Anda di halaman 1dari 31

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN

HADITS
Rasi Nur Aeni1 Siti Endawati2
Prodi Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Syamsul ‘Ulum Gunung puyuh
Kota Sukabumi, Jawa Barat Indonesia
1
rasinuraeni@gmail.com 2endaawati713@gmail.com

ABSTRAK
Orientasi dari artikel ini adalah untuk mendiskusikan sejarah
perkembangan hadis serta pertumbuhannya agar kita mengetahui dan
tidak melupakan akan sejarah perjuangan para tokoh hadis terdahulu.
Tradisi penulisan hadis telah terjadi dari masa Nabi. Para sahabat
menerima hadis dari Nabi kemudian mencatat apa yang telah dikatakan
oleh Nabi. Namun jumlah sahabat yang bisa menulis masih sangat
sedikit, sehingga materi hadis yang tercatat pun terbatas. Selain itu juga
perhatian para sahabat yang masih bertumpu pada pemeliharaan al-
Qur’an, menjadikan catatan hadis hanya tersebar pada sahifah sahabat.
Bentuk penelitian atau metode yang dilakukan oleh kami dalam
memperoleh data atau informasi yaitu metode Library Research (Studi
kepustakaan). Penelitian kepustakaan merupakan suatu studi yang
digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan
berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti dokumen,
buku, kisah-kisah sejarah, dan lain sebagainya. Cara periwayat dalam
memperoleh dan menyampaikan hadis mengalami perbedaan antara
masa Nabi dengan masa Khulafa’ al-Rasyidin. Begitu juga periwayatan
hadis pada masa sahabat tidak sama dengan periwayatan hadis pada
masa sesudahnya. Sedangkan untuk masa Tabi’in telah terjadi
penghimpunan hadis, meskipun masih ada percampuran antara hadis
Nabi, perkataan sahabat dan fatwa Tabi’in. Barulah ketika Khalifah
Umar ibn Abdul Aziz menjadi khalifah, hadis mulai mengalami
pengkodifikasian.
Kata kunci : Sejarah, Hadis, Nabi saw, Khulafa’ Al-Rasidin, abi’in,
Abad II H, Kitab pokok.
2

PENDAHULUAN berlangsung secara lisan


A. Latar Belakang dibandingkan dengan tulisan,
Hadis atau Sunnah sebagai akibat dari ada larangan Rasulullah
sumber ajaran Islam kedua seteleh al- SAW secara umum kepada para
Qur’an jika dilihat dari segi sahabat untuk menulis hadis. Khalifah
periwayatan berbeda dengan Al- ‘Umar bin ‘Abd al-‘Azīz (salah
Qur’an, dimana setiap kali ayat-ayat seorang Khalifah Bani Umayyah)
Al-Qur’an turun, Rasulullah SAW memandang perlunya penulisan dan
langsung memerintahkan penulis pembukuan hadis-hadis Nabi SAW,
wahyu untuk menulisnya, sementara dengan mempertimbangkan berbagai
untuk hadis Nabi SAW tidak faktor, berupa: adanya kekhawatiran
demikian karena wahyu Al-Qur’an akan lenyapnya hadis; munculnya
masih belum selesai turun dan hadis palsu akibat pertentangan
dikhawatirkan adanya pencampuran politik dan mazhab; berpencarnya
antara hadist dengan ayat-ayat Al- para sahabat di beberapa kota, serta
Qur’an sehingga orang-orang banyaknya diantara sahabat yang
terutama masyarakat awam tidak bisa meniggal dunia dalam peperangan.
membedakan mana yang Al-Qur’an Hasil dari upaya pembukuan
dan mana yang hadist. Dan juga pada hadis itu telah melahirkan kitab-kitab
masa Khulafaur Rasyidin belum hadis standar sebagai rujukan dalam
terlalu dibutuhkan untuk menulis hal pengamalan Nabi SAW dalam
hadits-hadits karena para sahabat kehidupan kaum muslimin, serta
masih sangat dekat sekali dengan Al- untuk kepentingan penelitian dan
Qur’an dan memiliki kepekaan pengkajian.
terhadap makna-makna Al-Qur’an. 1 B. Metode Penelitian
Dengan demikian periwayatan Dalam penelitian ini
hadis Nabi saw lebih banyak mahasiswa/kami melakukan beberapa

1 Andi A. Mustaqim, sejarah vidio youtube :


perkembangan dan pertumbuhan hadis , https://youtu.be/ldSYwHZGgEE ,diakses
tanggal 20 november 2022.
3

cara atau kegiatan untuk penelaahan terhadap buku, literatur,


mendapatkan data atau informasi catatan, serta berbagai laporan yang
dalam penyusunan makalah ini. berkaitan dengan masalah yang ingin
Bentuk kegiatan atau metode yang dipecahkan3.
dilakukan oleh kami dalam
memperoleh data atau informasi yaitu PEMBAHASAN
penelitian atau metode Library A. Masa Kerasulan
Research (studi kepustakaan). Periode pertama atau periode
Penelitian kepustakaan dimana Rasulullah Shallallahu Alaihi
merupakan suatu studi yang Wa Sallam masih hidup disebut
digunakan untuk mengumpulkan data sebagai ‫ عصرالوحي والتكوين‬yang
dan informasi dengan bantuan artinya masa-masanya Wahyu dan
berbagai macam material yang ada di pembentukan, maksudnya adalah
perpustakaan seperti dokumen, buku, masa-masa dimana Alquran masih
majalah, kisah-kisah sejarah, dan lain dalam proses diturunkan dan di
2
sebagainya Studi kepustakaan juga samping Alquran masih diturunkan
dapat mempelajari berbagai buku umat Islam masih dalam proses
referensi serta hasil penelitian pembentukan, ini masa-masa
sebelumnya yang sejenis dan berguna berjuangnya Rasulullah untuk
untuk mendapatkan landasan teori membentuk satu umat Islam yang
mengenai masalah yang akan diteliti Kaffah.4 Pada masa rasulullah ini
serta sumber dari beberapa artikel adalah masa dimana selain Alquran,
ilmiah, jurnal dan internet. Studi hadis sendiri pun mulai muncul hadits
kepustakaan juga berarti teknik yang bersumber dari Rasulullah
pengumpulan data dengan melakukan Shallallahu Alaihi Wasallam . Hadits

2
Milya Sari dan Asmendri, Teori dan Praktik Konseling Expressive
“Penelitian Kepustakaan (Library Research) Writing”, Jurnal BK Unesa, (Vol.8, No 1,
dalam Penelitian Pendidikan IPA”, 2018), h. 4.
4
NATURAL SCINCE: Jurnal Penelitian Mustaqim, sejarah perkembangan
Bidang IPA dan Pendidikan IPA, (Vol. 6, dan pertumbuhan hadis , vidio youtube :
No 1, 2020),h. 42. https://youtu.be/ldSYwHZGgEE ,diakses
3
Abdi Mirzaqon dan Budi Purwoko, tanggal 20 november 2022.
“Studi Kepustakaan mengenai Landasan
4

itu bisa berupa perkataan Rasulullah Sehingga apa yang didengar dan
Shallallahu Alaihi Wasallam bisa disaksikan oleh para sahabat
berupa memperbuatan atau tindakan merupakan pedoman bagi amaliah
rasulullah SAW bisa juga berupa sifat dan ubudiah mereka. 7 Rasulullah
dan takrir dari Rasulullah SAW sudah SAW juga memerintahkan kepada
kita pelajari sebelumnya, taqrir itu para sahabatnya untuk menghafal,
adalah diamnya Rasulullah menyampaikan dan menyebar-
Shallallahu Alaihi Wasallam melihat luaskan hadis-hadis. Nabi sendiri
Apa yang dilakukan sahabat yang tidak hanya memerintahkan, namun
mana diamnya Rasulullah ini beliau juga banyak memberi spirit
dianggap sebagai persetujuan tidak melalui doa-doanya, dan tak jarang
ada pengingkaran atas apa yang Nabi juga menjanjikan kebaikan
dilakukan oleh sahabat sehingga akhirat bagi mereka yang menghafal
dianggap sebagai pembolehan, hadis dan menyampaikannya kepada
membolehkan apa yang dilakukan orang lain.8 Hal itulah yang kemudian
oleh sahabat.5 memotivasi para sahabat untuk
Hadis pada masa ini dikenal menghafalkan hadis, disamping para
dengan Ashr al-Wahy wa al-Takwin, sahabat adalah orang Arab tulen yang
yakni masa turun wahyu dan mayoritas tidak bisa baca-tulis,
pembentukan masyarakat Islam. 6 namun demikian mereka mempunyai
Keadaan seperti ini menuntut kemampuan hafalan yang luar biasa,
keseriusan dan kehati-hatian para karena menghafal merupakan budaya
sahabat sebagai pewaris pertama bangsa Arab yang telah diwarisinya. 9
ajaran Islam. Wahyu yang diturunkan Para sahabat pun dapat secara
Allah dijelaskan Nabi melalui langsung memperoleh hadis dari
perkataan, perbuatan, dan taqrirnya. Rasulullah SAW sebagai sumber

