HADITS
Rasi Nur Aeni1 Siti Endawati2
Prodi Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Syamsul ‘Ulum Gunung puyuh
Kota Sukabumi, Jawa Barat Indonesia
1
rasinuraeni@gmail.com 2endaawati713@gmail.com
ABSTRAK
Orientasi dari artikel ini adalah untuk mendiskusikan sejarah
perkembangan hadis serta pertumbuhannya agar kita mengetahui dan
tidak melupakan akan sejarah perjuangan para tokoh hadis terdahulu.
Tradisi penulisan hadis telah terjadi dari masa Nabi. Para sahabat
menerima hadis dari Nabi kemudian mencatat apa yang telah dikatakan
oleh Nabi. Namun jumlah sahabat yang bisa menulis masih sangat
sedikit, sehingga materi hadis yang tercatat pun terbatas. Selain itu juga
perhatian para sahabat yang masih bertumpu pada pemeliharaan al-
Qur’an, menjadikan catatan hadis hanya tersebar pada sahifah sahabat.
Bentuk penelitian atau metode yang dilakukan oleh kami dalam
memperoleh data atau informasi yaitu metode Library Research (Studi
kepustakaan). Penelitian kepustakaan merupakan suatu studi yang
digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan
berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti dokumen,
buku, kisah-kisah sejarah, dan lain sebagainya. Cara periwayat dalam
memperoleh dan menyampaikan hadis mengalami perbedaan antara
masa Nabi dengan masa Khulafa’ al-Rasyidin. Begitu juga periwayatan
hadis pada masa sahabat tidak sama dengan periwayatan hadis pada
masa sesudahnya. Sedangkan untuk masa Tabi’in telah terjadi
penghimpunan hadis, meskipun masih ada percampuran antara hadis
Nabi, perkataan sahabat dan fatwa Tabi’in. Barulah ketika Khalifah
Umar ibn Abdul Aziz menjadi khalifah, hadis mulai mengalami
pengkodifikasian.
Kata kunci : Sejarah, Hadis, Nabi saw, Khulafa’ Al-Rasidin, abi’in,
Abad II H, Kitab pokok.
2
2
Milya Sari dan Asmendri, Teori dan Praktik Konseling Expressive
“Penelitian Kepustakaan (Library Research) Writing”, Jurnal BK Unesa, (Vol.8, No 1,
dalam Penelitian Pendidikan IPA”, 2018), h. 4.
4
NATURAL SCINCE: Jurnal Penelitian Mustaqim, sejarah perkembangan
Bidang IPA dan Pendidikan IPA, (Vol. 6, dan pertumbuhan hadis , vidio youtube :
No 1, 2020),h. 42. https://youtu.be/ldSYwHZGgEE ,diakses
3
Abdi Mirzaqon dan Budi Purwoko, tanggal 20 november 2022.
“Studi Kepustakaan mengenai Landasan
4
itu bisa berupa perkataan Rasulullah Sehingga apa yang didengar dan
Shallallahu Alaihi Wasallam bisa disaksikan oleh para sahabat
berupa memperbuatan atau tindakan merupakan pedoman bagi amaliah
rasulullah SAW bisa juga berupa sifat dan ubudiah mereka. 7 Rasulullah
dan takrir dari Rasulullah SAW sudah SAW juga memerintahkan kepada
kita pelajari sebelumnya, taqrir itu para sahabatnya untuk menghafal,
adalah diamnya Rasulullah menyampaikan dan menyebar-
Shallallahu Alaihi Wasallam melihat luaskan hadis-hadis. Nabi sendiri
Apa yang dilakukan sahabat yang tidak hanya memerintahkan, namun
mana diamnya Rasulullah ini beliau juga banyak memberi spirit
dianggap sebagai persetujuan tidak melalui doa-doanya, dan tak jarang
ada pengingkaran atas apa yang Nabi juga menjanjikan kebaikan
dilakukan oleh sahabat sehingga akhirat bagi mereka yang menghafal
dianggap sebagai pembolehan, hadis dan menyampaikannya kepada
membolehkan apa yang dilakukan orang lain.8 Hal itulah yang kemudian
oleh sahabat.5 memotivasi para sahabat untuk
Hadis pada masa ini dikenal menghafalkan hadis, disamping para
dengan Ashr al-Wahy wa al-Takwin, sahabat adalah orang Arab tulen yang
yakni masa turun wahyu dan mayoritas tidak bisa baca-tulis,
pembentukan masyarakat Islam. 6 namun demikian mereka mempunyai
