KASUS
Objective of Audit, Standar
Audit yang berlaku umum
SA 560
SA 570
SA 580
© 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
RISK ASSESSMENT (PERENCANAAN)
Risiko audit adalah risiko IDENTIFY AND ASSESS
dimana auditor menyatakan RISK
opini yang tidak tepat
ketika laporan keuangan
mengandung kesalahan
penyajian material. AUDIT
RISK (AR)
Tujuan auditor: mengurangi
risiko audit pada suatu
tingkat rendah yang dapat
diterima (acceptably low
level). RMM (terletak pada entitas) terletak pada auditor
PRELIMINARY
ANALYTICAL REVIEW
(PAR)
Gagal Bayar Bunga MTN SNP Finance: Dimana Tanggung Jawab Pefindo dan Deloitte
Diketahui, SNP Finance pada 9 Mei dan 14 Mei mengalami gagal bayar atas MTN yang diterbitkan.
Total kewajiban bunga utang yang belum dibayar adalah Rp 6,75 miliar dari dua seri MTN.
- MTN V SNP Tahap II senilai Rp5,25 miliar yang jatuh tempo 9 Mei 2018 dengan nilai pokok Rp200
miliar yang terbit Februari 2018 dengan Rating Pefindo idA/Stable dengan kupon 10,5%.
- Bunga MTN III seri B senilai Rp1,5 miliar yang dirilis 13 November 2018 senilai Rp 50 miliar dengan
kupon 12,12% dengan Rating idA/Stable.
Menurut data dari KSEI, seluruh nilai MTN sebesar Rp1,852 triliun dengan jatuh tempo dan seri yang
berbeda.
- MTN yang jatuh tempo 2018 sebesar Rp 725 miliar dengan 5 seri.
- MTN jatuh tempo 2019 sebesar Rp817 miliar dengan 10 Seri
- MTN jatuh tempo 2020 sebesar Rp310 miliar dengan 4 seri.
Semua dengan rating idA/Stable dari Pefindo.
Sumber :
http://infobanknews.com/gagal-bayar-bunga-mtn-spn-finance-dimana-tanggung-jawab-pefindo-dan-deloitte/
Hasil auditnya tidak sesuai kenyataan yaitu :
- Misalnya, jumlah account receivable tidak sesuai dengan kenyataan. Tapi, Deloitte tidak melihatnya atau
bertindak.
- Jumlah aset tidak sesuai dengan liabilitas. Ada kesan penggelembungan aset, atau tagihan fiktif – pura-pura
nasabahnya banyak. Seperti biasa, jika demikian ada double pledge atau lebih seperti kasus Arjuna Finance dan
saudaranya Bima Finance. Lalu, modusnya sama memasukan ke Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(PKPU).
Menurut dugaan, hasil “abal-abal” dari KAP ini bisa jadi yang dipakai oleh Pefindo menentukan rating idA/Stable.
Jadi, Pefindo sepertinya hanya membuat stampel saja. Atau, juga Deloitte juga hanya menjadi stampel? Tentu tidak
jika pernah di audit oleh Deloitte. Tapi, bukan tidak mungkin ada negosisasi dari hasil temuan – atau ada management
letter.
Jujur hampir tidak ada pengawasan terhadap KAP di Indonesia. Jadi, karena tidak ada yang mengawasi dengan benar
dan proper maka sudah sepantasnya perilaku dari KAP sesukanya.
Akibat Rating Pefindo dan KAP Deloitte ini kini 17 bank kreditur harus menanggung beban Rp 4,2 triliun. Inilah efek
berantainya, dan mungkin akan menyeret sejumlah bank-bank kecil yang membeli dan membiayai MTN dan
memberikan kredit.
Sumber :
http://infobanknews.com/gagal-bayar-bunga-mtn-spn-finance-dimana-tanggung-jawab-pefindo-dan-deloitte/
Team Discussion: PROs and CONTs
Statement: KAP tidak bersalah dalam kasus ini
PROs: Pembelaan apa yang perlu digunakan oleh KAP dalam menghadapi perkara ini?
Dalam tulisan di atas, terdapat kalimat yang didalamnya terdapat unsur opini pribadi si penulis, yaitu: “Atau,
juga Deloitte juga hanya menjadi stampel? Tentu tidak jika pernah di audit oleh Deloitte. Tapi, bukan tidak
1 April 2019
Garuda Indonesia melaporkan kinerja keuangan tahun buku 2018 kepada Bursa Efek Indonesia.
Garuda Indonesia meraup laba bersih sebesar US$809 ribu, berbanding terbalik dengan kondisi 2017 yang merugi sebesar US$216,58
juta.
Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan lantaran pada kuartal III 2018 perusahaan masih merugi sebesar US$ 114,08 juta.
24 April 2019
Salah satu agenda RUPST di Jakarta adalah menyetujui laporan keuangan tahun buku 2018.
Dua komisaris Garuda Indonesia, Chairal Tanjung dan Dony Oskaria selaku perwakilan dari PT Trans Airways menyampaikan keberatan
mereka melalui surat keberatan dalam RUPST. Chairal meminta agar keberatan itu dibacakan dalam RUPST, tapi atas keputusan
pimpinan rapat permintaan itu tak dikabulkan. Hasil rapat pemegang saham akhirnya menyetujui laporan keuangan tahun 2018.
Trans Airways berpendapat angka transaksi dengan Mahata sebesar US$239,94 juta terlalu signifikan, sehingga mempengaruhi neraca
keuangan Garuda Indonesia. Jika nominal dari kerja sama tersebut tidak dicantumkan sebagai pendapatan, maka perusahaan sebenarnya
masih merugi US$244,96 juta.
Dua komisaris berpendapat dampak dari pengakuan pendapatan itu menimbulkan kerancuan dan menyesatkan. Garuda Indonesia
berubah dari yang sebelumnya rugi menjadi untung. Catatan tersebut membuat beban yang ditanggung Garuda Indonesia menjadi lebih
besar untuk membayar Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Padahal, beban itu seharusnya belum menjadi
kewajiban karena pembayaran dari kerja sama dengan Mahata belum masuk ke kantong perusahaan.
25 April 2019
Sehari usai kabar penolakan laporan keuangan oleh dua komisaris beredar, saham merosot pada penutupan perdagangan
sesi pertama, Kamis (25/4). Harga saham Garuda Indonesia anjlok ke level Rp 478 per saham dari Rp 500 per saham.
Saham perseroan terus melanjutkan pelemahan hingga penutupan perdagangan hari ini, Selasa (30/4) ke posisi Rp 466 per
saham. Bursa Efek Indonesia (BEI) akan memanggil manajemen Garuda Indonesia dan memanggil kantor akuntan publik
(KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor. Pemanggilan itu dijadwalkan pada Selasa (30/4)
terkait timbulnya perbedaan opini antara pihak komisaris dengan manajemen terhadap laporan keuangan tahun buku 2018.
26 April 2019
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Inas Nasrullah Zubir mengatakan perseturuan antara komisaris Garuda Indonesia dengan
manajemen akan dibahas dalam rapat internal usai reses. Dalam rapat itu terkait pemanggilan sejumlah pihak yang
berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan. Jika sesuai jadwal, DPR kembali bekerja pada 6 Mei 2019.
Beredar surat dari Sekretariat Bersama Serikat Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga) perihal rencana aksi mogok
karyawan Garuda Indonesia berkaitan dengan penolakan laporan keuangan tahun 2018 oleh dua komisaris. Dalam surat
tersebut disebutkan pernyataan pemegang saham telah merusak kepercayaan publik terhadap harga saham Garuda
Indonesia dan pelanggan setia maskapai. Namun, Asosiasi Pilot Garuda (APG) dan Sekarang justru membantah akan
melakukan aksi mogok kerja. Presiden APG Bintang Hardiono menegaskan karyawan belum mengambil sikap atas
perseteruan salah satu pemegang saham dengan manajemen.
