Anda di halaman 1dari 40

PENGARUH GAYA KEPEMINPINAN TERHADAP MOTIVASI KERJA PEGAWAI

DI KANTOR CAMAT MANDREHE NIAS BARAT

Proposal Penelitian

Oleh:

YUSTINA DINI KRISTIANI GULO

NPM. 1920111011

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
INSTITUT BISNIS DAN KOMPUTER INDONESIA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan, karena kasih dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Gaya

Kepeminpinan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Di Kantor Camat Mandrehe Nias Barat”.

Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan pada Jurusan Manajemen Institut Bisnis Dan Komputer Indonesia Medan.

Dalam penyusunan proposal penelitian ini, penulis mengalami kesulitan dan penulis

menyadari dalam penulisan proposal penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan proposal

penelitian ini. Maka, Penulis sangat berharap semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi

kita semua. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I......................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.................................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................1

B. Identifikasi Masalah....................................................................................................5

C. Perumusan Masalah.....................................................................................................6

D. Tujuan Penelitian.........................................................................................................6

F. Manfaat Penelitian.......................................................................................................6

BAB II....................................................................................................................................8

Kajian Literatur....................................................................................................................8

A. Kajian Teoritis............................................................................................................8

1. Kepemimpinan.....................................................................................................8

2. Teori Kepemimpinan................................................................................................9

3. Fungsi dan Sifat Kepemimpinan............................................................................10

4. Gaya Kepemimpinan..............................................................................................12

5. Motivasi..................................................................................................................14

6. Kinerja Pegawai.....................................................................................................16

7. Pengukuran Kinerja Pegawai.................................................................................17

8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja..........................................................18

ii
9. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Camat terhadap Kinerja Pegawai........................19

B. Variabel Penelitian....................................................................................................21

C. Hipotesis...................................................................................................................22

D. Penelitian Terdahulu.....................................................................................................23

BAB III.................................................................................................................................25

METODOLOGI PENELITIAN........................................................................................25

A. Jenis Penelitian........................................................................................................25

B. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................................................26

C. Metode Pengumpul Data...........................................................................................27

D. Instrumen Penggumpulan Data.................................................................................29

E. Teknik analisis data...................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan kita tidak bisa terlepas dari kata kepemimpinan. Karena pada

hakikatnya kita diciptakan sebagai pemimpin di muka bumi ini. Thoha berpendapat bahwa

kepemimpinan adalah keterampilan dan kemampuan seseorang mempengaruhi perilaku orang

lain, baik yang kedudukannya lebih tinggi maupun lebih lebih rendah daripada nya dalam

berfikir dan bertindak agar perilaku yang semula mungkin individualistik dan egosentrik

berubah menjadi perilaku organisasional.di tiga teori yang menjelaskan munculnya pemimpin

adalah sebagai berikut.

Dalam praktek sehari-hari, kita dapat menemukan beberapa istilah yang mengandung

pengertian yang sama atau hampir sama dengan manajemen sumber daya manusia, dengan

fokus dan penekanan yang berbeda-beda. Dan dalam kehidupan sehari-hari juga, manusia

tidak lepas dari kehidupan organisasi, hal ini dikarenakan setiap orang cenderung untuk hidup

bermasyarakat.

Hal ini biasanya terlihat dalam kehidupan keluarga, organisasi, masyarakat maupun

dalam dunia kerja yang mana setiap orang akan melakukan interaksi dengan lingkungan

kerjanya. Setiap organisasi tentu saja harus mempunyai tenaga kerja untuk mencapai tujuan

organisasi atau perusahaan. Pada perkembangan jaman saat ini sumber daya manusia sangat

diperhatikan dalam suatu perusahaan demi tercapainya tujuan organisasi. Selain itu juga tentu

saja instansi menginginkan tenaga kerja yang memiliki kualitas yang baik, maka harus

memperlakukan mereka dengan baik.

1
2

Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar di tentukan olehh

kepemimpinan. Suatu ungkapan mulia yang mengatakan bahawa pemimpinlah yang

bertanggung jawab atas kegagalan pelakasana suatu pekerjaan, merupakan ungkapan yang

menduduki posisi pemimimpin dalam suatu organisasi pada posisi yang terpenting.

Kepemimpinan adalah kegiatan utntuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni

memengaruhi perilaku manusia baik perorang maupun kelompok.

Menurut George R. Terry dalam Thora Miftah merumuskan bahwa kepemimpinan itu

adalah aktvitas untuk mempengaruhi orang- orang supaya diarahkan mencapai tujuan

organisasi. adapun kosep lainya menurut Atmosudirjo bahwa kepemimpinan dapata

dirumuskan sebagai suatu keperibadian seseorang yang mendatangkan keinginan pada

kelopmpok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan

suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan atau wibawa, yang demikian rupa sehingga

membuat sekelompok orang -orang mau melakukan apa yang dihendakinya.1

Gaya dasar kepemimpinan dalam hubunganya dengan perilaku pemimpin, ada dua hal

yang biasanya dilakukan pemimpin terhadap bawahan atau pengikutnya,yakni: perilaku

mengarahkan dan perilaku mendukung. Perilaku mengarahkan dapat dirumusakan sebagai

sejau mana seorang pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi satu arah. Bentuk

pengarahan dalam komunikasi satu arah ini antara lain, menetapkan peranan yang seharusnya

dilakukan pengikut, memberitahukan pengikut tentang apa yang seharusnya bisa dikerjakan,

dimana melakukan hal tersebut, bagimana melakukanya, dan melakukan pengawasan secara

ketat kepada pengikutnya. perilaku mendukung adalah sejaumana seorang pemimpin


1
Thoha Mifta, Kepemimpinan Dalam Menajemen, (Jakarta : PT Raja Grafindo,2012), h 5
3

melibatkan diri dalam komunikasi dua arah, misalnya mendengar, menyedikan dukungan dan

dorongan, memudahakan interaksi, dan melibatkan para pengikut dalam pengambilan

keputusan.2

Hubungan kepemimpinan dan motivasi kerja sangatlah penting, kepemimpinan

merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok orang

dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan mengarahkan pegawai untuk mencapai tujuan

yang telah disepakati bersama.suatu instansi dapat mencapai tujuan jika orang- orang yang

berada dalam instansi tersebut dapat bekerja sama dengan baik untuk mencapai tujuannya.

