LAPORAN PENELITIAN
Disusum Oleh:
Kelompok 1
Annisa Febriliana (20401002)
Deviyana Susanti Sebo (20401006)
Margaretha Maria Alacoque Wolo (20401010)
Ahmad Muttaqin (20401012)
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya dapat menyusun laporan penelitian ini dengan judul “ Analisis
Pengendalian Kualitas Penjualan Cup 220 Ml Destine Dengan Menggunakan Metode
Six Sigma Di Pt. Taubah Jaya Abadi Jl. Raja Alam 1 Km 5 Tanjung Redeb”. Dankami
berterima kasih pada Bapak Anthonius Dhinar, S.T., M.Eng. dan Ibu Dewi Safitria ni,
S.T., M.Si., selaku Dosen mata kuliah Teknik Pengendalian Kualitas yang telah
memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap laporan penelitian ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai analisis kualitas donat ini. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Semoga laporan penelitian ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkanan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ........................................................................................25
4.2 Pengolahan Data .............................................................................................................26
4.2.1 Tahap Define ............................................................................................................26
4.2.2 Measure ..................................................................................................................33
BAB V PENUTUP ..................................................................................................................37
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................................37
5.2 Saran ...............................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................38
LAMPIRAN.............................................................................................................................39
4
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR TABEL
6
DAFTAR LAMPIRAN
7
BAB I
PENDAHULUAN
8
1.3 Tujuan
Berdasarkan dari latar belakang permasalahan yang telah ditampilkan sebelumnya,
Adapun tujuan dari melakukan kegiatan tugas besar Teknik Pengendalian Kualitas ini
adalah:
1. Mengetahui faktor penyebab cacat produk pada cup 220 ml destine pada PT.
Taubah Jaya Abadi Jl. Raja Alam .
2. Mengetahui Nilai DPMO dan Sigma yang dihasilkan dari produksi tersebut.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya adalah:
1. Bagi PT. Taubah Jaya Abadi
Penelitian ini dapat menjadi informasi bagaimana cara meningkatka n
penjualan serta mengurangi kecacatan dalam melakukan produksi dan
memenuhi permintaan customer.
2. Bagi Pembeli
Dari penelitian ini diharapkan pembeli menjadi lebih puas terhadap jualan dari
penjual setelah melakukan perubahan pada proses produksinya.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menjadi pengalaman dan pengetahuan baru peneliti serta
mengetahui bagaimana alur dari sebuah produk di produksikan.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian dilakukan pada PT. Taubah Jaya Abadi Jl. Raja Alam 1 Kalimantan
Timur, Berau.
2. Penelitian hanya berfokus pada proses pembuatan Cup air minum destine 220 ml.
3. Penelitian menggunakan metode Six Sigma.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, dimana
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi diusahakan serendah- rendahnya.
Pengendalian kualitas juga menjamin barang atau jasa yang
dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan seperti halnya pada
pengendalian produksi. Dengan demikian antara pengendalian produksi
dan pengendalian kualitas erat kaitannya dalam pembuatan barang.
11
sumber-sumber variasi dan cara-cara untuk menghilangkannya (Harry dan
Scroeder, 2000).
Proyek Six Sigma mempunyai Impact besar terhadap kepuasan
konsumen dan Impact yang signifikan pada Bottom-Line terpilih.
Manajemen puncak mempunyai peranan penting selama seleksi proyek dan
sebagai Leader. Proyek didefinisikan secara jelas dalam hal Expected
Key Deliverables, yaitu DPMO level atau Sigma Quality Levels, RTY,
Quality Cost dsb. Dalam pendekatan keseluruhan, masalah nyata dibalik
kedalam masalah satistik. Hal ini dilakukan dengan Mapping proses, yaitu
mendefinisikan variable-variabel kunci Input proses (Key Process Input
Variables KPIVs or „ x‟s) dan variabel-variabel kunci Output proses proses
(Key Process Input Variables KPIVs or „ x‟s). Kekuatan statistical tools
digunakan untuk menentukan Statistical Solution.
