Anda di halaman 1dari 60

22

LAPORAN KAJIAN

PERENCANAAN LANSKAP AGROECOEDUWISATA


SEAMEO BIOTROP – PKHT IPB

Oleh:
Armaiki Yusmur, M.Si
I. PENDAHULUAN
SEAMEO BIOTROP merupakan salah satu center dibawah koordinasi Organisasi
Menteri-menteri Pendidikan se-Asia Tenggara (South East Asian Minister of Education
Organization-SEAMEO) yang didirikan secara resmi pada tanggal 6 Februari 1968.
Sesuai tupoksi dan mandat yang diberikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, SEAMEO BIOTROP memiliki tanggung jawab untuk
melaksanakan penelitian, pengembangan sumber daya manusia dan diseminasi
informasi. Dalam perkembangan perjalanan SEAMEO BIOTROP, seiring usianya yang
telah 52 tahun, SEAMEO BIOTROP telah banyak mengembangkan teknologi dan
inovasi terapan yang dapat dimanfaatkan masyarakat umumnya dan dunia pendidikan
khususnya. Setiap tahun terdapat 5000 orang yang berkunjung dan 300
siswa/mahasiswa yang melakukan praktik lapangan dan penelitian. Hal ini didukung
karena SEAMEO BIOTROP memiliki fasilitas yang dapat dinikmati pengunjung, siswa
yang melakukan penelitian dan magang serta untuk berbagi kepada masyarakat.
SEAMEO BIOTROP berada di area yang luasnya sekitar 12 ha yang sangat tenang dan
nyaman yang merupakan lokasi yang sangat strategis untuk kegiatan pendidikan dan
pembelajaran.
Dalam meningkatkan visibilitasnya sebagai pusat teknologi dan inovasi biologi
tropika, SEAMEO BIOTROP bermaksud mengembangkan sarana dan prasarana yang
ada agar dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. Salah satu rencana yang
akan dikembangkan adalah area eco edu wisata.
Eco Edu Wisata merupakan gabungan wisata yang memanfaatkan landskap
(ecopark) dan wisata teknologi (eduwisata) berbasiskan pertanian (agrowisata) sebagai
atraksi wisata bagi pengunjungnya. Dalam konteks landskap perkotaan, prinsip Ecopark
adalah model pengelolaan landskap yang memperhitungkan keberlanjutan ekosistem di
dalam wilayah tersebut (Brundtland, 1987). Sementara itu eduwisata berupa agrowisata
merupakan rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan sektor pertanian, antara lain
perkebunan, ladang pembibitan dan laboratorium (Wardani, 1997). Pengembangan eco
edu wisata ini diharapkan memiliki manfaat antara lain:
- Membina keselarasan hubungan antara manusia dan lingkungannya melalui
upaya pemanfaatan potensi alam untuk tujuan wisata dengan
mempertimbangkan aspek kelestarian alam dan lingkungan, kondisi sosial
ekonomi, budaya dan keinginan pengunjung;
- Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan.

II. TUJUAN
Kegiatan pembuatan site plan eco edu wisata SEAMEO BIOTROP bermaksud
untuk merancang kegiatan eco edu wisata di dalam area kampus SEAMEO BIOTROP
yang ramah untuk pengunjung baik bagi pengunjung secara umum dan untuk
pengunjung inclusive khususnya.
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah:
1. Menganalisis landskap SEAMEO BIOTROP-PKHT IPB sebagai perencanaan
pembuatan eco edu wisata berbasiskan inclusive;
2. Merencanakan dan merancang area eco edu wisata dengan konsep eco edu
wisata berbasiskan inclusive sebagai sarana edukasi berbasiskan wisata
teknologi dan pertanian;
3. Membuat perencanaan site plan eco edu wisata SEAMEO BIOTROP.

III. HASIL ANALISA DAN PERANCANGAN PERENCANAAN


III.1. Data dan Analisa Lokasi
III.1.1.Aspek Biofisik
III.1.1.1. Letak, Luas, dan Aksesibilitas
Secara administratif, SEAMEO BIOTROP berada dalam wilayah Kelurahan
Pakuan, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi kajian
meliputi seluruh area di kampus SEAMEO BIOTROP dan Kampus PKHT- IPB yang
beralamat di Jalan Raya Tajur Km. 6, Kota Bogor. Kawasan perencanaan ini berada
dikawasan yang sangat strategis dengan jarak 4 km dari pusat Kota Bogor dan juga dari
Ciawi. Dengan adanya potensi ini kawasan wisata ini diharapkan dapat memenuhi
segala fungsi dan aktivitas yang ada di dalamnya. Lokasi berbatasan dengan :
- Utara : Pemukiman penduduk dan Perumahan Pakuan
- Selatan: Perumahan Royal Tajur
- Timur : Pemukiman penduduk dan Mal
- Barat : Pemukiman penduduk dan Perumahan Montecarlo

Gambar x. Foto citra satelit lokasi kajian


Lokasi untuk pembuatan site plan dengan tema Agroecoeduwisata untuk Inclusive
merupakan kawasan yang memiliki fasilitas yaitu:
- Luas area SEAMEO BIOTROP 12 Ha dan PKHT-IPB 8 Ha
- Terdapat dormitori untuk penginapan
- Memiliki akses yang strategis, dekat dengan pusat perbelanjaan dan perumahan.
- Memiliki fasilitas antara lain Hidroponik dan Aquaponik, Arboretum,
Laboratorium, area produksi kompos, kebun buah, kebun pembibitan, gedung
pertemuan/ruang seminar.

Batas di sebelah timur dan barat tapak merupakan batas alami yang jelas, yaitu
badan air Sungai Cihideung dan Cinangneng. Sedangkan batas sebelah utara dan selatan
hanya berupa patok batas berdimensi kecil di sisi jalan sehingga sering luput dari
pandangan dan tapak terkesan berbaur dengan area sekitarnya (Gambar 4). Keberadaan
gerbang penanda diperlukan sebagai penciri identitas dan informasi bagi pengunjung
ketika memasuki tapak. Gerbang penanda dapat dibangun di batas sebelah utara, barat,
dan selatan karena merupkan jalur keluar masuk pengguna tapak.Luas tapak sebesar
371,31 hektar; terdiri dari 6 kampung, yaitu Kampung Cikupa, Cikupacaringin,
Pasiripis, Situdaun, Situdaunsemper, dan Babakan Situdaun; terbagi dalam 4 Rukun
Warga (RW) dan 20 Rukun Tetangga (RT). Letak tapak memang sangat strategis karena
dekat dan berada di antara beberapa objek wisata lainnya, seperti Kawasan
Agroedutourism Kampus IPB Dramaga. Secara umum, tapak memiliki sumberdaya
alam yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek dan atraksi agrowisata. Tapak
merupakan daerah penghasil padi, sayuran, dan ikan air tawar. Selain itu, tapak
merupakan area yang sangat luas dengan bentang alam lahan pertanian dan perikanan
dengan latar belakang Gunung Salak sehingga dapat mendukung berkembangnya tapak
sebagai kawasan agrowisata.

Kondisi jalan sampai Jalan Raya Dramaga berupa jalan arteri dengan lebar 6 m,
sedangkan Jalan Cibanteng Proyek dan jalan Desa Cinangneng sampai ke jalan desa
Cideung Udik berupa jalan lokal aspal dengan lebar 4 m. Akses menuju tapak
merupakan jalur sirkulasi dua arah dan dapat dilalui angkutan umum maupun
kendaraanp pribadi roda dua dan empat.

Gambar 5. Pencapaian Lokasi Studi


Akses ke dalam tapak dapat dilalui dari empat arah sebagai jalur masuk. Pertama dari
arah utara (jalan Desa Cihideung Udik), kedua dari arah selatan (jalan Desa Gunung
Malang), ketiga dari arah timur (jalan Desa Purwasari), dan keempat dari arah barat
(jalan Desa Cinangneng). Kondisi jalan dari arah utara, selatan, dan barat berupa jalan
lokal aspal dengan lebar 4 m, sedangkan kondisi jalan dari arah timur berupa jalan tanah
berbatu dengan lebar 3 m. Jalan di dalam tapak berupa jalan lokal aspal dengan lebar 4
m, jalan yang diperkeras dan jalan tanah berbatu dengan lebar 3 m (Gambar 6).
Sirkulasi di dalam tapak berupa sirkulasi linear membentuk pola simpul dari arah utara
ke selatan dengan beberapa percabangan jalan menyebar ke tepi tapak. Akses ke dalam
dan di dalam tapak merupakan jalur sirkulasi dua arah dan dapat dilalui angkutan umum
maupun kendaraan pribadi roda dua dan empat, kecuali jalan tanah berbatu yang hanya
dapat dilalui kenderaan roda dua.
Gambar 6. Jalan di dalam Tapak: Jalan Aspal (Kiri); Jalan Diperkeras (Kanan)

Kemudahan dalam pencapaian lokasi merupakan salah satu syarat dalam


perencanaan agrowisata. Meskipun letak tapak yang cukup jauh dari pusat kota, namun
dengan adanya fasilitas angkutan umum dan jalur jalan yang cukup baik, setidaknya
mampu memberikan akses bagi pengunjung menuju tapak (Gambar 7). Jalur jalan
sampai ke Jalan Raya Dramaga biasa dilalui oleh kendaraan dengan intensitas
penggunaan tinggi sehingga seringkali menimbulkan kemacetan lalu lintas. Kondisi
Jalan Cibanteng Proyek dan jalan Desa Cinangneng sebagai jalur masuk terdekat
menuju tapak cukup sempit bagi kenderaan besar, penggunaan jalan berbaur, terdapat
pangkalan ojek yang mengambil ruang badan jalan, padat pemukiman, di beberapa titik
kondisinya berlubang dan tergenang, dan tanpa pedestrian (Gambar 8). Kondisi yang
hampir sama dengan jalan di dalam tapak, bahkan di area miring minim fasilitas
pengaman sehingga beresiko bagi keselamatan dan keamanan serta kenyamanan
pengguna tapak.

Gambar 8. Jalur Masuk Terdekat Menuju Tapak: Jalan Cibanteng Proyek (Atas); Jalan
Desa Cinangneng (Bawah)
Untuk mempermudah akses menuju tapak, perlu dilakukan pengaturan akses
masuk dan keluar yang dilengkapi dengan papan informasi dan penunjuk arah. Jalan
Cibanteng Proyek dapat difungsikan sebagai jalur masuk menuju tapak, sedangkan jalan
Desa Cinangneng sebagai jalur keluar menuju tapak. Sedangkan untuk akses ke dalam
tapak juga perlu dilakukan pengaturan akses masuk dan keluar ke dalam tapak yang
dilengkapi dengan gerbang penanda, papan nama, papan informasi dan penunjuk arah.
Perbaikan fisik jalan dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas jalan, yaitu dengan
perbaikan dan pelebaran badan jalan, membangun jalur pedestrian, menyediakan
fasilitas pengaman berupa papan peringatan dan pembatas jalan, diperlukan
meningkatkan keselamatan dan keamanan serta kenyamanan pengguna tapak.

III.1.1.2. Iklim
Iklim suatu tempat merupakan keadaan setimbang sejumlah faktor-faktor tidak
tetap pembentuk sistem iklim yang saling mempengaruhi satu sama lain (Laurie, 1994).
Iklim merupakan salah satu penentu kenyamanan di dalam perencanaan lanskap suatu
tapak. Beberapa komponen pembentuk sistem iklim tersebut terdiri dari suhu,
kelembaban udara, curah hujan, hari hujan, suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan
intensitas penyinaran.
Data iklim diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II
Stasiun Klimatologi Kelas I Darmaga Bogor. Data iklim lokasi studi berada pada
elevasi 190 - 500 m dpl, dengan letak astronomis antara 6030'45" LS dan 106°45'n5"
BT. Data iklim yang diperoleh adalah data iklim tahunan, dengan tahun pengukuran
2002-2006 (Tabel 2).
Tabel 2. Data Iklim Desa Pakuan Tahun 2002-2006
T ahun 2002 - 2006
PARAMETER ----------------------------------------------------------
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Suhu udara 25,5 25,3 25,9 26,2 26,2 25,7 25,7 25,7 25,8 26,2 26,1 25,8
rata-
Suhurata (0
udara 31,8 31,4 32,9 33,1 32,7 32,4 32,4 33 33,5 33,8 33,3 32,4
maks. ( C)
0
Suhu udara 22,1 21,7 22,3 22,4 21,7 20,9 20,9 20,8 21,2 21,2 22,1 21,9
min.
Kelembaban 88 89 86 86 84 83 81 78 78 80 85 87
udara
Curah(%)
hujan 484 475 405 400 375 311 199 168 245 326 384 366
(mm)
Hari hujan 25 27 25 25 20 16 15 11 15 17 25 27
Intensitas 44 37 56 66 72 75 80 87 81 78 64 42
penyinaran
Kecepatan 2,4 2,4 2,4 2,2 1,9 1,8 1,8 2,4 2,5 2,3 2,0 2,2
angin
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Stasiun
Klimatologi Kelas I Darmaga (2006)

Berdasarkan data iklim tersebut diperoleh gambaran kondisi iklim Desa Pakuan
yaitu :
- Suhu rata-rata tahunan : 25,8 oC
- Kelembaban udara rata-rata tahunan : 84 %
- Curah hujan tahunan : 4.137 mm/tahun
- Jumlah hari hujan rata-rata tahunan : 248 hari
- Intensitas peninaran matahari rata-rata tahunan : 65,1 %
- Kecepatan angin rata-rata tahunan : 2,2 km/jam
Suhu rata-rata tahunan tapak adalah 25,8 C dengan fluktuasi suhu rata- rata
0

minimum tahunan 25,3 0C pada bulan Februari, dan suhu rata-rata maksimum tahunan
26,2 0C pada bulan April, Mei, dan Oktober. Secara umum, kondisi suhu di dalam tapak
dikategorikan ideal bagi penggunanya karena kisaran suhu yang nyaman bagi manusia
adalah antara 27-28 0C (Laurie, 1984). Kelembaban udara rata-rata tahunan pada tapak
adalah 84 % dengan fluktuasi kelembaban terendah 78 % terjadi pada Bulan Agustus
dan September, dan kelembaban tertinggi 89 % pada bulan Februari. Kelembaban udara
yang cukup tinggi ini menyebabkan ketidaknyamanan bagi manusia untuk beraktivitas
karena terhambatnya penguapan air dalam tubuh sehingga panas tubuh meningkat dan
menimbulkan rasa cepat lelah. Keadaan ini perlu diatasi dengan melakukan pendekatan
kelembaban ideal dan mempertahankan suhu bagi manusia agar pengguna tapak merasa
nyaman, seperti memanfaatkan angin.
Angin dapat dimanfaatkan untuk merubah kelembaban dan suhu tapak, yaitu
dengan menggunakan vegetasi yang disusun mengikuti atau tidak memotong arah angin
(Brooks, 1988). Hal ini disebabkan oleh adanya evaporasi dan penutupan dari kanopi
vegetasi (Gambar 9). Elemen lanskap lainnya yang dapat digunakan untuk merubah
kelembaban dan suhu adalah air. Air dapat memberikan dampak pada suhu udara yang
panas melalui proses penguapan sehingga dapat memberikan rasa sejuk dan nyaman
bagi pengguna yang berada di sekitarnya.
Menurut Laurie (1994), kisaran suhu dikategorikan nyaman bagi manusia untuk
beraktivitas adalah 27 0C-28 0C, dengan kelembaban udara berkisar 40-75 %. Nilai THI
(Temperature Humidity Indeks)<27 berarti iklim tersebut nyaman untuk daerah tropis.
Indeks Kenyamanan manusia (Temperature Humadity Index) pada tapak dapat dihitung
dengan menggunakan Persamaan Kuantifikasi Kenyamanan, yaitu : THI = 0,8T+
(RH.T)/500, (THI : Temperature Humadity
Index, T : suhu udara, dan RH : kelembaban udara). Hasil perhitungan menunjukkan
nilai THI pada tapak berkisar 24,7-25,4 (Tabel 3). Hal ini mengindikasikan bahwa tapak
dikategorikan nyaman bagi manusia untuk melakukan aktivitas (comfort zone).

