LAPORAN KAJIAN
Oleh:
Armaiki Yusmur, M.Si
I. PENDAHULUAN
SEAMEO BIOTROP merupakan salah satu center dibawah koordinasi Organisasi
Menteri-menteri Pendidikan se-Asia Tenggara (South East Asian Minister of Education
Organization-SEAMEO) yang didirikan secara resmi pada tanggal 6 Februari 1968.
Sesuai tupoksi dan mandat yang diberikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, SEAMEO BIOTROP memiliki tanggung jawab untuk
melaksanakan penelitian, pengembangan sumber daya manusia dan diseminasi
informasi. Dalam perkembangan perjalanan SEAMEO BIOTROP, seiring usianya yang
telah 52 tahun, SEAMEO BIOTROP telah banyak mengembangkan teknologi dan
inovasi terapan yang dapat dimanfaatkan masyarakat umumnya dan dunia pendidikan
khususnya. Setiap tahun terdapat 5000 orang yang berkunjung dan 300
siswa/mahasiswa yang melakukan praktik lapangan dan penelitian. Hal ini didukung
karena SEAMEO BIOTROP memiliki fasilitas yang dapat dinikmati pengunjung, siswa
yang melakukan penelitian dan magang serta untuk berbagi kepada masyarakat.
SEAMEO BIOTROP berada di area yang luasnya sekitar 12 ha yang sangat tenang dan
nyaman yang merupakan lokasi yang sangat strategis untuk kegiatan pendidikan dan
pembelajaran.
Dalam meningkatkan visibilitasnya sebagai pusat teknologi dan inovasi biologi
tropika, SEAMEO BIOTROP bermaksud mengembangkan sarana dan prasarana yang
ada agar dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. Salah satu rencana yang
akan dikembangkan adalah area eco edu wisata.
Eco Edu Wisata merupakan gabungan wisata yang memanfaatkan landskap
(ecopark) dan wisata teknologi (eduwisata) berbasiskan pertanian (agrowisata) sebagai
atraksi wisata bagi pengunjungnya. Dalam konteks landskap perkotaan, prinsip Ecopark
adalah model pengelolaan landskap yang memperhitungkan keberlanjutan ekosistem di
dalam wilayah tersebut (Brundtland, 1987). Sementara itu eduwisata berupa agrowisata
merupakan rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan sektor pertanian, antara lain
perkebunan, ladang pembibitan dan laboratorium (Wardani, 1997). Pengembangan eco
edu wisata ini diharapkan memiliki manfaat antara lain:
- Membina keselarasan hubungan antara manusia dan lingkungannya melalui
upaya pemanfaatan potensi alam untuk tujuan wisata dengan
mempertimbangkan aspek kelestarian alam dan lingkungan, kondisi sosial
ekonomi, budaya dan keinginan pengunjung;
- Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan.
II. TUJUAN
Kegiatan pembuatan site plan eco edu wisata SEAMEO BIOTROP bermaksud
untuk merancang kegiatan eco edu wisata di dalam area kampus SEAMEO BIOTROP
yang ramah untuk pengunjung baik bagi pengunjung secara umum dan untuk
pengunjung inclusive khususnya.
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah:
1. Menganalisis landskap SEAMEO BIOTROP-PKHT IPB sebagai perencanaan
pembuatan eco edu wisata berbasiskan inclusive;
2. Merencanakan dan merancang area eco edu wisata dengan konsep eco edu
wisata berbasiskan inclusive sebagai sarana edukasi berbasiskan wisata
teknologi dan pertanian;
3. Membuat perencanaan site plan eco edu wisata SEAMEO BIOTROP.
Batas di sebelah timur dan barat tapak merupakan batas alami yang jelas, yaitu
badan air Sungai Cihideung dan Cinangneng. Sedangkan batas sebelah utara dan selatan
hanya berupa patok batas berdimensi kecil di sisi jalan sehingga sering luput dari
pandangan dan tapak terkesan berbaur dengan area sekitarnya (Gambar 4). Keberadaan
gerbang penanda diperlukan sebagai penciri identitas dan informasi bagi pengunjung
ketika memasuki tapak. Gerbang penanda dapat dibangun di batas sebelah utara, barat,
dan selatan karena merupkan jalur keluar masuk pengguna tapak.Luas tapak sebesar
371,31 hektar; terdiri dari 6 kampung, yaitu Kampung Cikupa, Cikupacaringin,
Pasiripis, Situdaun, Situdaunsemper, dan Babakan Situdaun; terbagi dalam 4 Rukun
Warga (RW) dan 20 Rukun Tetangga (RT). Letak tapak memang sangat strategis karena
dekat dan berada di antara beberapa objek wisata lainnya, seperti Kawasan
Agroedutourism Kampus IPB Dramaga. Secara umum, tapak memiliki sumberdaya
alam yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek dan atraksi agrowisata. Tapak
merupakan daerah penghasil padi, sayuran, dan ikan air tawar. Selain itu, tapak
merupakan area yang sangat luas dengan bentang alam lahan pertanian dan perikanan
dengan latar belakang Gunung Salak sehingga dapat mendukung berkembangnya tapak
sebagai kawasan agrowisata.
Kondisi jalan sampai Jalan Raya Dramaga berupa jalan arteri dengan lebar 6 m,
sedangkan Jalan Cibanteng Proyek dan jalan Desa Cinangneng sampai ke jalan desa
Cideung Udik berupa jalan lokal aspal dengan lebar 4 m. Akses menuju tapak
merupakan jalur sirkulasi dua arah dan dapat dilalui angkutan umum maupun
kendaraanp pribadi roda dua dan empat.
Gambar 8. Jalur Masuk Terdekat Menuju Tapak: Jalan Cibanteng Proyek (Atas); Jalan
Desa Cinangneng (Bawah)
Untuk mempermudah akses menuju tapak, perlu dilakukan pengaturan akses
masuk dan keluar yang dilengkapi dengan papan informasi dan penunjuk arah. Jalan
Cibanteng Proyek dapat difungsikan sebagai jalur masuk menuju tapak, sedangkan jalan
Desa Cinangneng sebagai jalur keluar menuju tapak. Sedangkan untuk akses ke dalam
tapak juga perlu dilakukan pengaturan akses masuk dan keluar ke dalam tapak yang
dilengkapi dengan gerbang penanda, papan nama, papan informasi dan penunjuk arah.
Perbaikan fisik jalan dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas jalan, yaitu dengan
perbaikan dan pelebaran badan jalan, membangun jalur pedestrian, menyediakan
fasilitas pengaman berupa papan peringatan dan pembatas jalan, diperlukan
meningkatkan keselamatan dan keamanan serta kenyamanan pengguna tapak.
III.1.1.2. Iklim
Iklim suatu tempat merupakan keadaan setimbang sejumlah faktor-faktor tidak
tetap pembentuk sistem iklim yang saling mempengaruhi satu sama lain (Laurie, 1994).
Iklim merupakan salah satu penentu kenyamanan di dalam perencanaan lanskap suatu
tapak. Beberapa komponen pembentuk sistem iklim tersebut terdiri dari suhu,
kelembaban udara, curah hujan, hari hujan, suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan
intensitas penyinaran.