Keadaan seperti ini menuntut kemampuan hafalan yang luar biasa,
keseriusan dan kehati-hatian para karena menghafal merupakan budaya
sahabat sebagai pewaris pertama bangsa Arab yang telah diwarisinya. 9
ajaran Islam. Wahyu yang diturunkan Para sahabat pun dapat secara
Allah dijelaskan Nabi melalui langsung memperoleh hadis dari
perkataan, perbuatan, dan taqrirnya. Rasulullah SAW sebagai sumber
5
Muhammad Alfatih Suryadilaga, 8
Ahmad Isnaeni, “Historisitas Hadis
Ulumul Hadis, (Yogyakarta: Kalimedia, dalam Kacamata M. Mustafa Azami”,
2015), h.48 QUHAS: Jurnal of Qur’an and Hadith
6
Suryadilaga, Ulumul Hadis, h.50 Studies, (Vol. 3, No. 1, 2014), h.233
7
Munzir Suparta, Ilmu Hadis, 9
Leni Andariati, “Hadis Dan Sejarah
(Jakarta: Rajawali Press, 2010), h.70 Perkembangannya”, Diroyah: Jurnal Ilmu
Hadis ,(vol.4, no.2 ,2020),h.155
5
hadis. Tempat yang dijadikan Nabi depan ratusan ribu kaum muslimin
dalam menyampaikan hadis sangat yang sedang melakukan ibadah haji,
fleksibel, terkadang hadis isinya terkait dengan bidang
disampaikan ketika Nabi bertemu muamalah, ubudiyah, siyasah,
dengan sahabatnya di Masjid, pasar, jinayah, dan HAM yang meliputi
ketika dalam perjalanan, dan kemanusiaan, per-samaan, keadilan
terkadang juga di rumah Nabi sendiri. sosial, keadilan ekonomi, kebajikan,
Selain itu, ada beberapa cara dan solidaritas. Selain itu juga adanya
Rasulullah SAW menyampaikan larangan dari Nabi untuk
hadis kepada para sahabat, yaitu: menumpahkan darah, larangan riba,
Pertama, melalui majlis ilmu, yakni menganiaya, dan juga perintah untuk
temat pengajian yang diadakan oleh menegakkan persaudaraan sesama
Nabi Muhammad SAW untuk manusia, serta untuk selalu berpegang
membina para jamaah. Kedua, dalam teguh pada al-Qur’an dan Hadis.10
banyak kesempatan Rasulullah SAW Respon sahabat dalam
juga menyampaikan hadis-nya menerima dan menguasai hadis tidak
melalui para sahabat tertentu, yang selalu sama. Hal tersebut disebabkan
kemudian disampaikannya kepada oleh beberapa hal, yaitu adanya
orang lain. Jika hadis yang perbedaan di antara mereka dalam
disampaikan berkaitan dengan soal kesempatan bersama Rasulullah
persoalan keluarga dan kebutuhan SAW, dan juga soal kesanggupan
biologis, maka hadis tersebut bertanya pada sahabat lain, serta
disampaikan melalui istri-istri Nabi berbedanya waktu masuk Islam dan
sendiri. Ketiga, melalui ceramah atau jarak tempat tinggal dari masjid
pidato di tempat terbuka, misalnya Rasulullah SAW. Ada beberapa
ketika haji wada’ dan fath al-Makkah. sahabat yang tercatat sebagai sahabat
Ketika menunaikan ibadah haji pada yang banyak menerima hadis dari
tahun 10 H, Nabi menyampaikan Rasulullah, misalnya para sahabat
khatbah yang sangat bersejarah di yang tergolong kelompok Al-Sabiqun
11 12
M.M.Azamiy, Dirasat fi al-Hadi Muhammad Mustafa Azami,
al-Nabawi wa Tarikh Tadwinih, yang Studies In Hadith Methodology and
diterjemahkan oleh Ali Mustafa Ya’qub Literature, (Indiana: American Trust
dengan judul Hadis Nabawi dan Sejarah Publications, 1977), h.10
Kodifikasinya, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
2006), h.78
7
13 14
al-Darimi dan Ahmad ibn Hanbal. Al-Hasani Abd al-Majid Hasyim,
A.J.Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Ushul al-Hadis al-Nabawi, (Kairo: al-
Alfazh al-Hadis al-Nabawi VI, (Leiden: E.J. Hadisah li al Thaba’ah, t.t), h.15
15
Brill, 1936), h.176 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy,
Sejarah Perkembangan Hadis, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1988), h.60
8
16 18
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Barusdi Anhar, Ilmu Hadis Kelas X
(Jakarta: Amzah, 2008), h.45 MA Peminatan Keagamaan,( Jakarta:
17
Subhi as-Shalih, Membahas Ilmu- Direktorat KSKK Madrasah,2020), h.92
ilmu Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009),
h.37
9
19
Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA terhadap Pemeliharaan Hadis”, El-Usrah:
Peminatan Keagamaan, h.92 Jurnal Hukum Keluarga,( Vol. 4, No.1
20
Iskandar Usman,” Hadis pada ,2021), h.53
Masa Rasulullah dan Sahabat: Studi Kritis
10
H21 . Masa ini disebut dengan masa maknanya yang penting inti dari apa
sahabat besar.22 Pengertian sahabat yang ingin disampaikan oleh
menurut istilah ilmu hadis yang Rasulullah, sehingga kalimat-kalimat
disepakati oleh mayoritas ulama yang digunakan oleh sahabat yang
hadis, adalah orang Islam yang meriwayatkan dengan makna yang
pernah bergaul atau melihat Nabi dan serupa dan maksudnya yang sama. 23
meninggal dalam keadaan beragama Alasan hadis pada masa
Islam. Periodenya para Khulafaur Khulafaur Rasyidin ini masih dibatasi
Rasyidin yang mana masa-masa ini atau masih dikurangi penggunaannya
disebut sebagai ت َو ْاالقالل
ِ ُّص ُرالتَّثَب
ْ ع
َ karena ada beberapa sebab
21
Andariati, “Hadis Dan Sejarah 23
Mustaqim, sejarah perkembangan
Perkembangannya”, h.159 dan pertumbuhan hadis , vidio youtube :
22
M. Agus Sholihin dan Agus https://youtu.be/ldSYwHZGgEE ,diakses
Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka tanggal 20 november 2022.
Setia, 2013), h.59
11
kepada Al-Qur’an selain itu sahabat menganggap masa ini sebagai masa
yang ulama pada masa itu masih pembatasan periwayatan.26
sangat banyak sekali sehingga bisa a. Abu Bakar al-Shiddiq
dengan mudah memaknai Al- Abu Bakar adalah sahabat Nabi
Qur’an,untuk kemudian selain itu yang pertama-tama menunjukkan
pada masa ini buat para khalifah kehati-hatiannya dalam periwayatan
membatasi periwayatan.24 hadis. Pernyataan ini berdasar pada
Keterlibatan sahabat Nabi pengalaman Abu Bakar tatkala
dalam proses diterimanya hadis menghadapi kasus seorang nenek.
adalah sebuah keniscayaan. Baik Suatu ketika, ada seorang nenek
hadis yang diriwayatkan secara lisan menghadapnya, nenek tersebut
maupun tulisan, kesemuanya itu meminta hak waris dari harta yang
melalui informasi yang disampaikan ditinggalkan cucunya. Abu Bakar
para sahabat dari Nabi SAW. Melalui men-jawab bahwa dia tidak melihat
informasi yang disampaikan para petunjuk dalam Al-Qur’an dan
sahabat itu, materi (matan) hadis yang praktek Nabi yang memberi bagian
diterima secara berantai dari satu harta warisan kepada nenek. Setelah
generasi ke generasi berikutnya. itu Abu Bakar bertanya kepada para
Tanpa kehadiran sahabat, maka sahabat, al-Mughirah Ibn Syu’bah
mustahil pesan-pesan Nabi akan menyatakan kepada Abu Bakar
sampai kepada generasi selanjutnya. 25 bahwa Nabi telah memberikan bagian
Pada masa ini perhatian para waris kepada nenek sebesar
sahabat masih terfokus pada seperenam bagian. Mendengar
pemeliharaan dan penyebaran Al- pernyataan al-Mughirah, Abu Bakar
Qur’an, maka periwayatan hadis memintanya untuk menghadirkan
belum begitu berkembang dan masih seorang saksi, lalu Muhammad ibn
ada pembatasan dalam periwayatan. Salamah memberikan kesaksian atas
Oleh karena itu para ulama kebenaran per-nyataan al-Mughirah
24
Agil Mahbubi, perkembangan 25
Andariati, “Hadis Dan Sejarah
hadis pada masa khulafaurrasidin,vidio Perkembangannya”, h.161
26
youtube : https://youtu.be/0J1gk5yHek0 Suparta, Ilmu Hadits,h.59
,diakses tanggal 21 november 2022.
