Anda di halaman 1dari 6

KETUHANAN YANG MAHA ESA DAN

KETUHANAN MELIPUTI KEIMANAN DAN

KETAKWAAN SERTA FILSAFAT KETUHANAN

Riski Dwi Saputra


Rizi Andrian Wijaya
Raduga
Wahyu Taqwa
Revan Reynaldo

UNIVERSITAS TRIDINANTI
Jl. Kapten Marzuki No. 2446 Kamboja Palembang 30129

Email : riskidwisaputra875@gmail.com
rian33789@gmail.com
draduga35@gmail.com
wahyutakwa63@gmail.com
revanreynaldo5@gmail.com

2023
Abstrak
Tuhan adalah dzat yang esa. Esa disini sudah menyangkap hal diatas, bukan hanya tertumpu
kepada dzatnya sendiri. Tuhan tidaklah merasakan sakit seperti apa yang dirasakan
makhluknya, dan tidak lapar serta tidak mengantuk dan Lelah, karena hal itu semua ada karena
diciptakan Tuhan sebagai qadrat makhluk (Manusia, Jin dan Hewan) Dzat yang sudah
menyangkup hal-hal diatas yang sudah disebutkan berarti pantas dikatakan Tuhan. Dalam
konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi yang nyata dan Esa,
Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi
semesta alam. Tuhan sebagai Yang Tunggal dan maha Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa
(ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.
Agama dan Pancasila, bagikan rantai yang tidak bisa dipisahkan, saling mengisi, dan menjadi
satu kesatuan. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, terinspirasi dari surat Al Ikhlas ayat
pertama. “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam sila pertama berarti kita sebagai bangsa Indonesia
harus mengakui adanya Tuhan yang menciptakan semesta beserta isinya. Di dalam sila pertama
Pancasila mencakup nilai-nilai agama untuk mengatur hubungan negara dan agama.
Keywords: ketuhanan yang maha esa, keimanan dan ketaqwaan, filsafat ketuhanan

1. Pendahuluan (introduction)
Tuhan yang Maha Esa ialah sang pencita alam semesta beserta isinya, yang terdiri dari manusia,
hewan dan tumbuhan. Diantara ciptaan tuhan manusia lah sebagai makhuk yang terpuji yang
telah diberikan akal untuk berfikir dan dapat membedakan mana yang baik dan buruk. Manusia
juga membutuhkan teman untuk berinteraksi dan hidup bersama, karena. pada hakikatnya
manusia diciptakan untuk hidup berdampingan seperti Adam dan Hawa, dalam hal ini juga
manusia sebagai makhluk biasa tidak bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain.

Beragam macam Orang yang menganut paham-paham agama maka dari itu terbentuklah
“Ketuhanan yang Maha Esa" seperti yang sudah diterapkan di sila pertama. Secara universal
agama ditinjau dari setiap korelasi hukum yang berlaku didalam sebuah negara, maka agama
Islam sendiri mempunyai pedoman hidup, secara garis besar Pancasila telah hadir didalam
hubungan anatra Agama dan Negara senantiasa menghadirkan kenyamanan berbangsa dan
bernegara dapat dipahami pada sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa”, oleh
karena itu hubungan agama dan negara yang ada di Indonesia, telah diperjelas dalam beberapa
pasal-pasal dan UUD yaitu : “Pasal 28E UUD bahwa : Setiap orang bebas memeluk
agamanya”, serta pasal 29 Ayat 1 UUD bala negara menjamin Kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing Pemerimah wajib mengatur beragam kehidupan di
Indonesia. UUD 1945 juga tidak memisahkan hubungan antara agama dan negara, ini dapat
Kita lihat pada sila pertama pancasila dan bab XI UUD 1945 yang berjudulkan “agama”.
Namun, di masa sekarang ini agama sering sekali digunakan sebagai alat untuk memperkeruh
keadaan. Pandangan ini tidak hanya ada di Indonesia melainkan negara lain juga memiliki
pandangan yang sama, contohnya seperti negara barat dan negara timur. Dalam hal ini,
solusinya adalah antar agama dan negara perlu adanya jalanin simbiosis-mutualisme,
dimisalkan ketika suatu negara memberikan hak kepada warganya untuk beribadah sesuai
dengan kepercayaannya masing-masing.