Data iklim diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II
Stasiun Klimatologi Kelas I Darmaga Bogor. Data iklim lokasi studi berada pada
elevasi 190 - 500 m dpl, dengan letak astronomis antara 6030'45" LS dan 106°45'n5"
BT. Data iklim yang diperoleh adalah data iklim tahunan, dengan tahun pengukuran
2002-2006 (Tabel 2).
Tabel 2. Data Iklim Desa Pakuan Tahun 2002-2006
T ahun 2002 - 2006
PARAMETER ----------------------------------------------------------
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Suhu udara 25,5 25,3 25,9 26,2 26,2 25,7 25,7 25,7 25,8 26,2 26,1 25,8
rata-
Suhurata (0
udara 31,8 31,4 32,9 33,1 32,7 32,4 32,4 33 33,5 33,8 33,3 32,4
maks. ( C)
0
Suhu udara 22,1 21,7 22,3 22,4 21,7 20,9 20,9 20,8 21,2 21,2 22,1 21,9
min.
Kelembaban 88 89 86 86 84 83 81 78 78 80 85 87
udara
Curah(%)
hujan 484 475 405 400 375 311 199 168 245 326 384 366
(mm)
Hari hujan 25 27 25 25 20 16 15 11 15 17 25 27
Intensitas 44 37 56 66 72 75 80 87 81 78 64 42
penyinaran
Kecepatan 2,4 2,4 2,4 2,2 1,9 1,8 1,8 2,4 2,5 2,3 2,0 2,2
angin
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Stasiun
Klimatologi Kelas I Darmaga (2006)
Berdasarkan data iklim tersebut diperoleh gambaran kondisi iklim Desa Pakuan
yaitu :
- Suhu rata-rata tahunan : 25,8 oC
- Kelembaban udara rata-rata tahunan : 84 %
- Curah hujan tahunan : 4.137 mm/tahun
- Jumlah hari hujan rata-rata tahunan : 248 hari
- Intensitas peninaran matahari rata-rata tahunan : 65,1 %
- Kecepatan angin rata-rata tahunan : 2,2 km/jam
Suhu rata-rata tahunan tapak adalah 25,8 C dengan fluktuasi suhu rata- rata
0
minimum tahunan 25,3 0C pada bulan Februari, dan suhu rata-rata maksimum tahunan
26,2 0C pada bulan April, Mei, dan Oktober. Secara umum, kondisi suhu di dalam tapak
dikategorikan ideal bagi penggunanya karena kisaran suhu yang nyaman bagi manusia
adalah antara 27-28 0C (Laurie, 1984). Kelembaban udara rata-rata tahunan pada tapak
adalah 84 % dengan fluktuasi kelembaban terendah 78 % terjadi pada Bulan Agustus
dan September, dan kelembaban tertinggi 89 % pada bulan Februari. Kelembaban udara
yang cukup tinggi ini menyebabkan ketidaknyamanan bagi manusia untuk beraktivitas
karena terhambatnya penguapan air dalam tubuh sehingga panas tubuh meningkat dan
menimbulkan rasa cepat lelah. Keadaan ini perlu diatasi dengan melakukan pendekatan
kelembaban ideal dan mempertahankan suhu bagi manusia agar pengguna tapak merasa
nyaman, seperti memanfaatkan angin.
Angin dapat dimanfaatkan untuk merubah kelembaban dan suhu tapak, yaitu
dengan menggunakan vegetasi yang disusun mengikuti atau tidak memotong arah angin
(Brooks, 1988). Hal ini disebabkan oleh adanya evaporasi dan penutupan dari kanopi
vegetasi (Gambar 9). Elemen lanskap lainnya yang dapat digunakan untuk merubah
kelembaban dan suhu adalah air. Air dapat memberikan dampak pada suhu udara yang
panas melalui proses penguapan sehingga dapat memberikan rasa sejuk dan nyaman
bagi pengguna yang berada di sekitarnya.
Menurut Laurie (1994), kisaran suhu dikategorikan nyaman bagi manusia untuk
beraktivitas adalah 27 0C-28 0C, dengan kelembaban udara berkisar 40-75 %. Nilai THI
(Temperature Humidity Indeks)<27 berarti iklim tersebut nyaman untuk daerah tropis.
Indeks Kenyamanan manusia (Temperature Humadity Index) pada tapak dapat dihitung
dengan menggunakan Persamaan Kuantifikasi Kenyamanan, yaitu : THI = 0,8T+
(RH.T)/500, (THI : Temperature Humadity
Index, T : suhu udara, dan RH : kelembaban udara). Hasil perhitungan menunjukkan
nilai THI pada tapak berkisar 24,7-25,4 (Tabel 3). Hal ini mengindikasikan bahwa tapak
dikategorikan nyaman bagi manusia untuk melakukan aktivitas (comfort zone).
Curah hujan tahunan pada tapak adalah 4.137 mm/tahun dengan fluktuasi curah
hujan terendah 168 mm pada bulan Agustus, dan tertinggi 484 mm pada bulan Januari.
Jumlah hari hujan rata-rata tahunan 248 hari. Hari hujan terendah 11 hari terjadi pada
bulan Agustus, dan tertinggi 27 hari pada bulan Februari dan Desember. Curah hujan
yang tinggi merupakan potensi bagi suplai air tanah dan sumber ketersediaan air situ
(check dam), suplai air untuk budidaya pertanian dan perikanan, dan tumbuh
berkembangnya vegetasi. Curah hujan yang tinggi juga dapat menimbulkan aliran air
permukaan yang terkonsentrasi di badan jalan di area miring yang kondisi saluran
drainasenya tidak berfungsi baik dan banyak ditumbuhi rumput sehingga jalan menjadi
lebih licin. Hal ini berpotensi mengancam keselamatan dan keamanan pengguna tapak,
seperti pada area di sebelah barat situ (check dam) dan bagian tenggara hingga selatan
tapak.
Intensitas penyinaran matahari rata-rata tahunan pada tapak adalah 65,1 %
dengan fluktuasi intensitas penyinaran terendah 37 % pada bulan Februari, dan tertinggi
87 % pada bulan Agustus. Intensitas penyinaran berpengaruh pada nilai suhu tapak, dan
berpengaruh pada pertumbuhan vegetasi sehingga komponen pembentuk iklim ini perlu
diperhatikan dalam proses perencanaan.
Menurut Brooks (1988), untuk mengontrol sinar matahari dapat digunakan
vegetasi, elemen arsitektur, dan tata letak bangunan (Gambar 11). Vegetasi dapat
menghasilkan bayangan dan dapat mengurangi radiasi matahari, baik secara langsung
atau dipantulkan dari bangunan. Transmisi sinar matahari pada vegetasi dapat dilihat
pada Gambar 12. Penggunaan vegetasi perdu, penutup tanah, dan rumput juga dapat
digunakan untuk mengurangi pantulan sinar matahari pada permukaan tanah.