12
27
Abu Dawud Sulaiman ibn al-Asy’ 29
Nuruddin ‘Itr, Manhaj an-Naqd Fii
ats al-Sajistani, Sunan Abu Dawud, (Beirut: Uluum al-Hadis, (Damaskus: Dar al-
Dar al-Fikr, t.t), juz III, h.121 Fikr,t.t), h. 38
28
K. Ali, A Study of Islamic History,
(Delhi: Idarah al-Adabiyat Delhi, 1980),
h.83-86
13
31 33
As-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu Alamsyah, Pemalsuan Hadis dan
Hadis, h.285 Upaya Mengatasinya, al-Hikmah: Jurnal
32
Zain, “Sejarah Hadis pada Masa UIN Alauddin, Vol. 14, No.2, (2013), h. 202
Permulaan dan Penghimpunannya”, h.16
15
pun saksi. Keempat, semua khalifah itu para sahabat, terutama khulafa
telah meriwayatkan hadis, hanya saja rasyidun Abu Bakar, Umar, Utsman,
tiga khalifah yang pertama (Abu dan Ali, juga sahabat lain seperti
Bakar, Umar, Usman) meriwayatkan Zubair, Ibn Abbas, Abu Ubaidah
hadis secara lisan, hanya Ali yang berusaha memperketat periwayatan
meriwayatkan hadis secara lisan dan dan penerimaan hadis secara tertulis.
tulisan. Pada periode al-khulafa al- Abu Bakar orang pertama
rasyidun khususnya pada masa Abu yang sangat berhati-hati dalam
Bakar dan Umar, periwayatan hadis menerima Hadis Nabi. Suatu ketika
begitu sedikit dan lamban. Hal ini seorang nenek bertanya kepada Abu
disebabkan kecenderungan mereka Bakar tentang bagian warisan untuk
secara umum untuk menyedikitkan dirinya. Pada saat itu, ternyata
riwayat (taqlil al-riwayat), disamping jawabannya tidak ada dalam Al-
sikap kehati-hatian dan teliti para Qur’an dan hadis. Lalu kemudian Al-
sahabat dalam menerima hadis. Pada Mughirah mengatakan bahwa bagian
dasarnya mereka bersikap demikian nenek tersebut adalah seperenam.
adalah karena khawatir akan terjadi Lalu Abu Bakar meminta supaya Al-
kekeliruan (al-khatha’) dalam Mughirah mengajukan saksi terlebih
meriwayatkan hadis, sebab hadis dahulu baru kemudian hadisnya dapat
merupakan sumber ajaran Islam diterima.
setelah Al-Qur’an. Demikian juga kehati-hatian
Agar tidak terjadi kekeliruan, Umar Ibn Khattab ra., hampir sama
maka para sahabat sangat berhati-hati seperti Abu Bakar, walaupun
dan berupaya untuk membatasi terkadang Umar dalam masalah
periwayatan Hadis Nabi. Sekalipun tertentu menerima periwayatan hadis
demikian mereka menyadari tanpa saksi dari orang tertentu, seperti
sepenuhnya bahwa hadis merupakan hadis-hadis dari Aisyah. Sikap kedua
sumber ajaran Islam setelah Al- sahabat tersebut juga diikuti oleh
Qur’an, dan mereka juga menyadari Utsman dan Ali, selain dengan cara di
bahwa hadis harus tetap terjaga atas, mereka juga terkadang
sebagaimana Al-Qur’an. Oleh karena
16
mengujinya dengan sumpah 34. Pada Selain para sahabat yang sudah
masa khulafau rasyidin, belum ada banyak mengoleksi hadis Nabi, ada
usaha secara resmi untuk juga para Tabi’in yang notabenenya
menghimpun hadis dalam suatu kitab. adalah para murid sahabat juga
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal banyak mengoleksi hadis-hadis Nabi,
yaitu: bahkan pengoleksiannya sudah mulai
a. Agar tidak memalingkan disusun dalam sebuah kitab yang
perhatian umat Islam dalam beraturan. Sebagaimana sahabat, para
mempelajari Al-Qur’an Tabi’in pun cukup berhati-hati dalam
b. Bahwa para sahabat yang hal periwayatan hadis. Hanya saja ada
menerima hadis dari Nabi sudah perbedaan beban yang dihadapi oleh
tersebar ke berbagai ke daerah sahabat dan Tabi’in, dan beban
kekuasaan Islam, dengan sahabat tentu lebih berat jika
kesibukannya tentang dakwah. dibandingkan oleh Tabi’in. Karena di
Dengan kondisi demikian ada masa Tabi’in, al-Qur’an telah
kesulitan mengumpulkan dukumpulkan dalam satu mushaf,
mereka secara lengkap. selain itu juga pada masa akhir
