J a la n P a h la wa n N o. 2 M AG ET AN K od e P os 6 33 1 8 Te lp [ 03 5 1 ] 8 95 0 2 3 F ax . [ 03 5 1 ] 8 95 0 67 E-mail : rsusayidiman_mgt@yahoo.co.id
NOTULEN BIMBINGAN
Unit Kerja: Ilmu Penyakit Saraf
Acara : Bimbingan Koas
Hari/Tanggal : Selasa,08 November 2022 Pembimbing : dr. Titian Rakhma, Sp.N Peserta : 5 orang
TOPIK MATERI : Neurobehavior
PEMBAWA MATERI : dr. Titian Rakhma, Sp.N ISI MATERI : Memori, atensi, bahasa, visuospasial dan fungsi eksekutif PEMBAHASAN : Neurobehavior : Neuro yang membahas perilaku didalamnya membahas demensia,dsb MMSC: form penilaian kognitif MUCA INA ➢ Komponen dari neurobehavior ada 5: a. Memori (ingatan) - Orang yang terganggu fungsi kognitifnya pertama kali yang terkena memori - Memori disimpan di lobus temporal medial (diensepalon dan basal corblem) - Ada 3 gangguan memori: • Terganggu dalam beberapa detik (immediate memory): cara pemeriksaannya dengan pengulangan digit/digit spent test (forward/back) • Terganggu dalam beberapa menit/jam (recent memory): cara pemeriksaannya dengan merecall 5 objek selama 5 menit (MMSC/MUCA INA) • Terganggu dalam jangka tahunan/seumur hidup (remote memori): cara pemeriksaannya dengan pasien kita tes suruh menyebutkan misalkan presiden pertama siapa, indonesia lahir kapan, atau nama ibu bapak pasien (memori seumur hidup tidak akan lupa) b. Atensi - Pertama kali pasien diperiksa bahwa pasien memiliki atensi pada pemeriksa atau tidak - Pasien harus sadar penuh - Caranya dengan: serial 7 substraksi (pengurangan angka 7 sampai 5 kali), digit repitisi/ digit spent (forward (+) dan back (-)) /pengulangan digit (3,5,9,10 → pasien suruh mengulang dari awal atau akhir, menyebutkan bulan dari akhir-awal), vigilance test (ada deretan huruf → pasien mendengarkan huruf A, disuruh mengetuk dengan pensil/angkat tangan) c. Bahasa - Tes bahasa: • Yang diperiksa fluency (bicara spokontan → pasien suruh menyebutkan nama binatang sebanyak2nya dalam waktu 1 menit, pasien normal bisa menyebutkan 18-22 nama binatang dengan standar deviasi 5-7. Usia 69 tahun bisa menyebutkan 20 (normal), 70-79 bisa menyebutkan 17, > 80 bisa menyebutkan 15 • Pemeriksaannya pasien disuruh menunjukan benda yang disebutkan pemeriksa misalkan menujuk jendela, itu namanya apa pak?/tunjuk atap dsb/melipat kertas jadi dua. • Pasien disuruh menjawab pertanyaan dari kalimat yang disebutkan pemeriksa (Ya/Tidak) misal sekor gajah lebih besar daripada kucing. • Pengulangan kalimat misal tolong ambilkan radio besar itu!, adanya gangguan pengulangan ini terjadi pada pasien sulit dalam asosisi/artikulasi/pengenalan. • Penamaan (kesulitan dalam penamaan: anomia) misal ada gambar buku, pasien disuruh menyebutkan. • Tes membaca dan menulis → pasien menulis sebuah kalimat. d. Visuospasial - Aknosia misal aknosia jari misal yang diagkat ini jari apa, jempol padahal jari telunjuk Dengan menyebutkan warna, itu temboknya warna apa? (aknosia warna => salah menyebutkan warna). Pronoaknosia => salah menyebutkan nama orang. Tes konstruksi => menggambar objek geometri (kubus/jajaran genjang, dsb/ bisa menggambar jam berbentuk bulat lengkap dengan angka (cedity test), test niglek => line disection, menggambar objek, stimulasi simultan ganda motorik/sensorik e. Fungsi eksekutif - Paling tinggi jadi misal manusi terganggu dibidang eksekutifnya maka tidak bisa menjalani hidup secara normal - Membahas tentang problem solving, inisaisi, abstraksi, dll - Cara pemeriksaannya: tes imilaritis, tes abstraksi (peribahasa => arti besar pasak daripada tiang), tes verbal fluensi dalam 1 menit, tes luriatriceps => permainan gunting batu kertas, ter pengulangan, CDT dan struk test ➢ Fungsi behavior a. Apraksia (gangguan fungsi kognitif): apraksia ideasional (gangguan dalam melakukan urutan aktivitas/perencanaan, yang terkena hemisfer dominan. Misal pasien disuruh merokok, bagaimana caranya merokok? Bisa urut2annya atau tidak), apraksia ideomotor (keselahan isi/ide dengan gerakan/peragaan yang lain, misal pasien disuruh menggunting baju tapi pasien memperagakan