Anda di halaman 1dari 11

CONGENITAL TALIPES EQUINOVARUS (CETV)

DISUSUN OLEH :
YOHANES ENGGAL PASTIKE / 11210005

TUGAS INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH


KEPERAWATAN ANAK

PRODI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI WALUYA MALANG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 2
BAB I .............................................................................................................................................. 3
PANDAHULUAN ......................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 4
1.3 Tujuan dan Manfaat ............................................................................................................... 4
BAB II ............................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 5
2.1 Definisi ..................................................................................................................................... 5
2.2 Etiologi ..................................................................................................................................... 5
2.3 Patofisiologi ............................................................................................................................. 7
2.4 Dioagnosis ................................................................................................................................ 7
2.5 Penatalaksanaan ..................................................................................................................... 8
2.6 Komplikasi ............................................................................................................................... 8
BAB III......................................................................................................................................... 10
PENUTUP.................................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 11
BAB I

PANDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Congenital Talipes Equino Varus (CETV) yang juga dikenal sebagai ‘club foot’ adalah
suatu gangguan perkembangan pada ekstremitas inferior yang sering ditemui, tetapi masih jarang
di pelajari. CETV dimasukkan dalam terminology “sindromik” bila kasus ini ditemukan
bersamaan dengan gambaran klinik lain sebagai suatu bagian dari sindrom genetic. CTEV dapa
timbul sendiri tanpa didampingi gambaran klinik lain, dan sering disebut sebagai CTEV
“idiopatik”. CTEV sindromik sering menyertai gangguan neurologis dan neuremoskular, seperti
spina bifida maupun spinal muscular atrofi. Tetapi bentuk yang paling sering ditemui adalah
CETV “idiopatik”, dimana pada bentuk yang kedua ini ekstremitas superior dalam keadaan
normal.
Club-foot ditemukan pada hieroglif Mesir dan dijelaskan oleh Hipokrates pada 400 SM.
Hipokrates menyarankan peawatan dengan cara memanipulasi kaki dengan lembut untuk
kemudian dipasang perban. Sampai saat ini, perawatan modern juga masih mengadalkan
manipulasi dam immobilitas. Manipulasi dan immobilisasi secara serial yang dilakukan secara
hati-hati diikuti pemasangan gips adalah metode perawatan modern non operatif. Kemungkinan
nmekanisme mobilisasi yang saat ini ipaling efektif adalah metode pinseti, dimana penggunaan
metode ini dapat mengurangi perlunya dilakukan operasi. Walaupun demikian, masih banyak
kasus yang membutuhkan terapi operatif.
Tatalaksana pasien CTEV bervariasi mulai dari non-operatif maupun operatif, yang
meliputi manipulasi ringan dan strapping, koreksi serial menggunakan casting, manipulasi
dengan alat-alat meka- nik sampai koreksi secara operatif. Dewasa ini umumnya bedah ortopedi
sepakat bahwa terapi inisial untuk CTEV harus dimulai dengan metode non-operatif sejak hari
pertama kehidupan agar deformitas dapat dengan mudah dikoreksi re-alignment, mendapatkan
hasil fungsional yang baik, dan mencegah terjadinya relaps. Mengingat bahwa defek ini memiliki
keterlibatan genetik dan memerlukan pena- nganan sedini mungkin maka penulis ter- tarik untuk
menelusuri lebih lanjut baik dari aspek pencegahan yang dapat dikaitkan pada marriage
counseling, maupun per- siapan orang tua sejak masa prenatal, penanganan dini, dan
rekonstruksi operatif lanjut agar dapat menjamin quality of life (QoL) yang layak.(Gelfer et al.,
2019)
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Definisi & Klasifikasi CTEV?