C. Masa Tabi’in periode al-Khulafa al-Rasyidin
Tabiin adalah orang yang (terkhusus pada masa Usman ibn
bertemu dengan sahabat tidak sempat Affan), para sahabat ahli hadis telah
bertemu dengan Rasulullah beriman menyebar ke berbagai wilayah negara
dengan risalahnya Rasulullah dan Islam. Sejalan dengan pesatnya
wafat dengan iman tersebut nah Pada perluasan wilayah kekuasaan Islam,
masa ini masanya disebut sebagai penyebaran sahabat-sahabat ke
عصرانتشارالروايةألى األمصارmasa- berbagai daerah pun terus meningkat,
masa dimana riwayat itu mulai hal ini kemudian berim-plikasi juga
34
Andariati, “Hadis Dan Sejarah vidio youtube :
Perkembangannya’’, h.159 https://youtu.be/ldSYwHZGgEE ,diakses
35
Andi A. Mustaqim, sejarah tanggal 20 november 2022.
perkembangan dan pertumbuhan hadis ,
17
36 39
Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis: As-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu
Pengantar Studi Hadis Praktis, (Malang: Hadis, h.63
40
Malang Press, 2008), h.25 Noor Sulaiman, Antologi Ilmu
37
Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, Hadis, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009),
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996), h.62 h.70
38
Ranuwijaya, Ilmu Hadis,h. 65
18
41 43
Mustaqim , sejarah perkembangan Mustaqim, sejarah perkembangan
dan pertumbuhan hadis , vidio youtube : dan pertumbuhan hadis , vidio youtube :
https://youtu.be/ldSYwHZGgEE ,diakses https://youtu.be/ldSYwHZGgEE ,diakses
tanggal 20 november 2022. tanggal 20 november 2022.
42
Zain, “Sejarah Hadis pada Masa 44
Andariati, “Hadis Dan Sejarah
Permulaan dan Penghimpunannya”, h.21 Perkembangannya”, h.162
20
45
Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA
Peminatan Keagamaan,h.94
21
46
Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA artikel : https://ibtimes.id/author/ahmad221/
Peminatan Keagamaan,h.95 ,diakses tanggal 22 november 2022
47
Ahmad Agus Salim, “Bagaimana 48
Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA
Kronologi Kodifikasi Hadis di Era Umar Ibn Peminatan Keagamaan, h.95
‘Abd Al-‘Aziz Sampai Al Mu’tashim?”,
22
49 52
Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA
Peminatan Keagamaan,h.95 Peminatan Keagamaan,h.96
50 53
Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA Khusniati Rofiah, Studi Ilmu
Peminatan Keagamaan,h.96 Hadis,( Yogyakarta: IAIN PO Press, 2018),
51
Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA h.85
Peminatan Keagamaan,h.96
23
Turmudzi, sunan al-Nasai, dan sunan Hadis tertua yang sampai ke tangan
Ibn Majah. umat Islam saat ini. Kitab ini menjadi
c. Kitab Musnad. sumber hukum satu-satunya di
Sistematika penyusunan kitab wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah
ini adalah berdasarkan kepada nama ketika itu. Penamaan al-Muwaththa’
perawi pertamanya atau terakhirnya, karena kitab tersebut telah diajukan
yaitu sahabat. Urutan nama perawi Imam Malik kepada tujuh puluh ahli
pertama tersebut bisa didasarkan fikih di Madinah dan ternyata mereka
kepada urutan kabilah, atau seluruhnya menyetujui dan
berdasarkan nama sahabat menurut menyepakatinya. Dalam
urutan masuk Islamnya, atau penyusunannya Imam Malik
berdasarkan huruf hijaiyah. Status mensyaratkan bahwa sebuah hadis itu
hadis dalam kitab ini umumnya tidak dapat diterima jika dapat diketahui
dijelaskan kualitasnya. Contohnya bahwa perawinya tidak bohong, dan
musnad Ahmad Ibn Hanbal, musnad bersifat tsiqah. Kitab ini menghimpun
Abu al-Qasim al-Baghawi, dan 1720 hadis yang terdiri dari hadis
musnad Utsman Ibn Abi Syaibah. Nabi, khabar dan atsar.57
Dari berbagai macam kitab b. Musnad Ahmad Ibn Hanbal.