motifasi merupakan faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktifitas

tertentu.motivasi juga sering di artikan sebagi faktor pendorong perilaku seseorang, olehh

karena itu pemimpin dengan gaya kepemimpinan tertentu berperan dalam mencapai tujuan

instansi. Kesunguhan pegawai dalam bekerja dapat di picu dengan adanya motivasi yang

diberikan olehh pimpinan yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada pegawai dalam

menjalankan tugasnya masing – masing.3

Dapat dilihat disini pentingnya seorang pemimpin pada saat melaksanakan

kepemimpinannya yang memberdayakan dirinya sendiri sebelum memberdayakan orang lain.

Dalam ranah kepemimpinan ada tiga hal yang harus dikembangkan oleh seorang pemimpin

yakni seorang pemimpin harus mampu memimpin diri sendiri (managing self), memimpin

orang (managing people), dan memimpin tugas (managing job). Efektivitas dalam

melaksanakan kepemimpinan harus dimulai dari diri sendiri.

2
Robet Tannenbaum dan Warren H. Sehmid”How to Choose a Leadership Pattwrn”,Harvard Business
Review,( Maret- April,1958),h 96.
3
https://Jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/Hubungan-Gaya-Kepemimpinan-Dengan.html
4

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang

dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam

rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum

dan sesuai dengan moral dan etika.4 Kinerja organisasi sangat ditentukan oleh unsur

pegawainya. Karena itu dalam mengukur kinerja suatu organisasi sebaiknya diukur dalam

tampilan kerja dari pegawainya. Kinerja Pegawai didefinisikan sebagai kemampuan pegawai

dalam melakukan sesuatu keahlian tertentu. Kinerja Pegawai sangatlah perlu, sebab dengan

kinerja ini akan diketahui seberapa jauh kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas yang

dibebankan kepadanya.

Menurut Kerlinger bahwa faktor kepemimpinan mempunyai peran yang sangat

penting dalam meningkatkan kinerja pegawai karena kepemimpinan yang efektif memberikan

pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Gaya kepemimpinan yang efektif dibutuhkan pemimpin untuk dapat meningkatkan kinerja

semua pegawai dalam mencapai tujuan organisasi sebagai instansi pelayanan publik. Dengan

demikian, gaya kepemimpinan dapat menjadi pedoman yang baik dalam peningkatan kinerja

pegawai.5

Berdasarkan observasi yang ada di Kantor Camat Tanjung Batu bahwa pemimpin

camat kurang mengarahkan pegawainya dalam melaksanakan tugas yang diberikan, sehingga

pegawai kurang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya karena untuk setiap

pekerjaan yang diberikan pada pegawai tersebut, ada yang tidak menyelesaikannya sesuai
4
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), hlm. 480-
481
5
Fred N Kerlinger, Asas-Asas Penelitian Behavioral, (Yogyakarta: Gadjah Mada university Press,
2002), hlm. 67
5

waktu yang ditentukan. Dari setiap pekerjaan yang sudah ditentukan untuk diselesaikan dalam

satu hari, nyatanya ada beberapa pegawai yang tidak mampu menyelesaikan pekerjaan

tersebut dan membutuhkan waktu tambahan untuk dapat menyelesaikannya

Pemimpin yang ada di kantor Camat Tanjung Batu dalam mengerjakan suatu kegiatan

atau pekerjaan selalu mendiskusikan kepada pegawainya, memberikan perintah dengan sopan

serta kekurang-tegasan dari pemimpin camat dalam menindak pegawai atau menegur

pegawai, camat juga kurang memberi pengarahan kepada pegawai mengenai Standar

Operasional Prosedur (SOP). Maka dari itu, disini perlu diperhatikan pada gaya

kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin camat dalam menunjang kinerja pegawainya.

Karena jika gaya kepemimpinan camat yang ada di Kantor Camat Tanjung Batu itu baik maka

kinerja pegawainya pun baik pula.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik mengadakan penelitian tentang “Pengaruh

Gaya Kepemimpinan Kepala Camat Terhadap Kinerja Pegawai Kecamatan Di Kantor Camat

Mandrehe Nias Barat”.

B. Identifikasi Masalah

Mengingat luasnya latar belakang masalah tentang Pengaruh Kepemimpinan Camat

Terhadap Kinerja Pegawai Kecamatan di Kantor Camat Mandrehe Nias Barat, karena

keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan untuk mendapatkan hasil penelitian yang terarah maka

diperlukan batasan masalah. Yang dimaksud kepemimpinan dalam penelitian ini adalah gaya

kepemimpinan otoriter, demokratis, dan laissez faire yang menjadi fokus permasalahannya.
6

C. Perumusan Masalah

1. Bagaimana gaya kepemimpinan kepala camat terhadap kinerja pegawai di Kantor

Camat Mandrehe Nias Barat

2. Bagaimana kinerja pegawai di Kantor Camat Mandrehe Nias Barat

3. Apakah terdapat pengaruh gaya kepemimpinan kepala camat terhadap kinerja pegawai

di Kantor Camat Mendrehe Nias Barat

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk menghetahui gaya kepemimpinan kepala camat terhadap kinerja pegawai di

