Anda di halaman 1dari 61

Pola

Model Bisnis
Pertemuan 6
Patterns (Pola)
Menguraikan model bisnis dengan karakteristik yang sama, pengaturan blok
yang sama, atau perilaku yang sama.

Patterns  Pola kesamaan model bisnis

Konsep Pola dasar:


● Model bisnis unbundling
● Long tail
● Platform bersisi banyak
● Gratis sebagai model bisnis
● Model bisnis terbuka
Table of Contents

Model Bisnis Platform Bersisi


01 Unbundling 02 Long Tail 03 Banyak

Gratis sebagai Model Bisnis


04 Model Bisnis
05 Terbuka
01
Model Bisnis
Unbundling
Konsep perusahaan terurai (unbundled) menyatakan bahwa ada tiga jenis bisnis
yang secara fundamental berbeda, yaitu:
• Bisnis hubungan pelanggan
• Bisnis inovasi produk
• Bisnis infrastruktur

Penemu konsep unbundling corporation adalah John Hagel dan Marc Singer yang
dituangkan dalam tulisan berjudul Unbundling The Corporation yang dimuat oleh
Harvard Business Review. Hagel dan Singer yakin bahwa sebuah perusahaan
tersusun dari tiga jenis bisnis yang sangat berbeda dengan desakan ekonomi,
kompetitif, dan budaya yang juga berbeda, yaitu bisnis hubungan pelanggan,
inovasi produk, dan infrastruktur.
Hagel dan Singer menggambarkan peran bisnis hubungan pelanggan
adalah menemukan dan mendapatkan pelanggan serta membangun
hubungan dengan mereka.

Hagel dan Singer menyarankan bahwa perusahaan harus memisahkan


bisnis-bisnis tersebut dan hanya fokus pada salah satu dari ketiganya.

UNBUNDLING, yaitu bisnis yang fokus utamanya di CUSTOMER


RELATIONSHIP, PRODUCT INNOVATION, dan INFRASTRUCTURE.

Tiga jenis bisnis ini memiliki tantangan Ekonomi, Kompetitif dan budaya
yang berbeda.
Perbankan: 3 Bisnis Menjadi 1
Unbundling Business adalah jenis bisnis yang sulit untuk disatukan dalam
pengelolaannya, dan dapat menciptakan ketidak efisienan dalam menjalankannya
karena memiliki fundamental yang berbeda.. Dalam pengelolaan sebuah bisnis
yang efisien, para pelaku bisnis perlu memahami kondisi tersebut. Pemahaman
terhadap hal tersebut akan memudahkan untuk menentukan arah bisnis yang
akan dijalankan.

Pada kondisi masa lalu mungkin tidak terlalu mempengaruhi bisnis yang
dijalankan, namun dengan bisnis saat ini yang menghadapi
kondisi VUCA, Volatility (Ketidakjelasan), Uncertainty (Ketidakpastian), Complexit
y (Kerumitan), dan Ambiguity (Kerancuan), yang mengakibatkan ancaman dari
musuh yang sulit untuk diprediksi, populer dengan sebutan era DISRUPTION,
maka para pebisnis perlu lebih fokus dalam melihat apa yang akan dilakukan
untuk GOALS bisnis ke depan.
Customer Relationship
Jenis bisnis ini lebih mengutamakan operasional bisnisnya dengan menjaga
hubungan pelanggan, memahami kebutuhan dan pelayanan yang dibutuhkan
pelanggan, serta melakukan pembiayaan dan promosi yang cukup konsisten untuk
terus meningkatkan jumlah pelanggan yang membeli produk dan jasa mereka.

Fokus bisnis yang dijaga adalah bagaimana dapat mencakup segmen pelanggan
yang ditargetkan, kelancaran dari channel marketing, branding dan sales, yang terus
menginformasikan produk dan value, serta menjaga konsistensi Customer
Relationship strategi agar terus berjalan secara signifikan.

