Anda di halaman 1dari 11

VI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan vegetasi lamun pada praktikum ini dapat dilihat

pada tabel berikut:

1. Vegetasi Lamun Jarak 1 m²


3 5 8 7 9
8 7 3 13 11
10 7 9 12 1
5 4 5 5 8
13 12 5 7 10

2. Vegetasi Lamun Jarak 5 m²


7 8 8 10 7
5 8 12 7 9
11 12 5 10 10
6 10 10 7 5
4 3 7 9 10

3. Vegetasi Lamun Jarak 10 m²


9 5 6 4 8
8 8 5 6 9
8 8 9 1 8
8 6 4 7 10
5 6 10 5 10
B. Analisis Data

Analisis data vegetasi lamun, kerapatan lamun dan indeks dominasi

pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Vegetasi Lamun

a) Vegetasi lamun jarak 1 m²

Jumlah tegakanlamun
D= × 100 %
Luas daerah pengamatanlamun

187
= ×100 %
100 cm²

= 1,87%

b) Vegetasi lamun jarak 5 m²

Jumlah tegakanlamun
D= × 100 %
Luas daerah pengamatanlamun

213
= ×100 %
500 cm²

= 0,43%

c) Vegetasi lamun jarak 10 m²

Jumlah tegakanlamun
D= × 100 %
Luas daerah pengamatanlamun

178
= ×100 %
1000 cm²

= 0,18%

2. Kerapatan Lamun (Di)

a) Halodule uninervis

 Jarak 1 m²
Jumlah individu setiap jenis (¿)
Di =
Luas plot yang diamati( A)

99
=
100 cm²

= 0,99 cm2
 Jarak 5 m²

Jumlah individu setiap jenis (¿)


Di =
Luas plot yang diamati( A)

125
=
500 cm²

= 0,25 cm2
 Jarak 10 m²

Jumlah individu setiap jenis (¿)


Di =
Luas plot yang diamati( A)

107
=
1000 cm²

= 0,107 cm2
b) Thalassia hemprichii

 Jarak 1 m²

Jumlah individu setiap jenis (¿)


Di =
Luas plot yang diamati( A)

88
=
100 cm²

= 0,88 cm2
 Jarak 5 m²

Jumlah individu setiap jenis (¿)


Di =
Luas plot yang diamati( A)
88
=
500 cm²

= 0,176 cm2
 Jarak 10 m²

Jumlah individu setiap jenis (¿)


Di =
Luas plot yang diamati ( A )

71
=
1000 cm²

S
= 0,071
cm²
3. Indeks Dominasi (D)

a) Halodule uninervis

( )
2
Jumlah individu tiap jenis(¿)
D= ∑
Jumlahindividu seluruh spesies (N )

( ) ( ) ( )
2 2 2
¿0 ¿5 ¿ 10
= N + N + N

( ) ( ) ( )
2 2 2
99 125 107
= 187 + 213 + 178

=¿+¿+¿
= 0,25 + 0,36 + 0,36
= 0,97
b) Thalassia hemprichii

( )
2
Jumlah individu tiap jenis(¿)
D= ∑
Jumlahindividu seluruh spesies (N )

( ) ( ) ( )
2 2 2
¿0 ¿5 ¿ 10
= N + N + N

( ) ( ) ( )
2 2 2
88 88 71
= 187 + 213 + 178
=¿+¿+¿
= 0,25 + 0,16 + 0,16
= 0,57

C. Tabel Data

Tabel kerapatan dan indeks dominasi lamun dapat dilihat pada Tabel

4.1 dan Tabel 4.2.

Tabel 4.1. Hasil Kerapatan Jenis Lamun


Kerapatan (m²)
No. Jenis Lamun Jumlah
1 m² 5 m² 10 m²
1 2 3 4 5 6
1. Halodule uninervis 0,99 0,25 0,107 1,347
2. Thalassia hemprichii 0,88 0,176 0,071 1,127

Tabel 4.2. Indeks Dominasi Lamun


Indeks
No. Kelompok Spesies Keterangan
Dominasi
1 2 3 4 5
Halodule uninervis 0,97 Tinggi
1. IX
Thalassia hemprichii 0,57 Sedang

D. Diagram

Diagram vegetasi lamun pada praktikum ini adalah sebagai berikut:


Diagram Vegetasi Lamun

0,18%

Jarak 1 m²
0,43% Jarak 5 m²
Jarak 10 m²

1,87%

Diagram 1. Vegetasi Lamun

E. Grafik

Grafik vegetasi lamun pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

Grafik Vegetasi Lamun


2.00%
1.87%
1.80%
1.60%
1.40%
1.20%
1.00%
0.80%
0.60%
0.40% 0.43%
0.20% 0.18%
0.00%
Jarak 1 m² Jarak 5 m² Jarak 10 m²

Grafik 1. Vegetasi Lamun

F. Pembahasan
Lamun adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang hidup di

perairan laut dangkal dan lamun adalah tumbuhan berbiji satu yang memiliki

akar, daun, rimpang, bunga dan buah. Jenis Lamun yang ditemukan sebanyak

12 spesies dari 7 jenis . Lamun memiliki peranan yang penting bagi kehidupan

yang ada di laut. Menurut Rosmawati (2020), menyatakan bahwa lamun adalah

salah satu ekosistem yang memiliki produksi primer yang tinggi dan secara

ekonomis lamun dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan ternak,

bahan baku kertas, bahan kerajinan, pupuk dan bahan obat-obatan. Lamun

memiliki fungsi ekologi di perairan laut dangkal sebagai habitat biota lainnya

seperti ikan, produsen primer serta melindungi perairan dar iabrasi. Lamun

berfungsi menjaga atau memelihara produktifitas dan stabilitas pantai pesisir

dan ekosistem estuaria.

