Anda di halaman 1dari 16

: 431-446

PENGEMBANGAN KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL DI KEMENTERIAN


HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
(Competency Development Of Functional Positions In The Ministry Of Law
And Human Rights Of The Republic Of Indonesia)
Ahmad Sanusi
Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Hak Asasi Manusia, Jakarta
sanusiahmad92@yahoo.com

Tulisan Diterima: 02-09-2021; Direvisi: 13-10-2021; Disetujui Diterbitkan: 28-10-2021


DOI: http://dx.doi.org/10.30641/kebijakan.2021.V15.431-446

ABSTRAK
Dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,
tahun 2017 dan 2018 membuka penerimaan pegawai untuk mengisi formasi Jabatan Fungsional.
Pembinaan Jabatan fungsional salah satunya adalah meningkatkan kompetensi pegawai melalui
pelatihan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pola pembinaan jabatan fungsional
di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan kendala-kendala pelaksanaan
kebijakan pembinaan jabatan fungsional tersebut. Sementara tujuan penelitian adalah untuk
menjelaskan: Pola Pembinaan jabatan fungsional (di Bidang Pemasyarakatan; Keimigrasian;
Penyuluh Hukum; dan Analis Hukum) di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Kendala-kendala apa saja dalam pelaksanaan kebijakan pembinaan jabatan fungsional tersebut.
Harapan pegawai memilih jalur karier Jabatan fungsional. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode mixed method, dimana selain menggunakan kuesioner yang dikirimkan
melalui links google, juga melakukan wawancara dengan nasumber dan studi kepustakaan. Hasil
penelitian, pelaksanaan pembinaan Jabatan Fungsional oleh Direktorat Jenderal sebagai pembina
menunjukkan cukup baik, namun demikian masih perlu dilakukan peningkatan materi bahan ajar
yang sesuai lingkup tugas dan fungsi Jabatan Fungsional tersebut dengan melakukan evaluasi
pedoman kurikulum dan modul guna menyesuaikan dengan perkembangan tuntutan tugas dan
fungsi saat ini.
Kata kunci: pengembangan; kompetensi; jabatan fungsional

ABSTRACT
In order to improve public services, the Ministry of Law and Human Rights, in 2017 and 2018 opened
recruitment of employees to fill the formation of Functional Positions. One of the functional positions
development is to improve employee competence through training. The problem in this study is how
the pattern of fostering functional positions within the Ministry of Law and Human Rights, and the
obstacles to implementing the policy for fostering these functional positions. Meanwhile, the purpose
of the research is to explain: The pattern of functional position development (in the Correctional
Sector; Immigration; Legal Counsel; and Legal Analyst) within the Ministry of Law and Human
Rights. What are the obstacles in the implementation of the policy for the development of these
functional positions. Employee expectations choose a career path Functional position. This research
was conducted using the mixed method method, which in addition to using a questionnaire sent via
google links, also conducted interviews with resource persons and literature studies. The results
of the research, the implementation of the development of Functional Positions by the Directorate
General as a supervisor shows quite well, however, it is still necessary to improve the teaching
materials according to the scope of duties and functions of the Functional Position by evaluating
curriculum and module guidelines in order to adapt to the development of current demands and
functions this.
Keywords: development; competence; functional position

431
JIKH Vol. 15, No. 3, November 2021: 431-446
p -I S S N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e -I S S N: 2 5 7 9 -7 4 2 5

PENDAHULUAN daya manusia yang kelihatannya hanya


merupakan masalah intern dari suatu
Latar Belakang
organisasi sesungguhnya mempunyai
Guna meningkatkan pelayanan publik
hubungan yang erat dengan masyarakat luas
pemerintahan, Presiden dalam pidato
sebagai pelayanan publik yang diukur dari
pelantikannya, menyampaikan beberapa hal.
kinerja.4
Salah satu yang ia sampaikan adalah tentang
Kementerian Hukum dan Hak Asasi
penyederhanaan eselon.1 Sejalan dengan
Manusia, pada tahun 2017 dan 2018 telah
itu Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
membuka penerimaan Pegawai Negeri Sipil
R.I.(Kemenkumham), dalam rapat pimpinan
(PNS) dengan formasi untuk menduduki
menyampaikan empat fokus capaian kinerja
jabatan fungsional, pada tahun 2017 yaitu:
yang harus dipenuhi pada tahun 2021, pada
1. Pembimbing Kemasyarakatan pertama
fokus keempat diamanatkan pengembangan
sebanyak 714 orang; 2. Analis Keimigrasian
sumber daya manusia (human resource),
pertama sebanyak 2.278 orang; 3.
semua target kinerja Kemenkumham hanya
Pemeriksa Keimigrasian trampil sebanyak
dapat dicapai oleh sumber daya manusia yang
30 orang; dan 4. Analis Hukum sebanyak
berkualitas oleh karena itu, para Pimpinan
136 orang.5 Sementara penerimaan
Tinggi Madya di setiap unit eselon I diminta
pegawai Pada tahun 2018 hanya formasi
menjadikan pengembangan sumber daya
jabatan Analis Hukum sebanyak 275
manusia sebagai salah satu fokus program di
orang.6 Jumlah jabatan dan formasi jabatan
tahun 2021.2
fungsional tersebut, memperlihatkan bahwa
Kebijakan penataan SDM-PNS di
kebutuhan jabatan analis keimigrasian
atas, merupakan strategis mempercepat
cukup banyak dibandingkan dengan
meningkatkan iklim investasi dan
formasi jabatan fungsional lainnya seperti
pertumbuhan ekonomi pada masa pandemi
Pembimbing Kemasyarakatan dan Analis
Covid-19 saat ini. Sebagaimana dikatakan
Hukum penerimaan tahun 2017. Sementara
J.Lalusu makna stategis di definisikan adalah
penerimaan pada tahun 2018 hanya untuk
usaha untuk mencapai tujuan dengan melihat
jabatan Analis Hukum.
dan memadukan lingkungan eksternal serta
Pembinaan bagi jabatan fungsional di
internal sehingga menghasilkan rencana,
atas, dapat berupa pembinaan karier dan
keputusan dan tindakan yang tepat3 dengan
pembinaan kompetensi. Pada tulisan ini akan
demikian dalam kondisi lingkungan strategis
membatasi pembahasan pada pembinaan
tersebut, manajemen kepegawaian dituntut
jabatan fungsional melalui jalur kompetensi
untuk mengembangkan cara baru untuk
dengan pendekatan pendidikan dan pelatihan
mempertahankan anggota organisasi pada
bagi jabatan fungsional dilingkungan
produktivitas tinggi serta mengembangkan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
potensinya agar memberikan kontribusi
maksimal pada organisasi. Masalah sumber
4 Hamdan Dahlan, Djamil Husin, “Pengaruh
Manajemen Sumber Daya Manusia Budaya
1 Kompas, “Pidato Presiden Jokowi Dalam Organisasi Terhadap Kualitas Pelayanan Pada
Pelantikan Presiden Dan Wakil Presiden , Kantor Kecamatan Tamalate Kota Makassar,”
Tekankan Penyederhanaan” (Jakarta, 2019). Jurnal Administrare: Jurnal Pemikiran Ilmiah dan
2 Sinarpagibaru.id, Jakarta (diakses 8 Januari Pendidikan Administrasi Perkantoran 4 (2017):
2021). 69–75.
3 Sudrajat Ratnaningtyas Yogi, H. Adang Widjana, 5 Kementerian Hukum dan HAM R.I, Seleksi CPNS
Manajemen Stategjik Terapan, Panduan Cara Kementerian Hukum Dan HAM Tahun 2017, n.d.
Menganalisa Industri Dan Pesaing (Jakarta: 6 Pengumuman No.Sek.KP.02.01.773 tentang
Poliyana Widya Pustaka, 2007, hlm.6). pelaksanaan seleksi CPNS Tahun 2018

432
Pengembangan Kompetensi Jabatan Fungsional
Ahmad Sanusi

Minimal ada 2 (dua) alasan mengapa Sebagaimana dalam penelitian sebelumnya


pembinaan kompetensi harus dilakukan disarankan perlu ketersediaan sumber daya
bagi pejabat fungsional, pertama jabatan manusia yang berkualifikasi assesor.11
fungsional sebagaimana data di atas, masih Kemudian guna meningkatkan peran
tergolong baru; dan kedua tuntutan tugas dan Pembimbing Kemasyarakatan diperlukan
fungsi jabatan fungsional saat ini semakin penyederhanaan struktur organisasi balai
berkembang guna peningkatan pelayanan pemasyarakatan, dan pembangunan kantor
publik pemerintahan balai pemasyarakatan di setiap Kabupaten/
Berdasarkan permasalahan di atas, Kota sesuai amanat Undang-undang sistem
penulis mencoba menjelaskan beberapa Peradilan Pidana Anak (SPPA).12 Selain
artikel ilmiah hasil penelitian yang telah hal di atas, penempatan pegawai yang tidak
di publikasikan. Dari hasil penelitian sesuai dengan pola penempatannya.
sebelumnya dijelaskan bahwa peningkatan Selanjutnya berdasarkan penelitian
peran Pembimbing Kemasyarakatan harus menunjukkan hasil bahwa Jabatan
meningkatkan kompetensi dan kuantitas Fungsional Analis Hukum sangat dibutuhkan,
sumber daya manusia dan menambah baik pada instansi pusat maupun instansi
anggaran pembimbingan kemasyakatan7, daerah (Kanwil) dan penempatan Jabatan
selanjutnya dalam mendukung Fungsional Analis Hukum hasil rekrutmen
revitalisasi pemasyarakatan Pembimbing Calon PNS penempatannya tidak sesuai
Kemasyarakatan disarankankan Badan dengan formasi jabatan.13 Hal ini tentu akan
Pengembangan Sumber Daya Manusia menghambat pembinaan karier maupun
perlu menyusun kurikulum Pendidikan dan kompetensi SDM.
Pelatihan, menyusun bahan uji kompetensi
Hasil penelitian dalam karya tulis ilmiah
dan regulasi (Undang-undang) untuk
di atas, menggambarkan dukungan baik
dapat mengintervensi Asisten Pembimbing
kediklatan dan pelatihan, perubahan struktur
Kemasyarakatan (APK) dalam proses
organisasi dan manajemen serta regulasi.
pembuatan Penelitian Kemasyarakatan
Dalam penulisan ini akan memfokuskan pada
(LITMAS).8 Fungsi litmas ini sangat penting
perlunya pedoman dalam penyusunan bahan
sebagai pedoman pelaksanaan pembinaan
ajar atau kurikulum pendidikan dan pelatihan
lanjutan.9 Karena filosofi pemidanaan
bagi Pembimbing Kemasyarakatan sesuai
menurut konsepnya tidak ditujukan untuk
amanat Peraturan Pemerintah Nomor 17
membuat derita sebagai bentuk pembalasan.10
Tahun 2020 Tentang Manajemen Pegawai