Bisnis ini menyerahkan pengembangan produk dan pemutakhiran system yang


mereka gunakan kepada outsourcing company, sehingga mereka sangat fokus
dalam peningkatan pelayanan kepada pelanggan dengan mengetahui secara cepat
kebutuhan mereka.
Inovasi Produk

Jenis bisnis ini lebih mengutamakan pengembangan produk dengan skala bisnis
yang lebih kecil dan lebih mengutamakan penyediaan tenaga ahli, kreatifitas,
teknologi dan riset pengembangan. Berdasarkan survey terhadap kebutuhan
pelanggan, bisnis ini terus mengutamakan fokusnya kepada pengembangan dan
pemutakhiran produk yang mereka buat.

Bisnis jenis ini akan dipenuhi dengan para pakar dan teknisi yang handal dan
terus melakukan pengembangan teknologi yang baru.
Infrastruktur

Jenis bisnis ini lebih mengutamakan kepada supporting bisnis inti dalam hal
perawatan, penyediaan peralatan pabrik, pengembangan peralatan penunjang
produksi dan berhubungan dengan beberapa perusahaan yang membutuhkan
peralatan dan supporting yang sama sebagai pelanggannya. Bisnis ini lebih
mengutamakan kepada penyediaan peralatan kerja yang menunjang bisnis inti
menjalankan kelancaran bisnisnya.
Contoh:
Shangri-La hotel memberikan pelayanan
yang bagus bagi setiap customer mereka
tetapi hotel ini tidak murah dan mematok
harga yang mahal kepada customer mereka.

Solusi yang ada ketiga faktor ini dapat


dipisahakan tetapi antara faktor satu dengan
yang lain masih terorganisasi.
02
Model Bisnis
Long Tail
Model Bisnis Long Tail
• Pola long tail business
model adalah pola yang
menunjukan
bahwa bisnis tersebut
cenderung menjual
produk yang sedikit atau
fokus pada pasar yang
niche.
• Pola ini terjadi ketika
perusahaan yang
memiliki banyak produk
memutuskan untuk
menjual produk yang
terlaris saja dan
menjadikan segmen nya
ceruk atau niche market.
Model Bisnis Long Tail

• Chris Anderson melalui bukunya The Long Tail pada tahun 2006 mengenalkan
sebuah konsep baru di dunia marketing. The Long Tail merupakan sebuah
istilah yang digunakan Chris Anderson untuk menggambarkan suatu kurva
dari bentuk model bisnis baru di era digital ini.

• Anderson dengan konsepnya membagi produk dalam dua jenis yaitu produk
hits dengan skala penjualan besar (yang pada kurva digambarkan sebagai
head atau kepala) dan produk non hits atau niche product yang penjualannya
relatif lebih kecil namun berlangsung secara terus-menerus (pada kurva
digambarkan sebagai garis yang panjang seperti ekor).
Prinsip Long Tail Strategy

Pada intinya, Anderson mencoba mengatakan bahwa produk-produk yang tidak hits
mungkin tidak akan menandingi skala penjualan dari produk yang hits namun bukan
berarti penjualan dari produk tidak hits ini akan “mati” karena meskipun skala
penjualan kecil namun grafiknya konstan karena produk dalam kategori ini akan
selalu ada peminatnya.

Sebuah toko, sebesar atau seluas apapun, tidak akan mungkin mampu menampung
semua jenis produk yang diinginkan konsumen. Pasti produk yang dimasukkan
adalah produk-produk popular yang paling banyak dicari konsumen karena akan
menyumbang penjualan yang tinggi bagi toko tersebut.
Kemudian timbul pertanyaan, bagaimana dengan produk yang kurang popular?

Apakah itu berarti bahwa tidak ada yang ingin membeli produk tersebut?

No, internet memungkinkan segalanya untuk terjadi.

Pada konsep The Long Tail, internet pun menjadi pemeran utamanya. Internet
membuat proses distribusi menjadi lebih mudah, juga memungkinkan untuk
memberikan rekomendasi kepada konsumen.