Gambar 12. Transmisi Sinar Matahari pada Vegetasi Brooks,1988)
Kecepatan angin rata-rata tahunan pada tapak adalah 2,2 km/jam dengan
fluktuasi kecepatan angin terendah 1,8 km/jam pada bulan Juni dan Juli, dan tertinggi
2,5 km/jam pada bulan September. Angin mempunyai peran penting dalam menciptakan
kenyamanan bagi manusia. Pemanfaatan angin yang baik mempengaruhi kelembaban
dan suhu. Angin dapat dimanfaatkan dengan menciptakan aliran udara yang baik,
karena angin mampu membuang kelembaban melalui peyejukan, penguapan, dan
konveksi. Menurut Brooks (1988), aliran angin dapat dikontrol dengan menggunakan
vegetasi yang berfungsi dalam proses penghalangan (obstruction), penyaringan
(filtration), dan pembelokan (deflection) (Gambar 14).
4.1.1.3. Tanah
Berdasarkan Peta Tanah Tinjau (Reconnaissance Soil Map) skala 1 : 250.000
(LPT Bogor, 2002), jenis tanah di Desa Situdaun adalah asosiasi latosol coklat di bagian
utara dengan kedalaman efektif >90 cm (K0: dalam), dan regosol kelabu di bagian
selatan tapak dengan kedalaman efektif 60-90 cm (K1: sedang). Berdasarkan Sistem
Klasifikasi Tanah Pusat Penelitian Tanah (1983), tanah latosol adalah tanah yang telah
mengalami pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut menyebabkan terjadinya
pencucian basa, bahan organik, dan Si. Tanah jenis ini berdasarkan sifat humusnya
berupa latosol low humic dengan seri warna latosol coklat. Memiliki tekstur halus
(lempung) dengan distribusi kadar liat tinggi (>60 %), struktur remah sampai gumpal,
gembur, tidak mempunyai sifat vertik, drainase baik, tanah bereaksi agak masam
dengan pH 5-7, kadar bahan organik dan mineralnya rendah akibat pelapukan yang
intensif, nilai SiO2 rendah, KTK rendah, berasal dari berbagai batuan, abu vulkan dan
vulkanik basa, dan terdapat di daerah berbukit.
Menurut Soepardi (1983), tanah latosol mempunyai produktifitas yang baik dan
relatif lebih subur dibandingkan dengan tanah jenis lainnya. Tanah ini juga mempunyai
sifat yang menimbulkan kendala, yaitu kadar bahan organik dan mineral yang rendah.
Pemecahan masalah ini adalah dengan memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu dengan
penggemburan, penambahan bahan organik, penambahan top soil dan mulsa. Untuk
memperbaiki sifat fisik tanah adalah dengan penambahan bahan organik, perbaikan
drainase, kadar asam, penggemburan tanah dan penambahan mulsa, pupuk yang sesuai
serta kompos untuk bahan organik. Selain itu pemilihan jenis vegetasi yang sesuai
dengan sifat fisik tanah tersebut juga perlu dipertimbangkan (Grey dan Daneke, 1978).
Jenis tanah regosol dengan bahan induk abu volkan dan bahan sedimen
merupakan jenis tanah yang berada di daerah pegunungan. Regosol menempati horizon
A hingga horizon C dengan warna tanah kelabu kekuningan, berwarna kelabu sebagai
proses pelapukan yang lemah (tanah muda), dan belum menampakkan diferensiasi
horison. Tekstur kasar berupa pasir dan debu (>60 %), struktur kursai/lemah,
konsistensi lepas sampai gembur, pH 6-7, semakin tua tanah struktur dan konsistensi
makin padat/memadas dengan drainase dan forositas yang terhambat. Kandungan bahan
organiknya rendah sehingga kemampuan tanah dalam menjerap air rendah dan peka
terhadap erosi. Solusinya, dibutuhkan upaya konservasi tanah dengan penanaman
tanaman yang mampu mencegah dan menanggulangi erosi pada tanah, yaitu tanaman
dengan tipe perakaran yang luas dan dalam. Cukup mengandung P dan K yang masih
segar, tetapi kurang N karena belum terlapuk.
Menurut Sistem Klasifikasi Tanah USDA Soil Taxonomy (1990) tanah regosol
masuk dalam golongan tanah inceptisol dan entisol. Tanah inceptisol termasuk tanah
yang masih muda dengan sifat tanah yang bervariasi. Inceptisol juga dinamakan Andept
(tanah yang terbentuk dari abu volkan) terdapat di sekitar kaki bagian utara Gunung
Salak dan sangat cocok untuk lahan pertanaman padi (Soepardi, 1983). Tanah golongan
entisol juga termasuk ke dalam tanah yang sangat muda dan sangat rentan terhadap
erosi dengan ciri utama adalah tidak adanya perkembangan profil yang nyata. Jenis
tanah ini dapat dijumpai di sekitar kaki Gunung Salak. Tanah golongan ini cukup
produktif bila diimbangi dengan pemupukan dan pengairan yang cukup, akan tetapi
karena keterbatasan kedalaman tanah, kadar liat atau neraca airnya, maka penggunaan
intensif dari area yang luas sangat terbatas (Soepardi, 1983).
Dalam pengembangan aktivitas wisata pada tapak, dibutuhkan pembangunan
fasilitas pendukung wisata. Dalam pembangunan fasilitas pendukung wisata, daya
dukung tanah harus diperhatikan agar keberadaannya tidak menyebabkan kerusakan.
Jenis tanah regosol memiliki daya dukung tanah yang cukup baik dan stabil (Soepardi,
1983) sehingga dapat dilakukan pembangunan fasilitas wisata pada tapak.
4.1.1.4. Topografi dan Kemiringan Lahan
Berdasarkan Peta Rupa Bumi (1999) dan Peta Kemiringan Lahan Bappeda
Kabupaten Bogor (2005), Desa Situdaun berada pada elevasi 257-476 mdp, dengan
bentukan lahan datar hingga berombak (undulating), bergelombang (rolling), berbukit
(hilly) hingga bergunung (mountainous). Area dengan elevasi lebih tinggi berpotensi
dijadikan tempat observasi untuk mengamati pemandangan di dalam tapak dan
sekitarnya. Perbedaan kelas ketinggian tersebut menghasilkan variasi pada kelas
kemiringan lahan. Kemiringan lahan pada tapak dibagi menjadi beberapa kelas
kemiringan, yaitu datar hingga agak landai (0-8 %) : 237,51 ha, landai (8-15 %) : 77,36
ha, agak curam (15-25 %) : 35,1 ha, dan curam (25-45 %) : 21,34 ha. Kelas kemiringan
lahan dapt dilihat pada Gambar 15. Sebagian besar tapak memiliki kelas lereng 0-8 %,
terdapat pada bagian utara. Ke bagian selatan, kelas lereng bervariasi sampai pada kelas
lerang 25-45 %.
Kelas kemiringan pada suatu tapak juga akan berpengaruh pada jenis
penggunaan lahan, kepentingan aktivitas dan intensitas penggunaan lahan, sumberdaya
visual dan estetika, dan pembangunan berbagai fasilitas. Dalam konteks perencanaan
wisata, variasi kemiringan lahan akan mempengaruhi jenis aktivitas wisata dan
membentuk irama perjalanan wisata. Area datar pada tapak berupa dominasi
pemukiman dan fasilitas umum, dan hamparan lahan pertanian dan perikanan.
Umumnya terdapat di bagian utara, timur, dan barat tapak. Area ini memunculkan kesan
luas dan hamparan, tenang, dan monoton sehingga sesuai untuk tipe aktivitas wisata
aktif dan penempatan bangunan dan fasilitas pendukungnya (Gambar 16). Pada area ini
dapat dikembangkan tempat rekreasi dengan mengangkat berbagai aktivitas budidaya
dan kehidupan sosial masyarakat setempat.
Area miring pada tapak berupa dominasi hutan. Area ini dengan elevasi tinggi
memunculkan kesan tantangan, agresif, dan rasa ingin tahu, seperti pada area di sebelah
barat situ (check dam) dan bagian tenggara tapak (Gambar 16). Pada area ini dapat
dikembangkan aktivitas bersifat petualangan dan menantang yang berorientasi alam,
seperti nature trail, scenery observation atapun photohunting dengan penggunaan
struktur fasilitas seminimal mungkin. Perlu diperhatikan bahwa area miring juga
berpotensi mengalami erosi sehingga perlu dilakukan upaya konservasi (Gambar 17).
Bahaya erosi ini dapat diatasi melalui upaya konservasi tanah dan air yang dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu metode vegetatif dan metode mekanik (Arsyad 2000).
Metode vegetatif dilakukan dengan menggunakan tanaman untuk mengurangi daya
rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya rusak aliran air permukaan dan
erosi. Metode ini dapat dilakukan melalui penanaman tanaman yang menutupi tanah
secara terus- menerus, penanaman dalam strip atau dengan melakukan pergiliran tanam.
edangkan metode mekanik berfungsi untuk memperlambat aliran permukaan,
memperbesar infiltrasi ke dalam tanah dan penyediaan air bagi tanaman. Teknik yang
dilakukan dapat berupa pengolahan tanah menurut garis kontur, pembuatan teras yang
baik serta perbaikan drainase dan irigasi.
4.1.1.5. Vegetasi
Gambar 18. Tipikal Konfigurasi Vegetasi pada Tapak: Konfigurasi Vegetasi Linier
(Atas); Konfigurasi Vegetasi Geometrik (Kiri Bawah); Konfigurasi
Vegetasi Alami (Kanan Bawah)
Konfigurasi geometrik adalah konfigurasi vegetasi yang terpola berupa bidang
lahan atau hamparan yang membentuk ruang terbuka yang luas, arah pandangan
menyebar, atau pada bidang-bidang kecil berupa pekarangan yang membentuk ruang-
ruang estetis di area pemukiman. Konfigurasi ini pada hamparan sawah dan kebun yang
dipadu dengan latar belakang Gunung Salak menciptakan good view.
Konfigurasi vegetasi natural adalah konfigurasi vegetasi yang mengikuti
bentukan lahan dan membentuk ruang luas berupa pemandangan lanskap hijau yang
dapat diamati dari area yang lebih tinggi. Jenis vegetasi yang membentuk
tipikal konfigurasi ini berupa dominasi tanaman non-pertanian vegetasi hutan.
4.1.1.9. Tata Guna Lahan
Jenis penggunaan lahan di Desa Situdaun dibedakan menjadi area terbangun
yang terdiri dari pemukiman dan fasilitas umum, dan jalur jalan; area budidaya terdiri
dari sawah, kebun, dan kolam ikan; dan area tak terbangun berupa hutan dan badan air
situ (check dam). Kondisi eksisting penggunaan lahan di Desa Situdaun disajikan pada
Tabel 9. Berdasarkan data tersebut, jenis penggunaan lahan terbesar adalah sawah dan
kebun sebesar 52,28 % dari total keseluruhan luas tapak. Areanya dominan berada di
bagian utara tapak dan tersebar di bagian selatan tapak.
Tabel 9. Kondisi Eksisting Penggunaan Lahan Desa Situdaun
No. Jenis Penggunaan Luas Fungsi
Ha %
1. Area Terbangun a. 29,1 7,84 Ruang aktivitas dan kehidupan
Pemukiman dan
fasilitas umum b. Sawah sosial masyarakat, aktivitas
194,1352,28
dan kebun penunjang pertanian, lahan
c. Kolam ikan 14,7 3,96 produksi utama bagi sebagian
d. Badan jalan 4.1 1,1 besar masyarakat
2. Area Tak Terbangun a.
129,3234,78 Konservasi tanah dan air
Hutan
b. Badan air situ (check 0.14 0,04
dam)
Sumber: Peta Rupa Bumi (1999), Peta Digital Tata Guna Lahan dan Tutupan
Lahan Bappeda Kab. Bogor
(2005), dan Survei Lapang (2006)
Keterangan :
Batas tapak
Jalan aspal
Jalan diperkeras Jalan
tanah Pemukiman
Sawah dan kebun
Kolam Hutan
Situ (check dam)
PERENCANAAN LANSKAP
AGROWISATA Dl DESA
SITUDAUN, KECAMATAN
TENJOLAvYA, KABUPATEN
BOGOR
Sumber:
Peta Rupa Bumi (1999), Peta Digital Tata
Guna Lahan dan Tutupan Lahan Kab.
Bogor (2005), Survei Lapang (2006)
0 2 Kilometers
0.5 1 1.5
Analisis
Data Sintesis
Potensi Kendala
pembenahan
saluran drainase
jalan dengan
memperhatikan
3. Tanah • Tanah latosol di • Drainase tanah kemiringan
• Mengembangkan
bagian utara regosol pertanian di
mempunyaiAnalisispeka terhadap utara sebagai
Data produktifitas terutama pada danSintesis
atraksi
Potensi
baik dan relatif Kendala
miring agrowisata
itu sendiri
subur untuk yang ada
• Pengembangan
pertanian
• Konfigurasi
fasilitas wisata
dibandingkan bagian utara
tanah jenis lainnya.
