Anda di halaman 1dari 2

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE

Kebanyakan orang yang mengalami serangan stroke pertama memiliki kondisi hipertensi. Tekanan darah
tinggi dapat merusak arteri di seluruh tubuh menciptakan kondisi yang membuat arteri bisa pecah atau
tersumbat lebih mudah.”

terjadi ketika bagian otak tertentu kekurangan oksigen dan nutrisi, sehingga menyebabkan sel-sel
otak mati. Hipertensi dapat menyebabkan gumpalan darah terbentuk di arteri menuju ke otak,
sehingga menghalangi aliran darah yang dapat menjadi penyebab terjadinya stroke. 

Hipertensi juga bisa menyebabkan pembuluh darah menyempit, pecah, atau bocor. Sejatinya
tekanan darah tinggi dapat merusak tubuh pelan-pelan sebelum gejalanya berkembang. Informasi
selengkapnya mengenai hipertensi dan stroke bisa dibaca di sini!

Hipertensi Bisa Merusak Arteri yang Memicu Stroke

Kebanyakan orang yang mengalami serangan stroke pertama memiliki kondisi hipertensi.
Tekanan darah tinggi dapat merusak arteri di seluruh tubuh, menciptakan kondisi yang
menyebabkan arteri bisa pecah atau tersumbat lebih mudah. 

Arteri yang melemah di otak akibat tekanan darah tinggi, dapat menempatkan seseorang pada
risiko stroke yang jauh lebih tinggi. Itulah sebabnya mengelola tekanan darah tinggi sangat
penting untuk mengurangi kemungkinan terkena stroke.

Stroke terjadi ketika pembuluh darah di otak tersumbat oleh gumpalan (stroke iskemik) atau
pecah (stroke hemoragik). Ketika itu terjadi, bagian otak tidak lagi mendapatkan darah dan
oksigen yang dibutuhkan, sehingga lama-kelamaan mati. 

Otak mengontrol gerakan dan pikiran, sehingga stroke tidak hanya merusak otak tetapi juga
dapat mengancam kemampuan untuk berpikir, bergerak, dan berfungsi. Stroke dapat
memengaruhi bahasa, memori, dan penglihatan. Stroke yang parah bahkan dapat menyebabkan
kelumpuhan atau kematian.

Kondisi stroke yang dialami orang adalah stroke iskemik atau penyumbatan pembuluh darah
(aterosklerosis) di otak yang memotong aliran darah ke sel-sel otak. Cukup jarang orang
mengalami stroke hemoragik (perdarahan serebral) yang terjadi ketika pembuluh darah pecah di
dalam atau di dekat otak.

Stres, Gaya Hidup, dan Risiko Lain Seseorang Bisa Mengalami Hipertensi

Stres dapat meningkatkan tekanan darah secara signifikan. Namun, stres bukan faktor penentu
utama terjadinya hipertensi. Namun, stres bisa menyebabkan kamu mengonsumsi makanan tidak
sehat termasuk juga kurang tidur. 

Hal-hal ini yang pada akhirnya menyebabkan hipertensi. Seseorang didiagnosis hipertensi jika
tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg. Jika tekanan darahmu berada di antara 120/80
mmHg – 140/90 mmHg bisa berarti kamu berisiko terkena tekanan darah tinggi. 

Sebagai tindakan pencegahan, ada baiknya kamu melakukan pemeriksaan tekanan darah secara
teratur setidaknya lima tahun sekali. Semakin sering semakin baik. Tekanan darah harus
diperiksa lebih sering jika mendekati 140/90mmHg, karena ini menunjukkan kamu memiliki
risiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi. 

Tekanan darah dapat dikelola dengan cara melakukan perubahan pada gaya hidup. Jika kelebihan
berat badan, menurunkan berat badan dapat membantu menjaga tekanan darah. Olahraga,
konsumsi makanan sehat, dan mengurangi alkohol juga dapat menjaga tekanan darah berada
pada ambang normal. 

Direkomendasikan untuk mengonsumsi obat jika memiliki faktor risiko terkena hipertensi.
Untuk mengetahuinya kamu perlu menjalani tes darah, tes urine, dan elektrokardiogram (EKG)
untuk memeriksa masalah jantung.
Jika tekanan darah secara konsisten di atas 140/90 mmHg  tetapi risiko stroke secara keseluruhan
rendah, akan disarankan untuk membuat beberapa perubahan pada gaya hidup seperti
menurunkan berat badan atau berhenti merokok.

Jika tekanan darah secara konsisten di atas 140/90 mmHg (atau 135/85 mmHg di rumah) dan
risiko stroke tinggi, kamu akan direkomendasikan untuk mengonsumsi obat untuk menurunkan
tekanan darah dan saran tentang perubahan gaya hidup. Itulah informasi mengenai hipertensi
bisa menjadi penyebab stroke.

Anda mungkin juga menyukai