hadis, ada sembilan kitab induk hadis Imam Ahmad menyusu kitab ini
yang dijadikan sebagai rujukan dalam berdasarkan urutan sanad para
berbagai permasalahan kehidupan sahabat yang meriwayatkan Hadis
manusia,56 yaitu: dari rasul. Jumlah sahabat yang
a. Kitab al-Mu aththa’ terdapat dalam kitab ini sebanyak 904
Kitab merupakan karya besar orang, jumlah tersebut belum
Imam Malik Ibn anas. Kitab ini menjangkau keseluruhan sahabat
disusun atas permintaan khalifah Abu yeng meriwayatkan Hadis, masih
Ja’far al-Manshur dari dinasti Bani terdapat sekitar 200 sahabat lain yang
Abbasiyah. Kitab ini adalah kitab terlewatkan. Ia memulai dengan
56
Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,2013),
Peminatan Keagamaan,h.97 h.141
57
Umi Sumbulah, Studi Sembilan
Kitab Hadis Sunni,(malang: Unit Penerbitan
25
menyebut musnad 10 orang sahabat shahih dan 200.000 hadis yang tidak
Nabi yang dijamin masuk surga. shahih. Salah satu karya
Paling awal disebutkan Abu Bakar, monumentalnya adalah kitab al-Jami’
lalu Umar, Utsman, Ali, kemudian al-shahih, yang telah beliau tulis
menyusul yang lain. Kemudian ia selama 16 tahun lamanya. Ketika ia
menuliskan hadis-hadis hendak menulis-mencantumkan hadis
Abdurrahman Ibn Abu Bakar, lalu di dalam kitabnya, beliau terlebih
tiga orang sahabat, kemudian dahulu mandi, berwudhu dan shalat
musnad-musnad ahli bait. Demikian sunnah istikharah sebagai bentuk
seterusnya hingga berakhir pada hadis ritual sucinya. Jumlah hadis di dalam
Syaddad Ibn al-Hadi. Kitab ini kitab al-Jami’al-Shahih sebanyak
memuat kurang lebih 40.000 Hadis. 58 7397 hadis yang ditulis secara
c. Kitab al-Jami’ al-Shahih Karya berulang, dan tanpa diulang sebanyak
Abu Abdullah al-Bukhari (w. 2602 hadis. Imam Al-Bukhari
256 H) meninggal di kota Samarkan pada
Beliau memiliki nama lengkap tanggal 30 Ramadhan tahun 256 H. 59
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail d. Kitab Shahih Muslim Karya
bin Ibrahim bin al Mughiroh bin Imam Muslim (204 H-261H)
Bardizbah al-Ja’fial-Bukhari. Pada Beliau memiliki nama lengkap
usianya yang relatif masih muda ia Muslim al-Hajj j al-Qusyairi al- aisab
sudah mampu menghafal kitab dari ri. beliau termasuk salah seorang
beberapa ulama hadis. Kecerdasan ulama hadis yang sangat terkenal
dan ketekunan dalam mempelajari hingga saat ini. Dilahirkan di
hadis Nabi Muhammad Saw., Naisabur pada tahun 204 Hijriyah.
sehingga beliau diberi gelar Amir al- Sejak usia kecil ia sudah mulai
Mu’min n fi al-Hadits oleh ulama tertarik menuntut ilmu pengetahuan
hadis pada zamannya. agama. Berbagai belahan negara telah
Imam al-Bukhari menghafal dikunjungi untuk memenuhi
kurang dan lebih 100.000 hadis kegemaran menimba ilmu hadis.
58 59
Sumbulah, , Studi Sembilan Kitab Sumbulah, , Studi Sembilan Kitab
Hadis Sunni, h.126 Hadis Sunni, h.20
26
60 61
Sumbulah, , Studi Sembilan Kitab Sumbulah, , Studi Sembilan Kitab
Hadis Sunni, h.45 Hadis Sunni, h.64
27
62 63
Sumbulah, , Studi Sembilan Kitab Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA
Hadis Sunni, h.77 Peminatan Keagamaan, h.101
28
64 66
Sumbulah, , Studi Sembilan Kitab Sumbulah, , Studi Sembilan Kitab
Hadis Sunni, h.92 Hadis Sunni, h.113
65
Sumbulah, , Studi Sembilan Kitab
Hadis Sunni, h.103
29