7 Insan Firdaus, “Peranan Pembimbing


Kemasyarakatan Dalam Upaya Penanganan At The Directorate General of Correctional )
Overcrowded Pada Lembaga Pemasyarakatan,” Abstrak” (2017): 121–137.
Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum 13, no. 3 (2019): 11 Yuliyanto Yuliyanto, Donny Michael, and Penny
339. Naluria Utami, “Deradikalisasi Narapidana Teroris
8 Trisapto Agung Nugroho, “Peran Pembimbing Melalui Individual Treatment,” Jurnal HAM 12, no.
Kemasyarakatan Dalam Rangka Mendukung 2 (2021): 193.
Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan,” 12 Dwi Elyana Susanti, “Pemasyarakatan,
Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum 14, no. 3 (2020): Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing
445. Kemasyarakatan Dalam Revitalisasi (Optimization
9 Haryono, “Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Dan of the Implementation Task of Correctional Adviser
Fungsi Lapas Terbuka Dalam Proses Asimilasi in A Correctional Revitalization),” Jurnal Ilmiah
Narapidana,” Jurnal JIKH 12, no. 3 (2018): 295– Kebijakan Hukum 14 (2020): 141–162.
312. 13 Taufik H Simatupang, “Studi Pendahuluan
10 Ahmad Sanusi, “PADA DIREKTORAT JENDERAL Pembentukan Jabatan Fungsional Analis Hukum
PEMASYARAKATAN ( The Evaluation of Di Kementerian Hukum Dan HAM R.I.,” Jurnal
Implementation of Correctional Blueprint System Ilmiah Kebijakan Hukum 13, no. 1 (2019): 1–14.

433
JIKH Vol. 15, No. 3, November 2021: 431-446
p -I S S N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e -I S S N: 2 5 7 9 -7 4 2 5

Negeri Sipil, Pasal 99 Ayat (3) Huruf f instansi Rumusan Masalah


pembina memiliki tugas menyusun kurikulum Berdasarkan uraian latar belakang
pelatihan jabatan fungsional. Demikian juga di atas, terindentifikasi permasalahan
dalam rangka meningkatkan keahlian dan penelitian sebagai berikut kebutuhan jabatan
keterampilan terhadap jabatan fungsional, fungsional keahlian dan keterampilan perlu
ketentuan lebih lanjut di atur dalam Peraturan mempertimbangkan jumlah dan susunan
Pemerintah.14 Dalam Peraturan Pemerintah jabatan fungsional yang diperlukan pada
ini yang dimaksud dengan: pendidikan dan organisasi/instansi untuk melaksanakan
pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil tugas dan fungsinya, spesialisasi keahlian dan
yang selanjutnya disebut Diklat adalah keterampilan membutuhkan pengembangan
proses penyelenggaraan belajar mengajar kompetensi melalui pendidikan dan
dalam rangka meningkatkan kemampuan pelatihan serta dilakukan penyusunan
Pegawai Negeri Sipil. Diklat dalam Jabatan dan pengembangan kurikulum pendidikan
dilaksanakan untuk mengembangkan dan pelatihan oleh instansi pembina
pengetahuan, keterampilan, dan sikap PNS jabatan fungsional. Atas dasar identifikasi
agar dapat melaksanakan tugas-tugas masalah tersebut maka rumusan masalah
pemerintahan dan pembangunan dengan penelitiannya adalah:
sebaik-baiknya. Selanjutnya Diklat Fungsional 1. Bagaimana pengembangan kompetensi
dilaksanakan untuk mencapai persyaratan jabatan fungsional di lingkungan
kompetensi yang sesuai dengan jenis dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
jenjang Jabatan Fungsional masing-masing Manusia?
yang ditetapkan oleh instansi Pembina 2. Kendala-kendala apa saja dalam
Jabatan Fungsional yang bersangkutan. pelaksanaan kebijakan pengembangan
sementara kurikulum Diklat mengacu pada kompetensi jabatan fungsional tersebut?
standar kompetensi jabatan. Penyusunan
Tujuan
dan pengembangan kurikulum Diklat
dilakukan dengan melibatkan pengguna 1. Merumuskan kebijakan pengembangan
lulusan, penyelenggara Diklat, peserta dan kompetensi Jabatan Fungsional
berdasarkan tugas instansi Pembina.
alumni Diklat, serta unsur ahli lain. Kurikulum
Diklat Prajabatan dan Diklatpim ditetapkan 2. Menyusun data hasil identifikasi
oleh Instansi Pembina. Kurikulum Diklat kendala-kendala dalam pelaksanaan
pengembangan kompetensi Jabatan
Fungsional ditetapkan oleh Instansi Pembina
Fungsional.
Jabatan Fungsional.
Penelitian ini juga dibatasi pada Jabatan Metode Penelitian
Fungsional Pembimbingan Kemasyarakatan; 1. Pendekatan
Pejabat Fungsional Analis Keimigrasian; Penelitian ini akan menggunakan metode
Pejabat Fungsional Penyuluh Hukum; kuantitatif, dengan pendekatan statistik
dan Pejabat Fungsional Analis Hukum. deskriptif. Statistik deskriptif atau statistik
Pembatasan ruang lingkup penelitian ini agar deduktif adalah adalah bagian statistik yang
tidak meluas sehingga lebih terfokus dalam mempelajari cara pengumpulan dan penyajian
pembahasannya. data sehingga mudah dipahami.15 menurut
Sugiyono (2008) penelitian deskriptif adalah
14 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
Nomor 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan Dan
Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil Kurikulum
Dan Metode Diklat, Encyclopedia of Volcanoes., 15 M.Iqbal Hasal, Pokok-Pokok Materi Statistik I
vol. 1999, 2000. (Statistik Deskriptif) (Jakarta: Bumi Aksara, 1999).