2. Apa Etiologi CTEV?
3. Bagaimana Patofisiologi CTEV?
4. Bagaimana Pemeriksaan diagnosis CTEV?
5. Bagaimana Penatalaksanaan CTEV?
6. Apa saja Komplikasi CTEV?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan penyusunan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui definisi penyakit CTEV


2. Untuk mengetahui klasifikasi CTEV
3. Untuk mengetahui etiologi dan factor risiko CTEV
4. Untuk mengetahui patofisioli dari CTEV
5. Untuk mengetahui mengetahui manifestasi klinis dari CTEV
6. Untuk mengetahui cara menegakkan diagnosis CTEV dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan CTEV
8. Untuk mengetahi komplikasi CTEV
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Congenital talipes equinovarus (CTEV), dikenal juga dengan true clubfoot, merupakan
deformitas pada kaki yang ditandai oleh adanya bentuk varus kaki belakang, adduksi metatarsus,
dan adanya bentuk lengkungan kaki yang lebar (cavus) serta equinus. CTEV merupakan salah
satu dari deformitas kaki pada saat lahir dengan insidensi 1,2% per 1000 kelahiran hidup per
tahunnya. Pada 80% kasus terjadi secara idiopatik dan 20% dikaitkan dengan kondisi-kondisi
lain. Komponen genetik diduga berperan pada CTEV, namun, sampai saat ini, belum ada etiologi
pasti yang menjelaskan patogenesis CTEV. Etiologi yang berkembang sampai saat ini bersifat
multifaktorial. Tatalaksana pasien CTEV bervariasi mulai dari non-operatif maupun operatif.
Sejumlah pengukuran kualitatif maupun kuantitatif telah dikembangkan untuk menilai keparahan
CTEV berhubung kondisi deformitas ini membutuhkan follow-up jangka panjang karena
mempunyai kecenderungan untuk relaps.(Gelfer et al., 2019)

2.2 Etiologi
Terdapat dua dasar pengaruh perkembangan fetus yaitu lingkungan intrauterin dan
pengatuh lingkungan. Pada tahun 1863, Heuter dan Von Volkman mengusulkan teori bahwa
kehidupan embrionik awal yang terhambat ialah penyebab abnormalitas perkembangan fetus dan
menyebabkan CTEV. Pengaruh lingkungan dalam hal ini pengaruh buruk akibat agen-agen
terato- genik pada lingkungan fetus dan selama perkembangan fetus telah dijelaskan memi- liki
efek yang buruk seperti rubela dan thalidomide. Banyak peneliti percaya bahwa CTEV dan
keterhambatan perkembangan terjadi akibat berbagai faktor-faktor ling- kungan. Honein et al
melaporkan bahwa paparan rokok berhubungan dengan faktor kausa penyebab CTEV terlebih
khusus pada periode antenatal. Pada pola pewarisan poligenik, CTEV cenderung bersifat fami-
lial. Penelitian oleh Davis mendukung teori poligenik ini dan menunjukkan adanya pola
pewarisan dari satu keturunan ke keturunan selanjutnya. Sekitar 2,9% saudara kandung per 1-2
juta penduduk memiliki deformitas yang sama, dan memiliki risiko 25 kali untuk dialami oleh
saudara kandung selanjutnya juga.5(Gelfer et al., 2019)