vegetasi linier • Menjadikan tanah
Tanah regosol pada area
pada jaluruntuk
produktif jalan yang peka erosi
budidaya
membentuk bila sebagai area
diimbangi konservasi
pemupukan
ruang koridor dan Pencegahan
pengairan
dan pengarah yang pada tanah
cukup penanaman
• Kondisi
pandangfisik dengan tipe
cukup stabil perakaran yang
• Konfigurasi
bangunan dan dalam, juga
• Kondisi
geometrik pH 5-7 didukung
ideal bagi pada penyediaan
pekarangan
vegetasielevasi, • Area miring saluran
4. Topografi • Variasi • Area datardrainase
kemiringan yang
kemiringan, dan berpotensi erosi direncanakan
bentukan lahan
membentuk tempat rekreasi
dengan dengan
6. Satwa • ruang-
jenis ruang
Hewan ternak • Hewan ternak dan
berbagai
lahan
dan pada
beberapa budidaya dan
beberapa sosial
jenis
sebagai potensi kehidupan
pembentuk
jenis satwa liartipe masyarakat
satwa liar
aktivitas dan • Area miring
berpotensi
perjalanan dikembangkan
elevasi tinggi
• Area datar pada
dikembangkan dikembangkan
sebagai bagian
berupa aktivitas yang
pemukiman
sebagai bagiandan berorientasi
dari objek dan
fasilitas, lahan seperti nature
dari objekdan
pertanian dan atraksi
scenery
perikanan. Area
atraksi atapun
agrowisata,
7. Hidrologi •miring
Keseluruhan
berupa • Aktivitas intensif • Pembuatan
dengan dan
hidrologi
dominasi pada hutan. masyarakat pada struktur pembenahan
fasilitas
• Lahan
terpolapertanian
dengan (check dam) seminimal
drainase jalan
air
berupa teras berpotensi • Upaya
menggukan
konservasi
mengikuti
dengan baik garis menyebabkan tanah
dan dan air
konstruksi,
kontur di bagian pencemaran air mencegah
tidak pembersihan erosi
erosi,
tenggaragenangan
tapak memicu pusat pemeliharaan
dan banjir konsentrasi secara intensif
• Sumber air
sebagai upaya • Kondisi saluran • Pembangunan
air dan
dan memadai tak terbangun saluran
memenuhi
memperkaya erosi pada permanen
5. Vegetasi • Vegetasi
di area hilir • Tipikal
saluran, • Penataan dan
dengan sistem
• Area situobjek
sebagai (check vegetasi
pendangkalan,
yang ada pengelolaan
penambahan
dam) disetting
atraksi utama penimbunan
terasa kurang cair berupa
vegetasi bak-
guna
sebagai
agrowisata,area saluran
dan berkarakter pengendapan
mempertegas
konservasi
dan citra • Pemanfaatan air penyaringan
konfigurasi
air dengan berbaur dibuang ke
gerbang dan pola alir air yang • Kelas kualitas air
pembatas tidak teratur menjamin
• Kualitas air menyebabkan pegembangan
kelas II tercemar aktivitas kontak
8. Sensuous • Good akustik • Bad akustik • Suara langsung
bising
kolaborasi suara suara bising kendaraan
gesekan daun kendaraan diatasi dengan
tanaman, suara yang melaju efektif, yaitu
angin, dan kecepatan tinggi di membuat rambu
burung di area jalan desa atau papan
(Lanjutan Tabel 15)
51
Analisis Sintesis
Potensi Kendala
dan kebun. • Area pemukiman •Menata ruang
gemericik air padat dan tapak dengan
saluran irigasi, tertata rapi memperhatikan
drainase jalan, menciptakan syarat kebutuhan
kolam-kolam • Di bagian selatan jalan dan
• Hamparan lahan tenggara tapak, elemen
pertanian dan saluran drainase yang menunjang
perikanan tidak berfungsi karakter tapak
aktivitas banyak •Pembuatan dan
masyarakat di rumput pembenahan
dalamnya, yang bad view drainase jalan
dikompilasi • Tidak adanya • Optimalisasi
background untuk akustik dan good
Salak pemandangan view dengan
good view dan sekitarnya mengembangkan
• Pada area di jalur dan ruang
situ (check dam) beserta
terdapat titik untuk menikmati
yang menyajikan pemandangan
pemandangan di dan sekitarnya
dalam tapak dan
sekitarnya
9. Tata guna lahan • Jenis penggunaan • Munculnya gejala•Mengoptimalkan
lahan berupa guna lahan guna lahan yang
kebun, dan dikhawatirkan
ada pada tapak
ikan sebagai meningkatkansebagai
sumberdaya konversi lahan
view atau
perencanaan tapak pemandangan
agrowisata • Laju menarik sebagai
• Keragaman jenis pemukiman objek agrowisata
penggunaan muncul •Pola penggunaan
merupakan tidak terkendali
lahan yang telah
sebagai dalam tapak menjadi panduan
ruang dan view menyebabkan penataan ruang
• Pola penggunaan fungsi lahandengan
lahan relatif telah ada menyesuaikan
dan membentuk kebutuhan dan
ruang dan fungsi ketersediaan
ruang yang •Pengembangan
• Area pemukiman dan atraksi
penduduk yang berorientasi
berdekatan dan kehidupan
sawah, kebun, masyarakat
kolam ikan •Perencanaan
merupakan agrowisata
aktivitas wisata solusi mencegah
berorientasi konversi lahan
dan kehidupan tapak
masyarakat •Pengawasan dan
penertiban
penyimpangan pemanfaatan lahan pada tapak sangat perlu dilakukan
identitas atau ciri khusus tapak dan memberikan fungsi informasi bagi pengunjung,
sehingga dapat menarik minat pengunjung.
b. Ruang Pelayanan
Ruang pelayanan adalah ruang yang berfungsi memberikan kemudahan bagi
pengunjung berupa fasilitas ataupun jasa. Ruang ini terdapat memusat pada suatu
area yang dapat dengan mudah dicapai oleh pengunjung sebelum memasuki ruang
agrowisata, atau pada titik-titik tertentu dalam tapak sebagai rest area.
c. Ruang Transisi
Ruang transisi merupakan ruang persiapan di dalam tapak menuju ruang agrowisata
berupa good view dalam tapak, serta sebagai penunjang aktivitas non pertanian yang
direncanakan dalam tapak.
d. Ruang Masyarakat
Ruang masyarakat merupakan ruang kehidupan masyarakat yang terdapat di dalam
tapak, sehingga dalam perencanaanya tidak mengabaikan ruang ini sebagai bagian
dari perencanaan tapak. Kehidupan masyarakat pertanian menjadi potensi yang dapat
dikembangkan sebagai objek agrowisata.
Ruang Penyangga, sebagai ruang konservasi tanah dan air untuk
mempertahankan kelestarian lingkungan sekaligus mempertahankan fungsi area
tangkapan dan resapan air. Di dalam ruang ini tetap dikembangkan aktivitas wisata
namun hanya bersifat pasif semi intensif.
4.3.2.2. Konsep Aktivitas dan Fasilitas
Pengembangan aktivitas wisata merupakan upaya merangsang apresiasi
pengunjung terhadap tapak. Pengembangan aktivitas wisata akan menciptakan
keragaman jenis aktivitas wisata, sehingga tapak sebagai objek dan atraksi wisata tetap
mampu memacu minat pengunjung. Konsep aktivitas yang dikembangkan berdasarkan
pada keikutsertaan pengunjung dalam aktivitas pertanian dan ruang aktivitas. Aktivitas
agrowisata yang dikembangkan pada tapak dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
56
a. Aktivitas Pertanian
Merupakan jenis aktivitas yang melibatkan pengunjung secara langsung dalam
berbagai aktivitas pada ruang agrowisata (on farm activities). Pengunjung turut serta
secara aktif dalam proses budidaya, mulai dari proses persiapan lahan hingga
menghasilkan produk olahan yang dapat dibawa pulang sebagai buah tangan.