Tabel 3. Nilai THI Desa Pakuan


Bulan T (0C) RH (%) THI
Januari 25.5 88 24.9
Februari 25.3 89 24.7
Maret 25.9 86 25.2
April 26.2 86 25.4
Mei 26.2 84 25.4
Juni 25.7 83 24.8
Juli 25.7 81 24.7
Agustus 25.7 78 24.5
September 25.8 78 24.6
Oktober 26.2 80 25.1
Nopember 26.1 85 25.3
Desember 25.8 87 25.1
Sumber: Perhitungan THI = 0,8T+(RH.T)/500 (Laurie, 1994)

Curah hujan tahunan pada tapak adalah 4.137 mm/tahun dengan fluktuasi curah
hujan terendah 168 mm pada bulan Agustus, dan tertinggi 484 mm pada bulan Januari.
Jumlah hari hujan rata-rata tahunan 248 hari. Hari hujan terendah 11 hari terjadi pada
bulan Agustus, dan tertinggi 27 hari pada bulan Februari dan Desember. Curah hujan
yang tinggi merupakan potensi bagi suplai air tanah dan sumber ketersediaan air situ
(check dam), suplai air untuk budidaya pertanian dan perikanan, dan tumbuh
berkembangnya vegetasi. Curah hujan yang tinggi juga dapat menimbulkan aliran air
permukaan yang terkonsentrasi di badan jalan di area miring yang kondisi saluran
drainasenya tidak berfungsi baik dan banyak ditumbuhi rumput sehingga jalan menjadi
lebih licin. Hal ini berpotensi mengancam keselamatan dan keamanan pengguna tapak,
seperti pada area di sebelah barat situ (check dam) dan bagian tenggara hingga selatan
tapak.
Intensitas penyinaran matahari rata-rata tahunan pada tapak adalah 65,1 %
dengan fluktuasi intensitas penyinaran terendah 37 % pada bulan Februari, dan tertinggi
87 % pada bulan Agustus. Intensitas penyinaran berpengaruh pada nilai suhu tapak, dan
berpengaruh pada pertumbuhan vegetasi sehingga komponen pembentuk iklim ini perlu
diperhatikan dalam proses perencanaan.
Menurut Brooks (1988), untuk mengontrol sinar matahari dapat digunakan
vegetasi, elemen arsitektur, dan tata letak bangunan (Gambar 11). Vegetasi dapat
menghasilkan bayangan dan dapat mengurangi radiasi matahari, baik secara langsung
atau dipantulkan dari bangunan. Transmisi sinar matahari pada vegetasi dapat dilihat
pada Gambar 12. Penggunaan vegetasi perdu, penutup tanah, dan rumput juga dapat
digunakan untuk mengurangi pantulan sinar matahari pada permukaan tanah.
Gambar 12. Transmisi Sinar Matahari pada Vegetasi Brooks,1988)

Elemen arsitektur dapat mengurangi dan menghalangi sinar matahari dan


membentuk bayangan pada ruang luar. Elemen arsitektur yang digunakan sebaiknya
menggunakan warna yang tidak memantulkan sinar, seperti warna biru, abu-abu, atau
coklat. Tata letak bangunan berorentasi timur-barat dapat mengurangi sinar matahari
yang tinggi. Selain itu, komposisi bangunan tunggal ataupun kelompok dapat
memunculkan bayangan yang teduh pula (Brooks, 1988). Untuk mengurangi pantulan
sinar ke dalam ruangan dapat digunakan selasar di muka bangunan. Bahan permukaan
pada sebuah tapak mampu mempengaruhi banyaknya sinar matahari yang dipantulkan
(Gambar 13). Semakin terang dan halus permukaannya, semakin banyak cahaya
matahari yang akan dipantulkan (Brooks, 1988).

Kecepatan angin rata-rata tahunan pada tapak adalah 2,2 km/jam dengan
fluktuasi kecepatan angin terendah 1,8 km/jam pada bulan Juni dan Juli, dan tertinggi
2,5 km/jam pada bulan September. Angin mempunyai peran penting dalam menciptakan
kenyamanan bagi manusia. Pemanfaatan angin yang baik mempengaruhi kelembaban
dan suhu. Angin dapat dimanfaatkan dengan menciptakan aliran udara yang baik,
karena angin mampu membuang kelembaban melalui peyejukan, penguapan, dan
konveksi. Menurut Brooks (1988), aliran angin dapat dikontrol dengan menggunakan
vegetasi yang berfungsi dalam proses penghalangan (obstruction), penyaringan
(filtration), dan pembelokan (deflection) (Gambar 14).

Gambar 14. Pengontrolan Angin dengan Vegetasi (Brooks, 1988)

4.1.1.3. Tanah
Berdasarkan Peta Tanah Tinjau (Reconnaissance Soil Map) skala 1 : 250.000
(LPT Bogor, 2002), jenis tanah di Desa Situdaun adalah asosiasi latosol coklat di bagian
utara dengan kedalaman efektif >90 cm (K0: dalam), dan regosol kelabu di bagian
selatan tapak dengan kedalaman efektif 60-90 cm (K1: sedang). Berdasarkan Sistem
Klasifikasi Tanah Pusat Penelitian Tanah (1983), tanah latosol adalah tanah yang telah
mengalami pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut menyebabkan terjadinya
pencucian basa, bahan organik, dan Si. Tanah jenis ini berdasarkan sifat humusnya
berupa latosol low humic dengan seri warna latosol coklat. Memiliki tekstur halus
(lempung) dengan distribusi kadar liat tinggi (>60 %), struktur remah sampai gumpal,
gembur, tidak mempunyai sifat vertik, drainase baik, tanah bereaksi agak masam
dengan pH 5-7, kadar bahan organik dan mineralnya rendah akibat pelapukan yang
intensif, nilai SiO2 rendah, KTK rendah, berasal dari berbagai batuan, abu vulkan dan
vulkanik basa, dan terdapat di daerah berbukit.
Menurut Soepardi (1983), tanah latosol mempunyai produktifitas yang baik dan
relatif lebih subur dibandingkan dengan tanah jenis lainnya. Tanah ini juga mempunyai
sifat yang menimbulkan kendala, yaitu kadar bahan organik dan mineral yang rendah.
Pemecahan masalah ini adalah dengan memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu dengan
penggemburan, penambahan bahan organik, penambahan top soil dan mulsa. Untuk
memperbaiki sifat fisik tanah adalah dengan penambahan bahan organik, perbaikan
drainase, kadar asam, penggemburan tanah dan penambahan mulsa, pupuk yang sesuai
serta kompos untuk bahan organik. Selain itu pemilihan jenis vegetasi yang sesuai
dengan sifat fisik tanah tersebut juga perlu dipertimbangkan (Grey dan Daneke, 1978).
Jenis tanah regosol dengan bahan induk abu volkan dan bahan sedimen
merupakan jenis tanah yang berada di daerah pegunungan. Regosol menempati horizon
A hingga horizon C dengan warna tanah kelabu kekuningan, berwarna kelabu sebagai
proses pelapukan yang lemah (tanah muda), dan belum menampakkan diferensiasi
horison. Tekstur kasar berupa pasir dan debu (>60 %), struktur kursai/lemah,
konsistensi lepas sampai gembur, pH 6-7, semakin tua tanah struktur dan konsistensi
makin padat/memadas dengan drainase dan forositas yang terhambat. Kandungan bahan
organiknya rendah sehingga kemampuan tanah dalam menjerap air rendah dan peka
terhadap erosi. Solusinya, dibutuhkan upaya konservasi tanah dengan penanaman
tanaman yang mampu mencegah dan menanggulangi erosi pada tanah, yaitu tanaman
dengan tipe perakaran yang luas dan dalam. Cukup mengandung P dan K yang masih
segar, tetapi kurang N karena belum terlapuk.
Menurut Sistem Klasifikasi Tanah USDA Soil Taxonomy (1990) tanah regosol
masuk dalam golongan tanah inceptisol dan entisol. Tanah inceptisol termasuk tanah
yang masih muda dengan sifat tanah yang bervariasi. Inceptisol juga dinamakan Andept
(tanah yang terbentuk dari abu volkan) terdapat di sekitar kaki bagian utara Gunung
Salak dan sangat cocok untuk lahan pertanaman padi (Soepardi, 1983). Tanah golongan
entisol juga termasuk ke dalam tanah yang sangat muda dan sangat rentan terhadap
erosi dengan ciri utama adalah tidak adanya perkembangan profil yang nyata. Jenis
tanah ini dapat dijumpai di sekitar kaki Gunung Salak. Tanah golongan ini cukup
produktif bila diimbangi dengan pemupukan dan pengairan yang cukup, akan tetapi
karena keterbatasan kedalaman tanah, kadar liat atau neraca airnya, maka penggunaan
intensif dari area yang luas sangat terbatas (Soepardi, 1983).
Dalam pengembangan aktivitas wisata pada tapak, dibutuhkan pembangunan
fasilitas pendukung wisata. Dalam pembangunan fasilitas pendukung wisata, daya
dukung tanah harus diperhatikan agar keberadaannya tidak menyebabkan kerusakan.
Jenis tanah regosol memiliki daya dukung tanah yang cukup baik dan stabil (Soepardi,
1983) sehingga dapat dilakukan pembangunan fasilitas wisata pada tapak.
4.1.1.4. Topografi dan Kemiringan Lahan
Berdasarkan Peta Rupa Bumi (1999) dan Peta Kemiringan Lahan Bappeda
Kabupaten Bogor (2005), Desa Situdaun berada pada elevasi 257-476 mdp, dengan
bentukan lahan datar hingga berombak (undulating), bergelombang (rolling), berbukit
(hilly) hingga bergunung (mountainous). Area dengan elevasi lebih tinggi berpotensi
dijadikan tempat observasi untuk mengamati pemandangan di dalam tapak dan
sekitarnya. Perbedaan kelas ketinggian tersebut menghasilkan variasi pada kelas
kemiringan lahan. Kemiringan lahan pada tapak dibagi menjadi beberapa kelas
kemiringan, yaitu datar hingga agak landai (0-8 %) : 237,51 ha, landai (8-15 %) : 77,36
ha, agak curam (15-25 %) : 35,1 ha, dan curam (25-45 %) : 21,34 ha. Kelas kemiringan
lahan dapt dilihat pada Gambar 15. Sebagian besar tapak memiliki kelas lereng 0-8 %,
terdapat pada bagian utara. Ke bagian selatan, kelas lereng bervariasi sampai pada kelas
lerang 25-45 %.
Kelas kemiringan pada suatu tapak juga akan berpengaruh pada jenis
penggunaan lahan, kepentingan aktivitas dan intensitas penggunaan lahan, sumberdaya
visual dan estetika, dan pembangunan berbagai fasilitas. Dalam konteks perencanaan
wisata, variasi kemiringan lahan akan mempengaruhi jenis aktivitas wisata dan
membentuk irama perjalanan wisata. Area datar pada tapak berupa dominasi
pemukiman dan fasilitas umum, dan hamparan lahan pertanian dan perikanan.
Umumnya terdapat di bagian utara, timur, dan barat tapak. Area ini memunculkan kesan
luas dan hamparan, tenang, dan monoton sehingga sesuai untuk tipe aktivitas wisata
aktif dan penempatan bangunan dan fasilitas pendukungnya (Gambar 16). Pada area ini
dapat dikembangkan tempat rekreasi dengan mengangkat berbagai aktivitas budidaya
dan kehidupan sosial masyarakat setempat.
Area miring pada tapak berupa dominasi hutan. Area ini dengan elevasi tinggi
memunculkan kesan tantangan, agresif, dan rasa ingin tahu, seperti pada area di sebelah
barat situ (check dam) dan bagian tenggara tapak (Gambar 16). Pada area ini dapat
dikembangkan aktivitas bersifat petualangan dan menantang yang berorientasi alam,
seperti nature trail, scenery observation atapun photohunting dengan penggunaan
struktur fasilitas seminimal mungkin. Perlu diperhatikan bahwa area miring juga
berpotensi mengalami erosi sehingga perlu dilakukan upaya konservasi (Gambar 17).
Bahaya erosi ini dapat diatasi melalui upaya konservasi tanah dan air yang dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu metode vegetatif dan metode mekanik (Arsyad 2000).
Metode vegetatif dilakukan dengan menggunakan tanaman untuk mengurangi daya
rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya rusak aliran air permukaan dan
erosi. Metode ini dapat dilakukan melalui penanaman tanaman yang menutupi tanah
secara terus- menerus, penanaman dalam strip atau dengan melakukan pergiliran tanam.
edangkan metode mekanik berfungsi untuk memperlambat aliran permukaan,
memperbesar infiltrasi ke dalam tanah dan penyediaan air bagi tanaman. Teknik yang
dilakukan dapat berupa pengolahan tanah menurut garis kontur, pembuatan teras yang
baik serta perbaikan drainase dan irigasi.

4.1.1.5. Vegetasi

Vegetasi yang terdapat di Desa Situdaun diklasifikasikan menjadi vegetasi pertanian


dan vegetasi non-pertanian. Vegetasi pertanian yang dimaksud adalah jenis tanaman
budidaya utama (padi dan sayuran : kacang kedelai, caisin, bayam) yang dibudidayakan
pada bidang sawah dan kebun untuk kegiatan produksi, dan tanaman budidaya lainnya
yang dipelihara pada pekarangan rumah. Vegetasi non- pertanian adalah jenis tanaman
hias yang dipelihara di pekarangan rumah sebagai tanaman pekarangan dan tanaman
hutan yang tumbuh alami menyebar di bantaran sungai dan hutan (Tabel 4).
Tabel 4. Jenis Vegetasi di Desa Situdaun

Pengembangan potensi vegetasi pada tapak terkait dengan perencanaan


agrowisata diklasifikasikan menjadi potensi utama dan potensi pendukung (Tabel 5).
Potensi utama adalah potensi vegetasi sebagai objek dan atraksi utama agrowisata
pertanian. Hamparan sawah dan kebun banyak tersedia di dalam tapak sehingga dapat
dikembangkan sebagai objek dan atraksi agrowisata dengan beragam aktivitas di
dalamnya. Potensi pendukung adalah potensi vegetasi dalam membangun kualitas
lingkungan (bioengineering) agar bernilai indah dan berfungsi dengan baik, seperti
menurunkan tingkat pencemaran udara, mengurangi kecepatan angin (windbreaker),
meningkatkan ketersediaan air tanah, perbaikan sifat fisik dan kimia tanah, dan lainnya
(Nurisjah, 2004).
Tabel 5. Potensi Eksisiting Vegetasi terhadap Pengembangan Ruang
No. Klasifikasi Potensi Potensi Pengembangan
Ruang
Pertanian a. Objek dan atraksi Ruang agrowisata
1.
Padi dan agrowisata pertanian
b.Buah-buahan pertanian
Non- Pendukung kualitas Ruang masyarakat dan
2.
pertanian lingkungan Ruang konservasi
a.Hias

Secara umum, penyebaran vegetasi di dalam tapak membentuk tipikal


konfigurasi vegetasi linier, geometrik, dan natural, walaupun berbagai konfigurasi ini
terasa kurang tegas dan berkarakter mengingat minimnya jenis vegetasi (Gambar 18).
Konfigurasi linier adalah konfigurasi vegetasi mengikuti jalur jalan dan bantaran sungai
membentuk koridor dan pengarah pandangan serta penegas batas penggunaan lahan
lainnya. Jenis vegetasi yang membentuk tipikal konfigurasi ini berupa dominasi
vegetasi non-pertanian.

Gambar 18. Tipikal Konfigurasi Vegetasi pada Tapak: Konfigurasi Vegetasi Linier
(Atas); Konfigurasi Vegetasi Geometrik (Kiri Bawah); Konfigurasi
Vegetasi Alami (Kanan Bawah)
Konfigurasi geometrik adalah konfigurasi vegetasi yang terpola berupa bidang
lahan atau hamparan yang membentuk ruang terbuka yang luas, arah pandangan
menyebar, atau pada bidang-bidang kecil berupa pekarangan yang membentuk ruang-
ruang estetis di area pemukiman. Konfigurasi ini pada hamparan sawah dan kebun yang
dipadu dengan latar belakang Gunung Salak menciptakan good view.
Konfigurasi vegetasi natural adalah konfigurasi vegetasi yang mengikuti
bentukan lahan dan membentuk ruang luas berupa pemandangan lanskap hijau yang
dapat diamati dari area yang lebih tinggi. Jenis vegetasi yang membentuk
tipikal konfigurasi ini berupa dominasi tanaman non-pertanian vegetasi hutan.
4.1.1.9. Tata Guna Lahan
Jenis penggunaan lahan di Desa Situdaun dibedakan menjadi area terbangun
yang terdiri dari pemukiman dan fasilitas umum, dan jalur jalan; area budidaya terdiri
dari sawah, kebun, dan kolam ikan; dan area tak terbangun berupa hutan dan badan air
situ (check dam). Kondisi eksisting penggunaan lahan di Desa Situdaun disajikan pada
Tabel 9. Berdasarkan data tersebut, jenis penggunaan lahan terbesar adalah sawah dan
kebun sebesar 52,28 % dari total keseluruhan luas tapak. Areanya dominan berada di
bagian utara tapak dan tersebar di bagian selatan tapak.
Tabel 9. Kondisi Eksisting Penggunaan Lahan Desa Situdaun
No. Jenis Penggunaan Luas Fungsi
Ha %
1. Area Terbangun a. 29,1 7,84 Ruang aktivitas dan kehidupan
Pemukiman dan
fasilitas umum b. Sawah sosial masyarakat, aktivitas
194,1352,28
dan kebun penunjang pertanian, lahan
c. Kolam ikan 14,7 3,96 produksi utama bagi sebagian
d. Badan jalan 4.1 1,1 besar masyarakat
2. Area Tak Terbangun a.
129,3234,78 Konservasi tanah dan air
Hutan
b. Badan air situ (check 0.14 0,04
dam)
Sumber: Peta Rupa Bumi (1999), Peta Digital Tata Guna Lahan dan Tutupan
Lahan Bappeda Kab. Bogor
(2005), dan Survei Lapang (2006)

Jenis penggunaan lahan untuk budidaya merupakan potensi dasar bagi


perencanaan agrowisata sehingga kondisinya harus tetap dipertahankan. Area tak
terbangun merupakan area yang berfungsi sebagai konservasi tanah dan air dengan
luasan yang cukup sebesar 129, 32 %. Sedangkan 21,05 % dari luas tapak berupa
pemukiman dan fasilitas umum dengan pola linier mengikuti pola jalan utama dan
berkelompok, menyebar, dan mengecil akibat dari agak sulitnya topografi untuk
pembuatan jalan. Area pemukiman penduduk yang berdekatan dengan sawah, kebun,
dan kolam ikan merupakan potensi aktivitas wisata berorientasi budidaya dan kehidupan
sosial masyarakat setempat. Kunjungan ke rumah petani, beraur dengan masyarakat,
mengamati dan ikut serta dalam aktivitas bertani dapat menjadi pilihan aktivitas wisata
yang menyenangkan.
Masalah yang terdapat pada tapak adalah munculnya gejala masalah alih guna
lahan. Gejala masalah alih guna lahan adalah isu tata guna lahan yang dapat disebabkan
oleh terjadinya perpindahan penduduk ke kota, penghasilan yang rendah,
peluang/kesempatan kerja, kesehatan dan nutrisi yang buruk, produksi subsisten yang
tidak sesuai, terjadi degradasi lahan-lahan erosi di tanah pertanian dan banjir
(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001). Gejala masalah alih guna lahan yang terdapat
tapak meliputi penghasilan yang rendah yang disebabkan biaya produksi yang lebih
tinggi, dan peluang/kesempatan beralih ke jenis mata pencaharian lain. Saat ini, pilihan
populis yang dilakukan masyarakat untuk meningatkan pendapatannya adalah
melakukan sistem sewa lahan, atau bahkan jual beli lahan kepada pera pemilik modal
kuat dari luar daerah; dan beralih ke jenis mata pencaharian lain. Kondisi ini
dikhawatirkan dapat meningkatkan jumlah konversi lahan pada tapak. Laju
pertumbuhan pemukiman yang muncul menyebar tidak terkendali di dalam tapak juga
dapat mengganggu tata guna lahan. Pengembangan pemukiman pada tapak yang tidak
terkendali dapat menyebabkan alih fungsi lahan yang telah ada. Pengawasan dan
penertiban terhadap penyimpangan pemanfaatan lahan pada tapak sangat perlu
dilakukan oleh pemerintah setempat sehingga tidak meningkatkan jumlah konversi
lahan pertanian dan perikanan menjadi lahan terbangun yang dapat merusak fungsi
konservasi. Kekhawatiran yang muncul adalah terjadinya transformasi lanskap pada
jangka panjang.
Kondisi faktual dengan keragaman jenis penggunaan lahan merupakan potensi
bagi tapak sebagai pembentuk ruang (Tabel 10). Jenis penggunaan lahan berupa area
terbangun dengan aktivitas keseharian masyarakat di dalamnya dapat diarahkan pada
potensi sebagai ruang pendukung agrowisata. Untuk jenis penggunaan lahan berupa
area budidaya dapat dikembangkan sebagai ruang agrowisata. Faktor utama sebagai
dasar pengembangannya adalah keberadaan lahan-lahan budidaya berupa sawah, kebun,
dan kolam ikan sehingga berpotensi membentuk ruang utama tempat berlangsungnya
aktivitas wisata berbasis pertanian dan perikanan. Pada jenis penggunaan lahan berupa
area konservasi merefleksikan area hulu tapak sehingga berpotensi membentuk ruang
penyangga dan memperkuat tujuan konservasi tanah dan air.
Tabel 10. Potensi Tata Guna Lahan sebagai Pembentuk Ruang
No. Jenis Penggunaan Fungsi Eksiting Potensi Ruang

1. Area Terbangun (8,94 %) Ruang aktivitas dan Ruang Pendukung


c. Pemukiman dan fasilitas
umum kehidupan sosial Agrowisata
d.Badan jalan masyarakat, aktivitas
penunjang pertanian
2. Area Budidaya ( 56,24 %) Lahan produksi Ruang Agrowisata
c. Sawah dan kebun utama
d.Kolam ikan bagi sebagian besar
masyarakat
3. Area Konservasi (34,82 %)
Konservasi tanah dan Ruang Penyangga
c. Hutan
d. Badan air situ (check air
Sumber: Peta Rupa Bumi (1999), Peta Digital Tata Guna Lahan dan Tutupan
Lahan Bappeda Kab. Bogor (2005), dan Survei Lapang (2006)
43

PETA TATA GUNA LAHAN


DESA SITUDAUN
u

Keterangan :
Batas tapak
Jalan aspal
Jalan diperkeras Jalan
tanah Pemukiman
Sawah dan kebun
Kolam Hutan
Situ (check dam)
PERENCANAAN LANSKAP
AGROWISATA Dl DESA
SITUDAUN, KECAMATAN
TENJOLAvYA, KABUPATEN
BOGOR
Sumber:
Peta Rupa Bumi (1999), Peta Digital Tata
Guna Lahan dan Tutupan Lahan Kab.
Bogor (2005), Survei Lapang (2006)
0 2 Kilometers
0.5 1 1.5

Gambar 28. Peta Tata Guna Lahan Desa Situdaun


44

4.1.1.10. Fasilitas dan Utilitas


Keberadaan fasilitas dan utilitas wisata mutlak merupakan kebutuhan untuk
mendukung fungsi ruang dan sebagai salah satu faktor penentu terciptanya keamanan
dan kenyamanan dalam suatu tapak. Berdasarkan hasil pengamatan, fasilitas dan utilitas
untuk kepentingan wisata belum tersedia pada tapak. Fasilitas yang tersedia pada tapak
hanya berupa fasilitas umum untuk kepentingan sosial kemasyarakatan (Tabel 11).
Utilitas yang terdapat pada tapak berupa jaringan jalan dan listrik (Gambar 29).
Tabel 11. Jenis Fasilitas Umum di Desa Situdaun
No. Jenis Fasilitas Unit JumlahKondisi
1. Pendidikan Sekolah 4Baik
2. Kesehatan Posyandu 1Baik
3. Peribadatan Mesjid, langgar 34Baik
4. Pelayanan Kantor kelurahan 1Baik
Sumber: Monograf Desa Situdaun (2005), Survei Lapang (2006)

Pengembangan ruang-ruang dengan fungsi dan aktifitas yang beragam


membutuhkan kelengkapan fasilitas dan utilitas sehingga dalam menentukan fasilitas
dan utilitas harus didasarkan pada fungsi ruang dan aktifitas pengguna tapak.
Penempatan fasilitas dan utilitas harus menyesuaikan dengan kondisi lingkungan tapak.
Fasilitas dan utilitas yang berada di area yang tidak tepat akan tidak terpakai oleh
pengguna tapak. Oleh karena itu, dibutuhkan efektifitas dan efisiensi dalam penempatan
fasilitas dan utilitas tersebut. Pengadaan fasilitas dan utilitas juga perlu memperhatikan
bahan dan material yang digunakan. Bahan dan material yang digunakan harus
memberikan rasa nyaman dan aman bagi pengguna
Gambar 29. Jaringan Jalan dan Listrik pada Tapak
Saat ini fasilitas yang ada pada tapak hanya fasilitas umum yang berhubungan
dengan aktivitas sosial masyarakat, seperti sekolah, posyandu, mesjid dan langgar, dan
kantor kelurahan. Sebagian fasilitas ini berpotensi dimanfaatkan mendukung fungsi
wisata terutama pada berbagai aktivitas wisata yang berbaur dengan masyarakat dan
lingkungan desa. Berkaitan dengan aktivitas budidaya dan wisata, sistem pengelolaan
sampah dan limbah cair menjadi perhatian penting yang berdampak pada sanitasi serta
estetika lingkungan. Berdasarkan pengamatan di lapang, fasilitas pengelolaan sampah
dan limbah cair dari rumah tangga dan aktivitas budidaya tidak tersedia di dalam tapak.
Hal ini terlihat dengan belum adanya unit penampungan sampah seperti tempat
pembuangan sampah sementara (TPS). Sampah yang dihasilkan dibuang dan ditumpuk
di pekarangan sekitar, tempat-tempat tersembunyi di belakang bangunan, dan pada
lokasi atau dekat dengan saluran drainase jalan sehingga menimbulkan pemandangan
yang tidak menyenangkan. Penyediaan fasilitas TPS di beberapa titik di dalam tapak
perlu dilakukan untuk mengurangi permasalahan sampah di dalam tapak, meningkatkan
keindahan, kesehatan serta kenyamanan berwisata. Penentuan lokasi tempat peletakan
TPS di dalam tapak didasarkan pada tingkat intensitas aktivitas di dalamnya sehingga
penentuan jumlahnya disesuaikan dengan intensitas pengguna di tiap ruangnya. Limbah
cair rumah tangga dan budidaya dibuang ke septictank dan saluran pembuangan yang
berakhir di sungai. Namun tidak jarang limbah ini juga dibuang ke kolam-kolam kecil
di samping rumah yang terhubung dengan saluran drainase jalan atau bahkan dialirkan
langsung ke saluran tersebut. Perlu dilakukan pembangunan saluran pembuangan
permanen dilengkapi dengan sistem pengelolaan limbah cair berupa bak-bak
pengendapan dan penyaringan sebelum dibuang ke sungai.
Jaringan jalan sebagai jalur sirkulasi sangat diperlukan untuk menghubungkan
setiap ruang dan fungsi di dalam tapak. Kondisi jalan saat ini- dari segi fisik dan
aksesibilitas ke setiap area-masih sesuai dengan kebutuhan massa di dalamnya. Namun
dengan adanya penambahan fungsi wisata pada tapak, kondisi jalan harus diperhatikan,
karena kebutuhan massa di dalamnya semakin bertambah. Selain itu-untuk menunjang
keselamatan, keamanan, dan kenyamanan pengguna jalan-perlu disediakan jalur
pedestrian, pembatas jalan, dan rambu jalan. Jaringan listrik berkaitan dengan
ketersediaan sarana penerangan pada tapak. Penyebaran tiang dan kabel listrik merata
pada jalur jalan di sekitar pemukiman sehingga distribusi penerangan sebagian besar
hanya terdapat pada area pemukiman. Ketersediaan tiang dan kabel listrik tidak
dilengkapi dengan lampu penerang jalan sehingga jalan yang jauh dari area pemukiman
sangat gelap di malam hari. Dengan dikembangkannya tapak sebagai suatu objek
wisata, maka kebutuhan penerangan sangat penting untuk melayani penggunaan tapak
pada malam hari. Perlu disediakan lampu penerang jalan dan sarana penerangan lainnya
pada ruang yang akan dikembangkan, dengan memperhatikan intensitas aktivitas
penggunaannya.
46

4.1.2. Aspek Sosial


4.1.2.1. Kependudukan, Opini dan Keinginan Pengguna Tapak
Kehidupan masyarakat Desa Situdaun pada umumnya mempunyai karakteristik
yang sama dengan masyarakat lain pada umumnya. Pola kehidupan masyarakat
Situdaun mencerminkan keterbukaan dan kokohnya hubungan persaudaraan yang
tercermin dalam bentuk kegiatan kerja bakti, posyandu, dan pengajian rutin. Jumlah
penduduk Desa Situdaun sampai pada tahun 2005 adalah 8.085 jiwa, terdiri dari 1.669
kepala keluarga, dengan kepadatan penduduknya 22 jiwa/ha (Tabel 11). Mata pencarian
masyarakatnya sangat bervariasi (Tabel 12). Sebagian besar mata pencahariannya
adalah petani (sawah, kebun, dan kolam ikan) sebesar 1407 jiwa; atau 74 % dari total
jumlah penduduk yang bekerja. Angka ini menunjukkan betapa besarnya potensi
pertanian dan perikanan pada tapak. Namun kesulitan modal produsi dan rendahnya
pendapatan petani memunculkan wacana populis di masyarakat, terkait dengan
pemilihan jenis mata pencaharian, yaitu pilihan untuk menjadi pedagang/wiraswasta,
karyawan swasta, supir,dan lainnya dianggap lebih baik dibandingkan menjadi petani.
Kondisi seperti ini secara faktual dianggap lazim bahkan menjadi keharusan bagi
masyarakat.
Tabel 12. Jumlah Penduduk Desa Situdaun berdasarkan Jenis
Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah
1. Pria 4148 jiwa
2. Wanita 3937 jiwa
3. Jumlah 8085 jiwa
4. Kepala keluarga 1669 KK
Sumber: Monograf Desa Situdaun
Tabel 13. Jumlah Penduduk Desa Situdaun berdasarkan Mata
(2005)
Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)
1. Petani 862
2. Buruh tani 545
3. Pedagang/wiraswasta 150
4. Pengrajin 60
5. Pegawai negeri 35
6. Penjahit 30
7. Montir 6
8. Supir 45
9. Karyawan swasta 80
10. Tukang kayu/batu 34
11. Guru swasta 45
12. Polisi 1
13. Tentara 4
14. Jumlah 1897
Sumber: Monograf Desa Situdaun (2005)

Secara umum, pengguna tapak adalah masyarakat setempat, dan pengunjung


yaitu beberapa orang yang datang untuk keperluan tertentu dalam waktu yang singkat
atau menetap lebih lama. Aktivitas masyarakat setempat yang terjadi setiap harinya
adalah bertani dan mengelola kolam ikan, berdagang, dan rutinitas lainnya sesuai mata
pencahariannya. Rutinitas tersebut secara intensif berlangsung pada jam kerja, yaitu
pukul 08.00 - 17.00 WIB. Setelah itu, aktivitas yang dilakukan adalah interaksi sosial
dengan keluarga dan anggota masyarakat lainnya, seperti berkumpul dan
bercengkerama, aktivitas anak-anak dan remaja menangkap belut, bermain sepak bola,
dan sebagainya. Sementara aktivitas pengunjung adalah berkunjung ke rumah saudara,
rekreasi menikmati pemandangan di dalam tapak, dan berbagai aktivitas transaksi jual
beli ikan dan hasil panen pertanian. Adanya aktivitas transaksi ini menunjukkan bahwa
Desa Situdaun telah dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai daerah penghasil padi,
sayuran, dan ikan air tawar. Aktivitas tersebut intensif dilakukan pada pagi hari sampai
sore hari. Jumlah kunjungan ke Desa Situdaun memang tidak terlalu banyak tiap
tahunnya (Tabel 13), tetapi keberadaan aktivitas ini menggambarkan
48

antusias masyarakat dan pengunjung dalam membangun ruang-ruang rekreasi,


ruang untuk aktivitas menikmati pemandangan tapak dan sekitarnya (Gambar 30).
Antusiasme tersebut diperkuat dengan opini dan keinginan pengguna tapak.
Informasi mengenai opini dan keinginan pengguna tapak terhadap rencana
pengembangan agrowisata di Desa Situdaun diperoleh melalui wawancara. Wawancara
dilakukan secara perseorangan kepada setiap elemen masyarakat setempat dan
pengunjung. Dari hasil wawancara tersebut disimpulkan bahwa masyarakat setempat
dan pengunjung mengerti maksud dari rencana pengembangan agrowisata di Desa
Situdaun. Masyarakat dan pengunjung mengharapkan adanya koordinasi dan peran aktif
setiap pihak yang terkait, dan didukung dengan perbaikan dan penambahan fasilitas dan
utilitas di Desa Situdaun. Masyarakat juga mengharapkan keberadaan objek agrowisata
di Desa Situdaun mampu meningkatkan kesejahteraan mereka.
Tabel 14. Jumlah Kunjugan ke Desa Situdaun
No. Kelompok Jumlah Tujuan
1. Aparat pemerintah * 70 Pembinaan/
orang/thn penyuluhan,
2. Pelajar/mahasiswa * 94 supervisi, koordinasi,
Magang, praktek
orang/thn kerja lapang,
3. Masyarakat 48 praktikum,
Kunjungan,penelitian
rekreasi,
sekitar/lain- lain ** orang/hari transaksi

Sumber: * Monograf Desa Situdaun (2005), **


Survei Lapang (2006)
4.2. Sintesis
Hasil analisis yang dilakukan terhadap elemen tapak, baik data yang berupa
biofisik dan sosial diklasifikasikan ke dalam potensi dan kendala untuk memperoleh
sejumlah alternatif pemecahan masalah perencanaan tapak sebagai objek agrowisata
(Tabel 15).
Tabel 15. Hasil Analisis dan Sintesis
Data Analisis Sintesis
A. Aspek Potensi Kendala
Biofisik
1. Letak, luas • Tapak • Letak tapak • Pengembangan
aksesiblitas daerah jalan arteri potensi
padi, sayuran, • Tapak sangat dana letak tapak
ikan yang cukup tetapi tidak menjadi objek
dengan bentang dengan batas agrowisata
lahan pertanian jelas • Menyediakan
perikanan • Kondisi jalan di gerbang
background tapak cukup sempit sebagai
Salak bagi kenderaan penciri ketika
• Letak strategis, penggunaan memasuki tapak
dan berada berbaur, padat • Pengaturan akses
objek wisata pemukiman, di masuk dan
• Tersedia akses beberapa titik dalam tapak
berupa jalan kondisinya dilengkapi
dari tiga arah dan tergenang rambu jalan,
• Kondisi fisik papan petunjuk
jalan relatif arah, papan
masih baik informasi, papan
• Semua jalur nama, dan
jalan lokal aspal gerbang
pada tapak penanda
dilalui oleh • Meningkatkan
angkutan umum kuantitas dan
kualitas jalan
dengan
2. Iklim melakukan
• Kondisi iklim • Penyinaran tinggi • Penggunaan
tapak berada menyebabkan berupa pohon
kondisi nyaman tinggi pada area struktur
<27) hamparan saung istirahat
• Curah hujan kebun, dan • Potensi curah
tinggi pada ikan sebagai suplai
merupakan • Curah hujan yang dimanfaatkan
bagi suplai air tinggi juga dapat upaya
dan sumber menimbulkan tanah dan air,
ketersediaan air air permukaan penggunaan
yang vegetasi berkanopi,
terkonsentrasi penutup tanah, dan
pada badan jalan rumput sebagai
di area miring sistem penutupan
(Lanjutan Tabel 15)
50

Analisis
Data Sintesis
Potensi Kendala
pembenahan
saluran drainase
jalan dengan
memperhatikan
3. Tanah • Tanah latosol di • Drainase tanah kemiringan
• Mengembangkan
bagian utara regosol pertanian di
mempunyaiAnalisispeka terhadap utara sebagai
Data produktifitas terutama pada danSintesis
atraksi
Potensi
baik dan relatif Kendala
miring agrowisata
itu sendiri
subur untuk yang ada
• Pengembangan
pertanian
• Konfigurasi
fasilitas wisata
dibandingkan bagian utara
tanah jenis lainnya.
vegetasi linier • Menjadikan tanah
Tanah regosol pada area
pada jaluruntuk
produktif jalan yang peka erosi
budidaya
membentuk bila sebagai area
diimbangi konservasi
pemupukan
ruang koridor dan Pencegahan
pengairan
dan pengarah yang pada tanah
cukup penanaman
• Kondisi
pandangfisik dengan tipe
cukup stabil perakaran yang
• Konfigurasi
bangunan dan dalam, juga
• Kondisi
geometrik pH 5-7 didukung
ideal bagi pada penyediaan
pekarangan
vegetasielevasi, • Area miring saluran
4. Topografi • Variasi • Area datardrainase
kemiringan yang
kemiringan, dan berpotensi erosi direncanakan
bentukan lahan
membentuk tempat rekreasi
dengan dengan
6. Satwa • ruang-
jenis ruang
Hewan ternak • Hewan ternak dan
berbagai
lahan
dan pada
beberapa budidaya dan
beberapa sosial
jenis
sebagai potensi kehidupan
pembentuk
jenis satwa liartipe masyarakat
satwa liar
aktivitas dan • Area miring
berpotensi
perjalanan dikembangkan
elevasi tinggi
• Area datar pada
dikembangkan dikembangkan
sebagai bagian
berupa aktivitas yang
pemukiman
sebagai bagiandan berorientasi
dari objek dan
fasilitas, lahan seperti nature
dari objekdan
pertanian dan atraksi
scenery
perikanan. Area
atraksi atapun
agrowisata,
7. Hidrologi •miring
Keseluruhan
berupa • Aktivitas intensif • Pembuatan
dengan dan
hidrologi
dominasi pada hutan. masyarakat pada struktur pembenahan
fasilitas
• Lahan
terpolapertanian
dengan (check dam) seminimal
drainase jalan
air
berupa teras berpotensi • Upaya
menggukan
konservasi
mengikuti
dengan baik garis menyebabkan tanah
dan dan air
konstruksi,
kontur di bagian pencemaran air mencegah
tidak pembersihan erosi
erosi,
tenggaragenangan
tapak memicu pusat pemeliharaan
dan banjir konsentrasi secara intensif
• Sumber air
sebagai upaya • Kondisi saluran • Pembangunan
air dan
dan memadai tak terbangun saluran
memenuhi
memperkaya erosi pada permanen
5. Vegetasi • Vegetasi
di area hilir • Tipikal
saluran, • Penataan dan
dengan sistem
• Area situobjek
sebagai (check vegetasi
pendangkalan,
yang ada pengelolaan
penambahan
dam) disetting
atraksi utama penimbunan
terasa kurang cair berupa
vegetasi bak-
guna
sebagai
agrowisata,area saluran
dan berkarakter pengendapan
mempertegas
konservasi
dan citra • Pemanfaatan air penyaringan
konfigurasi
air dengan berbaur dibuang ke
gerbang dan pola alir air yang • Kelas kualitas air
pembatas tidak teratur menjamin
• Kualitas air menyebabkan pegembangan
kelas II tercemar aktivitas kontak
8. Sensuous • Good akustik • Bad akustik • Suara langsung
bising
kolaborasi suara suara bising kendaraan
gesekan daun kendaraan diatasi dengan
tanaman, suara yang melaju efektif, yaitu
angin, dan kecepatan tinggi di membuat rambu
burung di area jalan desa atau papan
(Lanjutan Tabel 15)
51

Analisis Sintesis
Potensi Kendala
dan kebun. • Area pemukiman •Menata ruang
gemericik air padat dan tapak dengan
saluran irigasi, tertata rapi memperhatikan
drainase jalan, menciptakan syarat kebutuhan
kolam-kolam • Di bagian selatan jalan dan
• Hamparan lahan tenggara tapak, elemen
pertanian dan saluran drainase yang menunjang
perikanan tidak berfungsi karakter tapak
aktivitas banyak •Pembuatan dan
masyarakat di rumput pembenahan
dalamnya, yang bad view drainase jalan
dikompilasi • Tidak adanya • Optimalisasi
background untuk akustik dan good
Salak pemandangan view dengan
good view dan sekitarnya mengembangkan
• Pada area di jalur dan ruang
situ (check dam) beserta
terdapat titik untuk menikmati
yang menyajikan pemandangan
pemandangan di dan sekitarnya
dalam tapak dan
sekitarnya
9. Tata guna lahan • Jenis penggunaan • Munculnya gejala•Mengoptimalkan
lahan berupa guna lahan guna lahan yang
kebun, dan dikhawatirkan
ada pada tapak
ikan sebagai meningkatkansebagai
sumberdaya konversi lahan
view atau
perencanaan tapak pemandangan
agrowisata • Laju menarik sebagai
• Keragaman jenis pemukiman objek agrowisata
penggunaan muncul •Pola penggunaan
merupakan tidak terkendali
lahan yang telah
sebagai dalam tapak menjadi panduan
ruang dan view menyebabkan penataan ruang
• Pola penggunaan fungsi lahandengan
lahan relatif telah ada menyesuaikan
dan membentuk kebutuhan dan
ruang dan fungsi ketersediaan
ruang yang •Pengembangan
• Area pemukiman dan atraksi
penduduk yang berorientasi
berdekatan dan kehidupan
sawah, kebun, masyarakat
kolam ikan •Perencanaan
merupakan agrowisata
aktivitas wisata solusi mencegah
berorientasi konversi lahan
dan kehidupan tapak
masyarakat •Pengawasan dan
penertiban
penyimpangan pemanfaatan lahan pada tapak sangat perlu dilakukan

