Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH


Penerapan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) untuk Penertiban
Penataan Ruang

Disusun Oleh:
RATNA RIZKI AZKIYA ALFIANTI
19283275

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PERTANAHAN


SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
2022
PENERAPAN KESESUAIAN KEGIATAN PEMANFAATAN RUANG (KKPR)
UNTUK PENERTIBAN PENATAAN RUANG

A. Latar Belakang
Berkurangnya lahan menjadi salah satu permasalahan yang semakin kompleks
dimana lahan adalah pusat untuk melakukan berbagai aktivitas, baik perkotaan
maupun pedesaan. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan
lahan akan semakin meningkat karena setiap aktivitas membutuhkan lahan. Padatnya
aktivitas yang membuat lingkungan menjadi tidak kondusif menyebabkan banyak
permasalahan keruangan dan masalah sosial. Disamping itu terbatasnya lahan
pertanian yang sudah beralih fungsi, disertai dengan proyek-proyek pembangunan
menyebabkan banyak masyarakat yang kehilangan mata pencaharian dan
menimbulkan urbanisasi untuk mencari lapangan pekerjaan.
Pengendalian pemanfaatan ruang sangat diharapkan perannya untuk
mengatasi berbagai permasalahan terkait penataan ruang. Sesuai dengan Undang-
Undang Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 merupakan upaya untuk mewujudkan
tertib tata ruang. Upaya pengendalian ini dilakukan dengan cara penetapan peraturan
zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang mengubah beberapa nomenklatur yang ada di Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Salah satu nomenklatur yang
mengalami perubahan adalah Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR),
yang semula merupakan izin pemanfaatan ruang. Di dalam PP tersebut, definisi dari
KKPR adalah kesesuaian antara rencana kegiatan pemanfaatan ruang dengan rencana
tata ruang. Menurut ketentuan UU Cipta Kerja No. 11 Tahun 2020, atas dasar
penyederhanaan persyaratan dasar perizinan berusaha salah satunya meliputi
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR). KKPR ini berfungsi sebagai
acuan pemanfaatan ruang dan sebagai acuan administrasi pertanahan dan dengan
adanya KKPR diharapkan dapat mengurangi permasalahan terkait pemanfaatan dan
penataan ruang.
Pada tulisan atau penelitian sebelumnya, permasalahan penataan ruang dan
izin berusaha hanya sebatas cakupannya dalam pengendalian pemanfaatan ruang,
belum ada yang membahas peran KKPR ini dan kaitannya dengan izin berusaha dan
mengurangi permasalahan penataan ruang. Makalah “Penerapan KKPR Untuk
Penertiban Penataan Ruang” bertujuan untuk menertibkan kembali terkait izin usaha
yang menggunakan ruang yang tidak sesuai pemanfaatannya dengan RTRW dan
kurang memperhatikan dampak ruang atau lingkungan disekitarnya sehingga dapat
diharapkan mampu menciptakan tertib pemanfaatan ruang yang berkelanjutan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat ditemukan masalah terkait izin
pemanfaatan ruang dan sanksi dalam perizinan pemanfaatan ruang. Permasalahan
tersebut memunculkan pertanyaan mengenai bagaimana tindak lanjut izin
pemanfaatan ruang dalam perizinan berusaha maupun non berusaha?

