Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN

“PABP”

Disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Agama Budaya Budi


Pekerti

Disusun Oleh :
DHAFIN ARRAHMAN SUJANA : 0061388264
YAYAN SOPHIAN : 1022153710
FAQIH DEDE ANWARI : 1022153691

SMK WIRASWASTA CIMAHI


2022

i
1.Sri Baduga Maharaja adalah Raja Sunda yang memerintah selama 39 tahun
(1482-1521). Sri Baduga menggantikan ayahnya,Rahyang Dewanisakala atau
Ningrat Kencana yang berkuasa sebelumnya di Galuh selama tujuh tahun (1475-
1482). Dalam Prasasti Batu Tulis disebutkan bahwa Sri Baduga Maharaja
dinobatkan dua kali, pertama, dinobatkan dengan gelar Prabu Guru Dewaprana ;
kedua dinobatkan dengan gelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan
Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata

2.A.Sila ke-1 yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” disimbolkan dengan
lambang bintang dan ditempatkan di tengah-tengah perisai yang tersemat di dada
burung Garuda Pancasila mengandung 7 butir pengamalan, yaitu sebagai berikut:

Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan


Yang Maha Esa.
Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain.

1
2.B.Menurut catatan perjalanan Tome Pires di tahun 1513 (Cortesao, 1994),
Kerajaan Sunda diperintah dengan adil, penduduknya menarik, ramah-tamah,
sehat-sehat, dan jujur. Ibu kota kerajaan yang disebutnya dayo (dayeuh) terletak
sejauh dua hari perjalanan dari pelabuhan Kalapa (Jakarta). Rumah-rumah di
ibukota serba indah dan besar, umumnya terbuat dari kayu dan palem. Istana raja
dikelilingi oleh 330 buah pilar yang masing-masing sebesar tong anggur dan
tingginya kira-kira sembilan meter. Setiap pilar pada puncaknya diberi ukiran.

Tome Pires juga menyebut Kerajaan Sunda sebagai negeri kesatria dan pahlawan
laut. Para pelaut Sunda berlayar ke berbagai negeri hingga ke Kepulauan
Maladewa. Komoditas perdagangan yang paling utama adalah beras, yang
mencapai jumlah 10 jung dalam setahun, lada 1.000 bahar setahun, kain tenun
diekspor ke Malaka. Disebutkan pula sayuran dan daging sangat melimpah di
pasar dan tamarin (asam), menurut penuturannya,, cukup untuk mengisi “seribu
kapal”.

Komoditas impor yang terutama adalah tekstil halus dari Cambay dan kuda dari
Pariaman, yang mencapai jumlah 4.000 ekor per tahun. Kuda diperuntukkan
sebagai alat memenuhi keperluan angkutan umum. angkatan perang, dan berburu
yang merupakan kegemaran kaum bangsawan.

Dari uraian Tome Pires jelaslah dapat dipahami bahwa Kerajaan Sunda
merupakan perpaduan kerajaan agraris dan maritim yang terkesan subur, makmur,
serta berjaya.

2.C.Kerja adalah pengabdian, saya sanggup bekerja serius. Tuhan mewajibkan


manusia beribadah (secara ritual) dan beribadah (dalam artian kerja yang
dilakukan untuk Tuhan). Kerja merupakan lapangan konkrit melaksanakan apa
yang diperintahkan oleh Tuhan. Jadi bekerja harus serius dan sungguh- sungguh
agar makna ibadah dapat teraktualisasikan secara nyata sebagai bentuk melayani
Tuhan. Tak perduli apa pun agama atau kepercayaan kita, semua pekerjaan yang

2
halal merupakan ibadah. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita dapat
bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata. Motivasi
kerjanya telah berubah menjadi motivasi transendetal. Dengan demikian pekerjaan
yang kita lakukan dengan tingkat keletihan yang luar biasa akan terobati karena
kita tidak hanya mendapatkan nilai untuk kepentingan kita didunia, tetapi
pekerjaan kita akan dinilai ibadah oleh Allah SWT dan akan kita bawa sebagai
amal ibadal dihadapan Nya kelak.