1.1. Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep ketuhanan yang maha esa dalam agama Islam ?
2. Bagaimana pandangan ketuhanan yang maha esa di dalam negara ?
3. Apa hubungan ketuhanan yang maha esa pada sila pertama dalam Pancasila?

1.2 Jelajahi Pentingnya Masalah (Explore Importance of the Problem)


1. Mengetahui konsep ketuhanan yang maha esa dalam agama Islam
2. Mengetahui pandangan ketuhanan yang maha esa di dalam negara
3. Mengetahui hubungan ketuhanan yang maha esa pada sila pertama dalam Pancasila

2. Metode (Method)

Pada Sesi 1 Anda akan diajak untuk mempelajari tentang topik: Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Ketuhanan. Topik ini dibagi menjadi 2 bagian. Pada bagian pertama membahas tentang
Keimanan dan Ketakwaan, dan pada bagian kedua membahas tentang Filsafat Ketuhanan.
Ketuhanan yang Maha Esa pada dasarnya memuat pengakuan ekplisit akan eksistensi tuhan
sebagai Sang Pencipta,dan meyakini bahwa tuhan itu ada dan nyata.

3. Hasil (Results)

Konsep ketuhanan yang maha esa dalam agama Islam adalah Tuhan esa yang artinya “tunggal”
berdiri sendiri yang tidak dapat dipisah-pisahkan lagi, sebagaimana dinyatakan dalam Al-
Our'an antara lain, Surat Al-Ikhlas, ayat 1-4, yang artinya : “Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang
Maha Esa :Allah adalah Tuhan, yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu : Dia tiada beranak
dan tiada pula diperanakan: dan tidak seorangpun yang setara dengan dia”. Surat-Ash-Shad,
ayat 65, yang artinya: . Dan sekali-sekali tidak ada Tuhan, selain Allah Yang Maha Esa dan
Maha mengalahkan”. Surat Al-Bagarah ayat 163, yang artinya: Dan Tuhanmu adalah Tuhan
Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.

Dunia ini menunjukkan berbagai macam ragam memiliki suku, adat istiadat dan ras yang
berbeda, namun penciptanya hanya satu ialah Allah yang maha esa, Selain daripada
kepercayaan agama, kita dapat mencapai kesimpulan tentang ke-Esaaan hakikat eksistensi
dengan jalan logika atau dengan pengalaman duniawi atau dengan pengalaman kejiwaan kita
sendiri. Adlah suatu hukum daripada science, bahwa kita ini hidup dalam alam yang penuh
dengan berbagai macam ragam gejala, tetapi satu sama lain saling berhubungan. Bintang yang
jauh gemerlap di atas, secara kausal erat hubungannya dengan dinginnya tanah yang dipijak
oleh kaki kita di bawah. Biji besi dan batubara di dalam perut bumi sangat erat hubungannya
dengan matahari yang kelihatan di atas kita. Batu-batu karang yang keras di dalam lautan
sangat rapat hubungannya dengan daun rumput yang lemah gemulai di daratan. Konsepsi
tentang kesatuan eksistensi ini adalah merupakan hukum yang fundamental dalam science juga
dalam agama.