Etiologi dari CTEV masih tidak diketahui dengan pasti, namun pada beberapa penelitian
didapatkan faktor genetik maupun lingkunganmeningkatkan risiko terjadinya CTEV.
Berdasarkan hasil studi meta analisis, sistematik review dan literature review didapatkan
beberapa faktor risiko tersering terjadinya CTEV, diantaranya (2,5,13 ):
1. Riwayat keluarga Berdasarkan hasil penelitian ,
dinyatakan bahwa keluarga dengan riwayat CTEV terutama pada keturunan pertama
lebih berisiko dibandingkan keturunan kedua. Beberapa protein genetik terlibat dalam kejadian
CTEV, seperti: HOX, STS, PITX1, TBX4 dan RBM10 (13). Faktor genetik ini umumnya
mempengaruhi pembentukan faktor transkripsi yang berperan dalam proses pembentukan kaki
dan sering dijumpai pada CTEV (5).
2. Penggunaan obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) Paparan SSRI cukup
berisiko terutama apabila terjadi pada trimester 1 (13). Penggunaan beberapa obat seperti
golongan paroxetine, certraline, citalopram selama kehamilan dapat meningkatkan risiko CTEV
326% (OR 4,26), 90% (OR 1,9) dan 64% (OR 1,64). Namun hal ini tidak terjadi pada pasien
yang konsumsi antidepresan SSRI (fluoxetine) dan non-SSRI.
3. Amniosentesis Tindakan invasif meningkatkan
risiko terjadinya CTEV sebesar 260% (OR 3,6) dibandingkan dengan tindakan CVS
(biopsi villi korialis). Tindakan ini dikaitkan dengan risiko terjadinya kebocoran terutama pada
amniosentesis pada usia kehamilan muda (11 minggu) yang menyebabkan berkurangnya cairan
amnion, sehingga pergerakan ekstremitas terhambat dan menyebabkan terjadinya deformitas
CTEV (13).
4. Ibu hamil yang merokok Ibu hamil yang merokok 1-10
batang rokok perhari meningkatkan risiko kejadian CTEV 41% (OR 1,41), sedangkan
penggunaan >10 rokok perhari memiliki risiko kejadian CTEV sebesar 89% (OR 1,89) (13).
5. Obesitas maternal Ibu hamil dengan BMI >30 berisiko
sebesar 46% atau 1,46 kali mengalami CTEV dibandingkan BMI normal (18,5 – 24,9).
Obesitas ibu hamil ini juga sering dikaitkan dengan risiko penyakit sistemik lain, seperti:
diabetes mellitus tipe 2 dan penyakit jantung (2,13).
6. Diabetes gestasional Diabetes memiliki hubungan yang
kuat dengan kejadian CTEV. Hal ini dikaitkan dengan komplikasi dari diabetes
gestasional pada bayi umumnya dapat menyebabkan makrosomia sehingga berisiko mengalami
kesulitan persalinan , dan ruang gerak bayi yang terbatas akibat ukuran bayi yang lebih besar dari
normal sehingga dapat menjadi risiko CTEV (2,13).
Selain faktor genetik lingkungan, didapatkanjuga beberapa penyakit yang umumnya
menyertai penyakit CTEV ini, diantaranyadistalarthrogryposis, congenital myotonic dystrophy,
myelomeningocele atau spina bifida, dan amniotic band sequence (2,13).(Pambudi & Purnaning,
n.d.)

2.3 Patofisiologi
Patofisiologi clubfoot atau congenital talipes equinovarus didasarkan pada beberapa
macam teori, namun belum ada bukti ilmiah kuat dan objektif untuk mendukung semua teori
yang ada. Teori patogenesis yang paling banyak digunakan antara lain teori mekanik dan
teori defek neuromuskular.

Teori ini menyatakan adanya kompresi dalam uterus mengganggu perkembangan kaki,
namun tidak disebutkan penyebab kompresi tersebut. Teori ini sempat didukung oleh beberapa
ahli yang membuat sebuah postulat bahwa pengurangan cairan amnion, seperti pada kasus
oligohiramnion, akan menyebabkan terbatasnya gerakan kaki pada janin sehingga menyebabkan
kaki janin rentan terhadap tekanan ekstrinsik. Namun, teori ini semakin sulit dibuktikan, karena
tidak adanya peningkatan insiden clubfoot pada kehamilan dengan oligihidramnion.(Rizky,
2020)

2.4 Dioagnosis
Diagnosis clubfoot atau congenital talipes equinovarus (CTEV) bisa dilakukan sejak dini
melalui USG intrauterin rutin selama periode antenatal. Setelah bayi lahir, clubfoot umumnya
dapat dengan mudah didiagnosis secara klinis melalui gambaran deformitas kaki. Pada clubfoot,
kaki terpelintir dari bentuk atau posisi normalnya.

Pada kebanyakan kasus, clubfoot dapat dideteksi melalui pemeriksaan USG rutin saat
perawatan antenatal. Pada anamnesis, dokter perlu menggali adanya faktor yang dapat
menyebabkan clubfoot, seperti riwayat clubfoot atau kelainan neuromuskular lain pada keluarga
inti. Identifikasi pula adanya riwayat ibu dan merokok, konsumsi alkohol, dan diabetes.(Rizky,
2020)
2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan clubfoot penting karena pasien yang tidak diobati dapat mengalami
kecacatan jangka panjang, deformitas, dan nyeri. Intervensi konservatif termasuk fisioterapi,
splinting, taping, dan casting. Penatalaksanaan clubfoot yang paling disukai adalah pendekatan
nonbedah, seperti teknik Ponseti.