5
Muhammad Alfatih Suryadilaga, 8
Ahmad Isnaeni, “Historisitas Hadis
Ulumul Hadis, (Yogyakarta: Kalimedia, dalam Kacamata M. Mustafa Azami”,
2015), h.48 QUHAS: Jurnal of Qur’an and Hadith
6
Suryadilaga, Ulumul Hadis, h.50 Studies, (Vol. 3, No. 1, 2014), h.233
7
Munzir Suparta, Ilmu Hadis, 9
Leni Andariati, “Hadis Dan Sejarah
(Jakarta: Rajawali Press, 2010), h.70 Perkembangannya”, Diroyah: Jurnal Ilmu
Hadis ,(vol.4, no.2 ,2020),h.155
5

hadis. Tempat yang dijadikan Nabi depan ratusan ribu kaum muslimin
dalam menyampaikan hadis sangat yang sedang melakukan ibadah haji,
fleksibel, terkadang hadis isinya terkait dengan bidang
disampaikan ketika Nabi bertemu muamalah, ubudiyah, siyasah,
dengan sahabatnya di Masjid, pasar, jinayah, dan HAM yang meliputi
ketika dalam perjalanan, dan kemanusiaan, per-samaan, keadilan
terkadang juga di rumah Nabi sendiri. sosial, keadilan ekonomi, kebajikan,
Selain itu, ada beberapa cara dan solidaritas. Selain itu juga adanya
Rasulullah SAW menyampaikan larangan dari Nabi untuk
hadis kepada para sahabat, yaitu: menumpahkan darah, larangan riba,
Pertama, melalui majlis ilmu, yakni menganiaya, dan juga perintah untuk
temat pengajian yang diadakan oleh menegakkan persaudaraan sesama
Nabi Muhammad SAW untuk manusia, serta untuk selalu berpegang
membina para jamaah. Kedua, dalam teguh pada al-Qur’an dan Hadis.10
banyak kesempatan Rasulullah SAW Respon sahabat dalam
juga menyampaikan hadis-nya menerima dan menguasai hadis tidak
melalui para sahabat tertentu, yang selalu sama. Hal tersebut disebabkan
kemudian disampaikannya kepada oleh beberapa hal, yaitu adanya
orang lain. Jika hadis yang perbedaan di antara mereka dalam
disampaikan berkaitan dengan soal kesempatan bersama Rasulullah
persoalan keluarga dan kebutuhan SAW, dan juga soal kesanggupan
biologis, maka hadis tersebut bertanya pada sahabat lain, serta
disampaikan melalui istri-istri Nabi berbedanya waktu masuk Islam dan
sendiri. Ketiga, melalui ceramah atau jarak tempat tinggal dari masjid
pidato di tempat terbuka, misalnya Rasulullah SAW. Ada beberapa
ketika haji wada’ dan fath al-Makkah. sahabat yang tercatat sebagai sahabat
Ketika menunaikan ibadah haji pada yang banyak menerima hadis dari
tahun 10 H, Nabi menyampaikan Rasulullah, misalnya para sahabat
khatbah yang sangat bersejarah di yang tergolong kelompok Al-Sabiqun

Lukman Zain, “Sejarah Hadis pada


10
Jurnal Driya al-Afkar, (Vol. 2, No. 01,
Masa Permulaan dan Penghimpunannya”, 2014), h.5
6

al-Awwalun (Abu Bakar, Umar ibn mengulang-ulang perkataannya


Khattab, Utsman ibn Affan, Ali ibn sampai tiga kali. Kedua,
Abi Thalib, dan Ibn Mas’ud), menyampaikan hadis melalui media
Ummahat al-Mukminin (Siti Aisyah tertulis atau Nabi mendiktekan
dan Ummu Salamah), sahabat yang kepada sahabat yang pandai menulis.
meskipun tidak lama bersama Nabi, Hal ini menyangkut seluruh surat
akan tetapi banyak bertanya kepada Nabi yang ditujukan kepada para raja,
para sahabat lainnya secara sungguh- penguasa, gubernur-gubernur
sungguh seperti Abu Hurairah, dan muslim. Beberapa surat tersebut
Abdullah ibn Umar, Anas ibn Malik, berisi tentang ketetapan hukum Islam,
dan Abdullah ibn Abbas yang seperti ketentuan tentang zakat dan
merupakan sahabat yang secara tata cara peribadatan. Ketiga,
sungguh-sungguh mengikuti majlis menyampaikan hadis dengan
Nabi, banyak bertanya kepada mempraktek secara langsung di depan
sahabat lain meskipun dari sudut usia para sahabat, misalnya ketika beliau
tergolong jauh dari masa hidup mengajarkan cara berwudhu, shalat,
Nabi.11 puasa, menunaikan ibadah haji dan
Hadis yang disampaikan Nabi sebagainya.12
kepada para sahabat melalui beberapa Pada masa Nabi SAW, hadis
cara, menurut Muhammad Mustafa tidak ditulis secara resmi
Azami ada tiga cara, yaitu: Pertama, sebagaimana al-Qur’an, hal ini
menyampaikan hadis dengan kata- dikarenakan adanya larangan dari
kata. Rasul banyak mengadakan Nabi. Larangan menulis hadis dari
pengajaran-pengajaran kepada Rasul sendiri sebagaimana
sahabat, dan bahkan dalam rangka diriwayatkan oleh Abu Said al-
untuk memudahkan pemahaman dan Khudri, bahwa Rasulullah SAW
daya ingat para sahabat, Nabi bersabda:

11 12
M.M.Azamiy, Dirasat fi al-Hadi Muhammad Mustafa Azami,
al-Nabawi wa Tarikh Tadwinih, yang Studies In Hadith Methodology and
diterjemahkan oleh Ali Mustafa Ya’qub Literature, (Indiana: American Trust
dengan judul Hadis Nabawi dan Sejarah Publications, 1977), h.10
Kodifikasinya, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
2006), h.78
7

‫التكتبوا عنّي شيئا غير القران فليمحه‬ sehingga periwayatannya di percaya

)‫(رواه أحمد‬ kebenarannya.14 Begitu juga dengan


Ali ibn Abi Thalib dan Anas ibn
Rasulullah SAW telah bersabda,
Malik, keduanya sama-sama
“Janganlah kamu menulis sesuatu
memiliki catatan hadis. Hal ini bukan
yang berasal daripadaku, kecuali al-
berarti mereka melanggar akan
Qur’an, dan barangsiapa telah
larangan Rasul tentang penulisan
menulis daripadaku selain al-Qur’an,
hadis, namun karena memang ada
maka hendaklah ia menghapus-
riwayat lain yang menyatakan bahwa
kannya.”13
Rasul mengizinkan para sahabat
Pelarangan Nabi dalam
untuk menulis hadis, sebagaimana
penulisan hadis tersebut secara
diriwayatkan bahwa para sahabat
implisit menunjukkan adanya
melarang Abdullah ibn Amr ibn al-
kekhawatiran dari Nabi apabila hadis
Ash yang selalu menulis apa saja
yang ditulis akan bercampur baur
yang didengarkannya dari Rasulullah,
dengan catatan ayat-ayat al-Qur’an.
karena menurut mereka Rasul
Meskipun demikian, ada juga
terkadang dalam keadaan marah,
riwayat-riwayat yang menyata-kan
sehingga ucapannya tidak termasuk
bahwa pada masa Rasul ada sebagian
ajaran syar’i, tetapi setelah diadukan
sahabat yang memiliki lembaran-
pada Rasulullah, beliau ber-sabda:
lembaran (sahifah) yang berisi
“Tulislah apa yang kamu dengar
tentang catatan hadis, misalnya
dariku, demi zat yang jiwaku berada
Abdullah ibn Amr ibn al-Ash dengan
ditangan-Nya, tidak keluar dari
lembarannya yang diberi nama al-
mulutku kecuali kebenaran.” 15
Sahifah al-Shadiqah, dinamakan
Dari sini dapat dilihat bahwa
demikian karena ia menulis secara
ada dua riwayat yang berbeda, satu
langsung dari Rasulullah sendiri,
riwayat menyatakan bahwa Nabi

13 14
al-Darimi dan Ahmad ibn Hanbal. Al-Hasani Abd al-Majid Hasyim,
A.J.Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Ushul al-Hadis al-Nabawi, (Kairo: al-
Alfazh al-Hadis al-Nabawi VI, (Leiden: E.J. Hadisah li al Thaba’ah, t.t), h.15
15
Brill, 1936), h.176 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy,
Sejarah Perkembangan Hadis, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1988), h.60
8

melarang penulisan hadis dan di menyatakan bahwa larangan itu


riwayat lain menyatakan bahwa Rasul dikhususkan kepada mereka yang
mengizinkannya. Dalam memandang dikhawa-tirkan akan mencampur
hal ini, para ulama berbeda pendapat, adukkan hadis dan al-Qur’an, dan
dan secara garis besar terdapat dua diizinkan bagi mereka yang tidak
pendapat. Pendapat pertama dikhawatirkan mencampur adukkan
menyatakan bahwa riwayat yang kedua-nya, yaitu izin seperti yang
melarang penulisan hadis dinasakh dilakukan Nabi kepada Abdullah ibn
oleh riwayat yang mengizinkannya. Amr ibn al-Ash. Atau dalam kata lain
Menurut mereka, pelarangan Rasul melarang penulisan hadis
penulisan hadis oleh Nabi terjadi pada secara resmi, tetapi tetap mengizinkan
awal-awal Islam, karena para sahabat menulis hadis untuk diri
dikhawatirkan adanya percampuran sendiri. Jadi larangan itu bersifat
antara hadis dan ayat al-Qur’an, jadi umum sedangkan izin hanya berlaku
hal tersebut dimaksudkan untuk untuk sahabat tertentu.17
menjaga kemurnian ayat al-Qur’an.16 Demikianlah, hadis pada masa Rasul
Namun ketika kekhawatiran tersebut tidak tertulis kecuali hanya sedikit
mulai hilang karena para sahabat telah saja.
mengetahui dan terbiasa dengan Cara penerimaan hadis pada
susunan kalimat-kalimat al-Qur’an, masa rasul berbeda dengan cara
sehingga mereka bisa membedakan penerimaan pada generasi setelahnya.
mana ayat al-Qur’an dan mana yang Paling kurang ada empat cara yang
bukan, maka Rasul mengizinkan dilakukan oleh para sahabat untuk
mereka untuk menuliskan hadis. mendapatkan Hadis Nabi18, yaitu:
Pendapat kedua menyatakan bahwa a. Mendatangi majelis ilmu yang
pada dasarnya kedua riwayat tersebut diadakan rasulullah.
tidak bertentangan. Mereka

16 18
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Barusdi Anhar, Ilmu Hadis Kelas X
(Jakarta: Amzah, 2008), h.45 MA Peminatan Keagamaan,( Jakarta:
17
Subhi as-Shalih, Membahas Ilmu- Direktorat KSKK Madrasah,2020), h.92
ilmu Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009),
h.37
9

b. Ketika rasul menghadapi Kendatipun demikian terlepas


beberapa peristiwa tertentu, dari perselisihan tentang perintah dan
kemudian beliau menjelaskan larangan menulis Hadis Nabi, secara
hukumnya kepada para sahabat. faktual para sahabat Nabi banyak
c. Jika terjadi sejumlah peristiwa yang memiliki kumpulan Hadis-hadis
pada diri para sahabat, dalam bentuk tertulis secara pribadi.
kemudian mereka menanyakan Misalnya Abdullah Ibn Amr Ibn Ash
hukumnya langsung kepada memiliki himpunan Hadis yang diberi
rasul, lalu rasul memberikan nama al-Shahifah al-Shadiqah yang
jawaban atau keterangan memuat 1000 Hadis Nabi. Demikian
hukum tentang peristiwa itu. pula Saad Ibn Ubadah al-Anshari,
d. Terkadang para sahabat Anas Ibn Malik, Hamam Ibn
menyaksikan rasulullah Munabbih, yang disebut terkakhir ini
melakukan perbuatan, dan memiliki himpunan yang bernama al-
sering kali berkaitan dengan Shahihaf al-Shahihah yang
tata cara peribadatan. Sahabat diriwayatkannya dari gurunya Abu
yang menyaksikan itu langsung Hurairah.20
memberikan informasi kepada B. Hadis pada Masa al-Khulafa’ al-
yang lainnya. Rasyidun
Dari empat cara di atas, para Periode kedua sejarah
sahabat selanjutnya menghafal perkembangan hadis adalah masa
sebagaimana al-Qur’an. Karena Khulafa’ Rasyidin (Abu Bakar, Umar
perbedaan frekuensi mereka dalam ibn Khattab, Usman ibn Affan, dan
menghadiri majelis Rasulullah, atau Ali ibn Abi Thalib) yang berlangsung
dalam mengikuti beliau, maka sekitar tahun 11 H sampai dengan 40
terdapat pula perbedaan jumlah hadis
yang dihafal atau yang dimiliki para
sahabat. 19

19
Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA terhadap Pemeliharaan Hadis”, El-Usrah:
Peminatan Keagamaan, h.92 Jurnal Hukum Keluarga,( Vol. 4, No.1
20
Iskandar Usman,” Hadis pada ,2021), h.53
Masa Rasulullah dan Sahabat: Studi Kritis
10

H21 . Masa ini disebut dengan masa maknanya yang penting inti dari apa
sahabat besar.22 Pengertian sahabat yang ingin disampaikan oleh
menurut istilah ilmu hadis yang Rasulullah, sehingga kalimat-kalimat
disepakati oleh mayoritas ulama yang digunakan oleh sahabat yang
hadis, adalah orang Islam yang meriwayatkan dengan makna yang
pernah bergaul atau melihat Nabi dan serupa dan maksudnya yang sama. 23
meninggal dalam keadaan beragama Alasan hadis pada masa
Islam. Periodenya para Khulafaur Khulafaur Rasyidin ini masih dibatasi
Rasyidin yang mana masa-masa ini atau masih dikurangi penggunaannya
disebut sebagai ‫ت َو ْاالقالل‬
ِ ُّ‫ص ُرالتَّثَب‬
ْ ‫ع‬
َ karena ada beberapa sebab

‫ من الرواية‬masa-masa menetapkan diantaranya adalah karena pada masa


itu pada masa Khulafaur Rasyidin
membatasi dari riwayat-riwayat yang
belum terlalu dibutuhkan untuk
muncul sehingga pada masa ini hadis
menulis hadits-hadits tersebut jadi
masih belum benar-benar
belum terlalu ada kebutuhan untuk
berkembang secara pesat. kemudian
menuliskan hadis-hadis tersebut,
hadits Pada masa khulafaurrasyidin
kebutuhan ini berdasarkan karena
ini terbagi atas dua, ada yang hadis itu
para sahabat itu masih sangat dekat
diriwayatkan secara lafadz ada juga
sekali dengan Al-Qur’an ,para
yang hadis itu secara makna.Yang
sahabat masih punya kepekaan
dimaksud secara lafadz yaitu apa
terhadap makna-makna Al-Qur’an
yang diucapkan Rasulullah
sehingga belum terlalu membutuhkan
Shallallahu Alaihi Wasallam itu
hadits untuk memaknai apa yang
diucapkan dengan sama persis oleh
dimaksud atau apa yang terkandung
para sahabat tidak mengurangi satu
dalam Al-Qur’an sehingga ketika ada
dua kata sekalipun itulah yang
masalah-masalah tertentu biasanya
dimaksud hadis secara lafadz ada pula
para sahabat lebih banyak kembali
yang menyampaikan hanya

21
Andariati, “Hadis Dan Sejarah 23
Mustaqim, sejarah perkembangan
Perkembangannya”, h.159 dan pertumbuhan hadis , vidio youtube :
22
M. Agus Sholihin dan Agus https://youtu.be/ldSYwHZGgEE ,diakses
Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka tanggal 20 november 2022.
Setia, 2013), h.59
11

kepada Al-Qur’an selain itu sahabat menganggap masa ini sebagai masa
yang ulama pada masa itu masih pembatasan periwayatan.26
sangat banyak sekali sehingga bisa a. Abu Bakar al-Shiddiq
dengan mudah memaknai Al- Abu Bakar adalah sahabat Nabi
Qur’an,untuk kemudian selain itu yang pertama-tama menunjukkan
pada masa ini buat para khalifah kehati-hatiannya dalam periwayatan
membatasi periwayatan.24 hadis. Pernyataan ini berdasar pada
Keterlibatan sahabat Nabi pengalaman Abu Bakar tatkala
dalam proses diterimanya hadis menghadapi kasus seorang nenek.
adalah sebuah keniscayaan. Baik Suatu ketika, ada seorang nenek
hadis yang diriwayatkan secara lisan menghadapnya, nenek tersebut
maupun tulisan, kesemuanya itu meminta hak waris dari harta yang
melalui informasi yang disampaikan ditinggalkan cucunya. Abu Bakar
para sahabat dari Nabi SAW. Melalui men-jawab bahwa dia tidak melihat
informasi yang disampaikan para petunjuk dalam Al-Qur’an dan
sahabat itu, materi (matan) hadis yang praktek Nabi yang memberi bagian
diterima secara berantai dari satu harta warisan kepada nenek. Setelah
generasi ke generasi berikutnya. itu Abu Bakar bertanya kepada para
Tanpa kehadiran sahabat, maka sahabat, al-Mughirah Ibn Syu’bah
mustahil pesan-pesan Nabi akan menyatakan kepada Abu Bakar
sampai kepada generasi selanjutnya. 25 bahwa Nabi telah memberikan bagian
Pada masa ini perhatian para waris kepada nenek sebesar
sahabat masih terfokus pada seperenam bagian. Mendengar
pemeliharaan dan penyebaran Al- pernyataan al-Mughirah, Abu Bakar
Qur’an, maka periwayatan hadis memintanya untuk menghadirkan
belum begitu berkembang dan masih seorang saksi, lalu Muhammad ibn
ada pembatasan dalam periwayatan. Salamah memberikan kesaksian atas
Oleh karena itu para ulama kebenaran per-nyataan al-Mughirah

24
Agil Mahbubi, perkembangan 25
Andariati, “Hadis Dan Sejarah
hadis pada masa khulafaurrasidin,vidio Perkembangannya”, h.161
26
youtube : https://youtu.be/0J1gk5yHek0 Suparta, Ilmu Hadits,h.59
,diakses tanggal 21 november 2022.
12

tersebut. akhirnya Abu Bakar selalu sibuk ketika menjabat sebagai


menetapkan nenek sebagai ahli waris khalifah. Kedua, kebutuhan hadis
dengan memberikan seperenam tidak sebanyak pada masa
bagian ber-dasarkan hadis Nabi yang sesudahnya. Ketiga, jarak waktu
disampaikan oleh al-Mughirah.27 Dari antara kewafatannya dengan
sini tergambar bahwa ternyata Abu kewafatan Nabi sangat singkat. 28
Bakar sangat berhati-hati dalam b. Umar ibn al-Khattab
periwayatan suatu hadis, hal ini Umar juga dikenal sebagai
terbukti beliau tidak bersegera sahabat yang sangat berhati-hati
menerima riwayat hadis dari al- dalam periwayatan hadis, seperti
Mughirah sebelum meneliti halnya Abu Bakar. Selain itu, Umar
periwayatnya. Dan dalam melakukan juga menekankan kepada para
penelitian pun Abu Bakar meminta sahabat agar tidak memperbanyak
periwayat hadis untuk menghadirkan periwayatan hadis di masyarakat,
saksi. dengan alasan supaya konsentrasi
Sikap Abu Bakar yang sangat masyarakat tidak terpecah dalam
berhati-hati dalam periwayatan hadis membaca dan mendalami Al-Qur’an,
mengakibatkan hadis yang selain itu juga supaya umat Islam
diriwayatkan pun relative sedikit. tidak melakukan kekeliruan dalam
padahal Abu Bakar adalah sahabat periwayatan hadis. Kebijaksanaan
yang telah lama bergaul dan sangat Umar inilah yang kemudian mampu
akrab dengan Nabi, mulai dari masa menghalangi orang-orang yang tidak
sebelum Nabi hijrah sampai Nabi bertanggungjawab untuk melakukan
wafat. Selain faktor kehati-hatian, pemalsuan-pemalsuan hadis.29
faktor lain yang menyebabkan Abu c. Usman ibn Affan
Bakar hanya meriwayatkan hadis Secara umum, kebijakan
sedikit adalah, pertama, Abu Bakar Usman tentang periwayatan hadis