434
Pengembangan Kompetensi Jabatan Fungsional
Ahmad Sanusi

nilai variabel mandiri, baik satu variabel Tabel 1. Populasi dan Sampel
atau lebih (independen) tanpa membuat No Jenis Jabatan n
perbandingan atau menghubungkan dengan Fungsional N n (riel)
variabel lain.16 Berdasarkan dua pendapat 1. Analisis Keimigrasian 2623 749 67
2. Pembimbing 2182 623 108
ahli di atas, penelitian ini ingin mendapatkan Kemasyarakatan
gambaran suatu gejala, peristiwa, dan Asisten Pembimbing 327 93 4
kejadian yang terjadi secara faktual sistematis Kemasyarakatan
3. Analis Hukum 411 117 0
dan akurat dari suatu variabel pembinaan
4. Penyuluh Hukum 349 99 38
jabatan fungsional.
Keterangan: Analis Hukum formasi 2017 dan
2. Metode Pengumpulan Data
2018 (belum JF, sehingga 0)
a. Wawancara Pendalam (indepth
4. Teknik Analisa Data
interview)
wawancara mendalam dilakukan dalam Analisis data dalam penyusunan paper
komunikasi awal terhadap beberapa ini pola pembinaan jabatan fungsional
informan terpilih. dilakukan secara kuantitatif deskriptif melalui
b. Koresponden secara langsung dan cross analysis atau analisis silang, analisis ini
Elektronik (link) mengolah dan menganalisis data informasi
penelitian akan dilakukan 4 (empat) yang diperoleh dari indepth interview dan
wilayah provinsi (kanwil dan UPT pengisian kuesioner.
Kementerian Hukum dan HAM) secara Data yang terkumpul nantinya akan
mendatangi langsung responden dan diolah dengan menggambarkan secara
dibeberapa kantor wilayah dengan khusus menggunakan tabel frekuensi dan
mengirimkan link kuesioner kepada
grafik. Sedangkan hasil wawancara akan
pejabata fungsional.
disajikan secara narasi untuk memperkuat
c. Studi Kepustakaan analisis terhadap data kuantitatif.
studi kepustakaan dilakukan dengan
menggali data dan informasi yang berasal PEMBAHASAN
dari berbagai dokumen tertulis studi
pustaka dilakukan untuk memperoleh Pembinaan Jabatan Fungsional
gambaran mengenai pola pembinaan Pemasyarakatan Kemasyarakatan; Analis
jabatan fungsional. Keimigrasian; Penyuluh Hukum; dan
Analis Hukum di lingkungan Kementerian
3. Teknik Penarikan Sampel Hukum dan Hak Asasi Manusia
Pengambilan sample dengan
Demografi Responden
menggunakan Rumus slovin: n=N /
(1+(N×e²)), dengan derajat kepercayaan 95% Responden dalam penelitian ini
dengan tingkat kesalahan (margin of error) berjumlah 217 responden.
5%. Grafik 1. Jenis Kelamin

Keterangan:
N : Populasi
n : Sampel
e2 : Margin of error
Dengan demikian, batas minimal sampel
adalah sebagaimana pada tabel dibawah.

16 Sumber: penalaran.unm.org, Penelitian Deskriptif


Kuantitatif (diakses 25 Januari 2021)

435
JIKH Vol. 15, No. 3, November 2021: 431-446
p -I S S N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e -I S S N: 2 5 7 9 -7 4 2 5

Dari grafik di atas, memperlihatkan Grafik 4. Jabatan Fungsional


berdasarkan kategori jenis kelamin diketahui
bahwa mayoritas responden laki-laki yaitu
sebanyak 128 responden (59%), sedangkan
perempuan sebanyak 89 responden (41%).
Grafik 2. Usia

Responden dalam penelitian ini


adalah pegawai dengan jabatan fungsional
antara lain mayoritas adalah Pembimbing
Kemasyarakatan sebanyak 108 responden
(50%), Analis Keimigrasian sebanyak
Dari segi usia mayoritas responden 67 responden (31%), Penyuluh Hukum
usianya 31 s.d. 40 tahun sebanyak 83 sebanyak 38 responden (18%) dan Asisten
responden (38%), lalu > 50 tahun sebanyak Pembimbing Kemasyarakatan sebanyak 4
59 responden (27%), kemudian 20 s.d. 30 responden (2%).
tahun sebanyak 40 responden (18%), dan Grafik 5. Lama Jabatan pada Jabatan
yang terakhir usia 41 s.d. 50 tahun sebanyak Fungsional
35 responden (16%).
Grafik 3. Masa Kerja

