Anda di halaman 1dari 6

IDENTIFIKASI PENDERITA ISPA BERDASARKAN FAKTOR RESIKO DI UPTD

PUSKESMAS NON RAWAT INAP TOTOKATON KECAMATAN BATU PUTIH


KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

Disusun Oleh :

1. YASMIN PUTRI ZAHWA 225130026P


2. RUDI HARTONO 225130038P
3. MAULIDIA WAHIDATUN ARROHMAH 225130040P
4. DESVA YUNIKA 225130046P
5. ANGGITA EGIS SANDRA 225130049P
6. JULYANTI EKA SARI 225130054P
7. ENDAH WAHYU NINGSIH 225130056P
8. AYU PANDAN HARUM 225130087P
225130089P
9. RIZKI RAHMA MELATI
225130095P
10. MUHAMMAD RAVIUDIN KHALIK
225130099P
11. TETEN PERMATA

Dosen Pengampu : Dwi Yulia Maritasari., MKM.

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT KONVERSI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi
rahmat, hidayah, kesehatan, dan kekuatan sehingga tugas mata kuliah Riset Inovasi
yang berjudul “Identifikasi Penderita Ispa Berdasarkan Faktor Resiko Di Uptd
Puskesmas Non Rawat Inap Totokaton Kecamatan Batu Putih Kabupaten Tulang
Bawang Barat” dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa makalah penelitian ini masih jauh dari


kesempurnaan baik dari segi penulisan maupun isinya. Untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis akan menerima saran-saran dan kritik yang konstruktif dari
pembaca demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini dan agar dapat meningkatkan
hasil penulisannya dilain kesempatan.

Bandar Lampung, 6 April 2023

Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) merupakan infeksi saluran pernapasan
yang disebabkan oleh virus atau bakteri (Kemenkes RI, 2013).
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan atas adalah infeksi yang terjadi pada
saluran pernapasan bagian atas yang meliputi mulut, hidung, tenggorokan, laring
(kotak suara), dan trakea ( batang tenggorokan). (Mumpuni, Yekti, 2016).
Menurut WHO (2016) kasus ISPA di seluruh dunia sebanyak 18.8 miliar dan
kematian sebanyak 4 juta orang per tahun. kejadian ISPA di negara berkembang ialah
2-10 kali lebih banyak dari pada negara maju. Prevalensi ISPA di Indonesia
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (nakes) dan gejala tahun 2013 mencapai
25,0% dan pada tahun 2018 sebanyak 9.3%
Menurut Riskesdas tahun 2018, provinsi dengan ISPA tertinggi di Indonesia
antara lain Nusa Tenggara Timur (16,7%), Papua (14,0%), Aceh (12%), Nusa tenggara
Barat (11,9%), dan Jawa Timur (9,5%) (RISKESDAS, 2018). Prevalensi kejadian ISPA
di Lampung menurut Riskesdas 2018, yaitu 7,38%. Daerah tertinggi kejadian ISPA ada
di Kabupaten Lampung Barat (12,67%), LampungTimur (12,02%),dan Lampung Utara
(10,31%). Menurut data, penyakit ISPA banyak terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2018). Selain itu, ISPA juga sering
terdapat di daftar 10 besar penyakit terbanyak di rumah sakit dan puskesmas. ISPA juga
masuk ke dalam daftar peringkat 10 besar masalah kesehatan di Uptd Puskesmas Non
Rawat Inap Totokaton Kecamatan Batu Putih Kabupaten Tulang Bawang Barat ( Batu
Putih, 2023).
ISPA disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya usia, status imunisasi,
lingkungan dan status gizi (Koes Irianto, 2017). Lingkungan atau tempat tinggal juga
menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA. Kondisi lingkungan
yang mempunyai tingkat polusi yang buruk dan sanitasi lingkungan yang tidak baik juga
bisa menjadi penyebab kejadian penyakit ISPA. Faktor risiko yang meningkatkaninsiden
ISPA adalah gizi kurang, berat badan lahir rendah, tidak mendapat air susu ibu yang
memadai, polusi udara, tempat tinggal padat, imunisasi tidak lengkap, dan defisiensi
vitamin A. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan , tentang perilaku hidup bersih dan
sehat dengan kejadian ISPA pada balita menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih dan
sehat merupakan salah satu upaya menurunkan penyakit ISPA. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan antara
lain faktor perilaku (Sutrisna & Wahyuni, 2016).
Berdasarkan hasil data dari puskesmas totokaton tahun 2022 ISPA berada
diposisi pertama dan tertinggi dari 10 penyakit yang sering terjadi di Puskesmas
Totokaton. Jumlah penderita ISPA pada tahun 2022 752 Penderita. (Data Puskesmas
Totokaton, 2022). Berdasarkan uraian diatas membuat peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang “Identifikasi Penderita Ispa Berdasarkan Faktor Resiko Di Uptd
Puskesmas Non Rawat Inap Totokaton Kecamatan Batu Putih Kabupaten Tulang
Bawang Barat”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat permasalahan dalam penelitian
ini antara lain berbagai pengaruh penyebab ISPA. Banyaknya faktor yang menjadi
penyebab terjadinya penyakit ISPA ini antara lain faktor lingkungan, faktor perilaku,
faktor usia, letak geografis, sanitasi, serta faktor lainnya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah “Bagaimanakah Identifikasi Penderita ISPA berdasarkan
Faktor Resiko Di Uptd Puskesmas Non Rawat Inap Totokaton Kecamatan Batu Putih
Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2022.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor resiko Penderita ISPA Di Uptd Puskesmas Non

Rawat Inap Totokaton Kecamatan Batu Putih Kabupaten Tulang Bawang Barat

Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi umur sebagai faktor resiko penderita ISPA di Di Uptd

Puskesmas Non Rawat Inap Totokaton Kecamatan Batu Putih Kabupaten Tulang

Bawang Barat Tahun 2023.

b. Mengidentifikasi berat badan lahir sebagai faktor resiko penderita ISPA Di


Uptd Puskesmas Non Rawat Inap Totokaton Kecamatan Batu Putih

Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2022.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat :

1. Bagi Puskesmas

Bahan masukan bagi Puskesmas Totokaton dalam penanganan pasien


khususnya penderita ISPA.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Merupakan suatu pengalaman berharga dan masukan bagi penulis


dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh
pendidikan di Universitas Mitra Indonesia.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan sebagai latihan dalam meningkatkan kemampuan
dalam melaksanakan penelitian dan sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang
metode penelitian khususnya penyakit ISPA dan sebagai bahan informasi bagi
peneliti selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini.

F. Ruang Lingkup Penelitian


Ruang Lingkup materi dalam penelitian inidibatasi pada faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian ISPA yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas
Totokaton tahun 2022 terdiri dari kepadatan hunian, ventilasi rumah dan
penggunaan bahan bakar masak.
6

Anda mungkin juga menyukai