Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI APOTEK KIMIA FARMA

GATOT SUBROTO ( 327 )

Diajukan Dalam Rangka

Melengkapi Sebagian Persyaratan

Mengikuti Ujian Sekolah / Ujian Kompetensi Kejuruan (US/UKK)

SMK Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2022/2023

Disusun Oleh :

Artika TriAmbar Wati NIS 0079799632

SMK NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG

2023

i
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Atas karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) di Apotek Kimia Farma Gatot Subroto pada tanggal 2 Januari 2023 s.d 3
Maret 2023. Laporan ini disusun sebagai rangka melengkapi sebagian persyaratan
mengikuti Ujian Sekolah / Ujian Kompetisi Kejuruan (US/UKK).

Keberhasilan dalam melakukan Praktik Kerja Lapangan di Apotek Kimia


Farma Gatot Subroto tidak terlepas dari bantuan, arahan, masukan, dan bimbingan
dari bapak/ibu yang bersangkutan, baik pembimbing lahan, pembimbing instansi
maupun staf dan tenaga kesehatan lainnya. Maka dari itu dengan segenap kata
saya berterimakasih banyak kepada :

1. Bapak Salahudin, S.T., M.Pd. selaku Kepala SMK Negeri 7 Bandar


Lampung
2. Ibu Dra. Ema Agustina, M.Pd. selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang
Humas
3. Ibu apt. Ariandini Kanadia, S.Farm. selaku Ketua Program Keahlian dan
Pembimbing PKL dari SMK Negeri 7 Bandar Lampung
4. Ibu apt. Gita Aprilia, S.Farm selaku Pimpinan Apotek Kimia Farma Gatot
Subroto sekaligus pembimbing lahan di Apotek yang telah menerima saya
untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Apotek Kimia Farma
Gatot Subroto dan telah memberikan ilmu serta arahan untuk
menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan dengan lancar
5. Ibu apt. Aida Rosyidah, S.Farm selaku Apoteker pendamping di Apotek
Kimia Farma Gatot Subroto yang telah memberikan arahan dan ilmu yang
bermanfaat untuk saya membantu saya dalam proses Praktik Kerja
Lapangan
6. Bapak I Komang Rahardi dan Ibu Fitri Amalia selaku Tenaga Kefarmasian
di Apotek Kimia Farma Gatot Subroto yang telah memberikan arahan dan
ilmu yang bermanfaat untuk saya serta membantu saya dalam proses
Praktik Kerja Lapangan

i
7. Terimakasih kepada kedua Orang Tua saya yang telah mendukung, dan
memberikan doa terbaik kepada saya

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Praktik


Kerja Lapangan ini, oleh karena itu saya menerima saran dan kritik yang
membangun agar laporan ini dapat lebih sempurna, Semoga laporan ini berguna
bagi pembaca secara umum dan penulis secara khusus.

Bandar Lampung, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .........................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN..............................................................

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Tujuan PKL................................................................................................1

C. Manfaat PKL..............................................................................................2

D. Tempat dan Waktu....................................................................................2

BAB II TINJAUAN UMUM........................................................

A. Definisi Apotek...........................................................................................4

B. Tujuan dan Fungsi Apotek........................................................................4

C. Tenaga Kefarmasian..................................................................................5

D. Pengelolaan Apotek Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis


Habis Pakai (BMHP)......................................................................................5

E. Perlengkapan Apotek................................................................................9

D. Perbekalan Farmasi...................................................................................11

F. Penggolongan Obat....................................................................................15

BAB III TINJAUAN KHUSUS....................................................

A. Sejarah Apotek...........................................................................................22

i
B. Visi dan Misi Apotek..................................................................................24

C. Pengelolaan Apotek Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis


Habis Pakai (BMHP)......................................................................................25

D. Struktur dan Organisasi Apotek..............................................................31

BAB IV PEMBAHASAN..............................................................

A. Pengenalan Perbekalan Farmasi..............................................................32

B. Alur Pelayanan Resep................................................................................33

C. Penyimpanan Barang................................................................................38

D. Alur Pemesanan Barang..........................................................................40

E. Alur Penerimaan Barang..........................................................................42

BAB V PENUTUP.........................................................................

A. Kesimpulan.................................................................................................43

B. Saran...........................................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA....................................................................44

LAMPIRAN...................................................................................45

i
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

APOTEK KIMIA FARMA GATOT SUBROTO

MENYETUJUI:

Guru Pembimbing Usaha Kerja Pembimbing Dunia

SMK Negeri 7 Bandar Lampung Apotek Kimia Farma Gatot Subroto

apt. Ariandini Kanadia, S.Farm. apt. Gita Aprilia, S.Farm.

Ketua Pelaksana PKL

SMK Negeri 7 Bandar Lampung

Dra. Ema Agustina. M.Pd

NIP.19670819 199403 2 007

MENGETAHUI/MENGESAHKAN:

Kepala SMKN 7 Bandar Lampung Pimpinan/KepalaApotek

Salahudin, S.T., M.Pd apt. Gita Aprilia, S.Farm.

NIP.19670613 199102 1 001

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 26 tahun 2018 adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang
memiliki izin untuk melakukan kegiatan produksi atau pemanfaatan sumber daya
produksi, penyaluran obat, bahan obat, dan fitofarmaka. melaksanakan pendidikan
dan pelatihan, dan/atau penelitian dan pengembangan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1148


tahun 2011, Pedagang Besar Kefarmasian (PBF) adalah perusahaan berbentuk
badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran
obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar.

Kimia Farma adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak
pada bidang industri farmasi, distribusi dan Apotek. Kimia farma memiliki
manajemen yang disebut dengan bisnis manager (BM), di Lampung bisnis
Manager (BM) Kimia Farma terletak di Jalan Kartini No.44-45, Palapa, Kec. Tj.
Karang Pusat, Kota Bandar Lampung, Lampung 35116. oleh karena itu, SMK
Negeri 7 Bandar Lampung bekerja sama dengan Kimia Farma untuk melakukan
kegiatan Praktik Kerja Lapangan di Apotek Kimia Farma, supaya peserta didik
dapat memahami bidang industri farmasi, distribusi dan bidang pelayanan di
Apotek.

B. Tujuan

1. Peserta didik mampu memahami, memantapkan dan mengembangkan


pelajaran yang diperoleh disekolah dan diterapkan dilapangan kerja.
2. Peserta didik mampu mencari alteratif pemecahan masalah kefarmasian
sesuai dengan program pendidikan yang telah ditetapkan secara lebih luas
dan mendalam dan terungkap dan laporan yang disusun peserta didik.

i
3. Mengumpulkan data guna kepentingan institusi pendidikan dan peserta
didik.
4. Menambah pemdendaharaan perpustakaan sekolah untuk menunjang
peningkatan pengetahuan peserta didik angkatan selanjutnya.

C. Manfaat

1. Meningkatkan, meperluas dan memantapkan keterampilan peserta didik


sebagai bekal memasuki lapangan kerja sesuai dengan kebutuhan
program pendidikan yang ditetapkan.
2. Mengenal kegiatan penyelenggaraan program kesehatan masyarakat
secara menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi, teknis maupun
sosial budaya.
3. Memberi kesempatan kerja secara terpadu dalam melaksanakan
kegiatan pelayanan kesehatan khususnya di bidang farmasi di Apotek.
4. Memperoleh masukkan dan umpan balik, guna memperbaiki dan
mengembangkan serta meningkatkan penyelenggaraan pendidikan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mensosialisasikan
diri pada lingkungan kerja yang sebenarnya.

D. Waktu dan Tempat pelaksanaan

Kegiatan Praktik Kerja Farmasi dimulai dari tanggal 2 Januari - 31 Maret 2023
yang bertempat di Apotek Kimia Farma di Jalan Gatot Subroto No.5A, Tj.Raya,
Kec.Kedamaian, Bandar Lampung, buka dari jam 07.00-22.00 WIB dengan
pembagian shift sebagai berikut:

 Shift pagi pukul 07.00-14.00


 Shift middle pukul 11.00-19.00
 Shift sore pukul 15.00-22.00

i
BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Definisi Apotek

Berdasarkan Permenkes RI No. 5 Tahun 2019, apotek adalah tempat


dilakukannya praktik kefarmasian oleh Apoteker. pelayanan dalam bidang farmasi
adalah pelayanan langsung. bertanggung jawab bagi pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi bertujuan mencapai hasil yang baik untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.

Menurut Permenkes RI No. 9 Tahun 2017 tentang Apotek, pelaksanaan


pelayanan kefarmasian dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang terdiri dari
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). pelayanan kefarmasian meliputi
pelayanan resep, sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.

Menurut Permenkes No.9 tahun 2017, apotek dapat bekerja sama dengan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS). fungsi apotek terkait
BPJS JKN adalah memberikan kepada peserta PRB untuk kebutuhan maksimal
setiap 30 hari setiap kali peresepan (BPJS KESEHATAN 2014).

B. Tujuan dan Fungsi Apotek

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2017


tentang tujuan didirikannya Apotek adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek


2. Memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam mempeloreh
pelayanan kefarmasian di Apotek
3. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan
pelayanan kefarmasian di Apotek

i
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2019
tentang fungsi Apotek adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian


2. Menjamin kepastian hukum bagi Tenaga Kerja Kefarmasian
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

C. Tenaga Kefarmasian

Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan


kefarmasian yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga
Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalankan
pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi,
analisis farmasi dan tenaga menengah farmasi/asisten apoteker.

D. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan


Medis Habis Pakai (BMHP)

Dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2019


tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pengelolaan persediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pencatatan, pelaporan, pengendalian dan pemusnahan.

a) Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu kegiatan untuk menentukan jumlah dan


waktu pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan hasil kegiatan
pemilihan, agar terjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat
waktu serta efisien. perencanaan bertujuan untuk merencanakan pengadaan
sediaan farmasi di Apotek, untuk menentukan sediaan farmasi yang akan perlu
dipesan. dalam membuat perencanaan sedian farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi dan kombinasi.

i
b) Pengadaan

Pengadaan adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan agar tersedia


sediaan farmasi dengan jumlah dan jenis yang cukup, sesuai dengan kebutuhan
pelayanan. untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan
sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang–
undang.

c) Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis


spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahaan dan harga yang tertera dalam surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. penerimaan merupakan kegiatan
verifikasi penerimaan/penolakan, dokumentasi dan penyerahan yang dilakukan
dengan menggunakan "checklist" yang sudah disiapkan untuk masing-masing
jenis produk yang berisi antara lain:

a) Kebenaran jumlah kemasan.


b) Kebenaran kondisi kemasan seperti yang disyaratkan.
c) Kebenaran jumlah satuan dalam tiap kemasan.
d) Kebenaran jenis produk yang diterima.
e) Tidak terlihat tanda-tanda kerusakan.
f) Kebenaran identitas produk
g) Penerapan penandaan yang jelas pada label, bungkus dan brosur.
h) Tidak terlihat kelainan warna, bentuk, kerusakan pada isi produk.
i) Angka waktu daluwarsa yang memadai.

d) Penyimpanan

a. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. dalam hal
pengecualian atau darurat di mana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus di cegah terjadinya kontaminasi dan harus di tulis informasi yang
jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat,
nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.

i
b. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.
c. Tempat penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis
d. Pengeluaran obat memakai sistem FIFO (first in first out) “pertama masuk
pertama keluar”,dan FEFO (first expired first out) “pertama kadaluwarsa
pertama keluar”.

penyimpanan narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi dapat diletakkan


di gudang, ruangan atau lemari khusus dan tempat penyimpanan obat-obat
tersebut dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain barang tersebut.
Penyimpanan sediaan Narkotika harus mempunyai tempat khusus untuk
menyimpan Narkotika dan harus dikunci dengan baik. tempat penyimpanan
narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Terbuat dari bahan yang kuat.


2. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 buah kunci yang berbeda.
3. Harus diletakkan dalam ruangan khusus di sudut gudang, untuk Instalasi
Farmasi Pemerintah.
4. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum untuk
Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi
Klinik dan Lembaga Ilmu Pengetahuan.
5. Kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker Penanggung Jawab/Apoteker
yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.

e) Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan merupakan rangkaian dalam penatalaksanaan obat dan alat


kesehatan secara tertib, baik obat dan alat kesehatan yang diterima, disimpan, dan
didistribusikan di apotek. Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan
(surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk

i
penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan pelaporan terdiri
atas pelaporan internal dan eksternal.

1) Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan


manajemen apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
2) Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
meliputi pelaporan Narkotika, Psiktropika dan pelaporan lainnya.

Petunjuk teknis mengenai pencatatan dan pelaporan akan diatur lebih lanjut oleh
direktur jenderal.

f) Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah


persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau
pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa,
kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan
menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok
sekurang-kurangnya memuat nama obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan,
jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.

g) Pemusnahan

Tujuan dari pemusnahan ini adalah untuk meminimalisir penyalahgunaan


obat yang telah kadaluwarsa atau rusak. pemusnahan dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. obat dalam bentuk padat dimusnahkan dengan cara
merusak kemasan obat dan merusak bentuk obat dengan cara digunting
atau digerus, kemudian ditanam ditanah. untuk obat dalam bentuk cair
dimusnahkan dengan cara diencerkan terlebih dahulu kemudian dibuang
sebagai limbah. pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. pemusnahan obat selain

i
narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh
tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin
kerja. pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan
menggunakan formulir.
2) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
menggunakan formulir dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
3) Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
4) Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar atau ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada kepala BPOM.
5) Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.

E. Perlengkapan Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 tahun


2017 tentang apotek. peralatan apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian. antara lain meliputi rak obat, alat
peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi, komputer, sistem
pencatatan mutasi obat, formulir catatan pengobatan pasien dan peralatan lain
sesuai dengan kebutuhan. Formulir catatan pengobatan pasien merupakan catatan
mengenai riwayat penggunaan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan atas
permintaan tenaga medis dan catatan pelayanan apoteker yang diberikan kepada
pasien. semua sarana, prasarana dan peralatan di apotek harus dalam keadaan
terpelihara dan berfungsi dengan baik.

i
beberapa perlengkapan apotek yang ada di apotek kimia farma:

1) Alat peracikan
a. Pengaduk kaca
b. Lumpang dan Alu
c. Sudip
d. Blender

2) Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi


a. Etalase produk suplemen
b. Rak medicine tablet,dan medicine syrup (obat bebas dan bebas terbatas)
c. Rak traditional medicine( fitofarmaka,jamu,oht)
d. Rak produk perlengkapan bayi
e. Rak alkes
f. Rak produk body care
g. Gudang obat narkotik dan psikotropika
h. Gudang obat bpjs
i. Gudang obat generik
j. Gudang obat keras

3) Wadah pengemasan dan pembungkusan


a. Pembungkus puyer
b. Etiket
c. Wadah penyerahan obat

4) Alat administrasi
a. Kasir
b. Komputer
c. Blanko salinan resep
d. Blanko faktur dan nota penjualan
e. Blanko pencatatan narkotika dan psikotropika
f. Blanko pemesanan narkotika dan psikotropika
g. Blanko pemesanan prekursor dan OOT

i
h. Blanko pemesanan obat reguler
i. kertas bon
j. kwintansi

D. Perbekalan Farmasi

Perbekalan Farmasi adalah bahan atau alat yang digunakan untuk


menunjang kegiatan terapi, baik tindakan maupun perawatan terhadap pasien.
berdasarkan keputusan menteri kesehatan nomor 1197/menkes/sk/x/2004 tentang
standar pelayanan farmasi dirumah sakit, perbekalan farmasi adalah sediaan
farmasi yang terdiri dari obat, alat kesehatan, reagensia, radiofarmasi, dan gas
medis. Perbekalan farmasi meliputi :

1) Obat
a. Obat narkotika
b. Obat daftar G, obat keras tertentu (OKT), dan psikotropika
c. Obat daftar W (obat bebas terbatas)
d. Obat bebas

2) Bahan baku obat


3) Obat tradisional (asli indonesia) dan bahan obat tradisional
4) Alat kesehatan
5) kosmetika

Pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses yang merupakan siklus


kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi, dan
pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kesehatan pelayanan.

i
Gambar 1.1. siklus perbekalan farmasi

1) perencanaan
a. menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang dibutuhkan di
apotek.
b. disesuaikan dengan pola penyakit/epiemiologi, pola konsumsi serta
budaya dan kemampuan masyarakat.

2) pengadaan
a. mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga layak dengan mutu yang
baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar
dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebih.
b. melalui jalur resmi untuk menjamin kualitas.

3) penerimaan
a. menerima perbekalan farmasi yang telah di adakan sesuai dengan aturan
kefarmasian.
b. diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasi pada saat order.

4) Penyimpanan
disimpan pada kondisi yang sesuain agar terjamin keamanan dan
stabilitasnya, tujuan :
a. memelihara mutu sediaan farmasi.
b. menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.
c. menjaga ketersediaan.
d. memudahkan pencarian dan pengawasan.

i
5) pengendalian
menghindari kekosongan dan penumpukan perbekalan farmasi serta
berupaya mempertahankan mutu perbekalan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusiannya.

6) Penghapusan
merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang tiak
terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar.
tujuannya menjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak memenuhi
syarat dikelola sesuai dengan standar yang berlaku, penghapusan akan
mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi resiko terjadinya
pengunaan obat yang tidak memenuhi standar.

7) Unit produksi dan distribusi perbekalan farmasi


a. Unit produksi
Industri farmasi, industri kosmetik, dan industri obat tradisional. Industri
farmasi meliputi industri obat paten dan generik. serta industri bahan baku
obat.
b. Unit distribusi
Pedagang besar farmasi (PBF) sebagai agen, pedagang besar farmasi,
apotek dan toko obat berizin.

8) Pencatatan dan pelaporan


1. Pencatatan
a. Pencatatan bertujuan memonitor transaksi perbekalan farmasi yang masuk
dan keluar.
b. Pencatatan secara manual (buku dan kartu stok) dan komputerisasi.

2. Pelaporan
Kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi perbekalan farmasi
bertujuan untuk
a. Tersedianya data yang akurat untuk bahan evaluasi.

i
b. Tersedianya informasi yang akurat.
c. Tersedianya data yang lengkap untuk membuat perencanaan.

9) Monitoring dan evaluasi


a. Merupakan salah satu upaya untuk terus mempertahankan mutu
pengelolaan perbekalan farmasi.
b. Sebagai masukkan dalam penyusunan perencanaan dan pengambilan
keputusan.
c. Kolekting data untuk bahan evaluasi.

10) Penyusunan Stok Perbekalan Farmasi

Perbekalan Farmasi disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis. Untuk


memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah berikut:

a. Gunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First
Out) dalam penyusunan perbekalan farmasi yaitu perbekalan farmasi yang
masa kadaluwarsanya lebih awal atau yang dietrima lebih awal harus
digunakan lebih awal sebab umumnya perbekalan farmasi yang datang
lebih awal biasanya juga diproduksi lebih awal dan umumnya relatif lebih
tua dan masa kadaluwarsanya lebih awal.
b. Susun Perbekalan Farmasi dalam kemasan besar di atas pallet secara rapi
dan teratur.
c. Gunakan lemari khusus untuk penyimpanan Narkotika.
d. Simpan Perbekalan Farmasi yang dapat dipengaruhi oleh temperatur ,
udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.
e. Simpan Perbekalan farmasi dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan
perbekalan farmasi dalam dengan perbekalan farmasi perbekalan farmasi
untuk penggunaan luar.
f. Cantumkan nama masing-masing perbekalan farmasi pada rak dengan
rapi.
g. Apabila persediaan perbekalan farmasi cukup banyak, maka biarkan
perbekalan Farmasi tetap dalam boks masing-masing.

i
h. Perbekalan Farmasi yang mempunyai batas waktu penggunaan perlu
dilakukan rotasi stok,agar perbekalan farmasi tersebut tidak selalu berada
di belakang sehingga dapat dimanfaatkan sebelum masa kadaluwarsa
habis.
i. Item perbekalan farmasi yang sama ditempatkan pada satu lokasi
walaupun dari sumber anggaran yang berbeda.

F. Penggolongan Obat

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun


2021 golongan obat adalah penggolongan yang tersedia untuk peningkatan
Keamanan dan ketetapan penggunaan serta distribusi yang terdiri dari obat bebas,
obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika.
yang termasuk dalam kelompok tersebut di atas adalah obat yang dibuat dengan
bahan-bahan kimia dan/atau dengan bahan-bahan dari tumbuhan dan hewan yang
dikelompokkan sebagai bahan obat atau campuran keduanya, sehingga berupa
obat sintetik dan obat semi-sintetik.

1) Obat Bebas

Obat bebas dapat dibeli bebas tanpa resep dokter dan dapat dibeli di
Apotek dan toko obat berizin untuk mengatasi masalah ringan (penyakit ringan)
yang bersifat nonspesifik. Obat bebas relatif paling aman, dapat digunakan untuk
menangani penyakit-penyakit simptomatis ringan yang banyak diderita
masyarakat luas yang penanganannya dapat dilakukan sendiri oleh penderita atau
swamedikasi (penanganan sendiri atau swamedikasi). Obat ini telah digunakan
dalam pengobatan secara ilmiah (modern) dan terbukti tidak memiliki risiko
bahaya yang mengkhawatirkan.

1.2. logo obat bebas

i
Penandaan pada kemasan: lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna
hitam. Contoh: Oralit beberapa analgetik atau painkiller (obat krim rasa nyeri) dan
beberapa antipiretik (obat penurun panas) seperti parasetamol, ibuprofen, asetosal
(aspirin), beberapa suplemen vitamin dan mineral multivitamin seperti vitamin C,
dan vitamin B kompleks, antasida DOEN, minyak kayu putih, OBH, obat gosok,
obat luka luar, dll.

2) Obat Bebas Terbatas (OBT)


Obat bebas terbatas disebut juga obat daftar W (Waarschuwing) adalah
obat keras yang dapat dibeli tanpa resep dokter namun biayanya harus
memperhatikan informasi obat pada kemasan. Pada penjualannya memiliki
batasan jumlah dan kadar isi berhasiat harus disertai tanda peringatan. peringatan
P1 P6. Dibatasi hanya dapat dibeli di apotek atau toko obat berijin. obat bebas
terbatas relatif aman selama aturan pakai. penandaan pada kemasan: titik
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam dan kotak peringatan berwarna
hitam berisi pemberitahuan berwarna putih.
Contoh: obat flu kombinasi (tablet), antihistamin (CTM, difenhidramin,
dimenhidrinat), bromheksin, antiemetik (antimo), piperazin, prometazon,
mebendazol, klorokuin, kaliikloras, suppositoria, obat tetes mata untuk iritasi
ringan. SK Menkes No. 2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus obat bebas dan
obat bebas terbatas dan Sesuai dengan SK MenKesRI No.6355/Dirjen/SK/1969,
pada kemasan obat bebas terbatas harus tertera peringatan berupa kotak kecil
berukuran 5 x 2 cm berdasarkan warna hitam atau kotak putih bergaris tepi hitam,
dengan tulisan sebagai berikut:

Gambar 1.3. logo obat bebas

i
3) Obat Keras
Obat keras (Obat daftar G atau "Gevaarlijk", berbahaya) termasuk juga
psikotropika untuk memperolehnya harus dengan resep dokter dan dapat dibeli di
Apotek atau Rumah Sakit.

Gambar 1.4. logo obat keras

Penandaan pada kemasan: dot lingkaran merah dengan garis tepi


berwarna hitam dan huruf K di tengah yang menyentuh garis tepi. Contoh: semua
obat dalam bentuk injeksi, adrenalin, infus asering, antibiotik (seperti amoksilin,
tetrasiklin), obat jantung, obat mengandung hormone, obat diabetes, obat
penenang, asam mefenamat, piroksikam, antihipertensi seperti captopril,
antihistamin, deksametason, prednison, diazepam, INH, dll.

4) Obat Wajib Apotek (OWA)

Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
Apoteker di Apotek tanpa resep dokter. OWA merupakan obat keras yang dapat
diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) kepada pasien. Walaupun APA
boleh memberikan obat keras, namun ada persyaratan yang harus dilakukan dalam
penyerahan OWA. Penyerahan OWA oleh Apoteker kepada pasien harus
memenuhi ketentuan:
a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap Obat Wajib Apotek (misal
kekuatan, maksimal jumlah obat yang diserahkan, dan pasien sudah
pernah menggunakannya dengan resep).
b. Membuat catatan informasi pasien dan obat yang diserahkan.

i
c. Memberikan informasi kepada pasien agar aman digunakan (misal dosis
dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu
diperhatikan oleh pasien).

tujuan adanya OWA adalah:


1. Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam membantu dirinya
sendiri guna mengatasi masalah kesehatan.
2. Peningkatan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional.
3. Meningkatkan peran apoteker di apotek dalam pelayanan KIE
(Komunikasi Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada
masyarakat.