30 April 2019
BEI telah bertemu dengan manajemen Garuda Indonesia dan kantor akuntan publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi
Bambang dan Rekan selaku auditor laporan keuangan perusahaan. Pertemuan berlangsung pada pukul 08.30-09.30 WIB.
Sayangnya, pertemuan dua belah pihak berlangsung tertutup. BEI menyatakan akan mengirimkan penjelasan usai
pertemuan tersebut.
"Bursa meminta semua pihak untuk mengacu pada tanggapan perseroan yang disampaikan melalui IDXnet dan penjelasan
dapat dibaca di website bursa," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna.
Sementara Menteri Keuangan mengaku telah meminta Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Hadiyanto untuk
mempelajari kisruh terkait laporan keuangan Garuda Indonesia.
Sumber dari:
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190430174733-92-390927/kronologi-kisruh-laporan-keuangan-garuda-indonesia
Kinerja Garuda Indonesia yang tertekan
beberapa tahun terakhir
Mencaatat Kerugian Merosot Tajam 9 Bulan awal
US$370,04 juta Menjadi US$8,06 juta Rugi bersih
US$114,08 juta
2015 2017
04
Perihal pengakuan pendapatan atas transaksi Manajemen Garuda Indonesia mengakui
PROs: Pembelaan apa yang perlu digunakan oleh KAP dalam menghadapi perkara ini?
Otoritas Jasa Keuangan mengenakan sanksi administratif dengan nilai total Rp 5,6 miliar kepada PT Hanson International
Tbk., emiten yang bergerak di bidang properti, akibat kesalahan penyajian laporan keuangan tahunan pada tahun buku 2016.
Dikutip dari pengumumannya di laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jumat (9/8/2019), Deputi Komisioner Pengawas
Pasar Modal I OJK Djustini Septiana mengatakan sanksi administratif dikenakan kepada Hanson International (MYRX),
Direktur Utama MYRX Benny Tjokrosaputro, dan Direktur MYRX Adnan Tabrani termasuk denda dengan total Rp5,6
miliar.
Sementara itu, Sherly Jokom sebagai akuntan dari rekan pada Kantor Akuntan Publik Purwantono Sungkoro dan Surja,
anggota Ernst and Young Global Limited, dikenakan sanksi administratif berupa pembekuan Surat Tanda Terdaftar (STTD)
selama 1 tahun terhitung setelah ditetapkannya surat sanksi.
MYRX terbukti melakukan pelanggaran akibat penjualan kavling siap bangun dengan nilai kotor Rp 732 miliar. MYRX
mengakui pendapatan dengan metode akrual penuh pada laporan keuangan tahunan periode 31 Desember 2016.
Perseroan tidak mengungkapkan perjanjian pengikatan jual beli kavling siap bangun di Perumahan Serpong Kencana tanggal
14 Juli 2016.
Kesalahan tersebut melanggar Ketentuan Pasal 69 Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal jo.
huruf A angka 3 Peraturan No.VIII.G.7 tentang penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten dan perusahaan
publik jo. paragraf 36 tentang pernyataan standar akuntansi aktivitas pengembangan real estat (PSAK 44).
Ketentuan lain yang dilanggar yakni pasal 69 UU Pasar Modal jo. huruf C angka 2 huruf d angka 1 dan huruf b. OJK pun
memberikan sanksi administratif berupa denda Rp500 juta kepada MYRX dan perbaikan penyajian laporan keuangan tahun
buku 2016.
Benny Tjokrosaputro yang meneken Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) tidak menyampaikan representation
letter kepada auditor sehingga pendapatan perseroan pada tahun buku 2016 menjadi overstated dengan nilai material Rp 613
miliar. Atas kesalahan tersebut, dikenai sanksi administratif berupa denda Rp 5 miliar.
Adnan Tabrani dijatuhi sanksi administratif berupa denda Rp 100 juta karena bertanggung jawab atas kesalahan penyajian
laporan keuangan perseroan. Dengan demikian, nilai keseluruhan denda yang dijatuhkan oleh OJK mencapai Rp5,6 miliar.
PROs: Pembelaan apa yang perlu digunakan oleh KAP dalam menghadapi perkara ini?