Aktivitas ini akan menghasilkan nilai-nilai pendidikan pertanian dan perikanan yang
diperoleh secara langsung oleh pengunjung.
b. Aktivitas Non Pertanian
Merupakan aktivitas yang lebih rekreatif, dikembangkan tanpa melibatkan
pengunjung secara langsung dalam aktivitas budidaya pada ruang agrowisata (off farm
activities). Nilai-nilai Ketera pendidikan pertanian dan perikanan diperoleh
pengunjung melalui ngan: pengamatan dan pemahaman yang dilakukannya
sendiri.
antar ruang atau dalam ruang itu sendiri secara fungsional, sehingga pengunjung dapat
menikmati seluruh objek dan atraksi yang ditawarkan. Konsep sirkulasi yang
dikembangkan pada tapak terbagi atas jalur sirkulasi wisata yaitu jalur jalur sirkulasi
sepeda, merupakan kombinasi atau memanfaatkan pola dua jalur lainnya. Jalur
tersier adalah jalur khusus yang ditujukan bagi pejalan kaki, menghubungkan antar
ruang dan sub-sub ruang di dalam ruang agrowisata dengan pola memusat menuju pusat
objek dan atraksi agrowisata.
Konsep sirkulasi bagi masyarakat berfungsi sebagai jalur produksi, sebagai
akses masuk dan keluar tapak, dan fungsi ketetanggaan. Sirkulasi ini terbagi atas dua
jalur, yaitu jalur primer sebagai jalur kendaraan produksi dan angkutan umum, dan jalur
sekunder sebagai jalur pejalan kaki penghubung antara ruang-ruang kehidupan
masyarakat serta lahan pertanian dan perikanan. Sebagai penghubung dengan lahan
pertanian dan perikanan, jalur produksi memiliki beberapa kesamaan jalur dengan jalur
pengunjung. Hal ini selain bertujuan memberikan kemudahan dalam mencapai lahan
pertanian dan perikanan, juga memberikan suasana pertanian sebagai penunjang konsep
agrowisata di dalam tapak.
4.3.2.4. Konsep Tata Hijau
Pengembangan tata hijau pada tapak diarahkan sealami mungkin dengan
memperhatikan fungsi pendukung vegetasi dalam membangun kualitas lingkungan agar
bernilai indah, fungsional dan tetap memperhatikan konfigurasi vegetasi eksisiting
alami pada tapak. Fungsi tersebut diterjemahkan ke dalam penataan vegetasi estetis,
pengarah, peneduh, dan konservasi untuk menjaga dan meningkatkan ketersediaan air di
dalam tapak.
Tanaman yang digunakan lebih mengutamakan jenis tanaman eksisiting dan
introduksi jenis vegetasi yang dapat mengkonservasi tanah dan air. Hal ini disebabkan
karena vegetasi ini merupakan elemen lanskap yang sesuai dengan kondisi biofisik
tapak, dan diwujudkan melalui penataan tanaman. Penataan hijau ini juga disesuaikan
dengan tujuan perencanaan, fungsi tanaman dan ruang yang akan dikembangkan
sehingga dapat menampung kegiatan yang ada di dalam tapak. Konsep tata hijau yang
direncakan pada kawasan ini dapat dilihat pada Gambar 34.
11
BLOCK PLAN
u
Keterangan :
Batas tapak.shp Ruang Penerimaan Utama
Ruang Penerimaan Satelit Ruang Pelayanan
Utama Ruang Pelayanan Satelit Ruang Transisi
Ruang Agrowisata Pertanian Ruang
Agrowisata Perikanan Ruang Penyangga
Ruang Masyarakat
PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA Dl DESA
SITUDAUN, KECAMATAN TENJOLAvYA,
KABUPATEN BOGOR
Sumber:
Peta Rupa Bumi (1999), Peta Digital Kemiringan Lahan
Kab. Bogor (2005), Survei Lapang (2006)
0 0.5 1 1.5
2 Kilometers
78
4.4. Perencanaan
Block plan yang telah dihasilkan sebelumnya merupakan hasil pengembangan
konsep, analisis berbagai aspek pembentuk tapak, dan hasil overlay beberapa peta yang
diperoleh. Dari hasil block plan ini kemudian dilakukan pengembangan ruang-ruang
aktivitas wisata, pembentukan jalur bagi pengunjung dan masyarakat, dan penyediaan
fasilitas pendukung aktivitas wisata, dan keperluan tata hijau pada tapak.
4.4.1. Rencana Ruang
Rencana zonasi ruang pada tapak bertujuan untuk mengakomodasi kebutuhan
pengunjung dan masyarakat, sehingga tercapai fungsi ruang yang akan dikembangkan.
Rencana ruang terbagi atas tiga ruang tujuan wisata, yaitu ruang agrowisata, ruang
pendukung agrowisata, dan ruang penyangga.
Ruang Agrowisata, merupakan ruang tempat berlangsungnya atraksi
agrowisata. Atraksi yang dikembangkan merupakan pengembangan potensi pertanian
dan perikanan yang dimiliki tapak, sehingga ruang ini terbagi atas sub ruang agrowisata
pertanian, dan perikanan.
a. Ruang Agrowisata Pertanian
Pada ruang agrowisata pertanian, wisata yang akan dikembangkan adalah wisata
tanaman padi dan sayuran, sehingga sub ruang yang dikembangkan adalah sub ruang
sawah dan kebun, sub ruang budidaya, sub ruang pasca panen, sub ruang penjualan, dan
sub ruang teknologi pertanian.
k^nglgl^^
'■ ■ __ 7^ - ~.. ryv r-v -
-V-
Pada ruang agrowisata perikanan, wisata yang akan dikembangkan adalah wisata
ikan. Ruang-ruang yang dikembangkan adalah sub ruang kolam ikan, sub ruang
budidaya, sub ruang pasca panen, sub ruang penjualan, dan sub ruang teknologi
perikanan.
Sub ruang kolam ikan merupakan ruang bagi petani dalam melakukan aktivitas
budidaya, sehingga pengunjung dapat melakukan pengamatan terhadap proses budidaya
ikan. Sub ruang budidaya merupakan ruang bagi pengunjung untuk dapat terlibat secara
langsung melakukan aktivitas budidaya, seperti persiapan kolam, pembibitan,
pembenihan, pendederan, pembesaran, dan panen hasil. Pada sub ruang pasca panen,
pengunjung dapat mengikuti proses sortir dan pengemasan produk. Pada sub ruang
penjualan merupakan tempat untuk membeli ikan segar dan benih ikan hasil
pendederan. Pada sub ruang teknologi perikanan, pengunjung dapat pula mengetahui
serta mempelajari teknologi pertanian yang digunakan petani.
b. Ruang Pelayanan
Ruang pelayanan merupakan ruang yang berfungsi memberikan kemudahan
serta kenyaman bagi pengunjung. Ruang pelayanan utama direncanakan untuk
diletakkan terpusat pada bagian depan tapak setelah ruang penerimaan utama. Tujuan
pemilihan lokasi ini adalah agar ruang mudah diakses oleh pengunjung maupun calon
pengunjung dan arah perjalanan wisata terpola dari arah utara ke selatan. Pada ruang
pelayanan utama, pengunjung maupun calon pengunjung dapat mengetahui informasi
wisata pada tapak, sehingga dapat menarik minat untuk mengunjungi objek dan atraksi
agrowisata pada tapak secara langsung. Selain ruang pelayanan utama, terdapat juga
ruang pelayanan satelit yang diletakkan pada masing-masing sub ruang agrowisata serta
menyebar di dalam tapak berupa rest area, sehingga memberikan kemudahan dan
kenyamanan bagi pengunjung.
pedesaan.