10. Fasilitas • Fasilitas yang • Fasilitas untuk • Menyediakan


utilitas tersedia pada tapak kepentingan fasilitas wisata
hanya berupa fasilitas belum tersedia dengan fungsi
umum untuk tapak dan aktivitas yang
kepentingan sosial • Tidak terdapat akan
kemasyarakatan fasilitas • Membangun
• Tersedia jaringan sampah dan pengelolaan
Data jalanPotensi
dan listrik • Analisis cair Kendala Sintesis
(Lanjutan Tabel
Kondisi fisik jalan15)
relatif• Faktor keselamatan dan
52 masih baik keamanan jalan minim dan limbah terpadu,
• Sarana penerangan jalan seperti TPS dan bak
minim bahkan nyaris pengendapan dan
tidak ada penyaringan limbah cair
• Distribusi penerangan pada • Menyediakan jalur
tapak sebagian besar pedestrian, dan rambu
hanya terdapat pada area jalan atau papan
pemukiman peringatan
• Menyediakan/mena
mbah sarana penerangan
B. Aspek Sosial
1. Kependudukan, • Pola kehidupan • Rendahnya • Pemanfaatan pola
opini dan keinginan masyarakat dengan pendapatan petani kehidupan
pengguna tapak rutinitas memunculkan wacana masyarakat sebagai
kesehariannya populer untuk beralih penunjang atraksi
sebagai penunjang ke mata pencaharian agrowisata
atraksi agrowisata lain • Perencanaan
• Sebagian besar mata • Kurangnya fasilitas agrowisata sebagai
pencaharian yang mendukung solusi meningkatkan
masyarakat adalah kegiatan pengunjung pendapatan petani
petani (74% dari total baik kegiatan dinas, • Membangun fasilitas
jumlah penduduk budidaya, magang/ pendukung kegiatan
yang bekerja) penelitian ataupun rekreasi
• Adanya kunjungan nantinya kegiatan
dan aktivitas rekreasi

transaksi jual beli


sebagai indikator bahwa
Desa Situdaun telah
dikenal oleh masyarakat
sekitar sebagai daerah
penghasil padi, sayuran,
dan ikan air tawar
Antusiame pegguna
tapak terhadap aktivitas
rekreasi
4.3. Konsep Perencanaan
Konsep merupakan tahap merumuskan dan menetapkan cara terbaik untuk
pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi. Setelah dilakukan pemecahan masalah
dan pemanfaatan potensi akan diperoleh gambaran ruang/zonasi tapak.
4.3.1. Konsep Dasar
Konsep dasar perencanaan lanskap agrowisata di Desa Situdaun adalah
mengangkat aktivitas budidaya pertanian dan perikanan yang akan dikembangkan pada
perencanaan agrowisata. Perencanaan tapak diharapkan mampu
53

mengakomodasi kebutuhan ruang untuk budidaya dan pengunjung, dengan


menonjolkan karakter lanskap dan nilai alami pada tapak.
Pengembangan tapak sebagai objek dan atraksi agrowisata harus mampu
memberikan manfaat bagi lanskap itu sendiri maupun pengunjung tanpa mengorbankan
kelestariannya. Oleh karena itu dalam konsep perencanaan tapak dikembangkan
beberapa fungsi, yaitu fungsi budidaya, wisata, konservasi, pendidikan, dan ekonomi.
Fungsi Budidaya, merupakan fungsi awal tapak sebagai tempat budidaya
pertanian dan perikanan. Fungsi ini dikembangkan untuk tujuan produksi yang
merupakan salah satu objek dan atraksi agrowisata.
Fungsi Wisata, merupakan fungsi yang dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan wisata yang dituangkan dalam berbagai aktivitas wisata dengan fasilitas
penunjangnya. Fungsi ini bersifat komersil dan lebih ditekankan pada pemenuhan
kepuasan pengunjung dengan kegiatan pelayanan.
Fungsi Konservasi, merupakan fungsi yang dikembangkan untuk tujuan
konservasi tanah dan air. Keberadaan fungsi ini akan berimbas pada kelestarian
lingkungan sekaligus mempertahankan area tangkapan dan resapan air.
Fungsi Pendidikan, berkaitan dengan pengenalan terhadap budidaya pertanian
dan perikanan, seperti pengenalan jenis komoditas, pengenalan aktivitas budidaya yang
bersifat teknis, teori dan pengalaman budidaya dari para petani. Fungsi ini dicapai
melalui aktivitas yang bersifat edukatif dengan keikutsertaan pengunjung dalam
aktivitas budidaya.
Fungsi Ekonomi, berkaitan dengan fungsi lain yang dikembangkan dan
diharapkan menghasilkan keuntungan ekonomi, sehingga keberlangsungan aktivitas
budidaya dan wisata dapat bersinergi. Disamping menjadi pusat budidaya pertanian dan
perikanan, tapak juga dikembangkan sebagai tempat transaksi hasil panen yang dapat
mendatangkan keuntungan. Aktivitas wisata tentu saja akan mendatangkan keuntungan
dari pengunjung, sedangkan dari aktivitas yang bersifat edukatif, keuntungan
merupakan ekses yang diperoleh setelah tujuan aktivitas tersebut tercapai.
54

4.3.2. Pengembangan Konsep


4.3.2.I. Konsep Ruang
Ruang merupakan wadah untuk melakukan
aktivitas. Program
ruang yang akan
diakomodasikan pada
tapak didasarkan pada
konsep dasar
agrowisata, potensi
sumber daya alam,
keberadaan objek dan
atraksi agrowisata,
dan fungsi yang akan
diterapkan. Ruang
yang dikembangkan terbagi atas tiga ruang tujuan wisata, yaitu ruang agrowisata, ruang
pendukung agrowisata, dan ruang penyangga (Gambar 31).
Ruang Penerimaan
Ruang Pendukung Agrowisata
Ruang Agrowisata
Ruang Konservasi
Gambar 31. Diagram Konsep Ruang pada Tapak
Ruang Agrowisata, merupakan ruang yang memanfaatkan dan
mengembangkan potensi sumberdaya alam berupa pemandangan, lahan pertanian dan
perikanan sebagai objek agrowisata yang dapat dinikmati, dan aktivitas budidaya
sebagai atraksi agrowisata yang mampu memotivasi keikutsertaan pengunjung di
dalamnya.
Ruang Pendukung Agrowisata, merupakan ruang yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada pengunjung dalam hal kelengkapan, kemudahan, dan kenyamanan
terhadap aktivitas agrowisata, serta mendukung konsep agrowisata yang diharapkan.
a. Ruang Penerimaan
Ruanga penerimaan merupakan ruang pertama yang dapat dijumpai pengunjug ketika
memasuki tapak. Sebagai welcome area, ruang ini berfungsi memberikan
55

identitas atau ciri khusus tapak dan memberikan fungsi informasi bagi pengunjung,
sehingga dapat menarik minat pengunjung.
b. Ruang Pelayanan
Ruang pelayanan adalah ruang yang berfungsi memberikan kemudahan bagi
pengunjung berupa fasilitas ataupun jasa. Ruang ini terdapat memusat pada suatu
area yang dapat dengan mudah dicapai oleh pengunjung sebelum memasuki ruang
agrowisata, atau pada titik-titik tertentu dalam tapak sebagai rest area.
c. Ruang Transisi
Ruang transisi merupakan ruang persiapan di dalam tapak menuju ruang agrowisata
berupa good view dalam tapak, serta sebagai penunjang aktivitas non pertanian yang
direncanakan dalam tapak.
d. Ruang Masyarakat
Ruang masyarakat merupakan ruang kehidupan masyarakat yang terdapat di dalam
tapak, sehingga dalam perencanaanya tidak mengabaikan ruang ini sebagai bagian
dari perencanaan tapak. Kehidupan masyarakat pertanian menjadi potensi yang dapat
dikembangkan sebagai objek agrowisata.
Ruang Penyangga, sebagai ruang konservasi tanah dan air untuk
mempertahankan kelestarian lingkungan sekaligus mempertahankan fungsi area
tangkapan dan resapan air. Di dalam ruang ini tetap dikembangkan aktivitas wisata
namun hanya bersifat pasif semi intensif.
4.3.2.2. Konsep Aktivitas dan Fasilitas
Pengembangan aktivitas wisata merupakan upaya merangsang apresiasi
pengunjung terhadap tapak. Pengembangan aktivitas wisata akan menciptakan
keragaman jenis aktivitas wisata, sehingga tapak sebagai objek dan atraksi wisata tetap
mampu memacu minat pengunjung. Konsep aktivitas yang dikembangkan berdasarkan
pada keikutsertaan pengunjung dalam aktivitas pertanian dan ruang aktivitas. Aktivitas
agrowisata yang dikembangkan pada tapak dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
56

a. Aktivitas Pertanian
Merupakan jenis aktivitas yang melibatkan pengunjung secara langsung dalam
berbagai aktivitas pada ruang agrowisata (on farm activities). Pengunjung turut serta
secara aktif dalam proses budidaya, mulai dari proses persiapan lahan hingga
menghasilkan produk olahan yang dapat dibawa pulang sebagai buah tangan.
Aktivitas ini akan menghasilkan nilai-nilai pendidikan pertanian dan perikanan yang
diperoleh secara langsung oleh pengunjung.
b. Aktivitas Non Pertanian
Merupakan aktivitas yang lebih rekreatif, dikembangkan tanpa melibatkan
pengunjung secara langsung dalam aktivitas budidaya pada ruang agrowisata (off farm
activities). Nilai-nilai Ketera pendidikan pertanian dan perikanan diperoleh
pengunjung melalui ngan: pengamatan dan pemahaman yang dilakukannya
sendiri.

Aktivitas Pertanian Aktivitas


Non Pertanian Aktivitas
Agrowisata Fungsi Aktivitas
Gambar 32. Diagram Konsep Aktivitas Wisata
Fasilitas yang dikembangkan bagi penunjang aktivitas agrowisata mengacu
kepada fungsi ruang yang terbentuk serta aktivitas yang akan dikembangkan. Konsep
fasilitas tapak adalah memberikan nilai fungsional melalui bentuk yang sesuai,
peletakan yang tepat, memiliki nilai estetik, mudah pemeliharaannya serta alami dan
sederhana sesuai dengan karakter tapak. Penyediaan fasilitas ini bertujuan untuk
memberikan kelengkapan, kemudahan, kenyamanan serta kepuasan dalam melakukan
aktivitas agrowisata yang ditawarkan.
57

4.3.2.3. Konsep Sirkulasi


Konsep sirkulasi yang dikembangkan dalam tapak berfungsi menghubungkan
i:Ruang Wisata Jalur Primer Wisata Jalur
MI: Sub Ruang Wisata Sekunder Wisata Jalur
• : Pusat Objek dan Atraksi Wisata Tersier Wisata Jalur Primer
: Ruang Masyarakat Masyarakat Jalur Sekunder
: Unit Ketetanggaan Masyarakat Jalur Masuk
Tapak Jalur Keluar Tapak
n : Tapak

antar ruang atau dalam ruang itu sendiri secara fungsional, sehingga pengunjung dapat
menikmati seluruh objek dan atraksi yang ditawarkan. Konsep sirkulasi yang
dikembangkan pada tapak terbagi atas jalur sirkulasi wisata yaitu jalur jalur sirkulasi

bagi pengunjung, dan jalur sirkulasi masyarakat sebagai pendukung aktivitas


masyarakat sehari-hari (Gambar 33).
Gambar 33. Diagram Konsep Sirkulasi
Konsep jalur sirkulasi wisata di dalam tapak dibagi menjadi tiga dengan
peruntukan yang berbeda, yaitu jalur primer, sekunder dan tersier. Jalur primer
merupakan jalur utama agrowisata yang menghubungkan antar ruang dengan pintu
masuk dan keluar tapak. Jalur primer direncanakan menggunakan pola loop atau
memutar. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam pengaturan sirkulasi dan
pemerataan alur perjalanan wisata. Jalur sekunder ditujukan bagi kendaraan
58

sepeda, merupakan kombinasi atau memanfaatkan pola dua jalur lainnya. Jalur
tersier adalah jalur khusus yang ditujukan bagi pejalan kaki, menghubungkan antar
ruang dan sub-sub ruang di dalam ruang agrowisata dengan pola memusat menuju pusat
objek dan atraksi agrowisata.
Konsep sirkulasi bagi masyarakat berfungsi sebagai jalur produksi, sebagai
akses masuk dan keluar tapak, dan fungsi ketetanggaan. Sirkulasi ini terbagi atas dua
jalur, yaitu jalur primer sebagai jalur kendaraan produksi dan angkutan umum, dan jalur
sekunder sebagai jalur pejalan kaki penghubung antara ruang-ruang kehidupan
masyarakat serta lahan pertanian dan perikanan. Sebagai penghubung dengan lahan
pertanian dan perikanan, jalur produksi memiliki beberapa kesamaan jalur dengan jalur
pengunjung. Hal ini selain bertujuan memberikan kemudahan dalam mencapai lahan
pertanian dan perikanan, juga memberikan suasana pertanian sebagai penunjang konsep
agrowisata di dalam tapak.
4.3.2.4. Konsep Tata Hijau
Pengembangan tata hijau pada tapak diarahkan sealami mungkin dengan
memperhatikan fungsi pendukung vegetasi dalam membangun kualitas lingkungan agar
bernilai indah, fungsional dan tetap memperhatikan konfigurasi vegetasi eksisiting
alami pada tapak. Fungsi tersebut diterjemahkan ke dalam penataan vegetasi estetis,
pengarah, peneduh, dan konservasi untuk menjaga dan meningkatkan ketersediaan air di
dalam tapak.
Tanaman yang digunakan lebih mengutamakan jenis tanaman eksisiting dan
introduksi jenis vegetasi yang dapat mengkonservasi tanah dan air. Hal ini disebabkan
karena vegetasi ini merupakan elemen lanskap yang sesuai dengan kondisi biofisik
tapak, dan diwujudkan melalui penataan tanaman. Penataan hijau ini juga disesuaikan
dengan tujuan perencanaan, fungsi tanaman dan ruang yang akan dikembangkan
sehingga dapat menampung kegiatan yang ada di dalam tapak. Konsep tata hijau yang
direncakan pada kawasan ini dapat dilihat pada Gambar 34.
11