Gambar 1.5. logo Obat wajib Apotek (OWA)

Penandaan pada kemasan: dot lingkaran merah dengan garis tepi


berwarna hitam dan huruf K di tengah yang menyentuh garis tepi. seperti
linestrenol, antasid, salbutamol, basitrasin krim, ranitidin, dll.

5) Psikotropika

Psikotropika digolongkan tersendiri dari obat keras lainnya. Psikotropika


(dahulu disebut juga OKT) Psikotropika golongan I tidak untuk pengobatan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 tahun 2023, Psikotropika adalah
zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan Narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

i
Gambar 2.1. logo psikotropika
Penandaan pada kemasan: dot lingkaran merah dengan garis tepi berwarna
hitam dan huruf K di tengah yang menyentuh garis tepi. Contoh:
LisergidAcidDiathylamine (LSD), psilosibina, metilendioksimetamfetamin,
amfetamin, diazepam, fenobarbital, klorpromazin, lorasepam, klordiazepoksid,
dll.
Psikotropika dibagi menjadi 4 golongan:

a. Golongan I:
Psikotropika golongan 1 ini sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk
ilmu pengetahuan, dilarang diproduksi, dan tidak digunakan untuk
pengobatan/terapi serta memiliki potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Ekstasi, shabu, metilendioksimetamfetamin,
LisergidAcidDiathylamine (LSD), b rolamfetamine, DMA, MDMA (ekstasi),
meskalin, dll

b. Golongan II (kuat), III (sedang), IV (ringan)


Dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah tersedia. Namun, sebenarnya
saat ini hanya sebagian dari golongan IV saja yang tercatat dan digunakan, seperti:
amfetamin (11): fenobarbital (III), pentobarbital (III); flunitrazepam (III),
diazepam (IV), bromazepam (IV), lorasepam (IV), nitrazepam (IV), dan
klordiazepoksid (CPZ).

c. Golongan III
Merupakan psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi yang
berpotensi menciptakan potensi. Contoh: Flunitrazepam pentobarbital,
amobarbital, fenobarbital, flunitrazepam, pentazosine.

i
d. Golongan IV
Merupakan psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi yang
berpotensi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Apprazolam, diazepam,
klobazam, klorazepam

6. Obat Narkotika

Secara awam obat narkoba disebut sebagai "obat bius". Hal ini karena
dalam bidang kedokteran, obat-obat narkotika umum digunakan sebagai
anestesi/obat bius dan analgetik/obat penghilang rasa nyeri. Seperti halnya
psikotropika, obat-obatan narkotika sangat ketat dalam hal pengawasan mulai dari
pembuatannya, pengemasan, distribusi, hingga penggunaannya.Narkotika (Daftar
O atau "Opium atau opiat") hanya boleh diperjualbelikan di apotek atau rumah
sakit dengan resep dokter, dengan menunjukkan resep asli dan resep tidak dapat
dicopy. Tiap bulan Apotek wajib melaporkan pembelian dan penggunannya
kepada pemerintah. Berdasarkan Permenkes No 5 tahun 2023 Narkotika adalah
zat atau bahan obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis
maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dapat
menimbulkan ketergantungan.

Narkotika merupakan kelompok obat paling berbahaya karena dapat


menimbulkan kecanduan dan toleransi sehingga obat ini hanya dapat diperoleh
dari resep dokter dan apotek wajib melaporkan jumlah dan macamnya, karena
berbahaya, dalam peredaran, produksi, dan pemakaiannya terkait dengan ketat.

i
Gambar 2.2. Logo narkotika

Penandaan pada kemasan: palang berwarna merah di dalam lingkaran


bergaris tepi merah. Contoh: Tanaman Papaversomniferum (opium),
Erythroxyloncoca, dan tanaman Cannabissativa (ganja), heroin, kokain, morfin,
petidin, kodein, doveri, kodipron, dll. Narkotika golongan I tidak untuk
pengobatan.

Narkotika dibagi menjadi 3 golongan:


a. Golongan I
Narkotika yang hanya digunakan untuk penelitian, pengembangan ilmu
pengetahuan, dan teknologi, reagensia diagnostik, dan reagensia laboratorium,
serta tidak diproduksi atau tidak digunakan untuk pengobatan atau terapi,
memiliki potensi yang sangat tinggi mengakibatkan produksi. Contoh: Tanaman
Papaversomniferum L (opium), dan tanaman Cannabissativa (ganja/marijuana),
heroin, kokain.

b. Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan
dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan..
Contoh: Fentanil, morfin, petidin, metadon.

c. Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Kodein, etil morfin, dll.

i
BAB III

TINJAUAN KHUSUS

A. Sejarah Apotek Kimia Farma Gatot Subroto ( 327 )

Kimia Farma adalah perusahaan industri Farmasi pertama di Indonesia


yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini
pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp dan Co. Berdasarkan
kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal
kemerdekaan. pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan
peleburan sejumlah perusahaan Farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara
Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971,
bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama
perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero).

Pada tanggal 4 juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah


statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam

i
penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut,
Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
(sekarang kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia).
Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah berkembang menjadi
perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian
diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa,
khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.

Berdasarkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia


Republik Indonesia dengan Surat keputusannya Nomor AHU-0017895.AH.01.02
Tahun 2020 tanggal 28 Februari 2020 dan Surat Nomor AHU-AH.01.03-0115053
tanggal 28 Februari serta tertuang dalam Akta Risalah RUPSLB Nomor 18
tanggal 18 September 2019, terjadi perubahan nama perusahaan yang semula PT
Kimia Farma (Persero) Tbk menjadi PT Kimia Farma Tbk, efektif per tanggal 28
Februari 2020.

Perusahaan ini memiliki 12 pabrik, 1.278 Apotek, 451 Klinik Kesehatan,


75 Laboratorium Klinik, 10 Optik, dan 3 Klinik Kecantikan yang tersebar di
seluruh Indonesia. Beberapa Outflet Kimia Farma yang ada di Bandar Lampung
antara lain:

 Apotek Kimia Farma 327 Gatot Subroto


Jalan Gatot Subroto No.5A, Tj.Raya, Kec.Kedamaian, Kota Bandar
Lampung, Lampung 35128.

 Apotek Kimia Farma 467 Antasari


Jalan. P. Antasari No. 137, Tj.Baru, Kec. Kedamaian, Kota Bandar
Lampung, Lampung 35122.

 Apotek Kimia Farma 222 Gajah Mada


Jalan Gajah Mada No.58, Kota Baru, Kec. Tanjung Karang Timur, Kota
Bandar Lampung, Lampung 35128.

 Apotek Kimia Farma Tirtayasa

i
Jalan Tirtayasa No. 11, Sukabumi, Kota Bandar Lampung, Lampung
35134.

 Apotek Kimia Farma 648 Wolter


Jalan Wolter Monginsidi No.7, Pengajaran, Kec. Teluk Betung Utara,
Kota Bandar Lampung, Lampung 35224.

 Apotek Kimia Farma 131 Kartini


Jalan Kartini No.44-45, Palapa, Kec. Tj. Karang Pusat, Kota Bandar
Lampung, Lampung 35116.

 Kimia Farma 285 Way Halim


Jalan Kimaja No.Ia/Ib Lk.1 Sepang Jaya, Labuhan Ratu, Kec. Kedaton,
Kota Bandar Lampung, Lampung 35132.

 Apotek Kimia Farma 318 KMC


Jalan ZA. Pagar Alam No.77-79, Gedong Meneng, Kec. Rajabasa, Kota
Bandar Lampung, Lampung 75632.

 Laboratorium Klinik Kimia Farma Lampung


Jalan Gajah Mada No.76E, Tj. Agung Raya, Kec. Tanjung Karang Timur,
Kota Bandar Lampung, Lampung 35128.

 Apotek Kimia Farma 647


Jalan Teuku Umar No.24F, Sidodadi, Kec. Kedaton, Kota Bandar
Lampung, Lampung 35123.

 Apotek Kimia Farma Imam Bonjol


Jalan Imam Bonjol No.140, Suka Jawa, Kec. Tj. Karang Bar., Kota Bandar
Lampung, Lampung 35127.

 Apotek Kimia Farma. PT Persero

i
Jalan Dr. Rivai No.3, Penengahan, Kec. Tj. Karang Pusat, Kota Bandar
Lampung, Lampung 35121.

 Apotek Kimia Farma Way Halim


Jalan Arif Rahman Hakim, Way Halim Permai, Kec. Sukarame, Kota
Bandar Lampung, Lampung 35133.