27
Abu Dawud Sulaiman ibn al-Asy’ 29
Nuruddin ‘Itr, Manhaj an-Naqd Fii
ats al-Sajistani, Sunan Abu Dawud, (Beirut: Uluum al-Hadis, (Damaskus: Dar al-
Dar al-Fikr, t.t), juz III, h.121 Fikr,t.t), h. 38
28
K. Ali, A Study of Islamic History,
(Delhi: Idarah al-Adabiyat Delhi, 1980),
h.83-86
13

tidak jauh berbeda dengan kebijakan meriwayatkan hadis. Namun seruan


dua khalifah sebelumnya. Hal ini tersebut nampaknya tidak begitu
terbukti ketika Usman memiliki besar pengaruhnya terhadap
kesempatan untuk berkhutbah, dalam periwayat tertentu yang bersikap
khutbahnya Usman meminta kepada longgar dalam periwayatan hadis. Hal
para sahabat untuk tidak banyak ini terjadi karena selain pribadi
meriwayatkan hadis yang mereka Usman tidak sekeras pribadi Umar,
tidak pernah mendengar hadis itu juga karena wilayah Islam sudah
pada masa Abu Bakar dan Umar. mulai meluas. Luasnya wilayah Islam
Umar sendiri memang tampaknya mengakibat-kan bertambahnya
tidak banyak meriwayatkan hadis. kesulitan dalam mengen-dalikan
Ahmad ibn Hanbal meriwayatkan periwayatan hadis secara ketat.
hadis Nabi yang berasal dari riwayat d. Ali ibn Abi Thalib
Usman sekitar empat puluh hadis Perkembangan hadis pada masa
saja. Itu pun banyak matan hadis yang Khalifah Ali ibn Abi Thalib pun tidak
terulang, dikarenakan perbedaan jauh berbeda dengan khalifah
sanad.30 Dengan demikian, jumlah pendahulunya tentang periwayatan
hadis yang diriwayatkan oleh Usman hadis. Ali hanya bersedia menerima
tidak sebanyak jumlah hadis yang riwayat hadis setelah periwayat hadis
diriwayatkan oleh Umar ibn al- yang bersangkutan mengucapkan
Khattab. sumpah, bahwa hadis yang
Dari sini terlihat bahwa pada disampaikannya itu benar-benar
masa Usman ibn Affan, kegiatan berasal dari Nabi. Ali tidak mem-inta
umat Islam dalam periwayatan hadis sumpah hanya jika periwayat benar-
telah lebih banyak bila dibandingkan benar telah dipercayainya. Dengan
dengan kegiatan periwayatan pada demikian dapatlah dinyatakan bahwa
masa Umar. Dalam khutbahnya fungsi sumpah dalam periwayatan
Usman telah menyampaikan seruan hadis bagi Ali tidaklah dijadikan
agar umat Islam berhati-hati dalam sebagai syarat mutlak keabsahan

Zain, “Sejarah Hadis pada Masa


30

Permulaan dan Penghimpunannya”, h.15


14

periwayatan hadis. Sumpah dianggap dampak negatif dalam bidang


tidak diperlukan apabila orang yang periwayatan hadis. Kepentingan
menyampaikan riwayat hadis telah politik telah mendorong pihak-pihak
benar-benar diyakini tidak mungkin tertentu untuk melakukan pemalsuan
keliru.31 hadis.33 Itulah yang menjadikan
Ali ibn Abi Thalib sendiri periwayat hadis tidak dapat dipercaya
cukup banyak meriwayatkan hadis riwayatnya secara keseluruhan.
Nabi, baik dalam bentuk lisan Dari uraian tersebut dapat
maupun tulisan. Hadis yang dinyatakan bahwa kebijakan Al-
berbentuk tulisan berkisar tentang Khulafa Al-Rasyidin tentang
hukuman denda (diyat), pembebasan periwayatan hadis terdapat empat
orang Islam yang ditawan oleh orang bentuk, yaitu: Pertama, seluruh
kafir, serta larangan melakukan khalifah sepakat tentang pentingnya
hukum kisas terhadap orang Islam sikap hati-hati dalam periwayatan
yang membunuh orang kafir.32 hadis. Kedua, kesemuanya melarang
Pada masa khalifah Ali sama untuk memperbanyak periwayatan
dengan masa sebelumnya, yaitu hadis, terutama pada masa khalifah
adanya sikap kehati-hatian dari para Umar ibn Khattab, tujuannya supaya
khalifah dalam periwayatan hadis. periwayat bersikap selektif dalam
Namun situasi umat Islam yang meriwayatkan hadis dan supaya
dihadapi Ali telah berbeda dengan perhatian masyarakat tidak berpaling
masa sebelumnya. Pada masa Ali, dari Al-Qur’an. Ketiga, pengucapan
pertentangan politik semakin sumpah ataupun penghadiran saksi
menajam dikalangan umat muslim, bagi periwayat hadis merupakan salah
yaitu terjadinya peperangan antara satu cara untuk meneliti riwayat
kelompok pendukung Ali dan hadis. Periwayat yang dirasa memiliki
pendukung Muawiyah. Dan kejadian kredibilitas yang tinggi tidak dibebani
tersebut yang akhirnya membawa kewajiban mengajukan sumpah atau

31 33
As-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu Alamsyah, Pemalsuan Hadis dan
Hadis, h.285 Upaya Mengatasinya, al-Hikmah: Jurnal
32
Zain, “Sejarah Hadis pada Masa UIN Alauddin, Vol. 14, No.2, (2013), h. 202
Permulaan dan Penghimpunannya”, h.16
15

pun saksi. Keempat, semua khalifah itu para sahabat, terutama khulafa
telah meriwayatkan hadis, hanya saja rasyidun Abu Bakar, Umar, Utsman,
tiga khalifah yang pertama (Abu dan Ali, juga sahabat lain seperti
Bakar, Umar, Usman) meriwayatkan Zubair, Ibn Abbas, Abu Ubaidah
hadis secara lisan, hanya Ali yang berusaha memperketat periwayatan
meriwayatkan hadis secara lisan dan dan penerimaan hadis secara tertulis.
tulisan. Pada periode al-khulafa al- Abu Bakar orang pertama
rasyidun khususnya pada masa Abu yang sangat berhati-hati dalam
Bakar dan Umar, periwayatan hadis menerima Hadis Nabi. Suatu ketika
begitu sedikit dan lamban. Hal ini seorang nenek bertanya kepada Abu
disebabkan kecenderungan mereka Bakar tentang bagian warisan untuk
secara umum untuk menyedikitkan dirinya. Pada saat itu, ternyata
riwayat (taqlil al-riwayat), disamping jawabannya tidak ada dalam Al-
sikap kehati-hatian dan teliti para Qur’an dan hadis. Lalu kemudian Al-
sahabat dalam menerima hadis. Pada Mughirah mengatakan bahwa bagian
dasarnya mereka bersikap demikian nenek tersebut adalah seperenam.
adalah karena khawatir akan terjadi Lalu Abu Bakar meminta supaya Al-
kekeliruan (al-khatha’) dalam Mughirah mengajukan saksi terlebih
meriwayatkan hadis, sebab hadis dahulu baru kemudian hadisnya dapat
merupakan sumber ajaran Islam diterima.
setelah Al-Qur’an. Demikian juga kehati-hatian
Agar tidak terjadi kekeliruan, Umar Ibn Khattab ra., hampir sama
maka para sahabat sangat berhati-hati seperti Abu Bakar, walaupun
dan berupaya untuk membatasi terkadang Umar dalam masalah
periwayatan Hadis Nabi. Sekalipun tertentu menerima periwayatan hadis
demikian mereka menyadari tanpa saksi dari orang tertentu, seperti
sepenuhnya bahwa hadis merupakan hadis-hadis dari Aisyah. Sikap kedua
sumber ajaran Islam setelah Al- sahabat tersebut juga diikuti oleh
Qur’an, dan mereka juga menyadari Utsman dan Ali, selain dengan cara di
bahwa hadis harus tetap terjaga atas, mereka juga terkadang
sebagaimana Al-Qur’an. Oleh karena
16

mengujinya dengan sumpah 34. Pada Selain para sahabat yang sudah
masa khulafau rasyidin, belum ada banyak mengoleksi hadis Nabi, ada
usaha secara resmi untuk juga para Tabi’in yang notabenenya
menghimpun hadis dalam suatu kitab. adalah para murid sahabat juga
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal banyak mengoleksi hadis-hadis Nabi,
yaitu: bahkan pengoleksiannya sudah mulai
a. Agar tidak memalingkan disusun dalam sebuah kitab yang
perhatian umat Islam dalam beraturan. Sebagaimana sahabat, para
mempelajari Al-Qur’an Tabi’in pun cukup berhati-hati dalam
b. Bahwa para sahabat yang hal periwayatan hadis. Hanya saja ada
menerima hadis dari Nabi sudah perbedaan beban yang dihadapi oleh
tersebar ke berbagai ke daerah sahabat dan Tabi’in, dan beban
kekuasaan Islam, dengan sahabat tentu lebih berat jika
kesibukannya tentang dakwah. dibandingkan oleh Tabi’in. Karena di
Dengan kondisi demikian ada masa Tabi’in, al-Qur’an telah
kesulitan mengumpulkan dukumpulkan dalam satu mushaf,
mereka secara lengkap. selain itu juga pada masa akhir
C. Masa Tabi’in periode al-Khulafa al-Rasyidin
Tabiin adalah orang yang (terkhusus pada masa Usman ibn
bertemu dengan sahabat tidak sempat Affan), para sahabat ahli hadis telah
bertemu dengan Rasulullah beriman menyebar ke berbagai wilayah negara
dengan risalahnya Rasulullah dan Islam. Sejalan dengan pesatnya
wafat dengan iman tersebut nah Pada perluasan wilayah kekuasaan Islam,
masa ini masanya disebut sebagai penyebaran sahabat-sahabat ke
‫ عصرانتشارالروايةألى األمصار‬masa- berbagai daerah pun terus meningkat,