Gambar 39. Ilustrasi Ruang Transisi : Pemukiman (Kiri) dan Aktivitas Budidaya
(Kanan)
( Sumber : http://images.google.co.id/images?q=farm%20actvity
%btnG=Cari&hl=&tab=ni)
d. Ruang Masyarakat
Perencanaan ruang masyarakat memperhatikan ruang tersebut sebagai ruang
kehidupan di dalam tapak. Pemukiman dibatasi hingga tidak menyebar ke dalam lahan
pertanian dan perikanan, sehingga dapat mengakibatkan alih fungsi lahan dan memicu
degradasi kualitas lingkungan. Karakteristik masyarakat yang terbuka sebagai nilai
penting yang berpotensi dalam pengembangan pemukiman masyarakat sebagai
homestay bagi pengunjung yang ingin menikmati suasana lingkungan pedesaan.
Pengembangan ruang masyarakat sebagai pendukung agrowisata tetap memperhatikan
pemukiman sebagai ruang pribadi masyarakat, sehingga pengembangannya adalah
sebagai ruang aktivitas agrowisata semi instensif.
Ruang Konservasi
Merupakan ruang dalam tapak yang berfungsi sebagai ruang konservasi tanah
dan air, dan fungsi mempertahankan tapak sebagai area tangkapan dan resapan air.
Ruang penyangga pada tapak merupakan hutan dan badan air situ (check dam), dan area
dengan kemiringan curam yang berbahaya, sehingga perlu dikonservasi. Hutan di dalam
tapak dapat meningkatkan suplai udara segar dan kenyamanan serta memberikan fungsi
hidrologis dalam menjaga suplai air.
Rencana ruang keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 41.
4.4.2. Rencana Aktivitas dan Fasilitas
Ruang Agrowisata
Ruang agrowisata yang direncanakan pada tapak, mencakup ruang agrowisata
pertanian dan ruang agrowisata perikanan.
a. Ruang Agrowisata Pertanian
Di dalam ruang ini, aktivitas aktif yang dikembangkan adalah keikutsertaan
pengunjung dalam proses budidaya, dari mulai persiapan lahan, penanaman hingga
panen, seperti membajak sawah dengan traktor atau kerbau, menanam padi dan sayuran,
pemupukan, dan panen hasil; dan aktivitas pasca panen seperti aktivitas sortir,
pengolahan, dan pengemasan produk.
Sedangkan untuk aktivitas pasif berupa pengamatan keragaman jenis tanaman
pertanian, pengamatan aktivitas budidaya oleh petani, mengenal beragam peralatan
budidaya pertanian, membeli produk segar hasil panen dan produk olahannya, membeli
benih tanaman, bermain di kubangan, jalan santai menikmati pemandangan, buffalo
rides, membuat orang-orangan sawah, memancing belut, photohunting, istirahat,
mengkonsumsi produk olahan.
Berkaitan dengan berbagai aktivitas tersebut di atas, fasilitas yang disediakan
berupa sawah dan kebun sayuran, lahan percobaan, peralatan budidaya, ruang
pengolahan dan pengemasan, gudang peralatan, papan informasi, family athering area,
tempat duduk, saung petani, saung istirahat, restoran tradisional.
83
RENCANA RUANG
u
Keterangan :
Batas tapak
Ruang Penerimaan Utama (1,14 ha) Ruang Penerimaan
Satelit (0,14 ha) Ruang Pelayanan Utama (2,24 ha) Ruang
Pelayanan Satelit (0,64 ha)
Ruang Transisi (16,09 ha)
Ruang Agrowisata Pertanian (121,23 ha) Ruang
Agrowisata Perikanan (20,92) Ruang Konservasi (186,49
ha)
Ruang Masyarakat (22,42 ha)
PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA Dl DESA
SITUDAUN, KECAMATAN TENJOLAvYA,
KABUPATEN BOGOR
Sumber:
Peta Rupa Bumi (1999), Peta Digital Kemiringan Lahan
Kab. Bogor (2005), Survei Lapang (2006)
Gamb ar 46. Ilustrasi Papan Penunjuk Arah (Kiri) dan Information Board (Kanan)
(Sumber: http://images.google.co.id/images?q=information
%20board&btnG=Cari&hl=id&sa=N&=wi)
b. Ruang Pelayanan
Sebelum memasuki ruang agrowisata, pengunjung dapat memperoleh pelayanan
wisata di ruang pelayanan utama yang terdapat dekat dengan lokasi ruang penerimaan
utama. Ruang pelayanan utama adalah murupakan yang lokasinya terpisah dari
keseluruhan ruang agrowisata. Ruang pelayanan satelit diletakkan menyebar pada titik-
titik tertentu di dalam tapak, terutama pada masing-masing sub ruang agrowisata. Ruang
ini berfungsi sebagai rest area bagi pengunjung.
Aktivitas yang dikembangkan pada ruang pelayanan utama adalah aktivtas pasif,
yaitu istirahat, makan dan minum, belanja souvenir, akses informasi, membeli tiket,
menginap, memarkir kendaraan, memperoleh kenderaan khusus wisata, penyewaan
sepeda, beribadah. Berkaitan dengan aktivitas tersebut, fasilitas pelayanan yang dapat
dijumpai berupa saung istirahat, restoran tradisional, kios, papan informasi (peta tapak
dan informasi wisata), information corner, loket tiket, penginapan, tempat parkir,
fasilitas kenderaan khusus wisata, tempat penyewaan sepeda, telepon umum, musholla,
toilet. Aktivitas pada ruang pelayanan satelit direncakan memiliki jenis kegiatan yang
tidak jauh berbeda dengan ruang pelayanan utama, tetapi pada ruang ini tidak terdapat
fasilitas penginapan dan penyewaan sepeda.
c. Ruang Transisi
Ruang ini merupakan ruang di dalam tapak sebagai ruang persiapan menuju
ruang agrowisata. Ruang ini berupa deretan pemukiman, hamparan sawah, kebun, dan
kolam ikan, dan aktivitas budidaya di dalamnya. Aktivitas yang dikembangkan adalah
aktivitas pasif berupa aktivitas jalan santai, bersepeda, duduk dan beristirahat serta
menikmati pemandangan. Fasilitas yang disediakan berupa saung istirahat dan tempat
duduk dengan objek pemandangan alam yang menarik, jalur bagi pengguna sepeda dan
pejalan kaki (trotoar).
Gambar 47. Ilustrasi Aktivitas di Ruang Transisi
d. Ruang Masyarakat
Ruang masyarakat berpotensi dikembangkan sebagai objek dan atraksi wisata
yang dapat ditawarkan kepada pengunjung. Pola kehidupan dan aktivitas masyarakat
desa menjadi hal yang menarik yang dapat ditawarkan kepada pengunjung. Sifat
masyarakat yang cenderung terbuka memungkinkan untuk mengembangkan fasilitas
tempat tinggal sebagai fasilitas home stay bagi pengunjung. Sebagai ruang pribadi
masyarakat, aktivitas wisata yang dilakukan tidak direncanakan secara intensif.