 PT Kimia Farma Trading & Distribution


Jalan Tembesu 2 No.3, Campang Raya, Kec. Tanjungkarang Timur, Kota
Bandar Lampung, Lampung 35244.

Apotek Kimia Farma yang berada di luar Bandar Lampung yaitu:

1) Apotek Kimia Farma Rahayu, Jl. Proklamator Raya, Bandar Jaya.


2) Apotek Kimia Farma RS AKA Lampung Timur.
3) Apotek Kimia Farma Pringsewu.
4) Apotek Kimia Farma Kota Bumi.
5) PPO Kota Bumi 286

B. Visi dan Misi Apotek Kimia Farma Gatot Subroto

 Visi
Menjadi perusahaan Healthcare pilihan utama yang terintegrasi dan
menghasilkannilai yang berkesinambungan.

 Misi
Menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan yang berkelanjutan berbasis
teknologi, informasi, komunikasi melalui:

1) Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan farmasi,


perdagangan dan jaringan distribusi, ritel farmasi dan layanan kesehatan
serta optimalisasi aset.

i
2) Mengelola perusahaan secara Good Corporate Governance dan operational
excellence didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) profesional.

3) Memberikan nilai tambah dan manfaat bagi seluruh stakeholder.

C. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan


Medis Habis Pakai (BMHP)
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2019 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Pengelolaan persediaan Farmasi dan
perbekalan kesehatan lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pencatatan, pelaporan, pengendalian dan pemusnahan.

a. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu kegiatan untuk menentukan jumlah dan
waktu pengadaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan sesuai dengan hasil
kegiatan pemilihan, agar terjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah,
tepat waktu serta efisien. perencanaan bertujuan untuk merencanakan pengadaan
Sediaan Farmasi di Apotek, untuk menentukan Sediaan Farmasi yang akan perlu
dipesan. Pemesanan obat dilakukan berdasarkan daftar stock obat yang sudah
hampir habis, yang di dapatkan dari daftar permintaaan barang. Selanjutnya, di
buatkan Bon Pemesanan Barang Apotek (BPBA) yang diajukan kepada bagian
pengadaan barang di Apotek Kimia Farma. Ada 3 (tiga) metode perencanaan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan :

 Pola penyakit
Pola penyakit yaitu perencanaan Perbekalan Farmasi yang sesuai data
jumlah pengunjung dan jenis penyakit yang banyak dikeluhkan atau
dikonsultasikan dengan APA atau TTK di apotek.

 Pola konsumsi

i
Pola konsumsi yaitu perencanaan Perbekalan Farmasi yang sesuai hasil
analisis data konsumsi obat pada periode sebelumnya yang dapat dilihat
dari resep-resep yang masuk setiap hari. Jika obat atau barang yang habis
atau laku keras maka dilakukan perencanaan pemesanan obat tersebut.

 Kombinasi
Metode gabungan merupakan gabungan dari metode konsumsi dan
epidemiologi. Perencanaan barang di Apotek Kimia Farma menggunakan
pola kombinasi, di mana dalam kegiatan perencanaan ini dilihat
berdasarkan kebutuhan perbekalan farmasi pada periode sebelumnya.
Cara pemesanan obat-obatan yang sering digunakan dalam resep
atau penjualannya cepat (fastmoving) maka dipesan dalam jumlah yang
banyak. Kombinasi perencanaan ini dilakukan untuk menutupi kekurangan
dari salah satu metode tersebut, apabila hanya menerapkan salah satu
metode saja maka ada saat kejadian penyakit musiman Apotek tidak
menyediakan obat tersebut dalam jumlah yang banyak. Pemesanan yang
dilakukan di Apotek Kimia Farma dilakukan setiap barang habis, sehingga
tidak ada waktu khusus untuk melakukan pemesanan.

b. Pengadaan
Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma terpusat oleh BM (Bisnis
Manager) yang kemudian disalurkan ke outlet-outlet Kimia Farma lainnya.
Tujuan pengadaan adalah untuk mendapatkan barang atau obat yang diperlukan
untuk menjamin kualitas pelayanan Kefarmasian. Pengadaan dilakukan dengan
membuat Surat Pesanan (SP) ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) dengan jalur
resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk menjamin kualitas
pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur
resmi. Pengadaan dibagi menjadi 4 yaitu:
 Pengadaan rutin
Pengadaan rutin adalah pengadaan secara terpusat, dilakukan oleh bagian
pengadaan di BM yang akan dianalsis menggunakan metode Min-Max.
Metode ini dilakukan dengan mengendalikan jumlah minimum dan

i
maksimum persediaan dengan mengatur rencana pemesanan persediaan
agar tidak terjadi kekurangan stok atau kelebihan stok.

 Pengadaan manual/mandiri
Pengadaan manual / mandiri adalah Pengadaan yang dilakukan dengan
cara memeriksa buku defecta yaitu buku khusus yang digunakan untuk
mencatat barang atau obat yang stoknya kosong dan barang atau obat yang
sering diresepkan oleh dokter dalam maupun dokter luar, selanjutnya
dibuat SP yang berisikan barang yang dibutuhkan kemudian dikirim ke
BM dan akan diteruskan ke PBF.

 Pengadaan CITO
Pengadaan yang dilakukan apabila pasien membutuhkan obat dihari itu
sedangkan di apotek sedang tidak tersedia dapat langsung dipesankan
dengan membuat BPBA yang kemudian diserahkan ke BM agar
selanjutnya dibuatkan SP cito ke pada PBF yang dapat dikirimkan pada
hari itu juga.

 Pengadaan barang mendesak


Pengadaan barang mendesak adalah Pengadaan atau pemesanan
barang di Apotek Kimia Farma cabang lain. Misalnya apabila ada obat di
Apotek Kimia Farma Gatot Subroto yang habis atau tidak tersedia
sedangkan dokter meresepkan obat ataupun pasien datang untuk mencari
obat tersebut maka Apotek Kimia Farma Gatot Subroto dapat
menghubungi Apotek Kimia Farma lain yang memiliki stok obat itu
dengan menggunakan bon. jika pasien ingin meminta obat atau barangnya
ada dihari itu maka Apotek Kimia Farma Gatot Subroto dapat mengambil
atau menggunakan GoSend di Apotek Kimia Farma cabang lain, apabila
barang itu sudah dapat maka Apotek Kimia Farma cabang lain yang
diminta barangnya langsung mendropping barangnya supaya stok dan
fisiknya tidak selisih. Obat yang akan di dropping sebelumnya telah
diperiksa jumlah dan ketersediaannya di Apotek Kimia Farma tersebut.

i
Dalam hal ini perlu di data nama obat dan jumlahnya yang akan di
dropping sebagai bukti bahwa obat-obat tersebut telah diberikan. Dalam
metode ini barang atau obat yang ingin diadakan biasanya dalam jumlah
sedikit dan dalam keadaan yang mendesak.
Permintaan barang antar Apotek Kimia Farma diajukan dengan
menggunakan BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek), sehingga Apotek
yang meminta menambah pembelian dan Apotek yang memberikan barang
menambah penjualan atau pembelian dilakukan kepada Apotek Swasta
lainnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari penolakan obat atau resep
serta untuk meningkatkan kepuasan pengunjung terhadap pelayanan
Apotek.
Untuk pengadaan Narkotika dan Psikotropika, terdapat formulir
khusus SP Narkotika dan Psikotropika. Pengadaan psikotropika dapat
dipesan ke BM, tetapi untuk pengadaan narkotika pemesanan dilakukan
oleh masing-masing Apotek pelayanan langsung kepada PBF Kimia
Farma melalui Surat Pesanan (SP) tertentu yang harus ditanda tangani oleh
Apoteker Pengelola Apotek. Apotek Kimia Farma juga melakukan
pengadaan dengan sistem konsinyasi. Konsinyasi merupakan bentuk
kerjasama yang biasanya dilakukan untuk produk atau obat-obat baru,
barang promosi, alat kesehatan, foodsupplement. Konsinyasi dilakukan
dengan cara menitipkan produk dari perusahaan kepada Kimia Farma,
kemudian setiap bulannya dilakukan pengecekan dari pihak perusahaan
untuk mengetahui jumlah produk yang terjual. Barang konsinyasi ini
apabila tidak laku, maka dapat diretur dan yang difakturkan untuk dibayar
adalah barang yang terjual saja.

c. Penerimaan
Penerimaan barang di Apotek Kimia Farma yaitu barang yang telah dicek
dan ditandatangani oleh penanggung jawab dan memberi cap sebagai bukti
penerimaan barang. Faktur yang sudah ditanda tangani dan dicap warna putih
diberikan kepada pengirim untuk bukti penerimaan, warna pink dan kuning
disimpan sebagai arsip Apotek, setelah barang sesusai dengan fakturnya akan

i
dicatat pada masing- masing kartu stok, meliputi tanggal penerimaan, asal PBF,
jumlah barang datang, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa. Kemudian barang di
entri ke komputer berdasarkan faktur yang telah cocok. Bila barang tidak sesuai
dengan Surat Pesanan (SP) atau terdapat kerusakan fisik maka bagian pembelian
akan membuat surat retur dan mengembalikan barang tersebut ke PBF yang
bersangkutan untuk ditukar dengan barang yang sesuai.

d. Penyimpanan
Penyimpanan Perbekalan Farmasi di Apotek Kimia Farma Gatot Subroto
 Berdasarkan farmakologi dan abjad lemari putar yaitu, antibiotik,
analgetik, diabetes, drops, paten, generik, hemeroid, hiperjan (hipertensi
dan jantung), hormon,vitamin, ispa, antihistamin, Kimia Farma, kolesterol,
salep, bpjs, pencernaan, syrup generik, syrup paten, tetes mata dan telinga.

 Obat narkotika dan psikotropika disimpan dilemari tertutup 2 pintu dan 2


kunci yang tidak dapat dipindahkan dan dalam keadaan selalu terkunci dan
diletakkan pada tempat yang aman.
 Obat yang disimpan dalam suhu dingin (2-8°C), yaitu insulin, ovula,
suppositoria, jarum insulin dan obat diare.

 Adapun barang yang ditata dengan sistem swalayan, terdiri dari,


tradisional medicine, milk and nutrision, topical, vitamin syrup dan tablet,
beauty care, personal care, baby and child care, food suplement, food and
snack, paper and diapers.

 Cara penyimpanan juga berdasarkan kedatangan obat yaitu menggunakan


kombinasi antara sistem FIFO (first in first out) “pertama masuk pertama
keluar”,dan FEFO (first expired first out) “pertama kadaluwarsa pertama
keluar”.

i
Tiap kotak obat diberi identitas berupa nama obat juga dilengkapi dengan
kartu stok masing-masing obat untuk mencatat keluar masuknya barang. Setiap
pemasukan dan pengeluaran obat atau barang harus di input ke dalam sistem
komputer dan dicatat pada kartu stok yang meliputi tanggal pemasukan atau
pengeluaran, nomor dokumen, jumlah barang yang dimasukkan atau dikeluarkan,
sisa barang, tanggal kadaluarsa, nomor batch serta paraf petugas.

e. Pencatatan
Pencatatan barang di Apotek Kimia Farma dilakukan pada setiap
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi
pencatatan atau surat pesanan dan faktur, kartu stok, nota penjualan, pencatatan
barang habis dan pencatatan lain sesuai kebutuhan. Tujuan pencatatan adalah
sebagai:

1. Bukti bahwa pengelolaan obat dan alat kesehatan telah dilakukan.


2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian untuk
membuat pelaporan.

f. Pelaporan
Pelaporan barang di Apotek Kimia Farma terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Laporan harian, yaitu mencakup laporan ikhtiar penjualan harian yang


dilampiri dengan bukti setoran kasir. Pendapatan harian apotek akan
dilaporkan ke bagian penjualan di BM. Sebelum pergantian shift ataupun
ingin melakukan setoran kasir
2. Laporan mingguan mencakup surat pesanan (SP).
3. Laporan bulanan mencakup hasil penjualan produk promo dan produk
Kimia Farma, pembelian, stock opname setiap 3 bulan sekali, serta laporan
narkotika dan psikotropika.

i
Khusus untuk pelaporan barang narkotika dan psikotropika dilakukan dengan
menggunkan sistem SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika).
Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika dilakukan melalui online
SIPNAP. Apoteker setiap bulannya menginput data penggunaan narkotika dan
psikotropika melalui SIPNAP kemudian setelah data telah terinput data tersebut di
import (paling lama sebelum tanggal 10 pada bulan berikutnya). Laporan meliputi
laporan pemakaian narkotika dan psikotropika untuk bulan bersangkutan (meliputi
nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan).

g. Pengendalian
Pengendalian di Apotek Kimia Farma dilakukan dengan melakukan so
(stok opname), Apotek Kimia Farma Gatot Subroto akan melakukan pengendalian
setiap 3 bulan sekali, selain itu Apotek Kimia Farma juga melakukan sampling
yaitu dengan cara mengecek jumlah barang di stok dan jumlah fisiknya, jika ada
barang yang selisih atau jumlah stok dan fisiknya berbeda maka Apoteker dan
TTK yang berada disana harus mengecek resep yang belum dientry. tujuan nya
supaya tidak kehilangan barang. Sampling sama saja dengan menulis kartu stok,
perbedaan nya kartu stok dicatat apabila ada barang yang keluar ataupun barang
yang masuk, sedangkan sampling dicatat keseluruhan barang di hari itu saja, dan
dilakukan lagi selama 1 bulan sekali.

h. Pemusnahan
Pemusnahan di Kimia Farma dengan dikumpulkan barang yang mendekati
kadaluwarsa di pusat dengan membuat berita acara lalu memberikan berkas ke
Dinas Kesehatan dan pemusnahan disaksikan oleh Dinas Kesehatan. Pemusnahan
dilakukan untuk menghilangkan bentuk fisik dari suatu barang baik bagian luar
maupun dalamnya. Tujuan dari pemusnahan ini adalah untuk meminimalisir
penyalahgunaan obat yang telah kadaluwarsa atau rusak. Pemusnahan dibagi
menjadi dua, yaitu:

i
 Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Obat dalam bentuk padat dimusnahkan dengan cara
merusak kemasan obat dan merusak bentuk obat dengan cara digunting
atau digerus, kemudian ditanam ditanah. Untuk obat dalam bentuk cair
dimusnahkan dengan cara diencerkan terlebih dahulu kemudian dibuang
sebagai limbah. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat
selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan
oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat
izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan
menggunakan formulir.

 Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
menggunakan formulir dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.

D. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma Gatot Subroto

PHM

apt. Gita Aprilia, S.Farm

APING
apt. Aida Rosyidah, S.Farm

FRONT LINER

i
I Komang Rahardi Fitria Amalia, S.Farm

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengenalan Perbekalan Farmasi

Perbekalan Farmasi adalah bahan atau alat yang digunakan untuk


menunjang kegiatan terapi, baik tindakan maupun perawatan terhadap pasien.
Berdasarkan keputusan menteri kesehatan nomor 1197/menkes/sk/x/2004 tentang
standar pelayanan farmasi dirumah sakit, perbekalan farmasi adalah sediaan
farmasi yang terdiri dari obat, alat kesehatan, reagensia, radiofarmasi, dan gas
medis.

i
Perbekalan Farmasi di Apotek Kimia Farma meliputi :

1. Obat
 Obat narkotika dan psikotropika Contohnya, Codein, Analsik, Codipront
 Obat daftar G Contohnya, Allergin, Lameson, Kimoxil, Ponstan,
Neuralgin
 Obat keras tertentu (OKT) Contohnya Mefinal, Ponstan, Lorantadine,
Rhinos SR
 Obat daftar W (obat bebas terbatas) Contohnya, Tremenza, Alpara,
Tuzalos, Actifed
 Obat bebas Contohnya, Pamol, Sanmol, Reumacly, Panadol, contrexin

2. Bahan baku obat


3. Obat tradisional (asli indonesia) dan bahan obat tradisional Contohnya,
Lelap, Diapet, Laxing, Silex
4. Alat kesehatan Contohnya, Masker, Handscond, kasa, dll
5. Kosmetika Contohnya, Venus, Marcks, Nivea dll

B. Alur Pelayanan Resep

Apotek kimia farma melayani pelayanan perbekalaan farmasi yaitu pelayanan


obat dengan resep dokter berupa, BPJS, obat psikotropika dan obat narkotika dan
pelayanan obat non resep.

Alur pelayanan resep dokter

1) Apoteker/TTK menerima resep dan melihat kelengkapan resep dari pasien.