Ada lima tahap atau langkah dasar dalam menerapkan strategi Six
Sigma ini yaitu Define-Measure–Analyze-Improve-Control (DMAIC),
dimana tahapannya merupakan tahapan yang berulang atau membentuk
siklus peningkatan kualitas dengan Six Sigma. Siklus DMAIC dapat
digambarkan pada gambar berikut:
12
Langkah sistematis dalam Six Sigma terdiri dari lima tahapan yang
dikenal dengan istilah The Six Sigma Breakthrough Strategy, terdiri dari
fase Define,Measure, Analyze, Improve dan Control.
1. Tahap Define
13
Tabel 2. 1 Simbol Pada Proses Mapping
: digunakan untuk
menghubungkan tahap-tahap
dalam proses
14
Tabel 2. 2 VOC Produk Parfum
15
Tabel 2. 3 CTQ Produk Sepatu
Kesamaan
fungsi dan
2. Benang Jahit 22 N Kuat Tarik tugas
operator dan
SOP
Kualitas
bahan baku
3. Sol Dalam 35 % Penyerapan Air dari supplier,
ketelitiaan
QC Inspeksi
Performa
kerja mesin
Pressing,
4. Sol Tengah 4 mm Kuat Rekat
performa
mesin
chiller
16
d. Measure
Tahap ini dalam siklus DMAIC merupakan tahap mengukur tingkat
kecacatan pelanggan, proses dan tingkat kinerja produk. Dalam tahap ini akan
ditetapkan dan diurutkan Critical to Quality (CTQ) prioritas, stabilitas proses
dan kapabilitas proses, sebagai berikut:
1. Penetapan dan pengurutan CTQ Prioritas Hasil dari pengujian dibuat dalam
bentuk tabel, diagram pareto, dan Chart.
2. Pengukuran stabilitas proses (Stability Process) Pengukuran stabilitas
proses ini berfungsi untuk mengetahui seberapa stabil proses pengelasan
dalam menjaga kualitasnya atau seberapa stabil proses pengelasan dapat
memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan oleh manajemen perusahaan.
Pada pengukuran stabilitas proses ini akan disajikan nilai proporsi, Upper
Control Limit (UCL), Lower Control Limit (LCL) dan Central Line (CL).
3. Pengukuran Kapabilitas Proses Pengukuran kapabilitas proses bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar kemampuan proses dalam memenuhi
batas spesifikasi yang telah ditentukan dalam upaya pemenuhan Critical to
Quality (CTQ).Berdasarkan CTQ yang telah ditentukan dan hasil dari
perhitunga n stabilitas proses, maka perhitungan kapabilitas proses dapat
dihitung.
e. Analyze
Tahap ini merupakan proses analisis dimana dalam tahap ini akan
diuraikan variasi penyebab khusus dalam proses pengelasan Pressure vessel.
Beberapa tool yang digunakan sebagai pendukung dalam proses penganalisa an
diantaranya adalah hasil kuisioner yaitu, diagram sebab akibat atau Fish Bone.
Ketika hasil akhir tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan
ditargetkan, maka diperlukan sebuah analisa atas hasil dan proses yang telah
berlangsung. Analisa atas hasil dan proses yang telah berlangsung dilakuka n
dengan cara wawancara dengan Welding Inspector (WI), NDE Personel Level
II dan para Welder guna mendapatkan informasi penyebab umum terjadinya
cacat.
17
1. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
18
Setelah melakukan evaluasi pada ketiga cara untuk menentukan nilai S,
O, dan D, maka selanjutnya perlu dirangkum dalam sebuah tabel FMEA yang
berisi Input dari analisa FMEA. Tabel tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Nomor Induk :
Nomor Komponen :
Nama PIC :
Tanggal :
Proses Mode
Lokasi Kerja Kegagalan Akibat S
O D
RPN
Potensial
memilik ijam terbang dan pengalaman yang tinggi, hal-hal yang bisa dapat
terjadi akibat penilaian subyektif dapat diminimalisir dan hasil akhir penilaian
dapat lebih mencerminkan atau menginterpretasikan keadaan yang
sebenernya, sehingga dari sana kemudian disusun sebuah tindakan untuk
menanggulangi kegagalan dan dampaknya dikemudian hari.
19
Sumber pangkal permasalahan harus dilihat dari berbagai macam faktor,
dimana faktor – faktor yang dapat menyebabkan hasil alasan menjadi cacat.
