makara Sins , (2007), hlm 16-22

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta; Prenada Media, (2005), hal. 47

Dilihat di: https://peraturan.go.id/id/permendagri-no-93-tahun-2017 di akses pada 7 mei 2023.


Dilihat di: https://biropemerintahan.ntbprov.go.id/2020/11/04/penyelesaian-konflik-batas-
wilayah-lombok-barat-dan-lombok-tengah/ di akses pada 7 mei 2023.

Mas'udi, Akar-Akar Teori Konflik: Dialektika Konflik: Core perubahan sosia dalam
pandangan Karl Marx dan George Simmuel, Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi
Keagamaan, Vol. 3, No. 1 (2015), hlm. 1-2

Dr. Argyo Demartoto M. Si, Teori Sosiologi Modern, Lihat di:


https://spada.uns.ac.id/mod/resource/view.php?id=23330 Di Akses pada 7 Mei
2023.

Dilihat di: https://radarlombok.co.id/konflik-batas-wilayah-kembali-memanas.html di akses


pada 7 mei 2023.

Jimly Assiddique, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, (Jakarta; Sinar Grafika, 2010),
hlm. 45

Maria Farida, Laporan Kompendium Bidang Hukum Perundang-Undangan, (Jakarta:


Departemen Hukum Dan Ham 2008), hlm. 4

Anda mungkin juga menyukai