2) Apoteker/TTK menghitung dan mengkonfirmasi harga obat ke pasien.
3) Pasien membayar harga obat yang telah disetujui.
4) Resep yang telah diberi nomor dan kasir menyerahkan struk kepada pasien
sebagai bukti pembayaran kepada pasien.

i
5) Kasir menyerahkan resep kepada petugas peracikan untuk menyediakan
barang atau obat yang diminta dalam resep.
6) Setelah obat disiapkan dan diberi etiket, petugas penyerahan memeriksa
kembali kesesuain obat dengan resep.
7) Apoteker/TTK memberikan PIO tentang obat seperti dosis, cara pemakaian
obat dan informasi lain yang diperlukan.
8) Resep diserahkan kepada penanggung jawab untuk diarsipkan dan
dikumpulkan.

Alur pelayanan resep BPJS

1) Apoteker/TTK menerima resep dan melihat kelengkapan resep dari pasien.


2) Untuk resep BPJS diperiksa kelengkapannya di aplikasi BPJS (Apoteker
Online) dan cek data apakah pasien mengambil sudah 1 bulan sekali.
3) Kasir menyerahkan resep kepada petugas peracikan untuk menyediakan
barang atau obat yang diminta dalam resep.
4) Setelah obat disiapkan dan diberi etiket, petugas penyerahan memeriksa
kembali kesesuain obat dengan resep.
5) Apoteker /TTK memberikan informasi tentang obat seperti dosis, cara
pemakaian dan informasi lain yang diperlukan.
6) Resep diserahkan kepada penanggung jawab untuk diarsipkan dan
dikumpulkan.

 Adapun syarat-syarat pengambilan obat BPJS sebagai berikut:


1) Fotokopy kartu BPJS (2 rangkap)
2) Fotocopy surat rujuk balik (2 rangkap)
3) Fotocopy surat rujuk balik (PRB) (2 rangkap)
4) Fotocopy resep dokter (2 rangkap)
5) Fotocopy surat elgibilitas (2 rangkap)

Alur Pelayanan Resep Narkotika dan Psikotropika

i
Untuk alur pelayanan resep narkotika dan psikotropika dilakukan berdasarkan
resep dokter, menyiapkan obat sesuai dengan permintaan diresep. Untuk obat
narkotika dan psikotropika harus menulis nama pasien, nomor resep, tanggal
resep, alamat pasien, nama dokter, dan obat yang diminta pada buku khusus, dan
untuk pengeluaran obat di catat di kartu stok. Melakukan pemeriksaan akhir
sebelum dilakukan penyerahan ke pasien disertai pemberian informasi tentang
obat tersebut. Apotek tidak boleh mengulang penyerahan obat narkotika dan
psikotropika atas dasar salinan resep dari apotek lain, salinan resep harus diambil
di apotek yang menyimpan resep aslinya.

1) Syarat dan penanganan resep narkotika :

 Resep harus di skrining terlebih dahulu.

o Harus resep asli (bukan copy resep).


o Ada nama penderita dan alamat lengkapnya yang jelas.
o Tidak boleh ada tulisan iter, yang artinya dapat diulang.
o Aturan pakai yang jelas dan tidak boleh ada tulisan u.c (usus cognitus)
yang artinya cara pakai diketahui.
o Obat narkotika di dalam resep diberi garis bawah tinta merah.
o Resep yang mengandung narkotika tidak boleh diulang, tetapi harus dibuat
resep baru
o Resep yang mengandung narkotika harus disimpan terpisah dari resep
yang lain.
o Jika pasien tersebut hanya meminta ½ obat narkotika yang diresepkan,
maka diperbolehkan untuk dibuatkan copy resep bagi pasien tersebut,
tetapi copy resep tersebut hanya dapat ditebus kembali di apotek tersebut
yang menyimpan resep aslinya, tidak bisa di apotek lain.

2) Syarat dan Penanganan resep psikotropika :

i
 Resep harus di skrining terlebih dahulu.

o Harus resep asli (bukan copy resep).


o Ada nama penderita dan alamat lengkapnya yang jelas.
o Tidak boleh ada tulisan iter yang artinya dapat diulang.
o Aturan pakai yang jelas dan tidak boleh ada tulisan u.c (usus cognitus)
yang artinya cara pakai diketahui.
o Obat psikotropika di dalam resep diberi garis bawah tinta biru.
o Resep yang mengandung psikotropika tidak boleh diulang, tetapi harus
dibuat resep baru.
o Resep yang mengandung psikotropika harus disimpan terpisah dari resep
yang lain.
o Jika pasien tersebut hanya meminta ½ obat psikotropika yang diresepkan,
maka diperbolehkan untuk dibuatkan copy resep bagi pasien tersebut.

Alur Pelayanan Non Resep

Pelayanan non resep merupakan pelayanan yang dilakukan tanpa resep atau
pasien datang dengan keluhan. Obat-obat yang dapat digunakan dalam
swamedikasi meliputi obat-obat yang dapat diserahkan tanpa resep, obat tersebut
meliputi Obat Bebas (OB), Obat Bebas Terbatas (OBT) dan Obat Wajib Apotek
(OWA)

1) Alur Pelayanan Non Resep 1

 Pasien datang membeli obat


 Lalu apoteker mengecek ketersediaan obat.
 Jika obat yang dicari tidak ada apoteker menanyakan apakah ingin
persamaan obatnya serta menyebutkan harganya.
 Jika pasien tidak setuju maka proses pembelian dibatalkan.

i
 Jika pasien setuju, siapkan obatnya, setelah itu diserahkan ke pasien
beserta diberi informasi tentang nama obat, kegunaan, cara pakai, dan
monitoring.

2) Alur Pelayanan Non Resep 2

 Pasien datang dengan keluhan.


 Apoteker menanyakan WWHAM.
 Lalu apoteker merekomendasikan obat yang sesuai dengan keluhan serta
menyebutkan harganya.
 Jika pasien tidak setuju maka proses pembelian dibatalkan.
 Jika pasien setuju maka obatnya disiapkan, setelah itu diserahkan ke
pasien beserta diberikan informasi tentang nama obat, kegunaan, cara
pakai, dan monitoring.

C. Penyimpanan Barang

Penyimpanan merupakan suatu kegiatan menata dan memelihara dengan


cara menempatkan Sediaan Farmasi dan alat kesehatan yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencurian dan gangguan fisik yang dapat merusak mutu
obat. Penyimpanan harus menjamin stabilitas dan keamanan sediaan farmasi dan
alat kesehatan. Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,
bentuk sediaan dan alfabetis disertai sistem informasi manajemen. Untuk
meminimalisir kesalahan penyerahan obat direkomendasikan penyimpanan
berdasarkan kelas terapi yang dikombinasi dengan bentuk sediaan dan alfabetis.
Apoteker harus memperhatikan obat-obat yang harus disimpan secara khusus
seperti narkotika, psikotropika, obat yang memerlukan suhu tertentu, obat yang
mudah terbakar, sitostatik dan reagensia. Selain itu Apoteker juga perlu
melakukan pengawasan mutu terhadap sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
diterima dan disimpan sehingga terjamin mutu, keamanan dan kemanfaatan
sediaan farmasi dan alat kesehatan. Penyimpanan obat di Apotek bertujuan untuk

i
menjamin agar mutu obat yang akan digunakan oleh pasien tidak berubah sesuai
ketika diproduksi. Mutu obat bisa dilihat dari khasiat dan keamanannya.

Tempat penyimpanannya harus disesuaikan dengan volume obat di


Apotek, jika obatnya sedikit maka cukup disimpan di rak atau lemari obat atau
etalase, tetapi jika obatnya cukup banyak maka Apotek perlu membuat gudang
khusus. Secara umum penataan obat di Apotek dibagi menjadi:

1) Efek farmakologi yaitu pengelompokan berdasarkan golongan obat.


(Misalnya: golongan antibiotik, antipiretik, analgetik, dll.)

2) Alfabetis yaitu berdasarkan huruf awal nama sediaan.

3) Bentuk sediaan yaitu pengelompokan berdasarkan bentuk sediaan.

4) Kecepatan dalam penjualan yaitu pengelompokan yang disusun berdasarkan


obat-obatan yang cepat keluar di apotek (Fast moving) dan obat-obatan yang
lambat keluar di apotek (Slowmoving).