masa dimana riwayat itu mulai hal ini kemudian berim-plikasi juga

berkembang ke daerah-daerah.35 pada meningkatnya penyebaran


hadis. Oleh karena itulah, masa ini

34
Andariati, “Hadis Dan Sejarah vidio youtube :
Perkembangannya’’, h.159 https://youtu.be/ldSYwHZGgEE ,diakses
35
Andi A. Mustaqim, sejarah tanggal 20 november 2022.
perkembangan dan pertumbuhan hadis ,
17

dikenal sebagai masa menyebarnya surat yang mereka terima langsung


periwayatan hadis. Ini merupakan dari para sahabat sebagai gurunya. 38
sebuah kemudahan bagi para Tabi’in Ada beberapa kota yang
untuk mempelajari hadis. Metode dijadikan pusat pembinaan dalam
yang dilakukan para Tabi’in dalam periwayatan hadis, yang kemudian
mengoleksi dan mencatat hadis yaitu dijadikan sebagai tempat tujuan para
melalui pertemuan-pertemuan dengan Tabi’in dalam mencari hadis. Kota-
para sahabat, selanjutnya mereka kota tersebut adalah Madinah al-
mencatat apa yang telah di dapat dari Munawwarah, Makkah al-
pertemuan tersebut.36 Mukaramah, Kuffah, Basrah, Syam,
Para Tabi’in menerima hadis Mesir, Maghribi dan Andalusia, serta
Nabi dari sahabat dalam berbagai Yaman dan Khurasan. 39 Pusat
bentuk, jika disebutkan ada yang pembinaan pertama yaitu di Madinah,
dalam bentuk catatan atau tulisan dan karena di Madinah lah Rasulullah
ada juga yang harus dihafal, di menetap setelah hijrah dan Rasulullah
samping itu dalam bentuk yang sudah juga membina masyarakat Islam yang
terpolakan dalam ibadah dan amaliah didalamnya terdiri atas kaum
para sahabat, lalu Tabi’in Muhajirin dan Anshor. Di antara para
menyaksikan dan mengikutinya. sahabat yang menetap di Madinah
Dengan demikian, tidak ada satu adalah Khulafa’ Rasyidin, Abu
hadis pun yang tercecer apalagi Hurairah, Siti Aisyah, Abdullah ibn
terlupakan.37 Perihal menulis hadis, di Umar dan Abu Said al-Khudri, dan
samping melakukan hafalan secara lain sebagainya.40
teratur, para Tabi’in juga menulis Tabi’in adalah orang yang
sebagian hadis-hadis yang telah pernah berjumpa dengan sahabat
diterimanya. Selain itu, mereka juga dalam keadaan beriman, serta wafat
memiliki catatan-catatan atau surat- dalam keadaan beriman juga. Metode

36 39
Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis: As-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu
Pengantar Studi Hadis Praktis, (Malang: Hadis, h.63
40
Malang Press, 2008), h.25 Noor Sulaiman, Antologi Ilmu
37
Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, Hadis, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009),
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996), h.62 h.70
38
Ranuwijaya, Ilmu Hadis,h. 65
18

periwayatan hadis yang dilakukan hadis dari sejumlah guru dan


oleh para tabi’in tidak berbeda mendengarkan langsung dari
dengan apa yang telah dipraktikkan penuturan mereka, selanjutnya
para sahabat. Pada masa ini, al- disimpan melalui hafalan di dalam
Qur’an sudah terkumpul dan tersebar dada mereka.
pada beberapa wilayah Islam. Akan Namun, sudut perbedaan
tetapi, kodifikasi hadis belum dengan periode sebelumnya adalah
sepenuhnya terkumpul akibat bahwa pada masa ini periwayatan
berpencarnya para periwayat hadis hadis semakin meluas dan banyak
dari kalangan sahabat ke berbagai sehingga dikenal dengan istilah
daerah sejak era dinasti pemerintahan pembanyakan riwayat (al-iktsar ‘ala
Bani Umayyah. al-riwayah). Bahkan pada masa ini,
Sikap kesungguhan dan kehati- dikenal tokoh-tokoh sahabat yang
hatian tabi’in sama seperti generasi bergelar memiliki daya hafal hadis
sahabat. Hal ini dapat terlihat yang banyak (al-muktsirn). Pada
sebagaimana yang dilakukan oleh masa ini dikenal pula istilah rihlah
para tabi’in di Basrah. Mereka yaitu perjalanan yang dilakukan
menganggap perlu untuk seseorang dari satu kota ke kota lain
mengkonfirmasi hadis yang diterima dalam rangka mencari hadis-hadis
dari sahabat yang ada di Basrah yang diduga dimiliki oleh para
dengan sahabat yang ada di Madinah. sahabat.
Sikap tabi’in dalam penulisan hadis D. Abad II Hijiryah
adalah mengikuti jejak para sahabat. Abad kedua Hijriah Berarti
Hal ini tidak lain adalah karena para mulai tahun 101 Hijriyah sampai
tabi’in memperoleh ilmu, termasuk di akhir tahun 200 Hijriyah , masa ini
dalamnya hadis-hadis Nabi Saw, disebut sebaga ‫عصر الكتابة والتدوين‬
adalah dari para sahabat. masa-masa penulisan dan kemudian
Periwayatan hadis pada masa
tabi’in umumnya masih bersifat (al-
musyafahāt al-lafdziyyah), seperti
seorang murid memperoleh hadis-
19

masa-masa pembukuan.41 Pada masa kemudian lafadz makna ini karena


ini mulai ditulis hadis dan mulai sebab-sebab tadi akhirnya mulai
dibukukan hadis ,karena dilihat dari banyaklah penulisan hadis yang pada
yang pertama wilayah Islam yang puncaknya , pada masa Khalifah
sangat luas , Karena luasnya ini Umar bin Abdul Aziz mulai
ternyata tidak semua wilayah itu bisa terpikirkan inisiatif untuk menuliskan
berbahasa Arab ada beberapa wilayah hadits dalam satu kitab yang utuh
yang tidak bisa berbahasa Arab mulailah diberitahu gubernur-
karena pada masa ini misalnya agama gubernurnya.43 Kemudian Umar bin
Islam atau wilayah Islam itu mulai Abdul Aziz memberitahukan kepada
masuk ke Eropa oleh dari ada salah seorang penghafal hadits yang
Andalusia kemudian dan tempat- terkemuka pada masa itu yakni yang
tempat lain sebagainya sehingga tidak bernama Abu Bakr Muhammad Ibn
semuanya bisa berbahasa Arab dan Muslim Ibn Ubaidillah Ibn Syihab
apalagi menghafalkan hadits- Az-Zuhri atau yang dalam ilmu hadis
haditsnya sehingga butuh untuk sering lebih dikenal dengan beliau Ibn
ditulis hadits tersebut selain itu juga Syihab Az-Zuhri beliau meminta Ibn
pada masa ini banyak sekali orang- Syihab Az-Zuhri untuk
orang yang hafal hadist ini wafat mengumpulkan hadits-hadits dari
sehingga mulailah dibutuhkan para penghafal hadits, yang kemudian
penulisan hadis.42 Pada masa ini juga nanti dijadikan buku sehingga
masih sama cara meriwayatkan hadits pembukuan hadits pertama kali
menggunakan melalui lafadz dan dilakukan adalah pada masa ini. 44
makna, ada yang secara tekstual Para ulama menganggap pertama kali
bener-bener sama persis lafadz hadits pembkuan hadis yaitu pada masa ini
nya ada yang teknik secara konteks sehingga ulama juga menetapkan Abu
yang maknanya yang diriwayatkan, Bakr Muhammad Ibn Muslim Ibn

41 43
Mustaqim , sejarah perkembangan Mustaqim, sejarah perkembangan
dan pertumbuhan hadis , vidio youtube : dan pertumbuhan hadis , vidio youtube :
https://youtu.be/ldSYwHZGgEE ,diakses https://youtu.be/ldSYwHZGgEE ,diakses
tanggal 20 november 2022. tanggal 20 november 2022.
42
Zain, “Sejarah Hadis pada Masa 44
Andariati, “Hadis Dan Sejarah
Permulaan dan Penghimpunannya”, h.21 Perkembangannya”, h.162
20