UUD 1945 dan pancasila tidak memisahkan hubungan agama dan Negara dan ini dapat kita
lihat pada Sila pertama Pancasila dan Bab XI UUD 1945 yang berjudulkan agama. Islam adalah
agama untuk kepentingan dunia dan akhirat. Ia bukan hanya berisi tuntunan tentang akidah dan
ibadah, tetapi juga memberikan prinsip- prinsip hukum dan politik Alguran menuntun manusia
untuk mewujudkan kemaslahatan bagi kaum muslimin pada khususnya, dan manusia pada
umumnya. pada Negara diperlukan adanya kebijakan-kebijakan para pemimpin untuk
mengatur kehidupan bersama manusia yang bervariasi dan berkembang, Hal yang seperti itu
diperlukan juga pada masa Muhammad saw., yang pada awal hidupnya di Madinah ayat-ayat
Al-gur'an belum turun semuanya. Seperti dalam perkembangan peradaban islam, nabi
Muhammad S.A.W sebagai pemimpin agama dan Negara yang diakui baik intelektual muslim
maupun intelektual barat. Ketika itu, nabi Muhammad mendirikan Negara yang bernama
madinah dengan konstitusi Negara Bernama piagam madinah atau konstitusi madinah.

Falsafah Negara Pancasila, Sila Pertama Disebut “Ketuhanan yang Maha Esa” Masalah ke-
Tuhanan merupakan suatu hal yang pokok/dasar dalam setiap agama, sehingga suatu agama
yang tidak ada/ftidak Jelas Tuhannya maka bukanlah agama. Semua agama mengajarkan
bahwa Tuhan itu Esa (tunggal) yang dalam istilah agama disebut “Tauhid” artinga meng-
Esakan Tuhan yaitu “Allah SWT”. Namun demikian bahwa KeTuhanan Yang Maha Esa
tersebut mempunyai penafsiran yang berbeda di antara satu agama dengan agama lainnya, baik
itu dalam islam, Kristen, Hindu maupun Budha. Perbedaan-perbedaan tersebut harus
diterangkan, agar supaya berdasarkan pengertian tentang adanya perbedaan itu akan timbul
saling pengertian dan hargamengharagi antara satu sama — lain, sehingga — tidak
menimbulkan pertengkaran/perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat. Sehubungan hal
tersebut dalam makalah ini diuraikan pula beherapa pandangan agama selain islam tentang Ke-
Esaan Tuhan. Hal ini dimaksudkan hanya untuk memperjelas.

Pengakuan terhadap kemajemukan agama di Indonesia adalah menerima dan meyakini bahwa
agama yang kita peluk merupakan jalan keselamatan yang paling benar, tetapi bagi penganut
agama lain sesuai dengan keyakinan mereka agama mereka pulalah yang menghargai, serta
memberi kesempatan kepada orang lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan masing-
masing, Dalam Islam, terdapat ajaran untuk tidak membedabedakan etnis, ras dan lain
sebagainya. Hakikatnya manusia sama, yang membedakan hanya ketagwaan kepada Allah,
Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, agama harus menjadi basis utama bagi pengembangan
konsep multikulturalisme.

Keimanan dan Ketakwaan

Iman merupakan asas yang menentukan ragam kepribadian manusia. Selama ini orang
memahami bahwa iman artinya kepercayaan atau sikap batin, yaitu mempercayai adanya Allah,
Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Akhir (kiamat), Takdir baik dan buruk. Pengertian tersebut jika
digandengkan dengan hadis Nabi yaitu agdun bil galbi wa ikraarun bil lisaani wa amalun bil
arkani maka pengertiannya akan lebih operasional. Jika didefinisikan bahwa iman adalah
kepribadian yang mencerminkan suatu keterpaduan antara kalbu, ucapan dan perilaku menurut
ketentuan Allah, yang disampaikan oleh Malaikat kepada Nabi Muhammad. Ketentuan Allah
tersebut dibukukan dalam bentuk Kitab yaitu kumpulan wahyu, yang dikonkretkan dalam Al-
guran guna mencapai tujuan yang hakiki yaitu bahagia dalam hidup, baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Isi kitab tersebut adalah ketentuan tentang nilai-nilai kehidupan yang
baik dan yang buruk berdasarkan parameter dari Allah.