Dilihat dari lamanya menduduki jabatan


fungsional tersebut didapatkan data bahwa
Dari segi masa kerja mayoritas mayoritas responden adalah dengan masa
responden masa kerjanya adalah > 20 tahun jabatan pada jabatan fungsional 2 s.d. 3
sebanyak 76 responden (35%), < 5 tahun tahun sebanyak 87 responden (47%), 3 s.d. 4
sebanyak 50 responden (23%), 11 s.d. 15 tahun sebanyak 55 responden (25%), 1 s.d 2
tahun sebanyak 40 responden (18%), 16 tahun sebanyak 43 responden (20%), 4 s.d.5
s.d. 20 tahun sebanyak 29 responden (13%) tahun sebanyak 14 responden (6%), 5 s.d. 6
dan terakhir 5 s.d. 10 tahun sebanyak 22 tahun sebanyak 9 responden (4%) dan > 6
responden (10%). tahun sebanyak 9 responden (4%).
Bila merujuk pada Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Dan
Reformasi Birokrasi Nomor Nomor 13 Tahun
2019 Tentang Pengusulan, Penetapan, dan
Pembinaan Jabatan Fungsional Pegawai

436
Pengembangan Kompetensi Jabatan Fungsional
Ahmad Sanusi

Negeri Sipil pada Pasal 1 Angka (10) 5 Kurikulum pelatihan Jabatan 83% 17%
menyebutkan bahwa Pembinaan Jabatan Fungsional
6 Pelatihan Jabatan Fungsional 88% 12%
Fungsional adalah upaya peningkatan
7 Membina penyelenggaraan 74% 26%
dan pengendalian standar profesi Jabatan pelatihan fungsional pada
Fungsional yang meliputi kewenangan lembaga pelatihan;
pengelolaan, prosedur dan metodologi 8 Uji kompetensi Jabatan 97% 3%
Fungsional
pelaksanaan tugas jabatan, dan penilaian
9 Sosialisasi petunjuk 90% 10%
kinerja Pejabat Fungsional. Artinya bahwa pelaksanaan dan petunjuk
pembinaan jabatan fungsional meliputi teknis Jabatan Fungsional
10 Sistem informasi Jabatan 77% 23%
peningkatan kompetensi yang harus dimiliki Fungsional
oleh JF, yaitu kemampuan teknis, manajerial, 11 Pedoman formasi Jabatan 86% 14%
sosio kultural yang dapat diukur. Fungsional
12 Standar kompetensi Jabatan 92% 8%
Kompetensi ASN yang dimaksud Fungsional
adalah pengetahuan, keterampilan dan 13 Petunjuk pelaksanaan dan 93% 7%
sikap/perilaku seorang ASN/PNS yang petunjuk teknis Jabatan
Fungsional
dapat diamati, diukur, dan dikembangkan 14 Standar kualitas hasil kerja 86% 14%
dalam melaksanakan tugas jabatannya dan pedoman penilaian
selain itu juga, kompetensi seseorang kualitas hasil kerja pejabat
fungsional
adalah merupakan sesuatu yang melekat 15 Memfasilitasi pelaksanaan 86% 14%
dalam dirinya yang dapat digunakan dalam tugas pokok Jabatan
memprediksi bagaimana tingkat kinerjanya. Fungsional
16 Memfasilitasi pembentukan 87% 13%
Berdasarkan konsepsi sumber daya manusia organisasi profesi Jabatan
di atas, maka pengembangan kompetensi Fungsional
diarahkan pada peningkatan pengetahuan, 17 Memfasilitasi penyusunan dan 79% 21%
penetapan kode etik profesi
keterampilan serta sikap perilaku bekerja dan kode perilaku Jabatan
sehingga tugas atau pekerjaan dapat Fungsional
dilaksanakan secara profesional, efektif dan Sumber: Pengolahan Data, 2021
efesien dalam meningkatkan pelayanan Berdasar data kuantitatif dalam tabel di
publik. atas, setelah dihitung dengan menggunakan
Terdapat 17 (tujuh belas) indikator yang skala guttman (untuk mendapatkan jawaban
diukur dalam penelitian, seperti terlihat pada tegas responden) dari 17 indikator di atas
tabel 2. di bawah ini. menunjukkan persepsi sebagian besar
responden menyatakan pembinaan jabatan
Pertanyaan Ada Tidak fungsional di lingkungan Kementerian Hukum
1 Standar kompetensi Jabatan 94% 6% dan Hak Asasi Manusia sudah sangat baik
Fungsional (sebesar 87.15%). Sementara sebagian kecil
2 Petunjuk pelaksanaan dan 98% 2% (12.85%) responden menyatakan belum.
petunjuk teknis Jabatan
Fungsional Namun demikian ketika didalami
3 Standar kualitas hasil kerja 88% 12% secara kualitatif (mewawancarai Pejabat
dan pedoman penilaian
kualitas hasil kerja pejabat dibagian kepegawaian di daerah dan pejabat
fungsional fungsional) ada begitu banyak masukkan dan
4 Pedoman penulisan karya 83% 17% perbaikan dari responden terkait pembinaan
tulis/karya ilmiah yang bersifat
inovatif di bidang tugas jabatan fungsional di Kementerian Hukum
Jabatan Fungsional dan Hak Asasi Manusia, yaitu:

437
JIKH Vol. 15, No. 3, November 2021: 431-446
p -I S S N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e -I S S N: 2 5 7 9 -7 4 2 5

Jabatan Fungsional Pembimbing terhadap klien pemasyarakatan. Masih


Kemasyarakatan dan Asisten Pembimbing adanya regulasi yang tidak sinkron terkait
Kemasyarakatan assesor, sehingga dalam pelaksanaan di
Berdasarkan data kualitatif dari hasil lapangan tidak optimal misal tafsir yang
wawancara kepada pejabat fungsional berbeda terkait definsi maupun hasil kerja
tersebut di atas bahwa kebutuhan Pembimbing Kemasyarakatan. Pada
pengembangan kompetensi melalui bagian kedua, Pasal 8, Peraturan Menteri
pendidikan dan pelatihan sangat diperlukan, Pendayagunaan Aparatur Negara dan
sebagaimana hasil wawancara yang Reformasi Birokrasi Nomor 22 Tahun 2016
dilakukan kepada pejabat fungsional Huruf (a) untuk Pembimbing Kemasyarakatan
Pembimbing Kemasyarakatan (PK) maupun Pertama pada angka 23, Pembimbing
Asisten PK. Tugas dan fungsinya antara lain Kemasyarakatan Muda, Huruf (b), Angka 25,
yaitu pembuatan Penelitian Kemasyarakatan, Pembimbing Kemasyarakatan Madya, pada
Pembimbingan, dan Pendampingan terhadap Huruf (c), Angka 28 menyebutkan bahwa:
warga binaan pemasyarakatan. Untuk Pembimbing Kemasyarakatan pada jenjang
mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut menyusun laporan assesmen
tersebut, tentunya dibutuhkan Pendidikan dan risiko dan kebutuhan dalam rangka menilai
pelatihan untuk meningkatkan kompetensi tingkat risiko dan mengidentifikasi kebutuhan
dan kapasitas sumber daya manusia, baik pembimbingan klien untuk tindak pidana
pemahaman terhadap aturan dan regulasi kategori berdasarkan jenjang.
maupun kemampuan teknis substantif seperti Sedangkan pada Peraturan Menteri
sistem peradilan pidana anak (SPPA) diklat Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor
assesment, pelatihan konseling, karena 12 Tahun 2013 Tentang Assessmen
berhubungan dengan klien pemasyarakatan Risiko dan Assessmen Kebutuhan Bagi
tentu metode komunikasi sangat diperlukan. Narapidana dan Klien Pemasyarakatan
kebutuhan diklat teknis wawancara terutama pada Pasal 7 Ayat (1) huruf (a) menyebutkan
berhadapan dengan klien. Kemudian diklat bahwa assessor diangkat oleh Direktur
teknik pengalian data dengan kasus narkotika Jenderal Pemasyarakatan. Sementara
dan assesmentnya. itu pada RUU Pemasyarakatan Pasal
Kebutuhan pendidikan dan pelatihan 1 Angka (21) menyebutkan bahwa
di atas, tentu sangat beralasan mengingat assessor Pemasyarakatan adalah Petugas
pelaksanaan tugas dan fungsi Pembimbing Pemasyarakatan yang melaksanakan
Kemasyarakatan sangat spesifik dan asesmen terhadap Tahanan, Anak, dan
beragam yaitu: Warga Binaan. Selanjutnya Peraturan
Belum ada assesor bagi klien Menteri Hukum dan HAM Nomor 35 Tahun
pemasyarakatan baik di Rutan maupun di 2018 tentang Revitalisasi Penyelenggaraan
Lapas. Untuk menutupi belum adanya assesor Pemasyarakatan. Pasal 5 Ayat (3)
klien, saat ini Pembimbing Kemasyarakatan menyebutkan bahwa Penilaian tingkat
yang melakukan assesmen, baik assessment risiko sebagaimana dimaksud pada ayat
risiko yaitu untuk mengetahui risiko tersebut dilakukan berdasarkan hasil Litmas.
pengulangan klien pemasyarakatan (rendah, Permenkumham di atas, menyatakan juga
sedang, dan tinggi) maupun assesmen bahwa tugas dan fungsi Pembimbing
kebutuhan yaitu untuk mengetahui kebutuhan Kemasyarakatan melakukan penelitian
pembinaan atau pembimbingan bagi klien kemasyarakatan (Litmas), namun faktanya
pemasyarakatan. maupun kebutuhan masih banyak Pembimbing Kemasyarakatan