Produk-produk yang tidak pernah kita lihat sebelumnya di toko, ternyata ada di
internet dan itu kemudian membuka kesempatan bagi konsumen untuk terus
mencari produk-produk tersebut.
Sebuah contoh nyata, berapa banyak merk sepatu yang kita ketahui?
Nike, Adidas, Converse, and the list go on.

Produk-produk tersebut diproduksi massal dan dengan jumlah peminat dan skala
penjualan yang sangat besar tersebar di seluruh dunia. Hingga kemudian internet
memunculkan fenomena online shop.

Hadirlah beragam online shop yang di Instagram begitu ramah setiap harinya
mengunjungi home kita dan memberi komentar “Fotonya cantik, kakak…. yuk
check Instagram kita banyak sepatu lucu 100% handmade, bisa custom juga loh.”
Nah, jika digambarkan dengan kurva, sepatu-sepatu jenis Nike, Adidas, dan lain-lainnya
tadi adalah yang membentuk bagian kepala (hits product) sementara sepatu-sepatu yang
ditawarkan di online shop adalah yang membentuk bagian ekor (niche product).

Dengan konsep yang dicetuskan oleh Chris Anderson ini bahwa ternyata hits product yang
menjadi best-seller itu tidak sebanding jumlahnya dengan niche product.

Karena dengan melirik pasar yang selama ini diabaikan justru ternyata mampu
memberikan keuntungan yang besar juga.
The Long Tail menggambarkan 3 driving forces yang harus dipahami:

1. Tools of Production
Semakin murahnya hardware dan software membuat setiap orang
bisa menjadi produk creator. Software memberdayakan orang-orang untuk
berbagai pengetahuan dan informasi dalam bentuk website dan blog.

2. Agregator Internet
Dengan cara “menarik” produk secara bersamaan.

3. Software Filtering yang meng-connect supply & demand


Memungkinkan customer menemukan niche mereka
LEGO ini sebuah perusahaan yang tidak hanya menjual product nya
di toko. Perusahaan ini juga menjual platform dalam web. Dan
menjual design dari orang lain dan org tersebut nantinya akan
mendapat royalty dri LEGO apabila design tersebut dibeli orang lain
The competition is incredibly niche. And so to
stand out from that competition, we can’t be
everything to everybody, instead we have to
find our own niches. — Chris Anderson
03
Model Bisnis
Multi-sided Platforms
Platform bersisi banyak mempertemukan dua atau lebih kelompok
pelanggan berbeda namun saling bergantung. Platform semacam itu
akan bernilai bagi satu kelompok pelanggan hanya jika kelompok
pelanggan lain juga ada.

Platform ini menciptakan nilai dengan memfasilitasi interaksi antar


kelompok yang berbeda. Platform bersisi banyak tumbuh dalam nilai
sejauh mana platform tersebut menarik lebih banyak pengguna, sebuah
fenomena yang dikenal dengan sebutan efek jaringan.
Multi-sided platform sudah cukup lama ada dan berkembang seiring meningkatnya
teknologi informasi. Contoh: Google, Facebook, hanyalah sebagian kecil dari
contoh kesuksesan multi-sided platform.

Multi-sided platform menciptakan nilai sebagai perantara dengan menghubungkan


kelompok-kelompok ini. Sebagai contoh:
 Kartu kredit menghubungkan pedagang dengan pemegang kartu;
 Sistem operasi komputer menghubungkan pabrikan hardware, pengembang
aplikasi, dan pengguna.
 Surat kabar menghubungkan pembaca dan pemasang iklan.
 Video game menghubungkan pengembang game dengan playernya.
Nilai platform bagi kelompok pengguna tertentu sangat bergantung pada jumlah
pengguna dari “sisi lain”.

Sebuah video game hanya akan menarik pembeli jika menyediakan cukup banyak
game untuk platform tersebut. Di sisi lain, pengembang game hanya akan
mengembangkan ame untuk hiburan video yang baru jika sebagian besar pemain
sudah menggunakan game sebelumnya.