Ubaidillah Ibn Syihab Az-Zuhri ini Aziz mengambil inisiatif untuk


sebagai orang yang pertama yang memerintahkan para gubernur dan
membukukan hadits, dari Abu Bakar pembantunya untuk mengumpulkan
Muhammad tadi dari Ibn Syihab Az- dan mengumpulkan Hadis 45, yaitu:
Zuhri yang membukukan hadits ini a. Tidak adanya lagi penghalang
kemudian memunculkan lagi roh atau untuk menuliskan dan
semangat ulama-ulama lain untuk membukukan hadis, atau
mengumpulkan hadis juga sehingga kekhawatiran bercampurnya
muncullah ulama-ulama di wilayah hadis dengan al-Qur’an karena
lain seperti yang tadi ulama sudah sebab al-Qur’an ketika itu telah
tersebar di berbagai wilayah inisiatif dibukukan dan disebarluaskan.
untuk mengikuti Ibn Syihab Az-Zuhri b. Munculnya kekhawatiran
menulis hadits sehingga muncullah di hilang dan lenyapnya hadis
Madinah nanti ada Ibnu Ishaq di karena banyaknya para sahabat
mekkah ada Ibnu juraij di bashrah ada yang meninggal dunia akibat
imam al-Rabi’, di Syam ada al- usia lanjut atau karena
Auza’iy, di Mesir ada al-Laits, di seringnya terjadi peperangan.
Kuffah ada Sufyan at-Tsaury, di c. Semakin maraknya kegiatan
Khurasan ada Ibnu Mubarok, di pemalsuan hadis yang
Yaman ada Ma’mar al-Azdiy nah dilatarbelakangi oleh
beliau-beliau ini nanti yang kemudian perpecahan politik dan
menuliskan hadis membukukan perbedaan mazhab di kalangan
hadits dalam satu kitab yang utuh umat Islam.
sehingga mulai banyaklah buku-buku d. Karena telah semakin luasnya
atau manuskrip-manuskrip kitab- daerah kekuasaan Islam disertai
kitab hadits yang dibuat banyak sekali dengan semakin banyak dan
kitab-kitab hadits yang dibuat-buat. kompleksnya permasalahan
Kurang lebih ada empat faktor yang dihadapi oleh umat Islam,
yang mendorong Umar Ibn Abd al- maka hal tersebut menuntut

45
Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA
Peminatan Keagamaan,h.94
21

mereka untuk mendapatkan mengumpulkan Hadis yang berasal


petunjuk-petunjuk dari hadis.46 dari 3 tempat berikut47:
Umar Ibn al-Aziz yang dikenal a. Koleksi Ibn Hazm sendiri.
secara umum dari kalangan penguasa b. Amrah Binti Abd al-Rahman
yang memprakarsai pembukuan (w. 98 H), seorang fakih dan
Hadis Nabi Saw secara resmi. Akan muridnya sayyidah Aisyah ra.
tetapi, menurut ‘ajjaj al-khathib c. Al-Qasim Ibn Muhammad Ibn
berdasarkan bahwa kegiatan Abu Bakar al-Shiddiq (w. 107
pembukuan Hadis telah lebih dahulu H), seorang pemuka tabi’in.
diprakarsai oleh ‘Abd al-Aziz Ibn Ibn Hazm melaksanakan tugas
Marwan (w.85 H), ayah dari Umar tersebut dengan baik, dan tugas yang
Ibn ‘Abd al-Aziz sendiri, yang ketika sama juga dilaksanakan oleh
itu menjabat sebagai gubernur di Muhammad Ibn Syihab al-Zuhri (w.
Mesir. Umar Ibn Abd al-Aziz 124 H), seorang ulama besar di negeri
memprakarsai pengumpulan hadis Hijaz dan Syam. Dengan demikian
secara resmi dalam jangkauan yang kedua ulama di ataslah yang
lebih meluas. Hal tersebut karena merupakan pelopor dalam kodifikasi
posisinya sebagai khalifah dapat hadis berdasarkan perintah khalifah
memerintahkan kepada para Umar Ibn Abd al-Aziz.48
gubernurnya untuk melaksanakan E. Kajian Tashih dan Kaidahnya
tugas pengumpulan dan Demikianlah aktivitas para
pengkodifikasian hadis. Salah satu ulama di abad pertama hingga akhir
gubernurnya yang ada di Madinah abad II Hijiryah, bahkan pada akhir
adalah Abu Bakar Muhammad Ibn abad tersebut telah terdapat beberapa
Ibn Hazm (w. 117 H). Dalam klasifikasi hadis, yaitu hadis marfu’,
instruksinya Umar memerintahkan mauquf, muttashil, mursal. Dari
Ibn Hazm untuk menuliskan dan macam hadis tersebut juga telah

46
Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA artikel : https://ibtimes.id/author/ahmad221/
Peminatan Keagamaan,h.95 ,diakses tanggal 22 november 2022
47
Ahmad Agus Salim, “Bagaimana 48
Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA
Kronologi Kodifikasi Hadis di Era Umar Ibn Peminatan Keagamaan, h.95
‘Abd Al-‘Aziz Sampai Al Mu’tashim?”,
22

dibedakan antara hadis maqbul yang c. Kedhabitan perawi


pada masa berikutnya disebut dengan Maksudnya adalah kesadaran
Hadis sahih, hasan dan mardud, yang dan kemampuan memahami yang
kemudian disebut dengan hadis dhaif dimiliki oleh seorang perawi terhadap
dengan berbagai macamnya. 49 apa yang didengarnya, dan kesetian
Adapun kaedah dalam penelitian ingatannya terhadap riwayat yang
sanad hadis, ada tiga hal pokok yang didengarnya mulai dari masa
harus diteliti: diterimanya sampai kepada waktu
a. Ketersambungan sanad (ittishal yang dia menyampaikannya kepada
al-sanad) perawi yang lain.52
Maksudnya adalah masing- Adapun kaedah penelitian
masing perawi yang terdapat dalam terhadap matan, ada tujuh alat
rangkaian sanad tersebut menerima ukurnya53:
Hadis secara langsung dari perawi a. Perbandingan hadis dengan al-
yang sebelumnya, dan selanjutnya dia Qur’an
menyampaikannya kepada perawi b. Perbandingan beberapa riwayat
yang datang sesudahnya. 50 tentang suatu hadis, yaitu
b. Keadilan perawi (adalat al- perbandingan antara satu
rawi). riwayat dengan riwayat lainnya.
Maksud adil di sini adalah sifat c. Perbandingan antara matan
yang tertanam dalam diri seseorang suatu hadis dengan Hadis yang
yang mendorongnya untuk senantiasa lain.
memelihara ketakwaan, moralitas, d. Perbandingan antara matan
sehingga menghasilkan jiwa yang suatu Hadis dengan berbagai
terpercaya dengan kebenarannya kejadian yang dapat diterima
yang ditandai dengan sikap menjauhi akal, pengamatan panca indra
dosa-dosa besar dan dosa kecil. 51 atau berbagai peristiwa sejarah.

49 52
Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA
Peminatan Keagamaan,h.95 Peminatan Keagamaan,h.96
50 53
Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA Khusniati Rofiah, Studi Ilmu
Peminatan Keagamaan,h.96 Hadis,( Yogyakarta: IAIN PO Press, 2018),
51
Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA h.85
Peminatan Keagamaan,h.96
23

e. Kritik hadis yang tidak terlihat kontradiktif antara satu


menyerupai kalam Nabi. dengan yang lain.
f. Kritik hadis yang bertentangan d. Kitab Sirah al-Nabawiyah.
dengan dasar-dasar syariat dan Karya Ibn Ishaq ini berisi
kaidah-kaidah yang telah tetap tentang perjalanan hidup Nabi
dan baku. dan berbagai peperangan yang
g. Kritik hadis yang mengandung terjadi pada masa beliau.
hal-hal yang munkar atau Kitab-kitab hadis yang disusun
mustahil. pada abad ke 3 Hijriyah adalah: 55
F. Kitab-Kitab Pokok Hadis Nabi a. Kitab Sahih.
Kitab-kitab Hadis yang Kitab ini hanya menghimpun
merupakan hasil kodifikasi pada abad Hadis-hadis sahih saja, sedangkan
ke 2 Hijriyah adalah:54 yang tidak sahih tidak dimasukkan ke
a. Kitab al-Muwaththa’. Kitab ini dalamnya. Penyusunan kitab ini
disusun oleh Imam Malik Ibn berbentuk mushannaf yaitu penyajian
Anas atas permintaan khalifah bersadarkan bab-bab masalah tertentu
Abu Ja’far al-Manshur, seorang sebagaimana layaknya kitab fikih.
khalifah dari bani Abbasiyah. Contohnya adalah kitab shahih al-
b. Kitab musnad al-Syafi’i. kitab Bukhari dan shahih Muslim.
ini merupakan kumpulan hadis- b. Kitab Sunan.
hadis yang terdapat dalam kitab Selain memuat hadis sahih,
al-um, karya imam Syafi’i. kitab ini juga memuat Hadis dha’if
c. Kitab Muhkatalif al-Hadis. dengan syarat tidak terlalu lemah dan
Kitab ini juga merupakan hasil tidak berkualitas munkar, pada
karya imam Syafi’i yang isinya umumnya diberi penjelasan
terdiri atas pembahasan tentang kelemahan tentang hadis tersebut.
tata cara menerima hadis Penyusunan kitab ini juga berbentuk
sebagai hujjah dan tata cara mushannaf. Contohnya adalah kitab
mengkompromikan hadis yang sunan Abi Dawud, sunan al-