438
Pengembangan Kompetensi Jabatan Fungsional
Ahmad Sanusi

dalam membuat laporan litmas belum dihadapi PK, adalah inpassing dimana
optimal, hal ini dikarenakan kurangnya Asisten Pembimbing Kemasyarakatan (APK)
Pendidikan dan pelatihan yang diikuti untuk dengan pendidikan SI pangkat/Gol sudah
meningkatkan kapasitas dan kompetensi III/c tidak dapat inpassing ke PK. kemudian
metode wawancara, sehingga perlu peng-kategorian tugas PK, karena terkait
keterampilan bagi PK untuk menguasai angka kredit hal ini akan berdampak pada
kemampuan wawancara kepada klien penyelesaian litmas.
sehingga proses pengambilan informasi klien Pembimbing Kemasyarakatan (PK)
relevan dan akurat yang akan mempengaruhi memiliki masalah dalam hal kategori. Sampai
kualitas dari litmas itu sendiri. Selanjutnya saat ini, beban kerja lebih banyak pada jabatan
pembuatan teknik teknis penulisan sangat Asisten Pembimbing Kemasyarakatan.
diperlukan mengingat jabatan fungsional PK (APK). Jumlah APK yang ada hanya 4
berlatar belakang pendidikan yang beragam. Pegawai sementara klien ada ratusan orang.
Uraian di atas memgambarkan Sementara itu, kategori pekerjaan APK hanya
kebutuhan akan peningkatan materi bahan bisa dikerjakan oleh APK itu sendiri, meskipun
ajar pendidikan dan pelatihan bagi pejabat pada kenyataannya dapat dilakukan oleh
fungsional Pembimbing Kemasyarakatan PK Pertama atau PK Muda, sedangkan
diperlukan ada kurikulum yang sesuai dengan Pembimbing Kemasyarakatan (PK) akan
kebutuhan perkembangan tugas dan fungsi mendapatkan poin atau angka kredit hanya
yang begitu dinamis. Meskipun menurut jika mengerjakan pekerjaan yang sesuai
sumber informasi pembahasan kurikulum dan dengan kategori jabatannya.
pendidikan dan pelatihan sering dilakukan Dalam hal ini PK Madya, salah satu
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dengan kategori (Peraturan Menteri Pendayagunaan
Badan Pengembangan Sumber Daya Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Manusia (BPSDM). Nomor 22 Tahun 2016) adalah melakukan
Selain pengembangan kompetensi, penelitian kemasyarakatan dengan kategori
permasalahan pada Pembimbing 1 dan 2. Namun jika kategori tersebut tidak
Kemasyarakatan yaitu penilaian angka ada, maka tidak akan ada kegiatan terkait
kredit yang harus dilakukan Kantor Wilayah, penelitian kemasyarakatan. Seperti contoh
sedangkan pada Balai Pemasyarakatan kasus pada Bapas Klas I Surabaya, pernah
(Bapas) Kelas II ada Pembimbing ada permintaan dari luar Bapas Surabaya
Kemasyarakatan (PK) Madya, memang untuk melakukan penelitian kemasyarakatan.
ketentuan tersebut dinyatakan di dalam Surat Seperti Lapas Nusa Kambangan (NK) yang
Edaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan meniliki narapidana (napi) teroris. Maka PK
Tahun 2018 tentang Tim Penilai Pembimbing Madya akan melakukan kegiatan Litmas di
Pemasyarakatan. Akan tetapi mengingat Lapas NK untuk memenuhi angka kreditnya,
luasnya wilayah kerja Bapas, bahkan ada PK madya akan melaksanakan kegiatan
pembimbing pemasyarakatan di wilayah berupa pengawasan dan melakukan koreksi
kepulauan, sehingga terdapat hambatan terhadap hasil kerja jenjang PK di bawahnya.
waktu dalam penilaian kenaikan pangkat Dengan kata lain, PK akan mengerjakan
Pembimbing Kemasyarakatan tersebut, unsur-unsur yang bukan kelitmasan, dan tetap
diharapkan agar Bapas kelas II dapat mendapat angka kredit walau tidak sebanyak
memberikan penilaian kepada PK dengan saat mengerjakan litmas sesuai kategorinya.
catatan pada Bapas tersebut terdapat Selanjutnya terkait Penempatan PK pada
jenjang PK Madya. Permasalahan lain yang Bapas harusnya sesuai dengan basis tindak

439
JIKH Vol. 15, No. 3, November 2021: 431-446
p -I S S N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e -I S S N: 2 5 7 9 -7 4 2 5