Satu cara yang digunakan multi-sided platform untuk memecahkan masalah ini adalah
dengan menyubsidi segmen pelanggan. Walaupun menimbulkan biaya dengan
melayani kelompok pelanggan, operator platform sering kali memutuskan untuk
memikat satu segmen pada satu plaform dengan proposisi nilai yang tidak mahal/gratis
sehingga dapat menarik pengguna dari platform sisi lainnya.
Karakteristik yang sama dari pola model bsinis multi-sided ini meliputi value proposition
(proposisi nilai), customer segment (segmen pelanggan), revenue streams (arus
pendapatan), key activities (aktivitas kunci), key resources (sumber daya utama), & cost
structures (struktur biaya).

1. Proposisi Nilai (value proposition) biasanya menciptakan nilai pada area utama,
 Pertama, menarik kelompok pengguna
 Kedua, Mencocokkan antara segmen pelanggan
 Ketiga, menurunkan biaya dengan menyalurkan transaksi melalui platform.

2. Segmen pelanggan (customer segment) biasanya memiliki dua atau lebih segmen
pelanggan dan memiliki arus pendapatan.
3. Arus pendapatan (revenue streams) yang dihasilkan tidak disumbang dari semua
segmen pelanggan.
4. Sumber daya utama (key activities & key resources) dalam model bisnis ini adalah
platform dengan aktivitas-aktivitas kunci berupa manajemen platform, penyedia
layanan, dan promosi platform.
5. Biaya utama (cost structure) yang timbul dalam pola ini terkait dengan
mempertahankan dan mengembangkan platform.
Sebagai contoh: Google
Perusahaan ini memiliki program periklanan yang disebut dengan Google AdSense.

Dalam platform Google AdSense terdapat 3 pelanggan, yaitu pemasang iklan, peselancar
web, dan pemilik konten yang sudah menjadi mitra adsense. Cara kerjanya:
► Pemasang iklan membayar iklan untuk ditayangkan oleh Google,
► Google kemudian mendistribusikan iklan dari pemasang iklan kepada para publisher
AdSense
► Para publisher yang login menguangkan kontennya ini kemudian menaruh script iklan
dari Google di blog/sitenya.
► Kemudian berharap para peselancar web memanfaatkan mesin pencari Google terus
sampai nyasar ke sini, untuk mengklik iklan yang dipasang agar mereka mendapatkan
pemasukan komisi iklan.
Peselancar web seperti kita dapet gratisan???

Disubsidi dari pemasang iklan, sementara para pemilik konten mendapatkan


uang dari komisi iklan dengan persentase yang telah ditentukan oleh Google.
Kalau saja satu segmen tidak ada, maka model bisnisnya tidak akan berjalan.
04
Free as a
Business Model
Dalam model bisnis Free as a Business Model setidaknya satu segmen pelanggan
substansial mendapatkan penawaran gratis secara terus menerus.

Menerima sesuatu yang gratis merupakan Value Proposition yang menarik. Dalam
beberapa tahun terakhir penawaran gratis sangat banyak digemari, bahkan booming,
khususnya melalui internet.

Pertanyaannya, bagaimana bisa kita menawarkan sesuatu secara gratis dan masih
mendapatkan pendapatan?

Nah, pada bagian ini kita akan melihat ada tiga pola yang berbeda dalam membuat Free
as a Business Model. Ketiga pola ini yaitu:
 Penawaran gratis berdasarkan pada multi-sided platform
 Freemium Model
 Bait & Hook model dimana tawaran awal gratis atau murah, untuk memancing
pelanggan melakukan repeat order.
 A Multi-sided Platform
Salah satu contoh yaitu Metro, surat kabar gratis yang dimulai di
Stockholm dan tersedia di puluhan kota di seluruh dunia. Metro pandai
memodifikasi surat kabar tradisional sehari-hari.

 Pertama, ia menawarkan koran gratis.