Kantor Camat Mandrehe Nias Barat

2. Untuk mengetahui kinerja pegawai di Kantor Camat Mandrehe Nias Barat

3. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan kepala camat terhadap kinerja

pegawai di Kantor Camat Mendrehe Nias Barat

F. Manfaat Penelitian

 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan lanjutan

relevan terhadap pengaruh gaya kepemimpinan kepala camat kinerja pegawai di kantor

camat mendrehe nias barat

 Manfaat Praktis

Secara peraktis kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan

sebagai berikut:
7

a. Bagi Kepala Camat, sebagai arahan atau acuan pertimbangan dalam

menentukan kebijakan demi meningkatkan kualitas gaya kepemimpinan

b. Bagi Kantor Camat, sebagai acuan peningkatan kinerja pegawai


BAB II

Kajian Literatur

A. Kajian Teoritis

1. Kepemimpinan

Menurut Rivai dalam bukunya yang berjudul “Kepemimpinan dan Perilaku

Organisasi” menyatakan bahwa definisi kepemimpinan secara luas, adalah meliputi proses

mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk

mencapai tujuan, mempengaruhi interprestasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya,

pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja

sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orangorang di luar

kelompok atau organisasi.14 Menurut Hasibuan “Kepemimpinan adalah cara seorang

pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif

dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi”.15 Dari beberapa pengertian diatas dapat

ditarik kesimpulan bahwa pengertian kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin

dalam usahanya untuk mempengaruhi bawahannya agar mau bekerja sama untuk mencapai

tujuan organisasi. Menurut beberapa ahli dalam bukunya Manajemen Pengambilan

Keputusan, ada beberapa definisi kepemimpinan yaitu:16

1) G.R.Terry memberikan definisi: Leadershio is the activity of influencing

people to strive willingly for mutual objectives.

2) Ricky W.Griffin mengatakan pemimpin adalah individu yang mampu

mempengaruhi perilaku orang lain tanpa harus mengandalkan kekerasan

pemimpin adalah individu yang diterima oleh orang lain sebagai pemimpin.

8
9

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya kepemimpinan pada

dasarnya menunjukkan perlu adanya pengarahan kepada karyawan atau bawahan, serta

membantu mereka agar bisa mengatasi kesulitan-kesulitan,danmemudahkan mereka dalam

menjalankan tugas-tugas sesuai dengan yang telah ditentukan.

2. Teori Kepemimpinan

1) Teori Kelebihan

Teori ini beranggapan bahwa seorang akan menjadi pemimpin apabila ia memiliki

kelebihan dari para pengikutnya.

2) Teori Sifat

Teori ini menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin yang baik

apabila memiliki sifat-sifat yang positif sehingga para pengikutnya

dapat menjadi pengikut yang baik, sifat-sifat kepemimpinan yang umum.

3) Teori Keturunan

Menurut teori ini, seseorang dapat menjadi pemimpin karenaketurunan atau warisan,

karena orangtuanya seorang pemimpin maka anaknya otomatis akan menjadi

pemimpin menggantikan orangtuanya.

4) Teori Kharismatik

Teori ini menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena orang tersebut

mempunyai kharisma (pengaruh yang sangat besar).

5) Teori Bakat

Teori ini disebut juga teori ekologis, yang berpendapat bahwa pemimpin lahir

karena bakatnya. Ia menjadi pemimpin karena memang mempunyai bakat untuk


10

menjadi pemimpin.

3. Fungsi dan Sifat Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan berhubungan dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/

organisasi dimana fungsi kepemimpinan harusdiwujudkan dalam interaksi antar individu.

Secara operasional fungsi pokok kepemimpinan dapat dibedakan sebagai berikut

1) Fungsi Instruktif

Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator

merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana perintah

itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.

2) Fungsi Konsultatif

Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha

menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan yang

mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai

mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan

keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang

dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam

pelaksanaan.

3) Fungsi Partisipasi

Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang- orang yang

dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam

melaksanakannya.

4) Fungsi Delegasi
11

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat atau

menetapkan keputusan, baik melalui persetujuanmaupun tanpa persetujuan dari

pimpinan.

Untuk menjamin tercapainya optimalisasi seoang pemimpin, maka

pemimpinjuga harus memeliki sifat-sifat dan cirri-ciri dari kepemimpinan yang

mendukung fungsi kepemimpinannya. Sifat-sifat dan ciri-ciri dari kepemimpinan

yang berhasil dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Watak dan kepribadian yang terpuji. Agar para bawahan maupun orang yang

berada di luar organisasi mempercayainya.

2) Keinginan melayani bawahan. Seorang pemimpin harus percaya pada bawahan.

3) Memahami kondisi lingkungan. Seorang pemimpin tidak hanya menyadari

tentang apa yang sedang terjadi disekitarnya, tetapi juga harus memiliki

pengertian yang memadai sehingga dapat mengevaluasi perbedaan kondisi

organisasi dan para bawahan.

4) Intelegensi yang tinggi. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan berfikir

pada taraf yang tinggi.

5) Berorientasi ke depan. Seorang pemimpin harus memiliki instuisi, kemampuan

memprediksi, dan visi sehingga dapat mengetahui sejak awal tentang

kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat mempengaruhi organisasi yang

dikelolanya.
12

4. Gaya Kepemimpinan

Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak- gerik yang bagus,

kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang

digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau

dapat pula dikatakan gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan

sering diterapkan oleh seorang pemimpin.6

Ada tiga macam gaya kepemimpinan yang mempengaruhi bawahan agar sasaran

organisasi tercapai, yaitu:

1) Gaya Kepemimpinan Otoriter

Gaya kepemimpinan ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai

keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan

dalam organisasi. Kepemimpinan gaya otoriter antara lain berciri:

a) Semua penentuan kebijaksanaan dilakukan oleh pemimpin.

b) Teknik-teknik dan langkah-langkah kegiatan didikte oleh waktu, sehingga

langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkat yang luas.

c) Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bersama setiap anggota.

2) Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan ini ditandai oleh adanya suatu struktur yang pengembangannya

menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Kepemimpinan gaya

demokrasi antara lain berciri:

6
Veitzhal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003),
hlm. 64
13

a) Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil

dengan dorongan dan bantuan dari pimpinan.

b) Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok

dibuat, dan bila dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis, pemimpin menyarankan

dua atau lebih alternative prosedur yang dapat dipilih.

c) Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian

tugas ditentukan oleh kelompok.

3) Gaya Kepemimpinan Kendali Bebas

Gaya kepemimpinan ini memberikan kekuasaan penuh pada bawahan, struktur

organisasi bersifat longgar, pemimpin bersifat pasif. Gaya kepemimpinan Kendali bebas

antara lain berciri:

a) Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu, dengan partisipasi

dari pemimpin.

b) Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat

orang selalu siap bila dia akan memberikan informasi pada saat ditanya. Dia

tidak mengambil bagian dalam diskusi kerja.

c) Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.

Selanjutnya ada empat macam gaya kepemimpinan yang lazim digunakan, yaitu:7

1. Kepemimpinan Demokrasi adalah suatu gaya kepemimpinan yang

menitikberatkan kepada kemampuan untuk menciptakan kepercayaan.

2. Kepemimpinan Diktator atau Otokrasi


7
Arep dan Tanjung, Manajemen Motivasi, (Jakarta: PT Grasindo, 2003), hlm. 94
14

Kepemimpinan Otokrasi adalah suatu gaya kepemimpinan yang menitikberatkan

kepada kesanggupan untuk memaksakan keinginannya yang mampu

mengumpulkan pengikut-pengikutnya untuk mengumpulkan kepentingan

pribadinya dan atau golongannya dengan kesediaan untuk menerima segala

risiko apapun.

3. Kepemimpinan Paternalistik, adalah bentuk antara gaya demokrasi dan diktator.

4. Kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire yakni salah satu gaya

kepemimpinan yang 100% menyerahkan sepenuhnya seluruh kebijaksanaan

pengoperasian MSDM kepada bawahannya dengan hanya berpegang kepada

ketentuan pokok yang ditetapkan oleh atasan mereka.

Jadi, gaya kepemimpinan di atas yang menjadi fokus dalam penelitian ini.

5. Motivasi

Motivasi merupakan dasar dari Kegiatan dan menggerakkan serta mengarahkan

tingkah laku seseorang (Gerungan, 2002).Martoyo (2000) mendefinisikan motivasi kerja

adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja atau pendorong semangat

kerja. Motivasi kerjajuga dapat memberikan energi yang menggerakkan segala potehsi yang

ada, menciptakan keinginan yang tinggi dan luhur, serta meningkatkan kebersamaan dalam

mencapai tujuan organisasi dengankata lain motivasi kerja menurut pengertian tersebut

merupakan suatu kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara

perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.

Pada dasarnya manusia memilik motivasi yang berbeda tergantung dan banyaknya

fikir seperti kepribadian, ambisi, pendidikan dan usia. Sehingga faktor pendorong penting
15

yang menyebabkan manusia bekerja karena adanya kebutuhan yang harus dipenuhinya baik

kebutuhan yang disadari maupun kebutuhan yang tidak disadari, baik yang berbentuk materi

maupun non materi, baik kebutuhan fisik maupun mental yang akan merangsang semangat

kerja, sehingga para pegawai akan bekerja lebihsungguh-sungguh untuk dapat memberikan

dukungan yang lebih besar terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Motivasi kerja menunjukkan bahwa tidak semata didasarkan pada nilai uang yang

diperoleh (monteray value) saja, karena ketika kebutuhan dasar (to live) seseorang dapat

terpenuhi, maka dia akanmembutuhkan hal-hal yaug memuaskanjiwanya (to love) seperti

kepuasan kerja, penghargaan, respek, suasana kerja dan hal-hal yang memuaskan hasratnya

untuk berkembang (to learn), yaitu kesempatan untuk bekerja dan mengembangkan dirinya.

Sehingga akhirnya orang bekerja atau melakukan sesuatu karena nilai, yakni ingin memiliki

hidup yang lebih bermakna dan dapat mewariskan sesuatu kepada yang dicintainya(to leave a

legacy). Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat dikatakan dalam diri manusia terdapat

kekuatan-kekuatan penggerak, kekuatan yang mengarahkan perilaku, kekuatan untuk

mencapai tujuan dan kekuatan untuk memenuhi kebutuhan.

Motivasi bila dihubungkan dengan lingkungan kerja akan melahirkan motivasi kerja,

IrnestJ. McCromick (dalam Mangkunegara, 2001) mengemukakan bahwa motivasi kerja

sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku

yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Motivasi kerja di sini akan merujuk pada

pencapaian tujuan organisasi dengan fokus perilaku yang berkaitan dengan kerja, dan pada

akhirnya motivasi sebagai proses pemuasan kebutuhan. Kebutuhan menunjukkan kekurangan

yang dialami pada suatu waktu tertentu (Gibson, Ivancevich, Donnelly, 2001).Kebutuhanjuga
16

dapat dikatakan sebagai suatu keadaan batin yang membuat hasil-hasil tertentu tampak

menarik.Sebuah kebutuhan yang tidak terpuaskan menciptakan ketegangan yang merangsang

dorongan-dorongan dalam diri seseorang.

6. Kinerja Pegawai

Kinerja menurut Siswanto menyatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang

diberikan kepadanya.8 Menurut Rivaimengatakan bahwa kinerja merupakan perilaku nyata

yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai

dengan perannya dalam perusahaan.9

Menurut Wirawan kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau

indikator-indikator atau suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.