Praktikum analisis vegetasi lamun diawali dengan menbuat transek

dengan ukuran 1x1 m dan menentukan lokasi pengamatan yaitu di Desa

Tanjung Tiram, kemudian mengukur jarak menggunakan roll meter dengan

jarak 1 m2, 5 m2 dan 10 m2, selanjutnya mulai mengidentifikasi serta

menganalisis jenis-jenis lamun, kerapatan lamun, vegetasi lamun dan indeks

dominasi lamun. Menurut Sari (2021), menyatakan bahwa adanya sebaran

lamun pada lokasi pengamatan memungkinkan untuk memiliki kerapatan dan

pola sebaran lamun beragam. Jenis lamun yang ditemukan pada lokasi berbagai

macam jenis lamun. Langkah berikutnya mencatat hasil pendataan pada setiap

plot dan mendokumentasi


Berdasarkan hasil praktikum analisis vegetasi lamun yang telah

dilakukan diperoleh vegetasi lamun pada jarak 1 m 2 adalah 1,87%, vegetasi

lamun pada jarak 5 m2 adalah 0,43% dan vegetasi lamun pada jarak 10 m 2

adalah 0,18%. Kemudian berdasarkan analisis kerapatan jenis lamun Halodule

uninervis jarak 1 m2 diperoleh 0,99, jarak 5 m2 diperoleh 0,25 dan jarak 10 m2

diperoleh 0,107dan keseluruhan jumlah adalah 1,347. Kerapatan jenis lamun

Thalassia hemprichii jarak 1 m2 diperoleh 0,88: jarak 5 m2 diperoleh 0,176;

jarak 10 m2 diperoleh 0,071 dengan keseluruhan jumlahnya adalah 1,127.

Kerapatan jenis lamun yang di peroleh sangat berpengaruh pada luas plot,

semakin luas ukuran plot maka semakin sedikit kerapatan jenis lamun yang

ditemukan. Dominasi jenis menggambarkan suatu jenis tumbuhan yang mampu

mempengaruhi komunitasnya dengan cara banyaknya jumlah jenis maupun

pertumbuhannya yang dominan. Dominasi relatif merupakan perbandingan

antara jumlah dominasi suatu jenis dengan jumlah dominasi seluruh jenis.

Dominasi relatif digunakan untuk mempersentasikan perbandingan nilai

terendah dan nilai tertinggi yang dicapai dari masing-masing lamun yang

diamati, terhadap jumlah dominasi keseluruhan jenis lamun. Hasil pengamatan

pada tabel 4.2 indeks dominasi lamun jenis Halodule uninervis dan Thalassia

hemprichii berturut-turut menghasilkan nilai 0,97 dan 0,57, hal ini menandakan

bahwa jenis lamun di Desa Tanjung tiram mendominasi adalah Halodule

uninervis dibandingkan jenis lamun Thalassia hemprichii. karena substrat di

perairan Desa Tanjung Tiram adalah berpasir, pecahan karang dan lumpur

berpasir yang substrat lamun Halodule uninervis Menurut Huky (2023),


menyatakan bahwa Halodule uninervis pada umumnya ditemukan pada

perairan yang substrat pasir, kerikil dan pecahan karanh serta pada perairan

bersubstrat halus hingga kasar.

Faktor yang dapat mempengaruhi kerapatan vegetasi lamun

diantaranya adalah suhu, kecerahan, salinitas dan tipe substrat. Lamun yang

tumbuh pada daerah yang lebih dalam dan jernih memiliki kerapatan jenis yang

lebih tinggi daripada lamun yang hidup di daerah dangkal dan keruh, karena

tumbuhan lamun membutuhkan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Lamun

yang berada pada substrat lumpur dan pasir kerapatannya akan lebih tinggi

daripada lamun yang tumbuh pada substrat karang. Perbedaan substrat dapat

menyebabkan perbedaan komposisi jenis lamun dan dapat mempengaruhi

perbedaan pertumbuhan lamun. Menurut Namira (2021), menyatakan bahwa

perbedaan komposisi ukuran butiran pasir akan menyebabkan perbedaan nutrisi

bagi pertumbuhan lamun dan proses dekomposisi mineralisasi yang terjadi di

dalam substrat.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah cara

menganalisis vegetasi lamun adalah menentukan lokasi pengamatan, kemudian

membuat plot dengan ukuran yang bervariasi. Mengidentifikasi dan

menganalisis jenis-jenis lamun, kerapatan lamun dan biota asosiasinya, setelah

itu menghitung data lamun yang ditemukan dengan menggunakan rumus yang

ada berdasarkan vegetasi lamun, kerapatan jenis lamun dan indeks dominasi.

B. Saran

Saran pada praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk laboratorium, diharapakn alat-alat yang digunakan di laboratorium

disimpan secara teratur.

2. Untuk asisten, diharapkan agar tetap semangat dan sabar dalam

membimbing dalam pelaksanan.

3. Untuk praktikan, diharapkan keaktifan dalam menyiapkan bahan dan alat

praktikum.

Anda mungkin juga menyukai