 Kedua, berfokus pada mendistribusikan Metro di high-trafic zona
commuter dan public transport, dan juga rak-rak di swalayan.
 Ketiga, mengurangi biaya editorial dengan menghasilkan kertas
yang hanya cukup untuk menghibur commuter selama perjalanan
ke dan dari tempat kerja.
 Freemium: Get the Basic for Free, Pay for More
Istilah Freemium diciptakan oleh Jarid Lukin. Ini adalah singkatan
untuk bisnis model tertutama berbasis web, yang digabung dengan layanan
free dengan paid premium service. Del Freemium ini sebagian besarnya
adalah user yang tidak pernah menjadi paying customer (penikmat free
service).
Kurang 10% dari semua user, berlangganan di premium service. Ini
adalah basis kecil yang mensubsidi free users.
 Bait & Hook
Bait & Hook mengacu pada pola model bsinis yang ditandai dengan
menarik, murah atau penawaran awal gratis yang mendorong terus
pembelian masa depan produk atau jasa tersebut. Pola ini dikenal juga
sebagai “loss leader” atau “razor and blades” model.

“Loss leader” mengacu untuk subsidi, menawarkan bahkan merugi di awal


dengan tujuan untuk menghasilkan laba dari pembelian berikutnya.
Bisnis model yang menawarkan produk secara gratis yang paling umum
adalah bait & hook model. Jadi, produk atau jasa yang gratis berfungsi untuk
menarik konsumen untuk mencoba produk sehingga akhirnya melakukan
pembelian. Model ini pertama kali digunakan oleh Gillete, untuk memasarkan
produk barunya saat itu, pencukur sekali pakai.

Model bisnis ini juga banyak digunakan oleh produk-produk yang


membutuhkan produk komplemen. Misalnya saja produk printer, biasanya
produk printer dijual dengan harga yang terjangkau, tapi margin lebih banyak
didapatkan dari tinta printer tersebut.
05
Open
Business
Pola model bisnis yang ini menunjukan dimana perusahaan cenderung
mengikutsertakanmasyarakat dan publik dalam bekerjasama menciptakan
produk dan secara transparandan terbuka bagi publik untuk menyumbangkan
ide atau memberi masukan.

Pada pola model bisnis ini terjadi Open Innovation yang dimana perusahaan
lebih memilikipeluang besar dalam mendapatkan inovasi baru. Karena
perusahaan membuka kesempatan bagi banyak ilmu dan pemikiran untuk ikut
serta berkontribusi.
Open business model itu adalah konsep melakukan bisnis dengan cara yang transparan
dengan erat mengintegrasikan ekosistem peserta, bekerja sama di ruang publik.
Definisi ini terinspirasi oleh gerakan-gerakan terbuka, prinsip-prinsip konten terbuka, alat
dan standar terbuka

Hal ini terutama berfokus pada penciptaan `terbuka ‘produk dan / atau jasa.
Pendekatan ini mengklaim bagi kepentingan semua dan bukan hanya untuk satu
kelompok atau pemangku kepentingan, baik pemegang saham, pegawai, pemerintah dll.

Risiko kebangkrutan usaha terbuka-gerakan tersebut berkurang karena fakta, bahwa buah
dari pekerjaan mereka tetap di bersama dan oleh karena itu tetap sebagai dasar
permanen untuk memulihkan usaha yang terbuka, bahkan dalam situasi yang paling kritis.
Pada model bisnis yang terbuka, untuk menciptakan nilai, perusahaan memanfaatkan
sumber daya di dalam maupun di luar. Contoh model bisnis semacam ini adalah franchise,
lisensi, dan paten. Perusahaan-perusahaan farmasi banyak yang memproduksi obat
menggunakan paten perusahaan lain.