Sementara itu, tindakan bedah sendiri biasanya dilakukan jika tidak didapatkan respon
adekuat dengan penanganan nonbedah. Belum ada pedoman pasti waktu terbaik melakukan
pembedahan, namun umumnya anak ditunggu cukup besar agar penanda anatomis dapat dengan
mudah dikenali. setidaknya usia 6 bulan.(Rizky, 2020)

Metode Ponseti telah melaporkan hasil yang baik atau sangat baik. Adapun perbaikan
ROM (Range of Movement) pada metode Ponseti di antaranya sebagai berikut :
1. Metode ADTH (anterior distal tibial hemiepiphysiodesis) memberikan peningkatan pada
ADTA (anterior distal tibial angle) sebanyak 69o -89 o
2. Metode Vulprius memberikan peningkatan pada sudut lateral (LAT) dan talocalcaneal
(TalCA) dari 18,6o menjadi 26,9o
3. Pada metode kapsulotomi posterior didapatkan rata rata peningkatan kemampuan
dorsofleksi dari -6,5o menjadi 9,4o setelah operasi, dan menjadi 8,4o saat dilakukan
follow up untuk terakhir kalinya.
4. Metode gradual distraction with circular external fiksator memberikan hasil peningkatan
anteroposterior talocalcaneal dari 5o menjadi 30 o , dan pada bagian anteroposterior
TMT1 (talo metatarsal angle) 32° menjadi 9,5°; sedangkan pada sudut metatarsal pertama
kalkaneo-LAT (CMT1) meningkat dari 111° menjadi 136°

2.6 Komplikasi
Prognosis clubfoot tergantung pada tingkat keparahan dan respon terapi pasien. Banyak
pasien dapat dikoreksi dengan pendekatan nonbedah, seperti Teknik Ponseti. Meski demikian,
perlu dicatat pula bahwa relaps dan komplikasi dapat terjadi, atau pasien mungkin akan tetap
memerlukan intervensi bedah mayor.
Komplikasi bisa dibagi menjadi komplikasi karena penyakit dan komplikasi akibat tata
laksana. Komplikasi akibat kondisi clubfoot itu sendiri adalah penurunan mobilitas, disabilitas,
dan penurunan kualitas hidup. Sementara itu, komplikasi akibat tata laksana dari clubfoot antara
lain adanya kerusakan kulit, cedera saraf, dan terbatasnya lingkup gerak sendi. Pasien juga bisa
mengalami Avascular necrosis (AVN) pada talus, persistent intoeing, serta nyeri dan infeksi
pasca pembedahan. Pada pasien yang menjalani tindakan bedah, mungkin terbentuk jaringan
parut.(Rizky, 2020)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau clubfoot merupakan suatu kelainan
malformasi kongenital pada kaki yang menyebabkan kaki seperti menjinjit atau plantar fleksi
disertai posisi kaki terbalik dan adduksi. Penegakan diagnosis dilakukan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti ultrasonografi, x-ray, dan MRI.
Tatalaksana CTEV dapat dilakukan secara non-operatif dan operatif. Prognosis penatalaksaan
CTEV umumnya 7 Lombok Medical Journal journal.unram.ac.id baik, salah satuya melalui
terapi Ponseti yang memiliki tingkat keberhasilan sebesar 90% dengan pengawasan dalam waktu
yang lama.
DAFTAR PUSTAKA

Gelfer, Y., Wientroub, S., Hughes, K., Fontalis, A., & Eastwood, D. M. (2019). Congenital
talipes equinovarus: a systematic review of relapse as a primary outcome of the Ponseti
method. The Bone & Joint Journal, 101-B(6), 639–645.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/31154846
Pambudi, A. S., & Purnaning, D. (n.d.). Congenital Talipes Equinovarus ( CTEV ) : Sebuah
Tinjauan Pustaka. 3, 1–8.
Rizky, P. (2020). CLUB FOOT. ALOMEDIKA, 4,1-8.
https://www.alomedika.com/penyakit/ortopedi/club-foot

Anda mungkin juga menyukai