B. Pembahasan
Maraknya urbanisasi yang disebabkan sempitnya lahan pekerjaan
menimbulkan peningkatan jumlah penduduk dan banyaknya aktivitas di kawasan
perkotaan dengan tidak memperhatikan lingkungan di kawasan tersebut membuat
kawasan membuat kawasan perkotaan menjadi tidak teratur penataan ruangnya
sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Dengan motif mencari pekerjaan,
banyak masyarakat urbanis yang memilih tinggal di kawasan perdagangan dan
cenderung membuka usaha di sekitar tempat tinggal tanpa melihat kondisi lingkungan
serta dampak yang ditimbulkan.
Penyebab terciptanya kawasan yang tidak teratur penataan ruangnya dan
menjadi kumuh yaitu, padatnya bangunan yang dibangun tanpa perencanaan, tingkat
penghasilan masyarakat yang rendah sehingga berdampak pada kualitas bangunan
yang dibangun serta padatnya usaha kecil yang dibangun di sekitar tempat tinggal,
semakin banyak jumlah bangunan temporer di suatu wilayah maka akan semakin
kumuh wilayah tersebut, serta perubahan fungsi bangunan tanpa mengindahkan aturan
dan estetika sehingga membuat kawasan tersebut semakin tidak teratur penataan
ruangnya.
Beberapa akibat yang ditimbulkan oleh adanya kawasan kumuh antara lain
turunnya kualitas lingkungan, berkurangnya kesempatan untuk mendapat pekerjaan
yang layak dan memadai oleh karena padatnya penduduk, polusi udara, polusi air,
polusi suara, berkurangnya RTH, bangunan tidak beraturan, rentannya tingkat
kesehatan masyarakat, akses jalan yang tidak teratur, sarana prasarana lain yang kurang
memadai, menurunnya taraf ekonomi masyarakat, berpotensi adanya kriminal, dan
terhambatnya aktivitas warga.
Untuk mengatasi permasalahan penataan ruang di atas, KKPR berperan besar
dalam hal ini. KKPR berfungsi sebagai acuan pemanfaatan ruang dan sebagai acuan
administrasi pertanahan baik dalam kegiatan berusaha, non berusaha, dan kebijakan
yang bersifat strategis nasional.
Prosedur untuk memperoleh KKPR yaitu dengan mendaftar melalui Online
Single Submission (OSS) dengan mengajukan dokumen usulan kegiatan dilanjutkan
dengan penilaian kelengkapan dokumen, jika dokumen sudah dinilai dan lengkap
lanjut pada tahap pembayaran PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak). Pada
penilaian dokumen usulan KKPR, RDTR harus tersedia dan terintegrasi oleh OSS.
Keterkaitan OSS dengan KKPR yaitu untuk dapat langsung mengeluarkan konfirmasi
KKPR, maka yang sasarannnya adalah daerah-daerah yang telah mempunyai RDTR
rencana detail tata ruang. Namun, RDTR-nya pun harus yang sudah sesuai dan
terintegrasi dengan sistem OSS yang dapat meningkatkan transparansi, keterbukaan,
dan keterjaminan dalam mendapatkan izin berusaha bagi para pelaku usaha di
Indonesia serta OSS mempermudah perizinan untuk investasi dan sistem untuk
mengajukan permohonan pemanfaatan ruang dengan efektif dan efisien.
Dengan adanya KKPR ini, pemanfaatan ruang dapat diharapkan lebih teratur
penataannya karena proses perizinan dalam KKPR yang didalamnya lebih tertib
dengan memperhatikan kesesuaian antara kegiatan pemanfaatan ruang dan penataan
ruang yang ada dan menertibkan para masyarakat yang ingin berusaha sebaiknya dapat
berusaha pada tempatnya dengan memperhatikan penataan ruang dan kualitas
lingkungan yang ada serta untuk memudahkan masyarakat terkait proses mendapatkan
perizinan berinvestasi sehingga dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat,
kawasan menjadi lebih teratur penataan ruangnya, serta menciptakan penataan ruang
dan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan.

C. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang dan pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa tingginya urbanisasi menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk di kawasan
perkotaan dengan motif mencari pekerjaan sehingga menimbulkan padatnya aktivitas
dan bangunan yang tanpa memperhatikan kualitas lingkungan dan penataan ruang
berakibat pada penataan ruang kawasan yang tidak teratur dan menjadi kumuh, serta
berdampak negatif baik dari sisi ekologis maupun sosial.
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) berfungsi sebagai acuan
pemanfaatan ruang dan sebagai acuan administrasi pertanahan dan dengan adanya
KKPR diharapkan dapat mengurangi permasalahan terkait pemanfaatan dan penataan
ruang.
Keterkaitan OSS dengan KKPR sendiri dapat memudahkan para masyarakat untuk
memperoleh perizinan untuk berusaha agar lebih efektif dan efisien. Dalam KKPR ini
tentunya diharapkan kedepannya dapat terjadi kesesuaian yang sesuai antara kegiatan
pemanfaatan ruang dengan RTRW atau RDTR.

D. Daftar Pustaka
Dr. Ir. Abdul Kamarzuki, M. (2021). Kesesuaian Kegiatan Pemanfataan Ruang.
Jakarta: Kementerian Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional.
Dr. Ir. Abdul Kamarzuki, M. (2021). Sosialisasi Kebijakan Penataan Ruang PP No.
21 Tahun 2021. Jakarta: Kementerian Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan
Nasional.
Undang-Undang Cipta Kerja No. 11 Tahun 2020
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Anda mungkin juga menyukai