Peraturan UU di bidang obat yaitu pengelompokan berdasarkan bahan aktif


obat yang bersifat psikoaktif dan narkotik. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2015 pasal 25, tempat penyimpanan narkotika,
psikotropika dan prekursor Farmasi dapat diletakkan di gudang, ruangan atau
lemari khusus dan tempat penyimpanan obat-obat tersebut dilarang digunakan
untuk menyimpan barang selain barang tersebut. Penyimpanan sediaan narkotika
harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika dan harus dikunci
dengan baik. Tempat penyimpanan narkotika di Apotek harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
1) Terbuat dari bahan yang kuat.
2) Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 buah kunci yang berbeda.
3) Harus diletakkan dalam ruangan khusus di sudut gudang, untuk Instalasi
Farmasi Pemerintah.

i
4) Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum untuk Apotek,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan.
5) Kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker Penanggung Jawab/Apoteker
yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.

D. Alur Pemesanan Barang

Pengadaan di Apotek Kimia Farma terpusat oleh BM (Bisnis Manager)


yang kemudian disalurkan ke outlet-outlet Kimia Farma lainnya. Pembayaran di
Kimia Farma juga satu pintu dengan sistem pembayarannya yaitu tempo.

Pengadaan dibagi menjadi 4 macam, yaitu:

1) Pengadaan rutin di Apotek Kimia Farma dalam sebulan bisa 2 kali pemesanan.
Pengadaan rutin merupakan pengadaan secara terpusat dilakukan oleh bagian
pengadaan di BM yang akan dianalsis menggunakan metode Min-Max. Metode
ini dilakukan dengan mengendalikan jumlah minimum dan maksimum persediaan
dengan mengatur rencana pemesanan persediaan agar tidak terjadi kekurangan
stok atau kelebihan stok.

Bagian pengadaan melihat data 45-90


hari kebelakang penjualan obat di KF
yang sering keluar, dan juga yang
membuatkan SP.

i
Bagian pengadaan memesankan barang
ke PBF.

Surat pesanan (SP) yang telah dibuatkan


dikirim ke KF yang dipesankan barang
secara online melalu aplikasi komputer

Barang yang datang ke KF tersebut


disesuaikan dengan SP

1.1 Alur Pengadaan Metode Min-Max

2) Pengadaan manual/mandiri dilakukan dengan memeriksa buku defecta yaitu


buku khusus yang digunakan untuk mencatat barang atau obat yang stoknya
kosong dan barang atau obat yang sering diresepkan oleh dokter dalam maupun
dokter luar, selanjutnya dibuat SP yang berisikan barang yang dibutuhkan
kemudian dikirim ke BM dan akan diteruskan ke PBF.

3) Pengadaan CITO yang dilakukan apabila pasien membutuhkan obat dihari itu
sedangkan di apotek sedang tidak tersedia dapat langsung dipesankan dengan
membuat BPBA yang kemudian diserahkan ke BM agar selanjunya dibuatkan SP
cito ke pada PBF yang dapat dikirimkan pada hari itu juga.

Pasien membutuhkan obat/dokter


inhouse yang tidak tersedia di apotek
Apotek KF tersebut membuat
pesanan dan membuat PO dengan
sistem aplikasi komputer i
Dibuatkan SP cito dari pengadaan
(harus disetujui oleh BM).

Barang dikirim pada hari itu

1.2 Alur Pengadaan Metode Cito

4) Pengadaan mendesak yaitu apabila ada obat di apotek yang habis atau tidak
tersedia sedangkan dokter meresepkan obat ataupun pasien datang untuk mencari
obat tersebut maka Apotek Kimia Farma tersebut dapat menghubungi Apotek
Kimia Farma lain yang memiliki stok obat tersebut dengan menggunakan bon.
Permintaan barang antar apotek Kimia Farma diajukan dengan menggunakan
BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek), sehingga apotek yang meminta
menambah pembelian dan apotek yang memberikan barang menambah penjualan
atau pembelian dilakukan kepada apotek swasta lainnya. Hal ini dilakukan untuk
menghindari penolakan obat atau resep serta untuk meningkatkan kepuasan
pengunjung terhadap pelayanan apotek.

Obat yang diresepkan dokter tidak


tersedia/habis di apotek KF tersebut
menghubungi apotek KF lain yang
memiliki stok tersebut dengan

Permintaan barang antar apotek KF


tersebut disesuaikan dengan SP.

Barang yang datang ke KF tersebut


disesuaikan dengan SP.

1.2 Alur Pengadaan Metode Bon Obat

i
5) Untuk pengadaan narkotika dan psikotropika, terdapat formulir khusus SP
Narkotika dan Psikotropika. Pengadaan psikotropika dapat dipesan ke BM, tetapi
untuk pengadaan narkotika pemesanan dilakukan oleh masing-masing apotek
pelayanan langsung kepada PBF Kimia Farma melalui surat pesanan (SP) tertentu
yang harus ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek. Apotek Kimia Farma
tersebut juga melakukan pengadaan dengan sistem konsinyasi. Konsinyasi
merupakan bentuk kerja sama yang biasanya dilakukan untuk produk atau obat-
obat baru, barang promosi, alat kesehatan, food supplement. Konsinyasi dilakukan
dengan cara menitipkan produk dari perusahaan kepada Kimia Farma, kemudian
setiap bulannya dilakukan pengecekan dari pihak perusahaan untuk mengetahui
jumlah produk yang terjual. Barang konsinyasi ini apabila tidak laku, maka dapat
diretur dan yang difakturkan untuk dibayar adalah barang yang terjual saja.

E. Alur Pemerimaan Barang

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang


telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,
tender, konsinyasi atau sumbangan. Penerimaan adalah kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang
tertera dalam kontrak/pesanan. Penerimaan merupakan kegiatan verifikasi
penerimaan/penolakan, dokumentasi dan penyerahan yang dilakukan dengan
menggunakan "checklist" yang sudah disiapkan untuk masing-masing jenis
produk yang berisi antara lain:

 Kebenaran jumlah kemasan.


 Kebenaran kondisi kemasan seperti yang disyaratkan.
 Kebenaran jumlah satuan dalam tiap kemasan.
 Kebenaran jenis produk yang diterima.
 Tidak terlihat tanda-tanda kerusakan.
 Kebenaran identitas produk
 Penerapan penandaan yang jelas pada label, bungkus dan brosur.
 Tidak terlihat kelainan warna, bentuk, kerusakan pada isi produk.

i
 Angka waktu daluwarsa yang memadai.

Penerimaan barang di Apotek Kimia Farma yaitu barang yang telah dicek
sesuai dengan fakturnya akan dicatat pada masing- masing kartu stok,meliputi
tanggal penerimaan, asal PBF, jumlah barang datang, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa. Kemudian barang di entri ke komputer berdasarkan faktur yang
telah cocok. Bila barang tidak sesuai dengan SP atau terdapat kerusakan fisik
maka bagian pembelian akan membuat surat retur dan mengembalikan barang
tersebut ke PBF yang bersangkutan untuk ditukar dengan barang yang sesuai.

i
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah saya melakukan Praktik Kerja Farmasi (PKF) di Apotek Kimia Farma
Gatot Subroto mulai dari tanggal 2 Januari-31 Maret 2023, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:

1. Pengelolaan sistem manajemen Apotek Kimia Farma telah berjalan


dengan baik, dan kerja sama antar karyawan juga berjalan dengan baik.
dimana masing-masing melakukan pekerjaannya dengan profesional.
2. Apotek Kimia Farma telah melakukan usaha sesuai dengan Peraturan
Pemerintah yang berlaku.
3. Pelayanan di Apotek Kimia Farma menerapkan konsep swalayan farmasi
dalam penjualan obat OTC.
4. Apotek Kimia Farma melayani resep dokter, BPJS, narkotika,
psikotropika, OOT, obat bebas, obat bebas terbatas.
5. Sistem pengelolaan obat telah memenuhi standar yaitu dengan sistem
FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out).
6. Penjualan sediaan pada pengelolaan sistem manajemen Apotek Kimia
Farma menggunakan sistem komputerisasi yaitu melalui POS.
7. Apoteker, Asisten Apoteker, dan Tenaga Teknis Kefarmasian telah
menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik sebagai bagian pada
pelayanan resep, pengelolaan obat dan perbekalan kefarmasian pada
apotek.

B. Saran

i
Pengelolaan sistem manajemen Apotek Kimia Farma telah berjalan
dengan baik, dan kerja sama antar karyawan juga berjalan dengan baik, dimana
masing-masing memiliki sikap profesional. diharapkan kepada Apotek Kimia
Farma dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan,
sehingga dapat menimbulkan kepuasan pasien dan dapat mempertahankan
akreditas yang telah diperoleh.

i
i

Anda mungkin juga menyukai