Pengembangan aktivitas pada ruang ini berupa aktivitas pasif semi intensif, seperti
mengenal kehidupan petani dan masyarakat, dan bermalam di pemukiman penduduk.
e. Ruang Konservasi
Pada ruang konservasi aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas pasif dan
berorientasi pada alam berupa bersepeda, nature trail, viewing dengan berjalan-jalan
menikmati keindahan dan menghirup udara segar, scenery observation, dan
photohunting. Fasilitas yang disediakan adalah jalur sepeda, track alami, saung istirahat,
tempat duduk, observation deck, dan teropong.
Tabel 16. Pengembangan Ruang, Aktivitas dan Fasilitas Agrowisata Intensitas Aktivitas Fasilitas
Tipe Aktivitas
Ruang______________Sub Ruang__________Aktivitas__________________
A. Ruang Agrowisata
Intensif dan semi Sawah dan
Aktif dan pasif
1. Ruang • Sawah dan kebun • Pengamatan keragaman jenis kebun sayuran, lahan
Agrowisata sayuran tanaman pertanian intensifpercobaan, peralatan
Pertanian • Budidaya tanaman • Pengamatan aktivitas budidaya
padi dan sayuran oleh petani
budidaya,
• Pasca panen • Mengikuti aktivitas budidaya, ruang
• Penjualan produk seperti membajak sawah dengan pengolahan dan
pertanian traktor atau kerbau, menanam padi
• Teknologi dan sayuran, pemupukan, dan pengemasan,
budidaya pertanian panen hasil gudang
• Mengikuti aktivitas pasca panen,
seperti aktivitas sortir, pengolahan, peralatan, papan
dan pengemasan produk informasi,
• Membeli produk segar hasil panen
maupun produk olahan, benih family gatherig
tanaman area, tempat
• Mengenal beragam peralatan
budidaya pertanian
duduk, saung
• Jalan santai menikmati pemandangan, petani, saung
bermain di kubangan, buffalo rides,
membuat orang-orangan sawah,
istirahat,
memancing belut, photohunting, restoran
istirahat, mengkonsumsi produk tradisional
olahan
Intensif Kolam ikan, kolam
Aktif dan pasif
2. Ruang • Kolam ikan • Pengamatan keragaman jenis ikan percobaan,
Agrowisata • Budidaya ikan air air tawar
Perikanan tawar • Pengamatan aktivitas budidaya kolam
• Pasca panen oleh petani pemancingan,
• Penjualan produk • Mengikuti aktivitas budidaya ikan, saung
perikanan seperti menyiapkan kolam,
pemancingan,
peralatan budidaya, ruang pengolahan dan pengemasan produk,
gudang peralatan, papan informasi,
89
RENCANASIRKULASI
u
Keterangan :
Batas tapak
Jalur masyarakat
Jalur pengunjung ® Akses masyarakat (J)
Akses masyarakat dan pengunjung Ruang
penerimaan utama Ruang penerimaan satelit
Ruang pelayanan utama Ruang pelayanan satelit
Ruang transisi Ruang agrowisata pertanian Ruang
agrowisata perikanan Ruang masyarakat Ruang
konservasi
PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA Dl
DESASITUDAUN, KECAMATAN
TENJOLAvYA, KABUPATEN BOGOR
Sumber:
Peta Rupa Bumi (1999), Peta Digital Tata Guna Lahan
dan Tutupan Lahan Kab. Bogor (2005), Survei Lapang
(2006)
Keterangan :
Batastapak
Jalursirkulasi
Estetis
Pengar
ah
Penedu
h
Produk
si
Konser
vasi
PERENCANAAN LANSKAP
AGROWISATA Dl DESA
SITUDAUN, KECAMATAN
TENJOLAvYA, KABUPATEN
BOGOR
Sumber:
Peta Rupa Bumi (1999), Peta Digital
0 0.5 1 1.5 2 Kilometers Kemiringan Lahan Kab. Bogor(2005),
Survei Lapang (2006)
Fungsi
No.Nama Lokal
Nama Latin ■ 12 3 4
10.Balancing Diffenbachia sp. ••
11.Kaki laba-laba Osmoxylum lineare •••
12.Dracena Dracaena sp. •
13.Pohon pangkas Duranta repens •••
14.Terang bulan Duranta variegata •••
15.Euphorbia Euphorbia lactea ••
17.Talas-talasan Homalomena sulcata •••
18.Pacar air Impatiens sp. •
19.Lantana Lantana camara •••
20.Kemuning Murayya paniculata ••
21.Lolipop Pachystachys lutea •
22.Patah tulang Padilantus pringlei •
23.Cendrawasih Phyllanthus niruri ••
24.Pilodendron daun besar Philodendron selloum •
25.Pilodendron daun kecil Phillodendron xanadu •
26.Azalea Rhododendron sp. •••
27.Lidah mertua Sanseviera trfasciata •
28.Walisongo Schefflera arboricola ••
29.Spatipilum Spathiphyllum wallisii •
30.Zamia Zamia sp. •
C.Penutup Tanah
1.Suplir Adiantum capillusveneris • •
2.Agave Agave agustifolia •
3.Krokot Alternanthera ficoides ••
4.Asparagus Asparagus sp. •
5.Begonia Begonia spp. •
6.Calatea Calathea spp. ••
7.Janggut musa Callisia repens •
8.Kucai jepang Carex marrowii •••
9.Lili paris Chloropyitum cosmosum • • •
10.Taiwan beauty Cuphea sp. ••
11.Lili kuning Hemerocallis aurantica •••
12.Bakung hias Hymenocallis caribaeae • •
13.Lili Lilium longifiolium •••
14.Maranta
(Lanjutan Tabel 17) Maranta leuconeura •
15.Paku jejer Nephrolepis exaltata • • Fungsi
No.Nama Lokal
16.Ophiopogon Nama Latin
Ophiopogon jaburan •1 2 3 4
17.Pandan wangi Pandanus amarylifolia •
27.Cuban zephyr
18.Pandan lily
variegata Zypheranthus
Pandanus rosea
pygmaeus • ••
D.Rumput
19.Petunia Petunia hybrida •
1.Rumput
20.Sutra paetan
bombay Axonopus
Portulaca compressus • ••
grandiflora •
2.Rumput
21.Adam hawa paetan mini Axonopus
Rhoeo discolor compressus •• • •
3.Rumput
22.Ruelia kawat Cynodon dactylon
Ruelia malacosperma • • •
4.Rumput manila
23.Rumput gondrong Zoysia matrella
Scirpus grossus •• • •
E.Tanamantanah
24.Anggrek Merambat Spathoglotis
1.Alamanda Allamandaplicata
cathartica • • •
25.Serunai rambat
2.Mandevila. Widelia biflora
Mandevilla sp. • •• •
26.Rumput belang Zebrina pendula ••
3.Monstera Monstera sp. •
4.Pasiflora Passiflora foetida • •
5.Pilodendron kuning Phillodendron •
6.Dolar-dolaran Picus repens •
7.Sirih belanda Scindapsus aureus •
8.Tunbergia Thunbergia •
Keterangan: grandiflora
1: Fungsi Estetis; 2: Fungsi Pengarah; 3: Fungsi Peneduh; 4: Funsi
Konservasi
99
Keterangan
1 : Enterance Points
2,3,4 : Tour Objects
Points