BLOCK PLAN
u

Keterangan :
Batas tapak.shp Ruang Penerimaan Utama
Ruang Penerimaan Satelit Ruang Pelayanan
Utama Ruang Pelayanan Satelit Ruang Transisi
Ruang Agrowisata Pertanian Ruang
Agrowisata Perikanan Ruang Penyangga
Ruang Masyarakat
PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA Dl DESA
SITUDAUN, KECAMATAN TENJOLAvYA,
KABUPATEN BOGOR
Sumber:
Peta Rupa Bumi (1999), Peta Digital Kemiringan Lahan
Kab. Bogor (2005), Survei Lapang (2006)

Gambar 34. Block Plan

0 0.5 1 1.5
2 Kilometers
78

4.4. Perencanaan
Block plan yang telah dihasilkan sebelumnya merupakan hasil pengembangan
konsep, analisis berbagai aspek pembentuk tapak, dan hasil overlay beberapa peta yang
diperoleh. Dari hasil block plan ini kemudian dilakukan pengembangan ruang-ruang
aktivitas wisata, pembentukan jalur bagi pengunjung dan masyarakat, dan penyediaan
fasilitas pendukung aktivitas wisata, dan keperluan tata hijau pada tapak.
4.4.1. Rencana Ruang
Rencana zonasi ruang pada tapak bertujuan untuk mengakomodasi kebutuhan
pengunjung dan masyarakat, sehingga tercapai fungsi ruang yang akan dikembangkan.
Rencana ruang terbagi atas tiga ruang tujuan wisata, yaitu ruang agrowisata, ruang
pendukung agrowisata, dan ruang penyangga.
Ruang Agrowisata, merupakan ruang tempat berlangsungnya atraksi
agrowisata. Atraksi yang dikembangkan merupakan pengembangan potensi pertanian
dan perikanan yang dimiliki tapak, sehingga ruang ini terbagi atas sub ruang agrowisata
pertanian, dan perikanan.
a. Ruang Agrowisata Pertanian
Pada ruang agrowisata pertanian, wisata yang akan dikembangkan adalah wisata
tanaman padi dan sayuran, sehingga sub ruang yang dikembangkan adalah sub ruang
sawah dan kebun, sub ruang budidaya, sub ruang pasca panen, sub ruang penjualan, dan
sub ruang teknologi pertanian.

k^nglgl^^
'■ ■ __ 7^ - ~.. ryv r-v -

-V-

Gambar 35. Ilustrasi Ruang Agrowisata Pertanian


Sub ruang sawah dan kebun merupakan ruang bagi petani untuk melakukan
aktivitas budidaya, sekaligus sebagai objek dan atraksi yang dapat dinikmati oleh
pengunjung untuk mengetahui proses budidaya. Sub ruang budidaya merupakan ruang
bagi pengunjung untuk dapat terlibat secara langsung melakukan proses budidaya,
seperti persiapan lahan, penanaman hingga panen. Pada sub ruang pasca panen,
pengunjung dapat mengikuti proses sortir, pengolahan, dan pengemasan produk.
Kemudian, pada sub ruang penjualan, pengunjung dapat membeli produk segar hasil
panen maupun produk olahan, dan bibit tanaman. Selain itu, pengunjung dapat pula
mengetahui serta mempelajari teknologi pertanian yang digunakan petani pada sub
ruang teknologi pertanian.
b. Ruang Agrowisata Perikanan
79

Pada ruang agrowisata perikanan, wisata yang akan dikembangkan adalah wisata
ikan. Ruang-ruang yang dikembangkan adalah sub ruang kolam ikan, sub ruang
budidaya, sub ruang pasca panen, sub ruang penjualan, dan sub ruang teknologi
perikanan.
Sub ruang kolam ikan merupakan ruang bagi petani dalam melakukan aktivitas
budidaya, sehingga pengunjung dapat melakukan pengamatan terhadap proses budidaya
ikan. Sub ruang budidaya merupakan ruang bagi pengunjung untuk dapat terlibat secara
langsung melakukan aktivitas budidaya, seperti persiapan kolam, pembibitan,
pembenihan, pendederan, pembesaran, dan panen hasil. Pada sub ruang pasca panen,
pengunjung dapat mengikuti proses sortir dan pengemasan produk. Pada sub ruang
penjualan merupakan tempat untuk membeli ikan segar dan benih ikan hasil
pendederan. Pada sub ruang teknologi perikanan, pengunjung dapat pula mengetahui
serta mempelajari teknologi pertanian yang digunakan petani.

Gambar 36. Ilustrasi Ruang Agrowisata Perikanan

Ruang Pendukung Agrowisata


Ruang ini merupakan ruang yang berfungsi memberikan pelayanan atau
akomodasi kepada pengunjung dalam hal kelengkapan, kemudahan, dan kenyamanan
aktivitas agrowisata.
a. Ruang Penerimaan
Ruang penerimaan merupakan ruang yang berfungsi sebagai welcome area,
ruang ini berfungsi sebagai ruang identitas yang memberikan karakter dan identitas
tapak sebagai kawasan agrowisata, dan ruang informasi sebagai pusat informasi bagi
pengunjung yang ingin mengetahui informasi wisata pada tapak.
Ruang penerimaan direncanakan terletak di bagian depan jalan masuk bagian
utara tapak yang disebut ruang penerimaan utama, dan di depan jalan masuk bagian
barat dan selatan serta di depan sub ruang agrowisata yang disebut ruang penerimaan
satelit. Lokasi kedua ini berkaitan dengan pemisahan aktivitas pengunjung dengan
masyarakat, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan masing-masing tujuan tersebut.
Ruang penerimaan utama ditandai dengan gerbang penanda, sedangkan ruang
penerimaan satelit ditandai dengan papan nama.
80

Gambar 37. Ilustrasi Ruang Penerimaan Utama

b. Ruang Pelayanan
Ruang pelayanan merupakan ruang yang berfungsi memberikan kemudahan
serta kenyaman bagi pengunjung. Ruang pelayanan utama direncanakan untuk
diletakkan terpusat pada bagian depan tapak setelah ruang penerimaan utama. Tujuan
pemilihan lokasi ini adalah agar ruang mudah diakses oleh pengunjung maupun calon
pengunjung dan arah perjalanan wisata terpola dari arah utara ke selatan. Pada ruang
pelayanan utama, pengunjung maupun calon pengunjung dapat mengetahui informasi
wisata pada tapak, sehingga dapat menarik minat untuk mengunjungi objek dan atraksi
agrowisata pada tapak secara langsung. Selain ruang pelayanan utama, terdapat juga
ruang pelayanan satelit yang diletakkan pada masing-masing sub ruang agrowisata serta
menyebar di dalam tapak berupa rest area, sehingga memberikan kemudahan dan
kenyamanan bagi pengunjung.

Gambar 38. Ilustrasi Ruang Pelayanan


c. Ruang Transisi
Ruang transisi merupakan ruang persiapan, sebagai ruang peralihan yang
memberi orientasi atau mengarahkan pengunjung pada ruang agrowisata yang akan
dituju. Ruang ini berupa berupa pemukiman, sawah, kebun, dan kolam ikan, dan
aktivitas budidaya, sehingga pengunjung dapat merasakan suasana pertanian di
81

pedesaan.

Gambar 39. Ilustrasi Ruang Transisi : Pemukiman (Kiri) dan Aktivitas Budidaya
(Kanan)
( Sumber : http://images.google.co.id/images?q=farm%20actvity
%btnG=Cari&hl=&tab=ni)

Keterangan: : Ruang Agrowisata


: Ruang Penerimaan Utama Pertanian
: Ruang Penerimaan Satelit : Ruang Agrowisata
: Ruang Pelayanan Utama : Ruang Penyangga
■1: Ruang Pelayanan Satelit —>: Arah Pergerakan
s : Ruang Transisi : Ruang
Masyarakat
Gambar 40. Diagram Rencana Ruang
82

d. Ruang Masyarakat
Perencanaan ruang masyarakat memperhatikan ruang tersebut sebagai ruang
kehidupan di dalam tapak. Pemukiman dibatasi hingga tidak menyebar ke dalam lahan
pertanian dan perikanan, sehingga dapat mengakibatkan alih fungsi lahan dan memicu
degradasi kualitas lingkungan. Karakteristik masyarakat yang terbuka sebagai nilai
penting yang berpotensi dalam pengembangan pemukiman masyarakat sebagai
homestay bagi pengunjung yang ingin menikmati suasana lingkungan pedesaan.
Pengembangan ruang masyarakat sebagai pendukung agrowisata tetap memperhatikan
pemukiman sebagai ruang pribadi masyarakat, sehingga pengembangannya adalah
sebagai ruang aktivitas agrowisata semi instensif.
Ruang Konservasi
Merupakan ruang dalam tapak yang berfungsi sebagai ruang konservasi tanah
dan air, dan fungsi mempertahankan tapak sebagai area tangkapan dan resapan air.
Ruang penyangga pada tapak merupakan hutan dan badan air situ (check dam), dan area
dengan kemiringan curam yang berbahaya, sehingga perlu dikonservasi. Hutan di dalam
tapak dapat meningkatkan suplai udara segar dan kenyamanan serta memberikan fungsi
hidrologis dalam menjaga suplai air.
Rencana ruang keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 41.
4.4.2. Rencana Aktivitas dan Fasilitas
Ruang Agrowisata
Ruang agrowisata yang direncanakan pada tapak, mencakup ruang agrowisata
pertanian dan ruang agrowisata perikanan.
a. Ruang Agrowisata Pertanian
Di dalam ruang ini, aktivitas aktif yang dikembangkan adalah keikutsertaan
pengunjung dalam proses budidaya, dari mulai persiapan lahan, penanaman hingga
panen, seperti membajak sawah dengan traktor atau kerbau, menanam padi dan sayuran,
pemupukan, dan panen hasil; dan aktivitas pasca panen seperti aktivitas sortir,
pengolahan, dan pengemasan produk.
Sedangkan untuk aktivitas pasif berupa pengamatan keragaman jenis tanaman
pertanian, pengamatan aktivitas budidaya oleh petani, mengenal beragam peralatan
budidaya pertanian, membeli produk segar hasil panen dan produk olahannya, membeli
benih tanaman, bermain di kubangan, jalan santai menikmati pemandangan, buffalo
rides, membuat orang-orangan sawah, memancing belut, photohunting, istirahat,
mengkonsumsi produk olahan.
Berkaitan dengan berbagai aktivitas tersebut di atas, fasilitas yang disediakan
berupa sawah dan kebun sayuran, lahan percobaan, peralatan budidaya, ruang
pengolahan dan pengemasan, gudang peralatan, papan informasi, family athering area,
tempat duduk, saung petani, saung istirahat, restoran tradisional.
83

RENCANA RUANG
u

Keterangan :
Batas tapak
Ruang Penerimaan Utama (1,14 ha) Ruang Penerimaan
Satelit (0,14 ha) Ruang Pelayanan Utama (2,24 ha) Ruang
Pelayanan Satelit (0,64 ha)
Ruang Transisi (16,09 ha)
Ruang Agrowisata Pertanian (121,23 ha) Ruang
Agrowisata Perikanan (20,92) Ruang Konservasi (186,49
ha)
Ruang Masyarakat (22,42 ha)
PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA Dl DESA
SITUDAUN, KECAMATAN TENJOLAvYA,
KABUPATEN BOGOR
Sumber:
Peta Rupa Bumi (1999), Peta Digital Kemiringan Lahan
Kab. Bogor (2005), Survei Lapang (2006)

Gambar 41. Rencana Ruang


1.52 Kilometers
0.5
Gambar 42. Ilustrasi Aktivitas Agrowisata Pertanian: Menanam Padi (Kiri Atas);
Membajak Sawah (Kanan Atas); Jalan Santai di Areal Sawah (Kiri
Bawah); Bermain di Kubangan (Kanan Bawah)
( Sumber : http://images.google. co.id/im ages?q=farm%20actvity + agritorurism
%btnG=Cari&hl=&tab=ni)

Gambar 43 Ilustrasi Fasilitas Agrowisata Pertanian: Lahan Percobaan Lengkap


dengan Gudang Peralatan (Kiri); Saung Istirahat (Kanan)
(Sumber : http://im ages. google.co. id/im ages?q=saung%20area
%btnG=Cari&hl=id&it=N&tab=wi)
b. Ruang Agrowisata Perikanan
Aktivitas aktif yang dapat dilakukan pada ruang ini adalah mengikuti proses
budidaya ikan, yaitu seperti menyiapkan kolam, pemupukan kolam, memilih indukan,
pemijahan, penetasan telur, pendederan, memberi pakan, dan panen hasil, aktivitas
pasca panen berupa sortir, dan pengemasan produk. Sedangkan aktivitas pasif berupa
pengamatan keragaman jenis ikan air tawar, pengamatan aktivitas budidaya oleh petani,
mengenal beragam peralatan budidaya ikan air tawar, membeli ikan segar hasil panen,
membeli benih ikan, jalan santai menikmati pemandangan, memancing, menangkap
ikan, photohunting, istirahat, mengkonsumsi ikan hasil panen. Kolam ikan, kolam
percobaan, kolam pemancingan, saung pemancingan, peralatan budidaya, ruang
pengolahan dan pengemasan produk, gudang peralatan, papan informasi, family
gathering area, tempat duduk, saung petani, saung istirahat, restoran tradisional.

Gambar 44. Ilustrasi Aktivitas di Ruang Agrowisata Perikanan


(Sumber : http://images.google.co.id/images?q=fishing%20area
%btnG=Cari&hl=id&it=N&tab=wi)

Gambar 45. Ilustrasi Fasilitas Saung Pancing di Ruang Agrowisata Perikanan


Ruang Pendukung Agrowisata a. Ruang
Penerimaan
Ruang ini adalah area pertama yang dijumpai oleh pengunjung yang memasuki
tapak. Aktivitas pegunjung pada ruang ini hanya berupa aktivitas pasif, yaitu mengamati
dan membentuk image, akses informasi wisata tapak, dan membeli dan cek tiket.
Aktivitas ini sejalan dengan fungsi ruang sebagai ruang identitas dan informasi. Fasilitas
yang dikembangkan adalah fasilitas identitas tapak berupa gerbang penanda. Suasana
lingkungan pedesaan, sawah, kebun, dan kolam ikan yang berada pada tepi jalan di
sekitar ruang ini dapat menguatkan identitas tapak sebagai kawasan agrowisata.
Fasilitas pendukung yang direncanakan pada ruang penerimaan utama berupa
Gerbang penanda, kantor pengelola dan pusat informasi (jalan masuk bagian utara),
papan informasi (peta tapak dan informasi wisata), papan penunjuk arah. Fasilitas papan
informasi dan penunjuk arah tidak hanya diletakkan di satu tempat, namun menyebar di
lokasi yang tepat di dalam tapak, yang dapat dilihat jelas oleh pengunjung. Pada ruang
penerimaan satelit, fasilitas yang dikembangkan adalah papan nama, pos ticketing (sub
ruang agrowisata), pos informasi, papan informasi (peta tapak dan informasi wisata),
dan penunjuk arah.