Diagram sebab akibat (Cause and effect diagram) adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengorganisasi dan menggabungkan seluruh ide-ide mengena
i penyebab potensial dari suatu masalah. Bentuknya seperti tulang ikan (fish
bone) yang terdiri dari dua macam bagian yaitu:
20
f. Improvment
Tahapan ini adalah proses yang dikerjakan adalah melakukan berbagai
upaya untuk mengeliminasi berbagai penyebab cacat produk atau kegagalan
proses. Tahap Improvement adalah tahap meningkatkan proses dan
menghilangkan sebab akibat timbulnya cacat. Setelah sumber-sumber
penyebab masalah kualitas dapat diidentifikasi, maka dapat dilakukan
penetapan rencana tindakan (Action Plan) untuk melaksanakan peningkatan
kualitas Six Sigma. Setelah diketahui penyebab utama dan penjelasannya,
selanjutnya dibuat tabel Action For Failure Mode untuk menentukan tindakan
yang sesuai untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Pengisian tabel juga
merupakan hasil Brainstorming pihak Quality Control perusahaan dengan cara
wawancara dengan pihak perusahaan. Untuk lebih jelasnya, hasil tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Kerusakan Mesin
g. Control
Tahap ini memiliki fungsi supervisi atau pengawasan dan monitor ing
terhadap rencana perbaikan yang telah dirancang dan dijadwalkan, dengan kata
lain proses Improvement sedang di maintain pada tahap ini. Tim bertugas
memastikan bahwa proses yang tengah berlangsung termasuk langka-langk ah
improvisasinya adalah berada pada Range yang ditetapkan atau tidak keluar
dari batas-batas toleransi kualitas.
Tahap pengendalian juga mendokumentasikan proses yang berlangsung,
terlebih apabila proses tersebut dapat dijadikan sebagai Best Practice dan
21
panduan bagi aktivitas atas Problem yang sama di kemudian hari. Tools yang
umum digunakan pada tahap ini adalah lembar Check Sheet dan model 5W
(What, Where, When, Who, Why) + 1 H (How).
5W + 1H Tindakan
Tujuan What
utama (Apa)
Lokasi Where
(Dimana)
Orang Who
(Siapa)
Metode How (Bagaimana)
Metode 5W-1H merupakan salah satu alat Kaizen yang dapat digunaka n
sebagai alat manajemen dalam berbagai situasi dan kondisi. Metode 5W-1H
terdiri dari What (apa) yang berhubungan dengan apa yang harus dilakuka n
untuk perbaikan, Why (mengapa) yang berhubungan dengan pertanyaan
mengapa perbaikan harus dilakukan, Where (dimana) untuk mengetahui dimana
perbaikan akan dilakukan, Who (siapa) yang berhubungan dengan siapa yang
akan melakukan perbaikan dan How (bagaimana) untuk mengetahui bagaimana
perbaikan akan dilakukan. Tahap Control merupakan tahap pengendalian
terhadap proses perbaikan yang akan dilakukan secara terus-menerus untuk
meningkatkan kapabilitas proses menuju target Six Sigma.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
23
3.5 Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan menggunakan metode survei (kuantitat i f)
menggunakan diagram alir seperti di bawah ini:
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
PT.Taubah Jaya Abadi bergerak dalam bidang produksi Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) dengan nama merk produk "Destine" yang merupakan
perusahaan pertama di kabupaten Berau yang memproduksi mineral air minum
dalam kemasan dengan skala industri.
Untuk bahan baku air berasal dari bawah tanah (sumur bor), sumber mata air
dari Labanan dan juga dari PDAM yang selanjutnya diolah dan diproses dengan
menggunakan teknologi dan mesin yang modern dengan sistem Multi Filtrasi , sinar
Ultra Violet dan Ozonisasi, serta dikelola dan diawasi dengan sangat ketat oleh
tenaga kerja yang terampil, terlatih dan berpengalaman sehingga menghasilka n
produk minum mineral yang sehat, segar, dan berkualitas tinggi serta Higienis
sehingga aman untuk diminum oleh semua orang. Produk air minum mineral "
Destine " telah lolos uji dan mendapat sertifikat produk dari Lembaga Standar
Nasional Indonesia ( SNI ) 013553-2015.
25
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Tahap Define
Tahap Define merupakan tahap awal dalam mengidentifikasi permasalahan
yang terjadi pada metode Six Sigma. Pada tahapan ini proses produksi dan
identifikasi masalah digambarkan melalui diagram SIPOC (Supplier, Input,
Process, Output, dan Customer) serta identifikasi jenis CTQ (Critical To Quality).