Andariati, “Hadis Dan Sejarah


54
Andariati, “Hadis Dan Sejarah
55

Perkembangannya’’, h.161 Perkembangannya’’, h.162


24

Turmudzi, sunan al-Nasai, dan sunan Hadis tertua yang sampai ke tangan
Ibn Majah. umat Islam saat ini. Kitab ini menjadi
c. Kitab Musnad. sumber hukum satu-satunya di
Sistematika penyusunan kitab wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah
ini adalah berdasarkan kepada nama ketika itu. Penamaan al-Muwaththa’
perawi pertamanya atau terakhirnya, karena kitab tersebut telah diajukan
yaitu sahabat. Urutan nama perawi Imam Malik kepada tujuh puluh ahli
pertama tersebut bisa didasarkan fikih di Madinah dan ternyata mereka
kepada urutan kabilah, atau seluruhnya menyetujui dan
berdasarkan nama sahabat menurut menyepakatinya. Dalam
urutan masuk Islamnya, atau penyusunannya Imam Malik
berdasarkan huruf hijaiyah. Status mensyaratkan bahwa sebuah hadis itu
hadis dalam kitab ini umumnya tidak dapat diterima jika dapat diketahui
dijelaskan kualitasnya. Contohnya bahwa perawinya tidak bohong, dan
musnad Ahmad Ibn Hanbal, musnad bersifat tsiqah. Kitab ini menghimpun
Abu al-Qasim al-Baghawi, dan 1720 hadis yang terdiri dari hadis
musnad Utsman Ibn Abi Syaibah. Nabi, khabar dan atsar.57
Dari berbagai macam kitab b. Musnad Ahmad Ibn Hanbal.
hadis, ada sembilan kitab induk hadis Imam Ahmad menyusu kitab ini
yang dijadikan sebagai rujukan dalam berdasarkan urutan sanad para
berbagai permasalahan kehidupan sahabat yang meriwayatkan Hadis
manusia,56 yaitu: dari rasul. Jumlah sahabat yang
a. Kitab al-Mu aththa’ terdapat dalam kitab ini sebanyak 904
Kitab merupakan karya besar orang, jumlah tersebut belum
Imam Malik Ibn anas. Kitab ini menjangkau keseluruhan sahabat
disusun atas permintaan khalifah Abu yeng meriwayatkan Hadis, masih
Ja’far al-Manshur dari dinasti Bani terdapat sekitar 200 sahabat lain yang
Abbasiyah. Kitab ini adalah kitab terlewatkan. Ia memulai dengan

56
Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,2013),
Peminatan Keagamaan,h.97 h.141
57
Umi Sumbulah, Studi Sembilan
Kitab Hadis Sunni,(malang: Unit Penerbitan
25

menyebut musnad 10 orang sahabat shahih dan 200.000 hadis yang tidak
Nabi yang dijamin masuk surga. shahih. Salah satu karya
Paling awal disebutkan Abu Bakar, monumentalnya adalah kitab al-Jami’
lalu Umar, Utsman, Ali, kemudian al-shahih, yang telah beliau tulis
menyusul yang lain. Kemudian ia selama 16 tahun lamanya. Ketika ia
menuliskan hadis-hadis hendak menulis-mencantumkan hadis
Abdurrahman Ibn Abu Bakar, lalu di dalam kitabnya, beliau terlebih
tiga orang sahabat, kemudian dahulu mandi, berwudhu dan shalat
musnad-musnad ahli bait. Demikian sunnah istikharah sebagai bentuk
seterusnya hingga berakhir pada hadis ritual sucinya. Jumlah hadis di dalam
Syaddad Ibn al-Hadi. Kitab ini kitab al-Jami’al-Shahih sebanyak
memuat kurang lebih 40.000 Hadis. 58 7397 hadis yang ditulis secara
c. Kitab al-Jami’ al-Shahih Karya berulang, dan tanpa diulang sebanyak
Abu Abdullah al-Bukhari (w. 2602 hadis. Imam Al-Bukhari
256 H) meninggal di kota Samarkan pada
Beliau memiliki nama lengkap tanggal 30 Ramadhan tahun 256 H. 59
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail d. Kitab Shahih Muslim Karya
bin Ibrahim bin al Mughiroh bin Imam Muslim (204 H-261H)
Bardizbah al-Ja’fial-Bukhari. Pada Beliau memiliki nama lengkap
usianya yang relatif masih muda ia Muslim al-Hajj j al-Qusyairi al- aisab
sudah mampu menghafal kitab dari ri. beliau termasuk salah seorang
beberapa ulama hadis. Kecerdasan ulama hadis yang sangat terkenal
dan ketekunan dalam mempelajari hingga saat ini. Dilahirkan di
hadis Nabi Muhammad Saw., Naisabur pada tahun 204 Hijriyah.
sehingga beliau diberi gelar Amir al- Sejak usia kecil ia sudah mulai
Mu’min n fi al-Hadits oleh ulama tertarik menuntut ilmu pengetahuan
hadis pada zamannya. agama. Berbagai belahan negara telah
Imam al-Bukhari menghafal dikunjungi untuk memenuhi
kurang dan lebih 100.000 hadis kegemaran menimba ilmu hadis.

58 59
Sumbulah, , Studi Sembilan Kitab Sumbulah, , Studi Sembilan Kitab
Hadis Sunni, h.126 Hadis Sunni, h.20
26

Muslim menerima hadis dari Sijist ni. Al-Sijist ni merupakan nisbat


beberapa orang gurunya, termasuk tempat kelahiranya yaitu di Sijistan
dari Imam al-Bukhari sendiri, yang terletak antara Negara Iran
selanjutnya karir intelektualnya dengan Afganistan pada tahun 202 H-
mengikuti jejak Imam al-Bukhari 817 M. Di antara karyanya yang
terutama dalam menulis kitab sangat monumental dan berfaedah
shahihnya. bagi para mujtahid ialah kitab Sunan
Salah satu kitab hadis karya yang kemudian terkenal dengan nama
Imam Muslim adalah kitab Shahih Sunan Abī ud. Beliau mengaku telah
Muslim atau dikenal dengan sebutan mendengar hadis dari Rasulullah saw,
Shahih Muslim. kitab Shahih Muslim sebanyak 500,000 teks hadis melalui
beliau tulis selama 12 tahun. adapun rihlah ilmiah. Dari sejumlah tersebut
Jumlah hadis yang terdapat dalam beliau seleksi dan mencantumkan di
kitab tersebut tanpa diulang sebanyak dalam kitab Sunannya sebanyak 4800
3030 Hadis, dan jumlah hadis.
keseluruhanya adalah 10,000 teks Imam Abu Daud menjelaskan
hadis. Upaya penelusuran hadis tidak di dalam kitab Sunannya tentang
terbatas pada wilayah tertentu tetapi derajat hadis dengan sematan hadis
melalui perjalanan panjang dan shahih, semi shahih, (yushibuhu),
melelahkan, dengan bekal semangat, mendekati shahih (yuqarribuhu), dan
kesabaran, dan ketulusan yang tinggi jika terdapat dalam kitab Sunannya
ia lakukan hal itu dengan tekun yang wahnun syadidun (sangat
hingga tercapainya tujuan. Imam lemah) beliau menjelaskannya.
Muslim wafat pada tahun 261 H di Adapun hadis yang tidak diberi
Negeri Naisabur.60 penjelasan sedikit pun, maka hadis
e. Sunan Abi Daud Karya Imam tersebut termasuk hadis shahih. Imam
Abu Daud (202 H-275 H) Abu Daud wafat pada tahun 275 H-
Beliau adalah Imam Abu ud 889 M dan dimakamkan di Kota
Sulaim n bin al-‘Ash’ats bin Ishaq Al- Bashrah.61

60 61
Sumbulah, , Studi Sembilan Kitab Sumbulah, , Studi Sembilan Kitab
Hadis Sunni, h.45 Hadis Sunni, h.64
27

f. Kitab Sunan al-Turmudzi karya Rajab tahun 279 H-892 M di desanya


Imam Al-Turmudzi (200 H-279 yaitu Turmudz.62
H) g. Kitab Sunan an-Nasa’i Karya
Nama lengkap beliau adalah Imam An-Nasa’i (215 H-303 H)
Abu Isa Muhammad bin Isa bin Surah Nama lengkapnya adalah Abu
adalah seorang muhaddis terkenal Abdurrahm n Ahmad bin Sya’aib bin
yang dilahirkan pada bulan Zulhijjah Bahr. Nama beliau dinisbatkan pada
tahun 200 H-824 M, di kota Turmudz. kota tempat ia dilahirkan. Beliau
Kota Turmudz adalah kota kecil yang dilahirkan pada tahun 215 H yang
terletak di pinggir Utara Sungai bertempat di kota Nasa dan saat ini
Amuderia sebelah Utara Iran. Imam masih termasuk wilayah Khurasan.
Turmudzi dan Imam al-Bukhari, Seorang muhaddis putra Nasa yang
keduanya adalah satu daerah, sebab pintar, hafiz, dan tawadhu’, memilih
Bukhara dan Turmudzi adalah negara Mesir sebagai tempat
termasuk dalam daerah Warauhan- bermukim dalam menyiarkan hadis-
nahar. Imam Al-Turmudzi menyusun hadis Rasulullah Saw, di hadapan
kitab sunan yang dikenal Sunan al- masyarakat. Karya beliau yang utama
Turmudzi. Setelah selesai kitab Sunan adalah Sunan al-kubra yang akhirnya
ditulis, menurut pengakuan beliau terkenal dengan nama sunan An-
sendiri, bahwa kaum ulama Hijaz, Nasa’i.63
Irak dan Khurasan menerima dan Setelah Imam An-nasa’i
meridhai hasil karya beliau dengan menyusun kitab kubranya, beliau
sangat baik. Imam Al-Turmudzi menyerahkan kepada Amir di Al-
menyampaikan bahwa barang siapa Ramlah. Amir di al-Ramlah berkata,
yang menyimpan kitab saya ini di “Pisahkanlah Hadis shahih saja.”
rumahnya, maka seolaholah hadir Atas perintah Amir beliau berusaha
seorang Nabi yang selalu menyeleksi dan menyusunnya
menyampaikan kebaikan. Beliau kembali. Setelah selesai dalam
wafat dan dikuburkan pada akhir menyusun dan menyeleksi hadis

62 63
Sumbulah, , Studi Sembilan Kitab Anhar, Ilmu Hadis Kelas X MA
Hadis Sunni, h.77 Peminatan Keagamaan, h.101
28

Shahihnya, maka kitab tersebut beliau Hadis yang berstatus mursal,


beri nama dengan al-Mujtaba Min al- mu’dhal, munqathi’ dan maqthu’.
Sunan. Di akhir usia, beliau wafat Menurut sebagian ulama jumlah
pada tahun 303 H-915 M di Mesir, Hadisnya sebanyak 3550 Hadis
dan menurut pendapat yang lain, ditambah dengan komentar tentang
beliau wafat di Kota Mekkah. 64 para perawi dan masalah-masalah
h. Kitab Sunan Ibn Majah Karya hukum.66
Imam Ibn Majah (207 H-273 H) KESIMPULAN
Nama lengkap Imam hadis yang
Sejarah perkembangan dan
terkenal ialah Abu Abdillah bin Yazid
pertumbuhan hadis mengalami
Ibnu Majah. Beliau dilahirkan di
beberapa priode sehinga terdapat
Qazwin pada tahun 207 H-824 M.
perkembangan , karakteristik
Sebagaimana halnya para Muhaddis
penulisan dan metode buku yang
dalam mencari hadis-hadis Nabi yang
berbeda-beda, pada zaman rasulullah
memerlukan perantauan ilmiah, maka
beliau melarang menuliskan hadis
beliau berkeliling negeri untuk
karna dikhawatirkan akan bercampur
menemui dan berguru hadis kepada
dengan al-qur’an, namun ada
para ulama hadis secara langsung.
sebagian sahabat yang secara
Beliau menyusun kitab Sunan
sembunyi-sembunyi menulis hadis
yang kemudian terkenal dengan
dalam bentuk lembaran atau catatan
Sunan Ibnu Majah. Sunan ini
pribadi.
merupakan salah satu Sunan yang
empat yang termasuk salah satu kutub Pada periode al-khulafa al-
al-Sittah. Beliau wafat pada bulan rasyidun khususnya pada masa Abu
Ramadhan di tahun 273 H-887 M.65 Bakar dan Umar, periwayatan hadis
i. Sunan al-Darimi begitu sedikit dan lamban. Hal ini
Kitab ini disusun oleh imam al- disebabkan kecenderungan mereka
Darimi. Dalam kitab ini terdapat secara umum untuk menyedikitkan

64 66
Sumbulah, , Studi Sembilan Kitab Sumbulah, , Studi Sembilan Kitab
Hadis Sunni, h.92 Hadis Sunni, h.113
65
Sumbulah, , Studi Sembilan Kitab
Hadis Sunni, h.103
29

riwayat (taqlil al-riwayat), disamping Adapun kaedah penelitian


sikap kehati-hatian dan teliti para terhadap matan, ada tujuh alat
sahabat dalam menerima hadis. Pada ukurnya diantaranya ialah,
dasarnya mereka bersikap demikian perbandingan hadis dengan al-
adalah karena khawatir akan terjadi Qur’an,Perbandingan beberapa
kekeliruan (al-khatha’) dalam riwayat tentang suatu hadis, yaitu
meriwayatkan hadis, sebab hadis perbandingan antara satu riwayat
merupakan sumber ajaran Islam dengan riwayat lainnya,
setelah al-Qur’an. Perbandingan antara matan suatu
Pada masa tabi’in, al-Qur’an hadis dengan Hadis yang lain,
sudah terkumpul dan tersebar pada Perbandingan antara matan suatu
beberapa wilayah Islam. Akan tetapi, Hadis dengan berbagai kejadian yang
kodifikasi hadis belum sepenuhnya dapat diterima akal, pengamatan
terkumpul akibat berpencarnya para panca indra atau berbagai peristiwa
periwayat hadis dari kalangan sahabat sejarah, Kritik hadis yang tidak
ke berbagai daerah sejak era dinasti menyerupai kalam Nabi, Kritik hadis
pemerintahan Bani Umayyah. Sikap yang bertentangan dengan dasar-
kesungguhan dan kehati-hatian dasar syariat dan kaidah-kaidah yang
tabi’in sama seperti generasi sahabat. telah tetap dan Kritik hadis yang
Namun, sudut perbedaan dengan mengandung hal-hal yang munkar
periode sebelumnya adalah bahwa atau mustahil.
pada masa ini periwayatan hadis Kitab-kitab Hadis yang
semakin meluas dan banyak sehingga merupakan hasil kodifikasi pada abad
dikenal dengan istilah pembanyakan ke 2 Hijriyah adalah: Kitab al-
riwayat (al-iktsar ‘ala al-riwayah). Muwaththa’, Kitab musnad al-Syafi’i,
Kaedah dalam penelitian sanad Kitab Muhkatalif al-Hadis, Kitab
hadis, ada tiga hal pokok yang harus Sirah al-Nabawiyah.
diteliti yaitu ,ketersambungan sanad Kitab-kitab hadis yang disusun
(ittishal al-sanad), keadilan perawi pada abad ke 3 Hijriyah adalah:Kitab
(adalat al-rawi) dan kedhabitan Sahih. Kitab Sunan dan Kitab
perawi . Musnad.
30

DAFTAR PUSTAKA and Literature, Indiana:


‘Itr, Nuruddin. Manhaj an-Naqd Fii American Trust Publications.
Uluum al-Hadis. Damaskus: Azamiy, M.M. 2006. Dirasat fi al-
Dar al-Fikr. Hadi al-Nabawi wa Tarikh
Alamsyah. 2013. “Pemalsuan Hadis Tadwinih, yang diterjemahkan
dan Upaya Mengatasinya”. al- oleh Ali Mustafa Ya’qub
Hikmah: Jurnal UIN Alauddin. dengan judul Hadis Nabawi
Vol. 14, No.2. dan Sejarah Kodifikasinya,
Ali,K. 1980. A Study of Islamic Jakarta: Pustaka Firdaus.
History. Delhi: Idarah al- Hasyim, Al-Hasani Abd al-Majid.
Adabiyat Delhi. TT. Ushul al-Hadis al-Nabawi.
Al-Sajistani, Abu Dawud Sulaiman Kairo: al-Hadisah li al
ibn al-Asy’ ats. Sunan Abu Thaba’ah.
Dawud. Beirut: Dar al-Fikr. Isnaeni, Ahmad. 2014. “Historisitas
Andariati,Leni. 2020. “Hadis Dan Hadis dalam Kacamata M.
Sejarah Perkembangannya”, Mustafa Azami”, QUHAS:
Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis Jurnal of Qur’an and Hadith
,vol.4, no.2 Studies, Vol. 3, No. 1.
Anhar, Barusdi. 2020. Ilmu Hadis Khon,Abdul Majid. 2008. Ulumul
Kelas X MA Peminatan Hadis. Jakarta: Amzah
Keagamaan,Jakarta: Direktorat Mahbubi, Agil. perkembangan hadis
KSKK Madrasah. pada masa khulafaurrasidin.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1988. Sejarah vidio youtube :
Perkembangan Hadis,Jakarta: https://youtu.be/0J1gk5yHek0.
Bulan Bintang. Mirzaqon, Abdi., Budi Purwoko.
As-Shalih, Subhi. 2009. Membahas 2018.“Studi Kepustakaan
Ilmu-ilmu Hadis, Jakarta: mengenai Landasan Teori dan
Pustaka Firdaus. Praktik Konseling Expressive
Azami,Muhammad Mustafa. 1977. Writing”. Jurnal BK Unesa.
Studies In Hadith Methodology Vol.8, No 1 .
31

Mustaqim, Andi A. sejarah Sumbulah,Umi. 2013. Studi Sembilan


perkembangan dan pertum Kitab Hadis Sunni. malang:
buhan hadis , vidio youtube Unit Penerbitan UIN Maulana
:https://youtu.be/ldSYwHZGgEE. Malik Ibrahim Malang.
Ranuijaya,Utang. 1996 .Ilmu hadis Suparta,Munzir. 2010. Ilmu Hadis,
.jakrta; Gaya media pratama. Jakarta: Rajawali Press.
Rofiah,Khusniati. 2018. Studi Ilmu Suryadilaga,Muhammad Alfatih.
Hadis,Yogyakarta: IAIN PO 2015. Ulumul Hadis,
Press. Yogyakarta: Kalimedia
Salim, Ahmad Agus. “Bagaimana Usman,Iskandar. 2021. “Hadis pada
Kronologi Kodifikasi Hadis di Masa Rasulullah dan Sahabat:
Era Umar Ibn ‘Abd Al-‘Aziz Studi Kritis terhadap
Sampai Al Mu’tashim?”. artikel Pemeliharaan Hadis”, El-
:https://ibtimes.id/author/ahma Usrah: Jurnal Hukum
d221/. Keluarga,Vol. 4, No.1.
Sari, Milya., Asmendri. 2020. Wensinck, al-Darimi., Ahmad ibn
“Penelitian Kepustakaan Hanbal. 1936. al-Mu’jam al-
(Library Research) dalam Mufahras li Alfazh al-Hadis al-
Penelitian Pendidikan IPA”, Nabawi VI, Leiden: E.J. Brill.
NATURAL SCINCE: Jurnal Zain,Lukman. 2014. “Sejarah Hadis
Penelitian Bidang IPA dan pada Masa Permulaan dan
Pendidikan IPA, Vol. 6, No 1. Penghimpunannya”. Jurnal
Sholihin , Agus., Agus Suyadi. 2013. Driya al-Afkar, Vol. 2, No. 01
Ulumul Hadis, Bandung:
Pustaka Setia.
Smeer,Zeid B. 2008. Ulumul Hadis:
Pengantar Studi Hadis Praktis,
Malang: Malang Press.
Sulaiman, Noor. 2009. Antologi Ilmu
Hadis. Jakarta: Gaung Persada

Anda mungkin juga menyukai