Gamb ar 46. Ilustrasi Papan Penunjuk Arah (Kiri) dan Information Board (Kanan)
(Sumber: http://images.google.co.id/images?q=information
%20board&btnG=Cari&hl=id&sa=N&=wi)

b. Ruang Pelayanan
Sebelum memasuki ruang agrowisata, pengunjung dapat memperoleh pelayanan
wisata di ruang pelayanan utama yang terdapat dekat dengan lokasi ruang penerimaan
utama. Ruang pelayanan utama adalah murupakan yang lokasinya terpisah dari
keseluruhan ruang agrowisata. Ruang pelayanan satelit diletakkan menyebar pada titik-
titik tertentu di dalam tapak, terutama pada masing-masing sub ruang agrowisata. Ruang
ini berfungsi sebagai rest area bagi pengunjung.
Aktivitas yang dikembangkan pada ruang pelayanan utama adalah aktivtas pasif,
yaitu istirahat, makan dan minum, belanja souvenir, akses informasi, membeli tiket,
menginap, memarkir kendaraan, memperoleh kenderaan khusus wisata, penyewaan
sepeda, beribadah. Berkaitan dengan aktivitas tersebut, fasilitas pelayanan yang dapat
dijumpai berupa saung istirahat, restoran tradisional, kios, papan informasi (peta tapak
dan informasi wisata), information corner, loket tiket, penginapan, tempat parkir,
fasilitas kenderaan khusus wisata, tempat penyewaan sepeda, telepon umum, musholla,
toilet. Aktivitas pada ruang pelayanan satelit direncakan memiliki jenis kegiatan yang
tidak jauh berbeda dengan ruang pelayanan utama, tetapi pada ruang ini tidak terdapat
fasilitas penginapan dan penyewaan sepeda.
c. Ruang Transisi
Ruang ini merupakan ruang di dalam tapak sebagai ruang persiapan menuju
ruang agrowisata. Ruang ini berupa deretan pemukiman, hamparan sawah, kebun, dan
kolam ikan, dan aktivitas budidaya di dalamnya. Aktivitas yang dikembangkan adalah
aktivitas pasif berupa aktivitas jalan santai, bersepeda, duduk dan beristirahat serta
menikmati pemandangan. Fasilitas yang disediakan berupa saung istirahat dan tempat
duduk dengan objek pemandangan alam yang menarik, jalur bagi pengguna sepeda dan
pejalan kaki (trotoar).
Gambar 47. Ilustrasi Aktivitas di Ruang Transisi

d. Ruang Masyarakat
Ruang masyarakat berpotensi dikembangkan sebagai objek dan atraksi wisata
yang dapat ditawarkan kepada pengunjung. Pola kehidupan dan aktivitas masyarakat
desa menjadi hal yang menarik yang dapat ditawarkan kepada pengunjung. Sifat
masyarakat yang cenderung terbuka memungkinkan untuk mengembangkan fasilitas
tempat tinggal sebagai fasilitas home stay bagi pengunjung. Sebagai ruang pribadi
masyarakat, aktivitas wisata yang dilakukan tidak direncanakan secara intensif.
Pengembangan aktivitas pada ruang ini berupa aktivitas pasif semi intensif, seperti
mengenal kehidupan petani dan masyarakat, dan bermalam di pemukiman penduduk.
e. Ruang Konservasi
Pada ruang konservasi aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas pasif dan
berorientasi pada alam berupa bersepeda, nature trail, viewing dengan berjalan-jalan
menikmati keindahan dan menghirup udara segar, scenery observation, dan
photohunting. Fasilitas yang disediakan adalah jalur sepeda, track alami, saung istirahat,
tempat duduk, observation deck, dan teropong.

Gambar 48. Ilustrasi Aktivitas di Ruang Konservasi


(Sumber: http://images.google.co.id/images?
q=deck+observation&btnG=Cari&hl=id&sa=N&tab=wi)

Gambar 49. Ilustrasi Fasilitas Observation Deck


88

Tabel 16. Pengembangan Ruang, Aktivitas dan Fasilitas Agrowisata Intensitas Aktivitas Fasilitas
Tipe Aktivitas
Ruang______________Sub Ruang__________Aktivitas__________________
A. Ruang Agrowisata
Intensif dan semi Sawah dan
Aktif dan pasif
1. Ruang • Sawah dan kebun • Pengamatan keragaman jenis kebun sayuran, lahan
Agrowisata sayuran tanaman pertanian intensifpercobaan, peralatan
Pertanian • Budidaya tanaman • Pengamatan aktivitas budidaya
padi dan sayuran oleh petani
budidaya,
• Pasca panen • Mengikuti aktivitas budidaya, ruang
• Penjualan produk seperti membajak sawah dengan pengolahan dan
pertanian traktor atau kerbau, menanam padi
• Teknologi dan sayuran, pemupukan, dan pengemasan,
budidaya pertanian panen hasil gudang
• Mengikuti aktivitas pasca panen,
seperti aktivitas sortir, pengolahan, peralatan, papan
dan pengemasan produk informasi,
• Membeli produk segar hasil panen
maupun produk olahan, benih family gatherig
tanaman area, tempat
• Mengenal beragam peralatan
budidaya pertanian
duduk, saung
• Jalan santai menikmati pemandangan, petani, saung
bermain di kubangan, buffalo rides,
membuat orang-orangan sawah,
istirahat,
memancing belut, photohunting, restoran
istirahat, mengkonsumsi produk tradisional
olahan
Intensif Kolam ikan, kolam
Aktif dan pasif
2. Ruang • Kolam ikan • Pengamatan keragaman jenis ikan percobaan,
Agrowisata • Budidaya ikan air air tawar
Perikanan tawar • Pengamatan aktivitas budidaya kolam
• Pasca panen oleh petani pemancingan,
• Penjualan produk • Mengikuti aktivitas budidaya ikan, saung
perikanan seperti menyiapkan kolam,
pemancingan,
peralatan budidaya, ruang pengolahan dan pengemasan produk,
gudang peralatan, papan informasi,
89

(Lanjutan Tabel 16)


• Teknologi family gatherig area, tempat
pemupukan kolam,
budidaya duduk, saung petani, saung
perikanan memilih indukan, istirahat, restoran tradisional
pemijahan, penetasan telur, pendederan, memberi pakan, dan panen hasil
• Mengikuti aktivitas pasca panen, berupa aktivitas sortir, dan pengemasan produk
• Membeli ikan segar hasil panen dan benih ikan
• Mengenal beragam peralatan budidaya ikan air tawar
• Jalan santai menikmati
pemandangan, memancing, menangkap ikan, photohunting, istirahat, mengkonsumsi
ikan hasil panen_________
B. Ruang Pendukung Agrowisata
Ruang • Indentitas Ruang Penerimaan Utama • Pasif Intensif Gerbang penanda, kantor penge
Penerimaan • Informasi Akses informasi wisata dan pusat informasi (jalan masu
bagian utara), papan informasi
(peta tapak dan informasi wisat
papan penunjuk arah

Ruang Penerimaan Satelit Pasif Intensif


Papan nama, pos ticketing (sub
• Akses informasi wisata
ruang agrowisata), pos informa
• Check tiket
papan informasi (peta tapak dan
informasi wisata), papan penun
arah
(Lanjutan Tabel 16)
Ruang Pelayanan Ruang Pelayanan Utama Pasif Intensif Saung istirahat, restora
• Istirahat tradisional, kios, papan
• Makan dan minum informasi (peta tapak d
• Belanja souvenir informasi wisata),
• Akses informasi wisata comer, loket tiket,
• Membeli tiket tempat parkir, fasilitas
• Menginap kenderaan khusus wisa
• Memarkir kendaraan tempat penyewaan sepe
• Memperoleh kenderaan telepon umum, mushol
wisata
khusus toilet
• Penyewaan sepeda
• Beribadah
Ruang Pelayanan Satelit Pasif Intensif Saung istirahat, restora
• Istirahat tradisional, kios, papan
• Makan dan minum informasi (peta tapak d
• Belanja souvenir informasi wisata), temp
• Akses informasi wisata musholla, toilet
• Memarkir kendaraan
• Beribadah
Ruang Transisi • Jalan santai Pasif Intensif Saung istirahat, tempat
• Bersepeda duduk,
jalur bagi pejalan kaki
• Istirahat dan sepeda
• Menikmati pemandangan
Ruang • Homestay Pasif Semi intensif Rumah petani, jalur
Masyarakat • Mengenal kehidupan petani dan lingkungan desa
masyarakat
. Ruang • Bersepeda Pasif Semi intensif Saung istirahat, tempat
Konservasi • Nature trail observation deck, jalur
• Viewing dan Scenery track alami, teropong
• Photo hunting
91

4.4.3. Rencana Sirkulasi


Rencana sirkulasi pada tapak dikembangkan mengikuti pengembangan konsep
sebelumnya, dengan membagi jalur sirkulasi menjadi dua jalur kepentingan, yaitu jalur
sirkulasi wisata dan jalur sirkulasi masyarakat.
Jalur Sirkulasi Wisata
Jalur sirkulasi wisata merupakan jalur sirkulasi bagi pengunjung untuk
menikmati objek dan atraksi wisata yang ditawarkan pada tapak. Jalur ini terbagi atas
tiga jalur sebagai berikut dengan penggunaan berbeda:
1. Jalur primer
Jalur ini merupakan jalur yang digunakan bagi kendaraan khusus wisata yang
menghubungkan ruang wisata di dalam tapak. Jalur ini berupa jalan lokal aspal yang
terdapat di dalam tapak dengan pola loop atau memutar sehingga dapat menikmati
seluruh objek dan atraksi wisata yang ditawarkan. Lebar jalur yang direncanakan ±6
m untuk dua jalur kendaraan dengan dua arah.
2. Jalur sekunder
Jalur sekunder wisata diperuntukkan bagi kendaraan sepeda. Perencanaan jalur ini
adalah penggunaan jalur sirkulasi sepeda kelas II, yaitu jalur sepeda berada pada
bidang yang sama dengan jalur kenderaan dengan pemisahan jalur berupa garis
jalan. Lebar jalur yang direncanakan ±2 m untuk dua jalur sepeda. Jalur ini
direncanakan melalui ruang-ruang di dalam tapak dengan mengikuti pola jalur
primer yang direncanakan, dan juga dapat dikombinasikan dengan jalur tersier
dalam bentuk track alami untuk mendapatkan pengalaman dan pemandangan alam
yang menarik.
3. Jalur Tersier
Jalur tersier merupakan jalur yang diperuntukkan bagi pejalan kaki. Jalur ini dapat
berupa trotoar maupun jalur eksisting dan track alami yang menghubungkan sub-
sub ruang dalam ruang wisata. Lebar jalur yang direncanakan adalah ±0,9-2 m
dengan pola jalur memusat menuju pusat - pusat objek dan atraksi wisata.
Kondisi tapak yang memiliki jalur yang panjang berpotensi menyebabkan
kelelahan bagi pengunjung, sehingga pada jalur dilengkapi dengan stoping area berupa
fasilitas saung dan tempat duduk. Fasilitas ini berfungsi memberi kesempatan pada
pengunjung untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanannya kembali. Pada jalur
primer fasilitas ini lengkapi dengan on street parking untuk menghindari kemacetan dan
menigkatkan keteraturan di dalam tapak.
92

Gambar 50. Potongan Jalur Primer dan Sekunder Wisata


93

Gambar 51. Ilustrasi Jalur Sepeda


Gambar 52. Ilustrasi Stopping Area

Jalur Sirkulasi Masyarakat


Jalur sirkulasi masyarakat merupakan jalur yang dibuat bagi kebutuhan
masyarakat sebagai fungsi produksi dan penghubung antar ruang kehidupan masyarakat.
Jalur ini terbagi atas dua jalur sebagai berikut:
1. Jalur Primer
Jalur primer merupakan jalur bagi kendaraan produksi, kendaraan pribadi, dan
angkutan umum yang kelur masuk tapak. Jalur produksi menggunakan dua arah
sebagai penghubung antara sawah, kebun, dan kolam ikan, ruang masyarkat, dan
akses keluar masuk tapak mengangkut hasil panen. Kesamaan jalur produksi dengan
jalur pengunjung dapat menguatkan nuansa pertanian pada tapak. Lebar jalur yang
direncanakan ±6 m untuk dua jalur kendaraan dengan dua arah.
2. Jalur Sekunder
Jalur ini merupakan jalur pejalan kaki bagi masyarakat sebagai fungsi ketetanggaan
dan jalur ke sawah, kebun, dan kolam ikan. Jalur ini dapat berupa jalur lingkungan
desa atau jalur eksisting penghubung ruang masyarakat dengan sawah, kebun, dan
kolam ikan, dan direncanakan sealami mungkin sesuai dengan kondisi tapak yang
bernuansa pedesaan.
94

RENCANASIRKULASI
u

Keterangan :
Batas tapak
Jalur masyarakat
Jalur pengunjung ® Akses masyarakat (J)
Akses masyarakat dan pengunjung Ruang
penerimaan utama Ruang penerimaan satelit
Ruang pelayanan utama Ruang pelayanan satelit
Ruang transisi Ruang agrowisata pertanian Ruang
agrowisata perikanan Ruang masyarakat Ruang
konservasi
PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA Dl
DESASITUDAUN, KECAMATAN
TENJOLAvYA, KABUPATEN BOGOR
Sumber:
Peta Rupa Bumi (1999), Peta Digital Tata Guna Lahan
dan Tutupan Lahan Kab. Bogor (2005), Survei Lapang
(2006)