Dimensi kinerja adalah unsur-unsur dalam pekerjaan yang menunjukkan menjadi tiga

jenis, yaitu:10

1) Hasil kerja, adalah keluaran kerja dalam bentuk barang dan jasa yang dapat

dihitung dan diukur kuantitas dan kualitasnya.

2) Perilaku kerja, adalah perilaku karyawan yang ada hubungannya dengan

pekerjaan.

3) Sifat pribadi yang ada hubungan dengan pekerjaan yaitu sifat pribadi karyawan

yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaannya yaitu kejujuran.

8
Siswanto Sastrohadiwiryo, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, (Bandung: Bumi Aksara, 2005), hlm.
235
9
Rivai, Op.Cit, hlm. 309
10
22
Wirawan, Kepemimpinan (Teori, Psikolgi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian), (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 733
17

Selanjutnya pengertian kinerja juga dikemukakan oleh beberapa ahli Manajemen

dalam bukunya “Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan antara lain sebagai

berikut:11

Pertama, Prawiro Suntoro mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang

dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka

mencapai tujuan organisasi dalam periode tertentu.

Kedua, Handoko mendefinisikan kinerja sebagai proses dimana organisasi

mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, penulis mengambil kesimpulan tentang

definisi dari kinerja seseorang pegawai adalah sebagai hasil pekerjaan atau kegiatan

seorang pegawai secara kualitas dan kuantitas dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan

dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.

7. Pengukuran Kinerja Pegawai

Secara umum, indikator kinerja memiliki fungsi sebagai berikut:12

• Memperjelas tentang apa, berapa dan kapan kegiatan dilaksanakan.

• Menciptakan consensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk

menghindari kesalahan interprestasi.

• Membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja

organisasi /unit kerja.

Menurut Mathis yang menjadi indikator dalam mengukur kinerja atau prestasi
11 23
Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), hlm. 121.
12
Sedarmayanti, Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi Dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2013), hlm. 198
18

karyawan adalah sebagai berikut:13

• Kuantitas kerja, yaitu volume kerja yang dihasilkan dalam kondisi normal.

• Kualitas kerja, yaitu dapat berupa kerapian ketelitian dan keterkaitan hasil

dengan tidak mengabaikan volume pekerjaan.

• Pemanfaatan waktu, yaitu penggunaan masa kerja yang disesuaikan

dengan kebijaksanaan perusahaan atau lembaga pemerintahan.

• Kerjasama, yaitu kemampuan menangani hubungan dengan orang lain dalam

pekerjaan.

Menurut Lijan untuk memperoleh kinerja yang baik, harus diperhatikan tiga elemen

pokok berikut ini: 26

• Deskripsi jabatan yang akan menguraikan tugas dan tanggung jawab suatu

jabatan sehingga pejabat (pegawai) di posisi tersebut tahu secara pasti apa yang

harus dilakukannya.

• Bidang hasil dengan indikator kinerja haruslah jelas.

• Standar kinerja untuk menunjkkan berhasil atau tidaknya tugas yang

dilaksanakannya.

8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

a. Efektifitas dan Efisiensi

Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa

kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan

menilai yang penting dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan kepuasan
13
Mathis, dkk, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, (Jakarta: Salemba Empat),hlm. 78
19

walaupun efektif dinamakan tidak efesien.

b. Otoritas (Wewenang)

Otoritas adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu organisasi

formal yang dimiliki seorang anggota organisasi kepada anggota yang lain

untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya.

c. Disiplin

Disiplin adalah taat kepada hukum dan peraturan yang berlaku berlaku.

d. Inisiatif

Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya piker dan kreatifitas dalam membentuk ide

untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.

9. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Camat terhadap Kinerja Pegawai

Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seseorang dalam

mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan berdaya upaya

dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Artinya, gaya kepemimpinan dapat menuntun pegawai untuk bekerja lebih giat, lebih baik,

lebih jujur, dan bertanggungjawab penuh atas tugas yang diembannya.

Hubungan pimpinan dan bawahan dapat diukur melalui penilaian pekerja terhadap

gayakepemimpinan para pemimpin dalam mengarahkan dan membina para bawahannya

untuk melaksanakan pekerjaan.14 Hersey dan Blanchard mengemukakan bahwa gaya

kepemimpinan yang efektif itu berbeda-beda sesuai dengan “kematangan” bawahan.

14
Nawawi Hadari dan Martini Hadari, Kepemimpina yang Efektif, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2003), hlm. 126
20

Kematangan atau kedewasaan menurutnya bukan dalam arti usia atau stabilitas emosional

melainkan keinginan untuk berprestasi, kesediaan untuk menerima tanggungjawab, dan

mempunyai kemampuan serta pengalaman yang berhubungan dengan tugas. Dengan

demikian tingkat kematangan bawahan, dan situasi tempat sangat berpengaruh terhadap gaya

kepemimpinan yang diterapkan.

Menurut Alberto menjelaskan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif kuat

terhadap kinerja, juga berpengaruh signifikan terhadap learning organisas. Temuan ini

memberikan indikasi bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin sangat berpengaruh

terhadap kinerja bawahannya, di samping itu untuk mendapatkan kinerja yang baik

diperlukan juga adanya pemberian pembelajaran terhadap bawahannya.

Pemimpin yang terdapat pada organisasi harus memiliki kelebihan- kelebihan

dibandingkan dengan bawahannya, yaitu pegawai yang terdapat di organisasi yang

bersangkutan, sehingga dapat menunjukkan kepada bawahannya untuk bergerak, bergiat,

berdaya upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Akan tetapi

hanya mengerahkan seluruh pegawai saja tidak cukup, sehingga perlu adanya suatu dorongan

agar para pegawainya mempunyai minat yang besar terhadap pekerjaannya. Atas dasar

inilah selama perhatian pemimpin diarahkan kepada bawahannya, maka kinerja pegawainya

akan tinggi.