3.saat itu

Upaya untuk mengungkap keberadaan dan kejelasan serta perkembangan sistem


kepercayaan masyarakat Sunda di masa silam tidaklah mudah. Upaya-upaya itu
selalu terbentur dengan adanya silang pendapat di antara para ahli. Di antara
mereka ada yang mengatakan bahwasanya kerajaan Sunda di masa silam itu
adalah kerajaan Hindu, karena para penguasanya beragama Hindu. Pendapat lain
mengatakan, mereka menganut keyakinan yang diwarisi nenek moyang orang
Sunda, dan hari ini dikenal dengan sebutan Agama Sunda. Ada pula yang klaim
yang mengatakan bahwa kepercayaan Sunda masa silam adalah Islam.Keimanan
atau kepercayaan kepada Tuhan menjadi dasar tindakan seseorang. Dalam arti,
iman bukanlah sebatas sikap batin tentang kepercayaan akan keberadaan Tuhan
Yang Maha Kuasa. Iman adalah kata kerja aktif yang menuntut seseorang
membuktikannya dalam wujud lahir atau manifestasinya dalam bentuk
tindakan-tindakan nyata (Madjid, 1994).

Hingga saat ini, karakteristik manusia sudah banyak dikelompokkan ke dalam


berbagai kategori yang berbeda.
Selain yang dimunculkan dari tes MBTI, kepribadian manusia juga bisa
dikelompokkan menjadi empat kepribadian yang berbeda, yaitu sanguinis,
melankolis, plegmatis, dan koleris.
Dalam diri manusia ada empat sifat. Tiga dari empat sufat itu berpotensi untuk
mencelakakan manusia dan satu berpotensi mengantarkan manusia menuju pintu
kebahagiaan, kata buya H. Firdaus, Minggu (28/5), di Muaro Sijunjung.

3
Pertama, sifat syaithaniyah; sifat identiknya adalah kecemburuan, hasad dan
dengki, saling iri dan menjatuhkan. Pekerjaan dan targetnya bagaimana membuat
jalan yang menyesatkan. Menjerumuskan dan menjatuhkan pada jalan kenistaan.
Membasmi dan menghilangkan sifat kemanusiaan dan martabat anak Adam yang
dimuliakan.

Kedua, sifat kebinatangan ‘bahimah’ sifat binatang ternak. “Kita tahu persis
bagaimana sikap binatang ternak yang diciptakan tanpa fikir, tanpa rasa. Bagi
binatang ini adalah sifatnya, ia begitu, adalah lumrah. Tapi kalau manusia yang
diberi hati diberi rasa, bersikap dengan sikap bahimah, maka ini petaka dan
berbahaya,” kata Firdaus.

Ketiga, sifat buas “sabi’iyah” bukan binatang ternak, tapi lebih tinggi, binatang
liar dan buas. “Kita tahu persis sifat-sifat identiknya adalah kesemena-menaan, tak
punya rasa kasihan, tidak ada iba dan rasa. Ia akan menerkam siapa saja,
andalannya adalah bringas dan tenaga, kuku tajam dan taringnya. Karakternya
kezaliman, tidak ada keadilan. Yang kuat berkuasa, yang lemah binasa. Tidak ada
ukuran kebenaran, yang ada unjuk kekuatan. Ini yang kita kenal dengan hukum
rimba. Yang kuat selamat yang lemah terhina. Yang berani akan menindas yang
pengecut. Yang kuat akan memakan yang lemah”.

Sedangan satu-satunya sifat yang menjamin keselamatan dan kebaikan manusia,


adalah sifat ‘rububiyyah” sifat berketuhanan, beriman, bertaqwa, memiliki kontrol
keyakinan. Yakin akan hari pembalasan. Dan percaya bahwa kehidupan dunia
akan dipertanggungjawabkan.

Kebenaran mutlak adalah ketentuan Tuhan, dijelaskan nabi, dikandung Al Quran.


Sifat yang tumbuh tidak mengedepankan napsu keserakahan, tidak ada kepuasan
di atas kejahatan. Kebahagiaan bukan tumbuh di atas penderitaan orang lain.
Bukan berhasil dengan menjahati orang lain. Atau bukan juga semangat yang tak
pernah berharap kebaikan untuk orang lain, urai Firdaus

4
5

Anda mungkin juga menyukai