Diagram SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, dan Customer) Diagram SIPOC
menggamba rkan mengenai aliran proses produksi yang dapat dilakukan pada
proses produksi AMDK 220 ml, dari pihak pengadaan bahan ku sampai dengan
produk jadi yang dikirimka n ke konsumen. Berikut merupakan agram SIPOC pada
produk Destine kemasan cup 220 ml.
✓ Retail didaerah
kaltim & kaltara
Packaging
✓ Star swalayan
(Bulungan)
✓ Toko wijaya
(Biduk)
✓ Toko Rahmat
(Segah)
✓ Toko Mutiara ( Tj.
Batu)
✓ Toko Jimmy (Gn.
Panjang)
26
a. Supplier Terdapat beberapa komponen yang tidak dihasilkan dari destine namun
menggunakan material dari Vendor , yaitu cup/gelas plastik, lid,karton box dan
sedotan.
b. Input yang dibutuhkan dalam proses produksi produk destine 220 ml adalah air,
cup,lid yang sudah tertempel pada bagian atas cup, sedotan dan karton box.
c. Proses produksi destine kemasan 220 ml terdiri dari beberapa tahapan yaitu dari
Filling (pengisian air). Proses pengisian air dalam cup terdiri atas proses
pemasukan cup pada Holder dan proses pengisian air produk pada cup, kemudian
proses pelekatan lid pada cup (Sealing) menggunakan panas, dan proses pemotong
lid (Cutting). Lalu proses inspeksi dilkukan secara visua l sebelum produk disusun
ke dalam box air. Pada proses ni juga operator memeriksa produk apakah sesuai
dengan standar atau tidak, proses pengemasa n ialah proses penataan dan
penyusunan produk ke dalam kardus/Box. Pada proses ini terdiri dari Manual
Packing yang dimana (memasukan cup dan sedotan), Carton Packing Box Coding
(pemasangan lot), Pallet Packing.
d. Output yang dihasilkan dari proses produksi ini adalah produk jadi yaitu Air
Destine dengan kemasan 220 ml dan dimana disimpan dalam Carton Box yang
mampu menampung 48 cup air Destine.
e. Customer atau Pelangan dari proses produksi ini adalah distribusi resmi Destine
dan konsumen atau agen agen yang ada disekitar kaltim-kaltara.
1. Alat yang di perlukan :
• Tangki air baku
• Pompa
• Tabung penyaring
• Mesin RO
• Tabung Ozon
• Uv
• Storge Tank
• Tangki akhir hasil produksi
2. Mengidentifikasi Critical To Quality (CTQ)
Tahap Define merupakan langkah awal dalam melakukan analisis six
sigma. Tahap Define digunakan untuk menemukan masalah-masalah
terkait standar kualitas dan mendefinisikan penyebab-penyebab Defect
yang menjadi penyebab paling potensial dalam proses produksi (Critical to
Quality/CTQ).
27
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala produksi PT. Taubah
Jaya Abadi dan pengamatan langsung, ditemukan beberapa Defect yang
ada pada produk air mineral cup 220 ml. Jenis cacat tersebut antara lain:
a. Lid miring
Lid Miring Lid miring adalah kondisi cacat dimana plastik lid
dipotong tidak sesuai dengan bentuk cup bagian atas. Hal ini dapat
disebabkan karena kurang tajamnya mesin pemotong atau alat Press
saat akan memotong bagian lid atau pada mesin terdapat lid yang
awalnya tidak terpasang pada cap air sehigga pada proses cup
selanjutnya lid tidak terpasang dengan rapi atau tidak sesuai dengan
bentuk cup air.
28
Berdasarkan gambar diatas, terdapat 5 faktor menyebabkan cacat Lid
Miring pada produk AMDK Cup 220 ml yaitu:
1. Mesin
Penyebab terjadinya masalah dalam factor mesin adalah mesin kurang
adanya perawatan, settingan mesin yang tidak optimal menyebabkan
mesin kurang panas dan terlalu panas, serta kedudukan Roll lid
goyang.