Sedangkan kinerja pegawai adalah hasil pekerjaan atau kegiatan seorang pegawai

secara kuantitas dan kualitas untuk mencapai tujuan organisasi yang menjadi tugas dan

tanggung jawabnya dimana tugas pegawai negeri adalah bersifat pelayanan yang sebaik-baik

kepada masyarakat.
21

B. Variabel Penelitian

Gaya Kinerja Pegawai


Kepemimpinan (Y)
Camat (X)

Di dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel X dan variabel Y.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini:

1. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pola

menyeluruh dari tindakkan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang

tidak tampak oleh bawahannya serta menggambarkan kombinasi yang konsisten

dari keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku seseorang. Gaya

kepemimpinan juga merupakan berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh

pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi bawahan. Indikator dari

gaya kepemimpinan ini yaitu otoriter, demokratis, dan laissez faire.

2. Kinerja Pegawai
Kinerja pegawai merupakan hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam rangka untuk mewujudkan tujuan organisasi yang diukur dari
kuantitas dan kualitas pekerjaannya.

C. Hipotesis

Ibnu Hadjar menjelaskan bahwa terdapat fungsi hipotesis yaitu.15

1. Sebagai alat untuk menyatakan asumsi.

15
Hajar, Ibnu. 1996. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta. PT.
Raja Grafindo Persada.
22

2. Sebagai alat untuk menyajikan penjelasan (explanation).

3. Sebagai sumber untuk memformulasikan hipotesis baru.

4. Sebagai pegangan dalam menentukan desain penelitian.

Hepotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis

dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya. Secara teknik hipotesis

adalah pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenaranya melalui data yang

diperoleh sampel peneliti.16 Berdasarkan uraian di atas, penelitian mengajukan

hipotesissebagai berikut.

1. Hipotesis penelitian diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian dengan membuktikannya melalui data yang terkumpul.

Hepotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh gaya kepemimpinan

kepala camat terhadap kinerja pegawai di Kantor Camat Mendrehe Nias Barat.

2. Hipotesis statistisk sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi (parameter)

yang akan diujikan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel

penulisan statistic.

Berdasarkan kerangka teori, kerangka berfikir dan permasalahan tersebut maka dapat

dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut:

Ha : Terdapat pengaruh yang positif antara gaya kepemimpinan kepala camat terhadap

kinerja pegawai di Kantor Camat Mendrehe Nias Barat.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang positif antara gaya kepemimpinan kepala camat

terhadap kinerja pegawai di Kantor Camat Mendrehe Nias Barat.


16
S Margon, metodologi penelitian pendidikan,2013, h. 68
23

D. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian ini penulis juga mengambil referensi dari beberapa penelitian

terdahulu sebagai gambaran untuk mempermudah proses penelitian. Berikut ini adalah

penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Kinerja Karyawan, sebagai berikut:

1. Angelique Tolu, Michael Mamentu, Wehelmina Rumawas (2021) melakukan

penelitian tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Lingkungan Kerja, dan

Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai yaitu Variabel Gaya Kepemimpinan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja pegawai Dinas Pertanian dan

Peternakan Daerah Provinsi Sulawesi Utara dan Variabel Lingkungan kerja

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja pegawai Dinas Pertanian dan

Peternakan Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

2. Tommy Waworundeng, William A. Areros, Wehelmina Rumawas (2021)

melakukan penelitian tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Lingkungan

Kerja terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan

PT. Wenang Cemerlang Press) yaitu Gaya kepemimpinan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Wenang Cemerlang Press dan

Lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan

di PT. Wenang Cemerlang Press.

3. Indra Yugusna, Azis Fathoni, Andi Tri Haryono (2016) melakukan penelitian

tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis dan Lingkungan Kerja

terhadap Kinerja dan Kedisiplinan Karyawan (Studi Empiris Pada Perusahaan


24

SPBU 44.501.29 Randu Garut Semarang) yaitu Lingkungan kerja berpengaruh

positif signifikan terhadap kinerja karyawan SPBU 44.501.29 Randu Garut

Semarang.

4. Pribadi Darmawan Insan, Ahyar Yuniawan (2016) melakukan penelitian

tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan Partisipatif , Lingkungan Kerja dan

Budaya Organisasi Kinerja Karyawan (Study pada bagian Keperawatan RSUD

TuguRezo Semarang) yaitu Lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap

kinerja karyawan sehingga hipotesis 2 diterima.

5. Anastasia Febbyani dan Ronnie Resdianto Masman (2019) melakukan

penelitian tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kompensasi, Dan

Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Apatel yaitu Gaya

kepemimpinan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan dan Lingkungan kerja memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap kinerja karyawan.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertempat di lokasi Kantor Camat Mendrehe Nias Barat.

Metode penelitian dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan yang terdapat di

hipotesis dengan perumusan menggunakan metode kuantitatif. Metode kuanti adalah sebuah

metode penelitian yang di tentukan atau dihasilkan juga didapat dari hasil reponden data yang

di teliti dengan menggunakan angka yang valid.

Kuantitatif dapat dilakukan untuk meneliti hasil pupulasi, data, yang memiliki

sifat statistic, dengan arti tujuan mendapatkan hasil hipotesis yang di

peroleh/tetapkan.17 Dengan demikian dalam menguji hipotesis penelitian kuantitatif

lebih mendekatkan atau menekankan kepada indeks beserta ukuran emperis.

Sehinggah hasil desain dalam pengembangan selaludigunakan rencana yang bersifat

apriori dan definitive.18

Penelitian yang dilakukan berupa jenis penelitian lapangan dan penelitian kepestukaan.

Penelitian lapangan adalah penelitian yang digunakan dan dilakukan disuatu lemabaga.