Model bisnis terbuka ini bisa sifatnya dari dalam ke luar, atau dari luar ke dalam. Dalam
model bisnis terbuka dari luar ke dalam, perusahaan memanfaatkan sumber daya luar
untuk menggerakan model bisnis. Dalam model bisnis franchise, franchisor menggunakan
model bisnis terbuka dari dalam keluar, sementara franchise beroperasi menggunakan
model bisnis terbuka dari luar ke dalam.
THANK YOU!
Any Question?
Pada model bisnis berplatform banyak, perusahaan melayani lebih dari satu pelanggan
dan memperoleh pendapatan dari salah satu atau semua pelanggan yang dilayani.
Apa yang dimaksud dengan platform bersisi banyak? Platform bersisi banyak adalah
platform yang mempertemukan dua atau lebih kelompok pelanggan yang berbeda tetapi
saling bergantung untuk menciptakan nilai bersama. Contoh sederhananya, portal berita
yang menghubungkan pengunjung dengan pemasang iklan, situs e-commerce yang
menautkan penjual dan pembeli secara online, atau kartu kredit yang mempertemukan
pemegang kartu dengan pedagang.
Perusahaan dapat menarik pendapatan dari salah satu, sebagian atau semua
pengguna platform, tetapi keberadaan masing-masing pengguna mutlak
diperlukan. Oleh karena itu, untuk perusahaan sering menggunakan strategi
untuk mempertahankan atau meningkatkan jumlah pengguna pada platform
tersebut.

Sebagai contoh, portal berita hidup dari pendapatan iklan. Tetapi pemasang
iklan hanya akan tertarik jika pengunjung ke portal tersebut banyak. Untuk
meningkatkan jumlah pengunjung, perusahaan harus bisa menyediakan
konten yang menarik pengunjung. Fenomena sejenis kita temukan pada
penerbitan majalah komunitas, di mana majalah dibagi secara gratis, tetapi
memperoleh pendapatan dari pemasang iklan.
Platform bersisi banyak menjadi sebuah fenomena bisnis yang penting. Pasar
ini sudah cukup lama ada dan berkembang seiring meningkatnya teknologi
informasi. Model bisnis ini mempertemukan dua atau lebih kelompok pelanggan
yang berbeda namun saling bergantung.

Platform semacam itu akan bernilai bagi satu kelompok pelanggan hanya jika
kelompok pelanggan lain juga ada. Platform ini menciptakan nilai dengan
memfasilitasi interaksi antarkelompok yang berbeda. Platform bersisi banyak
tumbuh dalam nilai sejauh platform tersebut menarik lebih banyak pengguna,
sebuah fenomena yang dikenal dengan sebutan efek jaringan.
Satu cara yang digunakan platform bersisi banyak untuk memecahkan masalah
ini adalah dengan menyubsidi segmen pelanggan. Walaupun menimbulkan
biaya dengan melayani semua kelompok pelanggan, operator platform sering
kali memutuskan untuk memikat satu segmen pada satu platform dengan
proposisi nilai yang tidak mahal atau gratis sehingga dapat menarik pengguna
dari platform sisi lainnya.

Kesulitan yang dihadapi operator platform bersisi banyak adalah mengetahui


sisi mana yang harus disubsidi dan bagaimana menetapkan harga dengan tepat
untuk dapat menarik pelanggan.
Model bisnis ini mengambil prinsip menggabungkan beberapa
kelompok customers. Hal terpenting dari konsep modelbisnis ini
adalah pengembangan yang terus menerus berkesinambungan.
Penyediaplatform harus mampu menampilkan value (nilai tambah)
yang terus menerus menarikagar kelompok-kelompok pelanggan yang
bergabung didalamnya terus menerus tertarik untuk selalu bergabung.
Ciri-ciri model bisnis Mult-Sided Platform :
 Periklanan merupakan sumber pendapatan yang
memungkinkan adanya penawaran gratis
 Satu sisi platform dirancang untuk menarik pengguna
melalui konten, produk dan jasa gratis
 Sisi Lain menghasilkan pendapatan dengan menjual
ruang kepada pemasang iklan.

Anda mungkin juga menyukai