2. Manusia
Penyebab terjadinya masalah dalam factor manusia adalah kurangnya
operator pada saat pemasanagan lid, operator melakukan lebih dari
satu pekerjaan, dan juga adanya operator yang kurang teliti pada saat
pengoperasian
3. Metode
Penyebab terjadinya pada factor ini ialah kurangnya pemahama n pekerja,
cara kerja salah, dan kurangnya pengawasan pada lapangan.
4. Material
Material Penyebab terjadinya masalah dalam factor material ialah
material adalah kualitas lid cup kurang baik dan juga penanganan pada
Handling penyimpanan lid yang kurang tepat
b. Lid Bocor
Lid bocor adalah kondisi cacat dimana plastik lid memiliki jarum bocor.
Bocor jarum yaitu bocor yang terdapat pada tutup dengan ukuran sangat
kecil sehingga dapat diketahui setelah produk di Packing.
29
Gambar 4. 6 Fish Bone Lid Bocor
1. Mesin
Penyebab teradinya masalah dalam Factor mesin adalah Seal Disk
kotor, Bucket dan Trimming tidak Center kemudian Heater kurang
panas dan juga terlalu panas.
2. Material
Penyebab terjadinya masalah dalam Factor material adalah kualitas
bahan tidak sesuai standar, bibir cup tidak rata, menggunakan
peralatan seadanya, kondisi alat bantu sudah lama dan tidak laya di
gunakan dan dipakai.
3. Metode
Penyebab terjadinya masalah dalam Factor metode adalah proses
visual control yang rendah, cara kerja salah kerja salah, dan kurangnya
pemahaman pekerja dan kurangnya pengawasan dari pengawasan
lapangan.
4. Manusia
30
Penyebab terjadinya masalah dalam Factor manusia adalah operator
melakukan lebih dari satu pekerjaan,kecepatan dan Skill pekerja tidak
sama, pekerja lalai dan tidak teliti.
5. Lingkungan
Penyebab terjadinya masalah dalam Factor lingkugan adalah penerangan
lingkungan yang kurang optimal.
c. Cup Pecah
Cup pecah adalah kondisi cacat dimana cup pada saat proses Packing
atau pada jarak Conveyor yang terlalu jauh menyebabkan posisi
jatuhnya produk pada Coveyor tidak pas dan terlalu keras sehingga
cup pecah. Setting temperatur pada mesin thermosheet yang
seharusnya antara 200°C sampai 235°C tidak disetting berdasarkan
ketentuan. Penyetelan temperatur yang tidak tepat ini menyebabkan
cup regas/tidak elastis sehingga jika terkena getaran sedikit saja
langsung pecah dan Perbandingan campuran PP hasil Regrind dan PP
murni yang tidak tepat akan menyebabkan kualitas Sheet kurang baik
dan ini merupakan salah satu penyebab cup regas
31
Gambar 4. 8 Fish Bone Cup Pecah
2. Manusia
Karyawan yang kurang atau pekerjaa yang kurang terampil dan tidak
tidak terlatih pada saat proses dilakukan di lapangan dan juga adanya
kelalaian pada pekerja / karyawan.
3. Proses Produksi
Penyebab terjadinya masalah dalam Factor ini adalah adanya kualitas
pada bahan yang buruk sehingga pada cup mudah pecah dan rusak
kemudian juga kurangnya Control dari pengawas lapangan pada saat
produksi di lakukan.
4. Mesin
Penyebab terjadinya masalah dalam Factor mesin ini adalah adanya
perawatan yang kurang teratur dan juga rute atau jarak Conveyor
terlalu jauh.
32
4.2.2 Measure
Menurut Gaspersz (2002) Tahap Measure merupakan langkah operasional
dalam program peningkatan kualitas Six Sigma. Terdapat tiga hal pokok yang
harus dilakukan dalam tahap ini, yaitu:
1. Memilih dan menentukan karakteristik kualitas (CTQ) kunci yang berhubungan
langsung dengan kebutuhan spesifik Customers;
2. Mengembangkan suatu rencana pengumpulan data melalui pengukuran yang
dapat dilakukan pada tingkat proses, Input, dan Output;