Penelitian ini dilakukan pada pegawai Kantor Camat Mendrehe Nias Barat, yang sering

merasakan layanan pendidikan di dalam administrasi tata usaha. Sedangkan penelitian

kepustakaan adalah pengumpulan informasi yang didapatkan dari materi-materi yang

didapatkan di dalam lembaga kepustakaan.

17
Sugiono, Cara Mudah Menyususn Skripsi, Tesis dan Desertasi, (Bandung) : CV Alfabeta, 2013), cet.
I, hal. 23
18
S. Margono, metodologi penelitian pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2012),cet. 8, hal.35

25
26

B. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah sebuah sumber daya yang memiliki populitas obyek yang di ambil

dari kuantitas dan karatereistik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari. 19

Menurut S. Margono, Populasi adalah seluruh data yang menjadi tujuan seseorang dalam

keadaan yang di tentukan.20

b. Sampel

sampel adalah sebuah data yang dirangkup dari jumlah yang terdiri dari populasi, dan

sampel tidak bisa menjadi patokan ada pada populasi. Misalnya karena keterbatasan dana,

tenaga dan waktu, maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi

itu.21

c. Jumlah Sampel

Metode pengumpulan yang di ambil dan dapat digunakan dalam penelitian yang

bersifat Purposive Sampling, teknik tersebut penentu sampel di pertimbangkan atas dasar-

dasar kreteria yang dilakukan peneliti bertujuan penelitian.22

Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Untuk menghitung

jumlah sampel yang akan digunakan dalam penilitian ini, menurut penulis bertujuan

menentukan/menetapkan ukuran sampel yang diperoleh menggunakan table Krehcei Morgan

19
Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi, Hal.63
20
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, hal. 118
21
Sugiono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi, hal. 63
22
Ibid, h. 124
27

berdasarkan kesalahan 5% jadi sample yang didapat memiliki tingkat kepercayaan 95%

populasi.23

Adapun rumus penentu ukuran sampel NEA

X 2. N . P(1−P)
n=
( N −1 ) . d 2+ X 2. P(1−P)

Keterangan:

S= ukuran sampel

N2= ukuran populasi

X2 = nilai Chi kuadrat untuk 1 derajat kebebasan dengan tingkat confidence (1,96)

x1,96=3,841)

P= proporsi populasi ( diasumsikan 0,5 agar dapat memaksimalkan ukuran sampel

D= galat pendugaan/tingkatan akurasi (0,05)

C. Metode Pengumpul Data

Demi mendapatkan sebuah data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka peneliti

melakukan beberapa metode pengumpulan yaitu:

1. Angket

Angket ialah metode pengumpulan data yang disebar kepada reponden untuk

mengisi angket demi mendapatkan hasil yang dinginkan peneliti. 24 objek dalam

pemberian angket ini adalah pegawai Kantor Camat Mendrehe Nias Barat.

23
Indra Jaya, Statistik Penelitian Untuk, (Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2010) hal. 28
24
Sugiono, Metode Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:CV Alfabeta,
2012), Cet. 15, hal. 199
28

Pengumpulan data variable dalam penelitian yang diambil menggunakan angket

berupa pertanyaan yang disebarkan kepada responden dan memberikan panduan berupa

alternative jawaban. Adapun jenis angket yang dipakai menggunakan skala likers dengan

pilihan alternative yaitu:

(TB) Tidak Baik = 1. (KB) Kurang Baik = 2. (B) Baik = 3. (SB) Sangat Baik = 4.

Penyusunan angket disesuaikan dengan inddikator dari masing-masing variabel

penelitian yang disusun untuk kisi-kisi instrument. Ada pun instrumen angket penelitian

adalah sebagai berikut.

Tabel Skor Jawaban Angket Skala Likers

NO Pernyataan Skor

1 Sangat Baik 4

2 Baik 3

3 Kurang Baik 2

4 Tidak Baik 1

Pengukuran variable bebas dan variabel terkait dalam hal ini adalah kualitas

administrasi tata usaha dan layanan pendidikan, disusun dalam bentuk skala likers dengan

empat pilihan alternative jawaban dengan bentuk pernyataan positif dan negative.
29

D. Instrumen Penggumpulan Data

Barang dan perangkat penelitian dipergunakan untuk memperoleh sebuah data

alangkah baiknya melakukan validitas isi, data tersebut diuji demi menemukan validitas dan

realibilitasn angket.

Hal ini mengacu pada saran Suharsimi Arikanto dalam Slamet Waljito, yang

menyarankan apabila uji coba yang diambil dari populasi yang sama sedangkan dari

pengelolaan data diketahui validitas dan realibilitasnya sudah memenuhi ketentuan, maka

tidak ada salahnya jika data tersebut dipakai untuk penelitian.

a. Uji Validitas

Dalam pengujian validitas, digunakan rumus korelasi product moment

sehinggah akan terlihat banyak koefesien antara setiap skor, rumus korelasi produt

moment yaitu.25

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Variabl Y.

N : Banyaknya Subyek yang dikenai tes.

XY : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y butri soal.

X : Jumlah seluruh skor x.

Y : Jumlah seluruh skor y.

25
Suharsimi Arikanto, Maanajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), h. 327
30

Bila rxy di bawah rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa butir instrument tersebut tidak

valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang. Penelitian ini memerlukan butir-butir soal

dengan kriteria valid, sehingga butir-butir yang tidak valid akan dibuang.

b. Uji Reliabilitas

Realibilitas instrument penelitian adalah konsisten atau kestabilan skor suatu

instrument penelitian terhadap individu yang sama, dan diberikan dalam waktu yang berbeda.