Ada tiga aspek iman yaitu pengetahuan, kemauan dan kemampuan. Orang yang beriman
kepada Allah adalah yang memiliki pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk hidup
dengan ajaran Al-guran seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah. Oleh karena itu, prasyarat
untuk mencapai iman adalah memahami kandungan Al-guran. Dengan demikian strategi untuk
menumbuhkembangkan keimanan kepada Allah adalah menumbuhkembangkan kegiatan,
belajar dan mengajar Al-guran secara akademik. Tujuan belajar dan mengajar adalah bukan
sekedar mampu membunyikan hurufnya, melainkan sampai memahami makna yang
terkandung di dalamnya.
Kuat lemahnya iman seseorang sangat tergantung pada penguasaannya terhadap Al-guran.
Kekeliruan dan kedangkalan dalam memahami makna Al-guran merupakan faktor yang
membuat dangkal atau keliru dalam beriman.

Filsafat Ketuhanan

Konsep tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut pemikiran manusia, berbeda dengan
konsep Ketuhanan Yang Maha Esa menurut ajaran Islam. Konsep Ketuhanan menurut
pemikiran manusia baik deisme, panteisme, maupun eklektisme, tidak memberikan tempat
bagi ajaran Allah dalam kehidupan, dalam arti ajaran Allah tidak fungsional. Paham panteisme
meyakini Tuhan berperan, namun yang berperan adalah Zat-Nya, bukan ajaran-Nya.
Sedangkan konsep ketuhanan dalam Islam justru intinya adalah konsep ketuhanan secara
fungsional. Maksudnya, fokus dari konsep ketuhanan dalam Islam adalah bagaimana
memerankan ajaran Allah dalam memanfaatkan ciptaan-Nya.
Segala yang ada di alam semesta ini diciptakan oleh Yang Maha Pencipta (Khalik). Manusia
yang diberi akal, ketika memperhatikan gejala dan fenomena alam akan mengambil
kesimpulan bahwa alam yang menakjubkan ini tentulah diciptakan oleh Yang Maha Agung.
Akal yang logis juga memahami bahwa yang dicipta tidak sama dengan Pencipta.

Makhluk, kecuali ada yang nyata dapat diketahui dengan pancaindra, ada pula yang immateri
dan tidak dapat dijangkau oleh indera manusia. Keyakinan akan adanya makhluk ghaibitu, akan
dapat menyampaikan kepada keimanan, juga terhadap Yang Maha Ghaib, yaitu Khalik
Pencipta alam semesta ini.

4. Diskusi (Discussion)

Ketuhanan yang maha esa memberikan arah hidup, nilai-nilai moral, dan hukum yang adil bagi
manusia. Ia mempersatukan umat Islam dan memberikan harapan dan ketenangan dalam
kehidupan. Dalam menjalani kehidupan, keimanan, ketakwaan dan pemahaman tentang filsafat
ketuhanan akan membantu kita dalam memandang hidup dengan lebih baik dan kualitas hidup
yang lebih baik pula. Keimanan dan ketaqwaan merupakan praktik keagamaan yang sangat
penting bagi umat Muslim. Ia membantu umat Muslim menjaga keseimbangan hidup,
meningkatkan kualitas diri, dan mendekatkan diri pada Allah SWT.

Semoga kita semua dapat terus memperkuat keimanan da ketakwaan serta meningkatkan
pemahaman kita tentang filsafat ketuhanan agar dapat hidup lebih Sejahtera di dunia dan
akhirat.

5. Kesimpulan (Conclusion).

Iman berarti memiliki kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan tagwa berarti
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Filsafat Ketuhanan adalah
pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, yaitu memakai apa yang disebut
sebagai pendekatan filosofis. Bagi orang yang menganut agama tertentu, akan menambahkan
pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya.

Anda mungkin juga menyukai