Tugas Formulasi Tablet Aspirin
Tugas Formulasi Tablet Aspirin
FARMASI INDUSTRI
Disusun Oleh,
Kelompok 1
Mutiarahmi 1808020246
Retno Deni Purwati 1808020251
Tasya Maharani D 1808020253
Kelas PSPA 30 B
B. Formulasi sediaan
1. Preformulasi
a. Aspirin (FI V hal 144-145)
3. Eksipien
a. Bahan pengisi
Laktosa digunakan sebagai bahan pengisi. Laktosa menunjukan stabilitas yang
baik dalam kombinasinya dnegan hamper seluruh bahan obat dan dari sisi
ekonomi, laktosa relative murah.
c. Lubrikan
Asam stearate merupakan lubrikan, yaitu eksipien yang berfungsi untuk
mengurangi gesekan antara permukaan tablet dengan dinding lubang kempa
selama proses pengempaan dan pengeluaran tablet dari lubang kempa. Asam
stearate digunakan sebagai alternative saat penggunaan magnesium stearate tidak
cocok jika digunakan dalam suatu formula. Pada formulasi tablet aspirin,
magnesium stearate dalam meningkatkan pH linkungan dan menciptakan suasana
basa sehingga mempercepat hidrolisis atau laju degradasi aspirin. Menurut Fouda
et al, magnesium stearate dapat digantikan dengan asam stearate karena dapat
melindungi aspirin dari degradasi tersebut. Konsentrasi asam stearate sebagai
lubrikan yaitu 1%-5%, dalam formulasi digunakan 1%, karena bahan pelican yang
digunakan dalam formulasi ini ada dua eksipien, maka diberikan asam stearate
dalam range konsentrasi terendah.
d. Glidan
Talcum merupakan glidan yang baik, karena dapat meningkatkan fluiditas
massa yang akan dikempa, sehingga massa tersebut dapat mengisi die dalam
jumlah yang seragam (Sulaiman, 2007). Jika jumlah dalam die seragam, maka
bobot akan seragam sehingga efek terapetik dapat tercapai. Talcum dipilih juga
karena dapat berfungsi sebagai anti adherent, yaitu mencegah penempelan tablet
pada punch atau pada dinding die. Konsentrasi talcum sebagai glidan yaitu pada
range 1%-5%. Pada formulasi ini diberikan talcum pada konsentrasi 1% yaitu
sama dengan konsentrasi asam stearate, harapannya agar bahan pelicin dalam
formulasi tidak terlalu banyak sehingga tidak menyulitkan saat pengempaan.
4. Metode pembuatan
Aspirin yang memiliki titik lebur 141oC – 143oC, dicetak menjadi tablet
dengan metode kempa langsung. Hal ini disebabkan karena Aspirin memiliki sifat
stabil dalam udara kering, tidak tahan panas, mudah terhidrolisis menjadi asam asetat
dan asam salisilat jika dalam keadaan lembab. Aspirin juga memiliki fluiditas dan
kompresibilitas yang baik (Wang, 2003).
Metode kempa langsung merupakan metode paling mudah, praktis dan cepat
pengerjaannya, tetapi kekurangannya adalah hanya dapat digunakan pada kondisi
dimana zat aktif maupun eksipiennya memiliki aliran yang bagus, serta zat aktif
tersebut tidak tahan terhadap pemanasan dan lembab. Metode kempa langsung
didefinisikan sebagai proses pembuatan tablet dengan langsung mengempa campuran
serbuk (zat aktif dan eksipien), dan tidak ada proses sebelumnya kecuali penimbangan
dan pencampuran. Material yang dapat dikempa langsung hanya material yang
mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang baik (Sulaiman, 2007).
a. Rancangan Formula
Bobot tablet 650 mg
R/ Aspirin 500 mg
Avicel 10%
As stearate 1%
Talcum 1%
Laktosa ad 650 mg
Perhitungan bahan
1. Aspirin =500 mg
2. Avicel = (10/100) x 650 mg = 65 mg
3. As stearate = (1/100) x 650 mg = 6,5 mg
4. Talcum = (1/100) x 650 mg = 6,5 mg
5. Laktosa = 650 – (500+65+6,5+6,5)
= 650 – (578)
= 72 mg
Penimbangan bahan
Jumlah tablet 200 tablet
1. Aspirin = 500 mg x 200 = 100.000 mg = 100 gram
2. Avicel = 65 mg x 200 = 13.000 mg = 13 gram
3. As stearate = 6,5 mg x 200 = 1300 mg = 1,3
gram 4. Talcum = 6,5 mg x 200 = 1300 mg = 1,3 gram
5. Laktosa = 72 mg x 200 = 14.400 mg = 14,4 gram
b. Cara pembuatan
Tablet Aspirin dibuat dengan metode kempa langsung, yaitu semua bahan
ditimbang terlebih dahulu, yaitu asetosal sebanyak 100 gram, avicel 13 gram, as
stearate dan talcum masing-masing 1,3 gram, dan laktosa 14,4 gram. Kemudian
Aspirin dicampur dengan Avicel PH 102 dan laktosa. Lalu talk dan magnesium
stearat ditambahkan dan dicampur sampai homogeny. Setelah itu massa tablet
dicetak. Setelah dicetak, lakukan evaluasi pada tablet.
C. Evaluasi Sediaan
1. Evaluasi Granul
Beberapa parameter uji sediaan granul diantaranya adalah granulometri, BJ, kadar
pemampatan, metode alir, kompresibilitas dan kelembaban.
a. Granulometri
Granulometri adalah analisis ukuran dan repartisi granul (penyebaran
ukuran-ukuran granul). Dalam melakukan analisis granulometri digunakan
susunan pengayak dengan berbagai ukuran. Mesh terbesar diletakkan paling
atas dan dibawahnya disusun pengayak dengan mesh yang makin kecil.
Tujuan granulometri adalah untuk melihat keseragaman dari ukuran granul.
Diharapkan ukuran granul tidak terlalu berbeda. Granulometri berhubungan
dengan sifat aliran granul. Jika ukuran granul berdekatan, aliran akan lebih
baik. Diharapkan ukuran granul mengikuti kurva distribusi normal.
b. Pengetapan
Pengetapan dilakukan dengan mengamati pengurangan volume granul
yang terjadi selama pengamatan. Alat yang digunakan disebut
volumenometer, yang terdiri dari sebuah gelas ukur yang diletakkan pada
suatu alas yang dapat bergerak naik turun secara mekanis dengan bantuan
motor penggerak. Granul dengan volume tertentu dimasukkan dengan hati-
hati ke dalam gelas ukur, lalu diletakkan diatas alat. Kemudian motor
dijalankan. Gelas ukur akan bergerak keatas dan kebawah dengan kecepatan
tertentu. Pengurangan granul akibat pengetapan dicatat dan hasilnya
dinyatakan dengan harga Tap T (%).
T (%) = { (Vo – Vt) / Vo } x 100 %
Keterangan : T (%) : Harga tap
Vo : Volume awal
Vt : Volume akhir
Semakin besar harga T(%) maka sifat alir semakin jelek. T(%) < 20%.
c. Metode corong
Mengukur kecepatan aliran 100 g granul menggunakan corong kaca
dengan dimensi sesuai. Metode corong dapat dilakukan dengan cara
menggunakan corong yang dipasang pada statif yang diletakkan dengan
ketinggian tertentu. Awalnya granul ditimbang, berat granul dicatat sebagai
m. Lalu granul tersebut dialirkan melalui corong dan ditampung pada bagian
bawahnya. Waktu yang diperlukan granul untuk melewati corong dicatat
sebagai t.
d. Sudut diam
Sudut diam diartikan sebagai sudut yang terbentuk oleh setumpuk partikel
terhadap bidang datar pada kondisi stabil. Sudut diam dapat diukur dengan
mengamati tinggi kerucut yang terbentuk diatas alas dengan diameter
tertentu. Menggunakan corong yang dipasang pada statif yang diletakkan
dengan ketinggian tertentu. Kemudian granul dialirkan melalui corong dan
ditampung pada bagian bawahnya. Gundukan yang tertampung lalu diukur
tinggi (dicatat sebagai h) dan diameternya (dicatat sebagai d).
e. Bobot Jenis
1) Bobot jenis sejati
BJ sejati dapat dilakukan dengan menggunakan alat piknometer, yaitu
dengan cara ditimbang bobot piknometer kosong, masukka 1 gram
granul pada piknometer yang telah ditimbang tadi, kemudian masukkan
1 gram granul dan cairan pendispersi pada piknometer yang kedua, dan
berikutnya masukkan cairan pendispersi pada piknometer ketiga, catat
hasil yang diperoleh kedalam rumus sebagai berikut :
Bj = (B – a) x Bj cairan pendispersi
(B+d)–(a+c)
Keterangan :
a = Bobot piknometer kosong
B = Bobot piknometer 1 gram granul
c = Bobot piknometer 1 gram granul dan cairan pendispersi
d = Bobot piknometer cairan pendispersi.
2) Bobot jenis nyata
BJ nyata dapat dilakukan dengan menggunakan alat yaitu gelas
ukur, dengan cara ditimbang bobot granul, misalnya 50 gram
dimasukkan kedalam gelas ukur. Kemudian dimasukkan kedalam rumus
sebagai berikut :
P = W/V
Keterangan :
W = Bobot granul setelah ditimbang
V = Volume granul tanpa pemampatan
3) Bobot jenis nyata setelah pemampatan
BJ mampat dapat dilakukan dengan alat gelas ukur, dengan cara
ditimbang bobot ganul yang akan dilakukan evaluasi, kemudian
dimasukkan kedalam gelas ukur, dan lihat volume granul setelah
dilakukan 500 kali katuk pada gelas ukur tersebut. Dengan rumus sebagai
berikut :
Pn = W/ Vn
Keterangan :
W = Bobot granul setelah ditimbang
Vn = Bobot granul setelah dilakukan pemampatan
---------. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
---------. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Erum, Saima et al. 2011. Formulation Of Aspirin Tablets Using Fewer Excipients By Direct
Compression. Pakistan Journal of Pharmacology. Volume 28 (1): 31-46
Lachman, L H A Lieberman dan J L Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi
Ketiga. Jakarta: UI Press.
Leesawat, Phuriwat et al. 2004. Optimization of Direct Compression Aspirin Tablet Using
Statistical Mixture Design. CMU Journal. Volume 3 (2): 97-107
Li, Jinjiang and Wu, Youngmei. 2014. Lubricants in Pharmaceutical Solid Dosage Forms.
Lubricants. Volume 2 : 21-43
NR, Jadhav et al. 2013. Talc: A Versatile Pharmaceutical Excipient. Worls Journal Of
Pharmaceutical Sciences. Volume 2 (6): 4639-4660.
Okprastowo, Rizki. 2011. Optimasi Penggunaan Spray Dried Lactose Dan Avicel Ph 102
Sebagai Fillerbinders Tablet Aspirin. Pharmacy. Volume 8 (3): 42-54
Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar
Praktis. Jakarta: EGC.
Sulaiman, N. Saifullah. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Yogyakarta : UGM Press
Wang X., Cui F., Yonezawa, Y., Sunada H. 2003. Preparation and Evaluation of
Combination Tablet Containing Incompatible Active Ingredients. Chem. Pharm. Bull.
51 (7). China: Shenyang Pharmaceutical University.