Untuk menentukan tingkatan reliabilitas tes digunakan metode Alpha cronbach. Kusioner

dinyatakan reliable jika nilai alpha lebih besar dari 0,6

Sebagai ukuran ukuran yang menunjukkan konsitensi dari alat ukur dalam mengukur

gejala yang sama di lain kesempatan, instrument dalam variabel penelitian dikatakan reliable

apabila mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila alat pengumpulan data yang dibuat

oleh peneliti mempunyai taraf konsitensi dalam mengukur apa yang hendak diukur.26

Realibilitas pada suatu instrument merujuk pada adanya kepercayaan pada insrumen

untuk bisa digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument sudah dinyatakan sudah

baik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Arikanto bahwa instrument yang dinyatakan baik

dan reliable dapat menghasilkan data yang dapat di percaya juga.27

k
r= [ ] [1- o2b ]
k−1

o2t

Keterangan:

26
Sukan darrumidi, Metodologi Penelitian: petunjuk praktisuntuk peneliti pemula, (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2004), hal. 127.
27
Suharsimi Arikanto, Prosedut Penelitian; suatu Pendekatan Praktek, 2002, hal. 178
31

r = Reliabilitas instrument

k = Jumlah butir pertanyaana

{a = Jumlah varians butir

a = Jumlah varians total

E. Teknik analisis data

1. Uji Normalitas

Penelitian ini digunakan uji kolmogorov smirnov untuk uji normalitasnya kreterianya

adalah signifikan untuk uji dua sisi hasil perhitungan lebih besar dari 0,05 berarti berdistribusi

normal.Prosedur menghitung uji normalitas dengan teknik Kolmogorov Smirnov adalah:

NO Xi Xi−x Ft Fs [Ft - Fs]


Z=
SD

Dst

Table Teknik Kolmogorov Smirnov

Keterangan :

Xi= Angka pada data

Z= Transformasi dari angka ke notasi pada distribusi normal

Fr= Probabilitas komulatif normal

Fs= Probabilitas komulatif empiris


32

Fr= komulatif proporsi luasan kurva normal berdasarkan notasi Zi, dihitung dari luasan kurva

ulai dari ujung kiri kurva sampai dengan titik Z.

Data dikatakan normal apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,5 atau sebaliknya

apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,5 maka data dikatakan tidak normal.

2. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas varians dilakkukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data

memiliki varians yang homoge aatau tidak. Untuk menguji homohenitas variansi maka

ddilakukan uji levene. Adapun hipotesis untuk uji ini adalah:

Ho : O12= o22 ( kedua kelompok populasi memiliki varians yang homogeny )

H1 012 ≠ 022 ( kedua kelompok populasi memiliki varians yang tidak homogen )

Untuk menghitung statistic uji levene, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

SSb
F=
SSw

Keterangan:

SSb = Jumlah kuadrat antara kelompok SSw = Jumlah kuadrat antara kelompok dengan

Dalam penelitian ini, uji levene dilakukan dengan bantuan softwer SPSS dengan

kreteria pengujian adalah jika nilai lebih besar dari a = 0,05 maka hipotessis di terima.

3. Uji Hipotesis

Untuk uji hipotesis, peneliti melakukan uji korelasi product moment pengujian ini

digunakan untuk menguji dua variabel apakah ada hubungan atau tidak, dengan jenis data

keduanya adalah sama yaitu rasio atau interval yang berdistribusi normal.
33

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Variabl Y.

N : Banyaknya Subyek yang dikenai tes.

XY : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y butri soal.

X : Jumlah seluruh skor x.

Y : Jumlah seluruh skor y.

4. Regresi Sederhana

Uji regresi linear sederhana bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variabel yaitu pengaruh kinerja pegawai tata usaha (X) terhadap kinerja kualitas layanan (Y)

dengan menggunakan rumus persamaan regresi, yaitu

Y=a+bX

Keterangan:

Y= variabel terikat

X= variabel bebas

a= bilangan konstan

b= koefisien regresi/slop

nilai-nilai a dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:

( Y )( x 2 )−( x )( XY )
a=
n ( X 2 ) −( X ) 2
34

n ( XY )−( x )( Y )
b=
n ( X 2 ) −( X ) 2
DAFTAR PUSTAKA

Arep dan Tanjung, Manajemen Motivasi, (Jakarta: PT Grasindo, 2003),

Fred N Kerlinger, Asas-Asas Penelitian Behavioral, (Yogyakarta: Gadjah Mada university

Press, 2002),

Hajar, Ibnu. 1996. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan.

Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

https://Jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/Hubungan-Gaya-Kepemimpinan-Dengan.html

Indra Jaya, Statistik Penelitian Untuk, (Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2010)

Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016),

Mathis, dkk, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, (Jakarta: Salemba Empat),

Nawawi Hadari dan Martini Hadari, Kepemimpina yang Efektif, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2003),

Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2006),

Robet Tannenbaum dan Warren H. Sehmid”How to Choose a Leadership Pattwrn”,Harvard

Business Review,( Maret- April,1958),

S Margon, metodologi penelitian pendidikan,2013,

S. Margono, metodologi penelitian pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2012),cet.

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan,

Sedarmayanti, Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi Dan Manajemen Pegawai Negeri

Sipil, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013),

35
36

Siswanto Sastrohadiwiryo, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, (Bandung: Bumi Aksara,

2005),

Sugiono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi,

Sugiono, Cara Mudah Menyususn Skripsi, Tesis dan Desertasi, (Bandung) : CV Alfabeta,

2013), cet. I,

Sugiono, Metode Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:CV

Alfabeta, 2012), Cet. 15,

Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi,

Suharsimi Arikanto, Maanajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013),

Suharsimi Arikanto, Prosedut Penelitian; suatu Pendekatan Praktek, 2002,

Sukan darrumidi, Metodologi Penelitian: petunjuk praktisuntuk peneliti pemula, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2004),

Thoha Mifta, Kepemimpinan Dalam Menajemen, (Jakarta : PT Raja Grafindo,2012),

Veitzhal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2003),

Wirawan, Kepemimpinan (Teori, Psikolgi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian),

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013),

Anda mungkin juga menyukai