memalu), motoril apraksia (kesulitan menggunakan objek yang digunakan misal sendok sama garpu untuk makan tetapi pasien kesulitan menggunakannya/bingung cara menggunakannya), dressing apraksia (kesulitan berpakaian misal pasien memakai terbalik → non dominan (kanan)), apraksia konduksi (pasien kesulitan dalam peragaan yang diperagakan oleh pemeriksa) ➢ Tatalaksana - Pasien yang terganggu kognitifnya belum tentu demensia - Fase awal (kognitif imperemen) kalau ringan (mild imperemen) - Apabila kognitif imperemen makin lama makin berat dan mempengaruhi aktivitasnya (dimensia, karena usia, gangguan metabolik, perkinson, strok, dsb) - Ada 2 tatalaksana: non medikamentosa: ada pada pasien itu sendiri dengan modifikasi perilaku, orientasi realita, program aktivitas harian/keluaraga pasien/lingkungan pasien dengan terapi hewan peliharaan supaya fungsi kognitifnya tetap baik, terapi cahaya => biasanya ada perubahan irama sirkadian, terapi musik, terapi lingkungan yang aman dan tenang. Medikamentosa tergantung dengan simptomatisnya, kalau ada gangguan kognitif dikasih asetil esterase inhibitor (donipesil 5-10 mg/hari, livastigmin 2xsehari selama 4 sampai 12 minggu dan galantamin 2x4 mg, maks 2x8 mg), jika depresi dikasih antidepresan => golongan SSRI (fluoxetin 1x50 mg), ancietas dengan benzodiasepim, halusinasi dengan neuroleptik atipikal (haloperidol 1x0,5 – 2mg)/tipikal ➢ Demensia (alzeymer sama vaskuler) a. Dimensia alzeymer: dimensia ditegakan neuropsikologis (tes MUCA INA) Krieria probable: • Defisit meliputi 2/lebih area kognitif • Tidak ada gangguan kesadaran • Penyakit otak Kriteria possible a. Tanpa gangguan neurologis, sistemik b. Awitan/perjalanan pennyait bervariatif c. Bukan penyebab demensia d. Diperlukan penellitian lengkap - Adanya kriteria klinis - Histopatologi, biopsi/histologi - Pemeriksaan penunjang: MRI, CT scan → atrophy brain - Tatlaksana sama b. Dimensia vaskuler => demensia yang terkait dengan struk. Kriteria: probable (dijumpai adanya demensia, adanya bukti penyakit cerebrovaskuler sesuai imaging, terdapat hub demensia dengan demensia cerebrovaskuler desease, terjadinya 3 bulan pasca stroke), possible (demensia disertai defisit neurologi dengan konfirmasi imaging, tidak ada hub waktu yang jelas dengan stroke, onset tidak jelas, perjalanan penyakitnya bervariasi), definitif vaskuler demensia (kriteria probable, konfirmasi histopatologi terdapat penyakit cerebrovaskuler, adanya neuritis sesuai umur, tidak ada gangguan klinis/patologis lain). Klasifikasi: demensia vaskuler pasca stroke (demensia multiinfark → karena stroek emboli, stroke single strategic, demensia subcortical (vasculitis, pasca iskemik stroke, penyakit inkzwenger, multiple stroke kortikal), dan alzeymer dan vaskuler - Adanya gangguan berjalan, keseimbangan, pelo, kesulitan makan./minum, gangguan ektrapramedal, gangguan perilaku - Penjang: dari darah (hematologi/biokimia), fotothorax, scan MRI (ditemukan iskemiK/perdarahan) - Afasia broca/motorik yang terkena biasanya frontoinfero lateral, arteri cerebri media biasanya tidak bisa bicara tapi paham yang dikatakan orang padanya - Afasia wernik/sensiorik: bisa bicara tapi bicaranya tanpa arti, bagian yang terkena inferior temporal posterior dan superior, bagus fluencynya saja - Afasia transkortikal motorik: pengulangan (apa yang ditanyakan cuma jawab iya, iya/ malah nanya kembali), komprehensinya dan repitisinya bagus. Yang terkena corpus calosum, arteri cerebri anterior - Afasia transkortical sensorik: bisa bicara tetapi tidak mengerti yang dibicarakan, arteri cerebri media posterior - Afasia konduksi: yang terkena vasikulus arkuatus, arteri cerebri media posterir, baik pada fluency dan paham yang diucapkan, tidak baik pada repitisi dan naming - Afasia global: semuanya ngga bisa, bagian yang terkena inferior dan superior cerebri media, prognosis poling jelek - Afasia anomia/naming: gangguan di girus angularis (bahasa), jadi tidak bisa mengulang, arteri cerebri media posterior
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis