Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan istilah Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan komitmen perusahaan secara berkesinambungan untuk memberikan
kontribusi positif bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar. Corporate Social Responsibility (CSR) telah diatur dalam Undang-
undang No. 40 tahun 2007 yang menyebutkan bahwa Perseroan yang menjalankan
usahanya di bidang sumber daya alam dan bidang yang berkaitan dengan sumber
daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Peyaluran CSR (Corporate Social Responsibility) Perusahaan Kepada Masyarakat adalah Tanggung
Jawab Stakeholder atau Pemerintah Daerah. Dalam Hal ini Pemerintah, sebagai salah satu
stakeholder dalam pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR), memiliki
kepentingan yang besar terhadap program CSR perusahaan, Pemerintah cenderung untuk
mempengaruhi program CSR agar sejalan pembangunan Berkelanjutan. Dalam Karya ini akan
digambarkan peran pemerintah dalam kolaborasi stakeholders pada pelaksanaan program CSR. Hasil
penelitian menunjukkan pemerintah lebih banyak menjalankan peran mendukung pelaksanaan
program CSR perusahaan dengan menyediakan regulasi maupun fasilitas. Perusahaan pun memegang
komitmen untuk memberikan kontribusi terhadap capaian pembangunan melalui program CSR.
Pemerintah turut mensosialisasikan program CSR dan menjembatani komunikasi perusahaan dengan
masyarakat. Pemerintah memastikan tidak pihak yang dirugikan dalam kolaborasi pada pelaksanaan
CSR melalui pengawasan dan pengendalian. Di lain pihak, masyarakat menunjukkan komitmen
terhadap aturan pemerintah.
Karya Ilmiah ini Menggunakan Metode Penelitian dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) biaya
CSR bersifat wajib seperti dalam UU 40/2007 Pasal 74 ayat 1 dan 2. Ayat 1 menerangkan bahwa
perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya
alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Ayat 2 mengenai tanggung jawab
sosial dan lingkungan sebagaimana dalam ayat 1 merupakan kewajiban erseroan yang dianggarkan
dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan
kepatutan dan kewajaran. Di Indonesia, besaran dana CSR yang biasanya digunakan sebagai patokan
sekitar minimal 2% sampai 3% dari total keuntungan perusahaan dalam setahun. Data yang digunakan
adalah data sekunder yaitu, data kuantitatif berupa jumlah TanggungJawab SosiaL Perusahaan (TSP)
di Kabupaten Trenggalek.
Dengan demikian, penerapan CSR juga memberikan manfaat bagi pemerintah. Bentuk
kontribusi kepada pemerintah dengan adanya CSR, adalah sebagai berikut.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel tipe industri (profile) yang membedakan perusahaan menjadi low-
profile dan high-profile berpengaruh negatif terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure. Hal ini dapat dijelaskan dengan argumen bahwa
perusahaan low-profile ingin menunjukkan kepada investor dan masyarakat
bahwa kondisi perusahaan yang belum maksimal disebabkan oleh biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk tanggung jawab sosial. Selain itu perusahaan
high-profile dengan kondisi ekonomi yang baik merasa tidak perlu
memberikan informasi terkait dengan tanggung jawab sosial.
2. Variabel ukuran perusahaan (size) yang diukur dengan log natural (total aset)
berpengaruh positif terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Hal
ini dapat dijelaskan dengan argumen bahwa semakin besar aset suatu
perusahaan maka biaya keagenan yang muncul juga semakin besar sehingga
untuk mengurangi biaya keagenan tersebut, perusahaan cenderung
mengungkapkan informasi yang lebih luas.
3. Variabel profitabilitas perusahaan yang diukur dengan Return on Asset (ROA)
berpengaruh positif terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Hal
ini dapat dijelaskan dengan argumen bahwa perusahaan yang memiliki laba
yang tinggi akan menjadi sorotan, untuk mengurangi tekanan tersebut
89
perusahaan akan mengeluarkan biaya yang berkaitan dengan tanggung jawab
sosial.
4. Variabel leverage perusahaan yang diukur dengan Debt to Equity Ratio
(DER) tidak berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure. Hal ini dapat dijelaskan dengan argumen bahwa perusahaan yang
memiliki tingkat utang yang tinggi akan mendapat sorotan, namun tidak akan
menyebabkan perusahaan menghentikan tanggung jawab sosialnya.
Perusahaan tetap memiliki komitmen dalam melaksanakan Corporate Social
Responsibility, selain itu hubungan yang tetap terjalin dengan baik antara
perusahaan dan debtholders dapat mengurangi sorotan publik terhadap
perusahaan.
5. Variabel pertumbuhan perusahaan (growth) yang diukur dengan rasio
pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure. Hal ini dapat dijelaskan dengan argumen bahwa
investor lebih tertarik dengan kinerja keuangan perusahaan jangka pendek
dengan berorientasi kepada keuntungan (profit) yang diperoleh pada tahun
berjalan. Corporate Social Responsibility yang dilakukan perusahaan
dianggap berpengaruh pada kinerja jangka menengah dan jangka panjang
sehingga pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan rasio pertumbuhan
penjualan tidak mempengaruhi luas Corporate Social Responsibility
Disclosure.