Gambar 53. Rencana Sirkulasi


2 Kilometers
4.4.4. Rencana Tata Hijau
Perencanaan tata hijau untuk pengembangan tapak sebagai lanskap agrowisata
tidak terlepas dari fungsi pendukung vegetasi dalam membangun kualitas lingkungan
agar bernilai indah dan berfungsi dengan baik. Berdasarkan konsep yang telah disususn
sebelumnya, rencana tata hijau dibagi menjadi tata hijau estetis, pengarah, peneduh, dan
konservasi.
Tata hijau estetis, merupakan jenis tanaman yang berfungsi untuk menciptakan
suasana indah/esetis pada tapak. Nilai keindahan tersebut dapat diperoleh dari keunikan
tanaman, baik bagian maupun secara keseluruhan tanaman. Tata hijau jenis ini dapat
dibentuk dengan tipikal konfigurasi vegetasi secara linier atau geometrik pada ruang
penerimaan dan pelayanan, ruang masyarakat pada pekarangan rumah, dan tersebar
pada periferal jalur primer.
Tata hijau pengarah, berfungsi mengarahkan pergerakan pengguna, baik
kendaraan maupun manusia. Fungsi lain dari tata hijau pengarah adalah kontrol visual,
yaitu sebagai penghalang (screen), pagar (buffer), pembatas (border), dan pembingkai
(enframe). Tata hijau jenis ini dapat dibentuk dengan tipikal konfigurasi vegetasi secara
linier dan umumnya tersebar pada periferal jalur primer.
Tata hijau peneduh, merupakan tata hijau yang berfungsi utama sebagai
ameliorasi iklim. Jenis yang digunakan adalah tanaman yang dapat memberikan
perlindungan terhadap radiasi matahari, memberikan kenyamanan dengan menurunkan
temperatur udara dan mengatur kelembaban, serta menahan/memecah angin (wind
breaker). Tata hijau jenis ini dapat dibentuk dengan tipikal konfigurasi vegetasi secara
linier, geometrik, atau tersebar pada titik-titik yang dengan aktivitas yang intesif dan
memerlukan naungan seperti pada ruang agrowisata.
Tata hijau konservasi, meliputi tanaman untuk konservasi tanah dan air. Tata
hijau konservasi berfungsi untuk menjaga persediaan air (hidrologis) dan mencegah
terjadinya erosi (orologis). Tata hijau jenis ini dapat dibentuk dengan tipikal konfigurasi
vegetasi secara geometrik atau tersebar membentuk kesan alami.
RENCANA TATA HIJAU
u

Keterangan :
Batastapak
Jalursirkulasi
Estetis
Pengar
ah
Penedu
h
Produk
si
Konser
vasi

PERENCANAAN LANSKAP
AGROWISATA Dl DESA
SITUDAUN, KECAMATAN
TENJOLAvYA, KABUPATEN
BOGOR
Sumber:
Peta Rupa Bumi (1999), Peta Digital
0 0.5 1 1.5 2 Kilometers Kemiringan Lahan Kab. Bogor(2005),
Survei Lapang (2006)

Gambar 54. Rencana Tata Hijau


97

Perencanaan tata hijau mencakup fungsi tanaman dan peletakkan tanaman.


Pemilihan jenis tanaman yang dilakukan didasarkan pada fungsi tanaman (sesuai
dengan rencana tata hijau) dan peletakkan tanaman (sesuai dengan fungsi tanaman).
Selain itu pemilihan jenis tanaman juga lebih mengutamakan tanaman yang mudah
dalam pemeliharaan mengingat area tapak yang sangat luas. Alternatif tanaman yang
digunakan untuk perencanaan tata hijau tapak dilihat pada Tabel 15. Pada tabel tersebut
dapat dilihat beberapa tanaman yang terdiri dari pohon, semak, penutup tanah, rumput,
dan tanaman merambat. Tanaman- tanaman tersebut merupakan alternatif pilihan dapat
yang digunakan/ditanam dalam tapak dengan pertimbangan yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Tabel 17. Alternatif Tanaman untuk Perencanaan Tata Hijau
No. Nama Lokal Nama Latin ---------------
12 3 4
A.Pohon
1.Damar Agathis alba • •
2.Sirsak Annona murikata •
3.Srikaya Annona squamosa •
4.Akasia Acacia auriculifomis • ••
5.Bambu Bambusa vulgaris •
6.Cemara balon Casuarina sumatrana •
7.Cemara laut Casuariana •
8.Jeruk besar Citrus marsh •
9.Kenanga Canangium odoratum •
10.Kayu manis Cinnamomum •
11.Karet Ficus elastica •
12.Beringin Ficus benjamina • ••
13.Waru Hibiscus tiliaceus •• •
14.Bungur Lagerstromia speciosa •• •
15.Sawo kecik Manilkara kauki • •
16.Saputangan Maniltoa grandiflora •
17.Cempaka Michelia champaca ••
18.Ketapang Terminalia catappa •• •
19.Manggis Garcinia mangostana • •
B.Semak
1.Nanas hias Aechema sp. •
2.Agave hijau Agave sisalana •
3.Sri rejeki Aglaonema sp. ••
4.Talas besar Alocasia macrorrhiza •
5.Paku sarang burung Aspelium nidus •
6.Bogenvil Bougainvillea ••
7.Bakung harum Crinum sp. ••
8.Sikas Cycas revoluta •
9.Cyperus darat Cyperus alternifolius •

(Lanjutan Tabel 17)


98

Fungsi
No.Nama Lokal
Nama Latin ■ 12 3 4
10.Balancing Diffenbachia sp. ••
11.Kaki laba-laba Osmoxylum lineare •••
12.Dracena Dracaena sp. •
13.Pohon pangkas Duranta repens •••
14.Terang bulan Duranta variegata •••
15.Euphorbia Euphorbia lactea ••
17.Talas-talasan Homalomena sulcata •••
18.Pacar air Impatiens sp. •
19.Lantana Lantana camara •••
20.Kemuning Murayya paniculata ••
21.Lolipop Pachystachys lutea •
22.Patah tulang Padilantus pringlei •
23.Cendrawasih Phyllanthus niruri ••
24.Pilodendron daun besar Philodendron selloum •
25.Pilodendron daun kecil Phillodendron xanadu •
26.Azalea Rhododendron sp. •••
27.Lidah mertua Sanseviera trfasciata •
28.Walisongo Schefflera arboricola ••
29.Spatipilum Spathiphyllum wallisii •
30.Zamia Zamia sp. •
C.Penutup Tanah
1.Suplir Adiantum capillusveneris • •
2.Agave Agave agustifolia •
3.Krokot Alternanthera ficoides ••
4.Asparagus Asparagus sp. •
5.Begonia Begonia spp. •
6.Calatea Calathea spp. ••
7.Janggut musa Callisia repens •
8.Kucai jepang Carex marrowii •••
9.Lili paris Chloropyitum cosmosum • • •
10.Taiwan beauty Cuphea sp. ••
11.Lili kuning Hemerocallis aurantica •••
12.Bakung hias Hymenocallis caribaeae • •
13.Lili Lilium longifiolium •••
14.Maranta
(Lanjutan Tabel 17) Maranta leuconeura •
15.Paku jejer Nephrolepis exaltata • • Fungsi
No.Nama Lokal
16.Ophiopogon Nama Latin
Ophiopogon jaburan •1 2 3 4
17.Pandan wangi Pandanus amarylifolia •
27.Cuban zephyr
18.Pandan lily
variegata Zypheranthus
Pandanus rosea
pygmaeus • ••
D.Rumput
19.Petunia Petunia hybrida •
1.Rumput
20.Sutra paetan
bombay Axonopus
Portulaca compressus • ••
grandiflora •
2.Rumput
21.Adam hawa paetan mini Axonopus
Rhoeo discolor compressus •• • •
3.Rumput
22.Ruelia kawat Cynodon dactylon
Ruelia malacosperma • • •
4.Rumput manila
23.Rumput gondrong Zoysia matrella
Scirpus grossus •• • •
E.Tanamantanah
24.Anggrek Merambat Spathoglotis
1.Alamanda Allamandaplicata
cathartica • • •
25.Serunai rambat
2.Mandevila. Widelia biflora
Mandevilla sp. • •• •
26.Rumput belang Zebrina pendula ••
3.Monstera Monstera sp. •
4.Pasiflora Passiflora foetida • •
5.Pilodendron kuning Phillodendron •
6.Dolar-dolaran Picus repens •
7.Sirih belanda Scindapsus aureus •
8.Tunbergia Thunbergia •
Keterangan: grandiflora
1: Fungsi Estetis; 2: Fungsi Pengarah; 3: Fungsi Peneduh; 4: Funsi
Konservasi
99

4.4.5. Touring Plan


Touring plan merupakan rencana perjalanan wisata di dalam tapak. Perjalanan
ini bertujuan agar pengunjung dapat memperoleh berbagai pengalaman dan
pengetahuan dari objek dan atraksi agrowisata yang ditawarkan. Jenis aktivitas aktif dan
pasif-berdasarkan konsep yang diharapkan-diterjemahkan dalam keikutsertaan
pengunjung dalam proses budidaya, hubungan dengan masyarakat, dan alam secara
langsung.
Perjalanan diawali dengan aktivitas pengunjung memasuki tapak dari tiga arah,
yaitu dari arah utara sebagai jalur masuk utama akan dijumpai ruang penerimaan utama,
dan dari arah barat dan selatan akan dijumpai ruang penerimaan satelit. Ruang-ruang ini
dapat dikenali dengan adanya gerbang penanda atau papan nama. Semua pengunjung
dengan kenderaan pribadi atau kenderaan umum langsung ke ruang pelayanan pusat. Di
ruang ini pengunjung dapat mengakses informasi wisata pada tapak, membeli tiket,
beristirahat, dan memperoleh fasilitas akomodasi lainnya. Di ruang ini juga diisediakan
kendaraan khusus wisata dan sepeda, ditujukan untuk memberikan kemudahan bagi
pengunjung dan keteraturan perjalanan wisata di dalam tapak. Pengunjung dapat
memilih menggunakan kenderaan khusus wisata, sepeda, atau tetap menggunakan
kenderaan pribadi untuk menikmati objek dan atraksi agrowisata di dalam tapak.
Melanjutkan perjalanan, ruang selanjutnya yang dapat dijumpai oleh
pengunjung adalah ruang transisi. Ruang ini berupa pemukiman dan hamparan lahan
pertanian dan perikanan masyarakat. Pengunjung dapat melakukan aktivitas pasif
seperti jalan santai atau sekedar beristirahat menikmati pemandangan. Selanjutnya pada
ruang penerimaan satelit terdapat aktivitas check tiket, kemudian pengunjung dapat
masuk ke dalam sub ruang agrowisata untuk menikmati objek dan atraksi agrowisata.
Sub ruang agrowisata pertama yang dapat dijumpai oleh pengunjung adalah
ruang agrowisata perikanan. Hamparan kolam ikan dapat dijumpai pada ruang ini
lenkap dengan aktivitas petani di dalamnya. Kendaraan dapat diparkir pada ruang
pelayanan satelit, sehingga pengunjung dapat menikmati jenis wisata ini. Selanjutnya
pengunjung dapat melakukan aktivitas wisata, seperti mengamati keragaman jenis ikan
air tawar, juga dapat melakukan aktivitas belanja maupun mengikuti paket-paket
aktivitas agrowisata perikanan yang ditawarkan.
Pada sub ruang agrowisata pertanian, yang dapat dinikmati oleh pengunjung
adalah jenis agrowisata tanaman padi dan sayuran. Aktivitas yang ditawarkan adalah
aktivitas aktif intensif dalam bentuk keikutsertaan pengunjung dalam aktivitas budidaya
atau aktivitas pasif semi intensif menikmati sumberdaya lahan pertanian.
Perjalanan dilanjutkan ke ruang penyangga. Di sini pengunjung dapat
melakukatab aktivitas pasif semi intensif seperti viewing, scenery observation, dan
photo hunting. Bagi pengunjug dengan kendaraan pribadi dapat langsung keluar
kawasan melalui akses ketiga kawasan agrowisata. Sedangkan bagi wisatawan dengan
kendaraan khusus wisatawan harus kembali pada ruang pelayanan terpusat melalui jalur
yang berbeda.
Rencana Tapak
Keterangan
: Welcome
: Service
Area
Area Agrowisata
Area
Tanaman Pangan Area
Agrowisata Perikanan
Kawasan Pemukiman
Kawasan Hutan

Gambar 55. Rencana Tapak


Touring Plan

Keterangan
1 : Enterance Points
2,3,4 : Tour Objects
Points

Gambar 56. Touring Plan


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor merupakan desa kaya
akan potensi alam pertanian dan perikanan dengan background pegunungan yang dapat
dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Pengembangan tapak melalui perencanaan
lanskap agrowisata bertujuan agar lanskap berdaya guna, bernilai indah, berkelanjutan
dengan pelestarian pertanian lokal, dan secara tak langsung dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di dalamnya. Konsep dasar perencanaan lanskap agrowisata
di Desa Situdaun adalah pusat budidaya pertanian dan perikanan yang mendukung
aktivitas wisata, sehingga dapat menjadi objek dan atraksi agrowisata berbasis pertanian
dan perikanan. Dengan konsep tersebut, tapak diharapkan mampu mengakomodasi
kebutuhan ruang untuk budidaya dan pengunjung, dengan menonjolkan karakter
lanskap atau nilai- nilai ekologis pada tapak. Pengembangan tapak sebagai objek dan
atraksi agrowisata harus mampu memberikan manfaat bagi lanskap itu sendiri maupun
tanpa mengorbankan kepentingan ekologis. Oleh karena itu dalam konsep perencanaan
tapak dikembangkan beberapa fungsi, yaitu fungsi budidaya, wisata, konservasi,
pendidikan, dan ekonomi.
Perencanaan kawasan agrowisata dilakukan melalui penataan ruang, membuat
jalur bagi wisatawan dan masyarakat berupa jalur produksi dan angkutan umum,
pengaturan sistem transportasi serta pengembangan aktivitas dan fasilitas. Perencanaan
ini juga memperhatikan view sebagai pembentuk tapak sehingga dapat mendukung
karakter kawasan sesuai konsep yang diharapkan. Hasil studi ini berupa alternatif
perencanaan lanskap kawasan agrowisata dengan mengoptimalkan potensi yang ada
serta menciptakan keharmonisan antara manusia dengan alam lingkungannya. Hasil
akhir ini berupa rencana lanskap yang kemudian dikembangkan berupa touring plan,
sebagai suatu rencana perjalan di dalam tapak..
5. 2. Saran
1. Perencanaan lanskap agrowisata ini merupakan altematif perencanaan yang dapat
dilanjutkan dengan rencana yang lebih detil terhadap masing-masing sub ruang
agrowisata yang telah direncanakan.
2. Perlu dilakukan penyusunan program wisata dengan memeperhatikan objek yang
dapat dinikmati disesuaikan dengan jam kunjungan, sehingga dapat menarik
wisatawan.
3. Dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan agrowisata selanjutnya diperlukan
kerjasama antar pihak terkait serta peran serta aktif masyarakat, sehingga tujuan
yang diharapkan dapat tercapai.
4. Peran serta masyarakat untuk tetap mengusahakan lahannya sehingga alih guna
lahan dapat direduksi dan dapat dimanfaatkan sebagai objek agrowisata.

Anda mungkin juga menyukai