3. Mengukur kinerja pada tingkat proses, Input dan Output.
Adapun penentuan karakter kualitas (CTQ) dalam Produksi Cup air 220 ml:
a) Lid cup miring
b) Lid Cup bocor
c) Cap pecah
Setelah melakukan wawancara dengan PT.TJA, pengukuran atribut karakteristik
kualitas pada tingkat Output ini dilakukan selama 2 hari yaitu dimulai pada
tanggal 30 Januari 2023 hingga tanggal 31 Januari 2023 dengan pengambila n
sampel secara keseluruhan dari produksi Cup tersebut setiap harinya. Hasil dari
pengamatan selama 7 periode (hari) menunjukkan bahwa kecacatan yang sering
timbul pada proses pembuatan Air Mineral Dalam Kemasan (AMDK) ini
diantaranya adalah:
• Lid bocor
• Lid miring
• Cup pecah
Berikut ini data mengenai perhitungan DPMO dan Sigma PT.TJA selama 7 periode (7
hari) yang ditampilkan dalam tabel berikut.
Pada tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa data terdiri dari 7 hari produksi. Produksi
yang paling banyak terdapat tanggal 27-Jan-2023 terdapat 1374 dus dengan total
keseluruhan 7434 dus. Dan CTQ dari penelitian ini adalah 3 yang telah dijabarkan
sebelumnya. Total produk cacat 1091. Total DPU pada 7 hari penelitian adalah 1161
33
dimana DPU terbesar ada pada tgl 27-Jan-2023 dengan nilai 305. Rata rata dari
DPMU adalah 71018 dan Sigma 4,41. Nilai Sigma jika sudah mencapai 4 sudah
bagus. Namun, perlunya perbaikan pada cacat lid bocor.
Kemudian, persen dari Defect Per Unit digambarkan melalui Histogram pada gambar
di bawah ini:
6% 675% 18%
Berdasarkan tabel 4.2 diatas terlihat untuk presentase produksi sampai hari ke-7 memilki
presentase sebesar 100% dengan total presentase lid miring 1%, lid botol 96%, dan cup
pecah 3% dengan rata-rata defect per unit sebesar 100% .
34
Gambar 4. 9 Persentase DPU
Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa cacat yang paling banyak
disebabkan karena lid bocor dengan persentase rata rata diatas 90%. Ini dapat
diartikan bahwa lid bocor salah satu penyebab terbesar cacatnya suatu
produk. Sedangkan lid miring dan cup pecah tidak sampai pada angka 5%.
Jika dirata rata, DPU perhitungannya digambarkan melalui histogram di
bawah ini :
35
Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa, lid bocor memiliki rata rata 96%
sedangkan lid miring dan cup pecah hanya ada 1 % dan 3%. Ini dapat dilihat bahwa lid
bocor sangat mendominasi pada cacat produk cup air 220 ml setiap kali produksi.
36
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan selama 7 hari maka dapat disimpulka n bahwa
:
1. Terdapat 3 penyebab utama produk bisa dikatakan cacat, yaitu lid miring, lid
bocor, dan cup pecah. Persentase terbesar terdapat pada cacat lid bocor yaitu
sekitar 96% sedangkan lid miring dan cup pecah hanya sekitar 1% dan 3%.
Produksi yang paling banyak terdapat tgl 27-Jan-2023 terdapat 1374 dus dengan
total keseluruhan 7434 dus. Dan CTQ dari penelitian ini adalah 3 yang telah
dijabarkan sebelumnya. Total produk cacat 1091. Total DPU pada 7 hari penelit
ian adalah 1161 dimana DPU terbesar ada pada tgl 27-Jan-2023 dengan nilai 305.
Rata rata dari DPMU adalah 71018 dan Sigma 4,41.
2. Faktor faktor penyebab cacat produk diantaranya adalah manusa, mesin, proses
produksi, dan juga lingkungan. Untuk lid miring faktor yang dominan adalah
manusia dan mesin. Lid bocor adalah mesin. Cup pecah semua faktor dominan
karena ada 2 penyebab dari tiap faktor.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah perlunya perbaikan
terhadap cacat produk lid miring, karena presentasenya sekitar 96% yang sangat
mempengaruhi pada jumlah produksi tiap hari. Untuk karyawan diharapkan bisa
lebih fokus dan teliti, agar tidak terjadi cacat produk yang lebih banyak lagi tiap
harinya, karena akan mempengaruhi Cost pada tiap produksi. Dan juga produk yang
cacat memberikan kerugian terhadap perusahaan.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
LAMPIRAN
39
Lampiran 2 Dokumentasi Produk Destine 220 Ml
40