pidana yang terdapat pada daerah tersebut. yang dibutukan adalah pengetahuan
Sehingga tidak terjadi ketimpangan tugas. keimigrasian dan penulisan karya tulis ilmiah
Diharapkan adanya proyeksi kebutuhan karena angka kredit dari Jabatan Analis
terkait jabatan fungsional PK berdasar Keimigrasian juga meliputi publikasi karya
jenjang yang ada di seluruh Bapas di tulis ilmiah. Sehingga dalam penyusunan
Indonesia, Badan Pengembangan Sumber laporan kegiatan jabatan fungsional akan
Daya Manusia Kementerian Hukum dan HAM ada keseragaman pada Analis Keimigrasian
dan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (standar) di seluruh Unit Pelaksana Teknis
mempunyai data base terkait nama- Imigrasi.
nama pegawai yang menduduki jabatan Pendidikan dan pelatihan
Pembimbing Kemasyarakatan maupun diselenggarakan pada Badan Pengembangan
Asisten Pembimbing Kemasyarakatan. Sumber Daya Manusia Kementerian Hukum
dan HAM (BPSDM) dan Balai Pendidikan dan
Jabatan Fungsional Analis Keimigrasian
Pelatihan (Badiklat) Hukum dan HAM Provinsi
Penempatan Analis Keimigrasian pada Jawa Tengah. Sebagai contoh, dalam hal
Unit Pelaksana Teknis masih merangkap Pelatihan Dasar (latsar) CPNS yang berasal
pada bidang. Bila melihat regulasi yang dari Politeknik Keimigrasian (Poltekim).
mengatur tentang Jabatan Fungsional
Keimigrasian, secara hierarkis berada di Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum
bawah kepala kantor sebagaimana dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Penyuluh
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi hukum lebih kepada teknis, Penyuluh
Manusia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Hukum pada Kanwil dituntut menggunakan
Jabatan Fungsional Analis Keimigrasian. media sosial. Dalam hal ini, penyuluh
Kondisi ini akhirnya akan berdampak hukum harus mampu untuk membuat film,
terhadap pengumpulan angka kreditnya, mengunggah video diberbagai dan gambar
tergantung bidang tugas Analis Keimigrasian yang menarik ke media sosial. Sementara
tersebut. Contoh Ketika penempatan ada penyuluh hukum itu sendiri latar belakang
inteldak namun diperbantukan pada bagian pendidikannya adalah sarjana hukum. Untuk
kepegawaian. Kendalanya pada saat ini itu diharapkan ada semacam pendidikan
adalah hasil penilaian angka kreditnya tidak dan pelatihan terkait penggunaan media,
sesuai dengan yang diharapkan. Untuk dan dilakukan secara offline karena tidak
tugas dan fungsi Analis Keimigrasian yang cukup dilakukan hanya dengan sekali tatap
penempataanya di inteldak lebih ke telaahan muka saja, sehingga peserta diklat dapat
terhadap berita acara pemeriksaan. mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki
Terkait pendidikan dan pelatihan sampai dan dapat dilakukan evaluasi pada akhir
saat ini yang baru dilakukan adalah diklat diklat oleh tenaga pengajar. Kalo materi bisa
untuk pengangkatan pertama Jabatan Analis kita dapat dari berbagai sumber, tetapi untuk
Keimigrasian tahun penerimaan 2017, praktik itu yang perlu diberikan pelatihan lebih
sedangkan bagi Jabatan Fungsional Analis lanjut.
Keimigrasian yang melalui jalur impasing Setelah dinyatakan lulus sebagai
belum ada pendidikan dan pelatihan terkait penyuluh hukum, beberapa bulan kemudian
jabatan Analis Keimigrasian. Sehingga ada pemanggilan dari Badan Pengembangan
diharapakan ke depannya ada kalender Sumber Daya Manusia Kementerian Hukum
pendidikan dan pelatihan perjenjang maupun Dan HAM (BPSDM) untuk mengikuti
lanjutan. Sementara pendidikan dan pelatihan pendidikan dan pelatihan (diklat) selama 2

440
Pengembangan Kompetensi Jabatan Fungsional
Ahmad Sanusi

minggu sebanyak 62 (enam puluh dua) jam kredit. Desa sadar hukum yang diinisiasi oleh
pelajaran. Menurut bapak Arisman selaku penyuluh hukum membutuhkankoordinasi dari
peserta diklat, 62 jam pelajaran itu sangat stakeholder terkait, sehingga membutuhkan
sedikit, diharapkan dapat dilaksanakan dana yang untuk melaksanakan kegiatan
selama 1(satu) sampai 2 (dua) bulan. Selain tersebut.
minimnya jam pelajaran, tenaga pengajar
Jabatan Fungsional Analis Hukum
atau widyaiswara dari BPSDM hendaknya
memiliki kemampuan yang lebih baik untuk Peraturan Menteri Pendayagunaan
menyampaikan materi supaya dapat dipahami Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
peserta dengan baik. Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2020
Tentang Jabatan Fungsional Analis Hukum,
Diklat yang telah dilaksanakan oleh
Tugas Jabatan Fungsional Analis Hukum,
BPSDM masih bersifat dasar, artinya diklat
dalam Pasal 6 menyatakan bahwa tugas
yang harus diikuti sebagai syarat untuk
Analis Hukum adalah melakukan kegiatan
diangkat menduduki Jabatan Fungsional
analisis dan evaluasi di bidang peraturan
Penyuluh Hukum. Selama pandemi, ada
perundang-undangan dan hukum tidak ter-
diklat yang dilaksanakan secara daring
tulis, pembentukan peraturan perundang-un-
(dalam jaringan) terkait peningkatan
dangan, permasalahan hukum, pengawasan
kompetensi tetapi tidak semua penyuluh
pelaksanaan peraturan perundang-undang-
hukum mengikutinya karena ada penunjukan
an, dokumen perjanjian dan pelaksanaan
langsung yang dilakukan oleh BPSDM.
perjanjian, pelayanan hukum, perizinan, in-
Sementara, untuk diklat tingkat lanjutan bagi
formasi hukum, dan advokasi hukum. Tentu-
Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum masih
nya jabatan fungsional tersebut sangat dibu-
belum ada.
tuhkan untuk melaksanakan sebagian tugas
Jabatan penyuluh hukum yang ada di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak
sekarang sedang mengarah kepada Asasi Manusia.
spesialisasi atau kepakaran. Walaupun
Penerimaan pegawai dengan formasi
dituntut untuk bisa melaksanakan tugas
Jabatan Fungsional Analis Hukum baru
penyuluh hukum lainnya. BPHN (Badan
pada tahun 2018, namun Pengisian Jabatan
Pembinaan Hukum Nasional) selaku instansi
fungsional untuk saat ini belum ada,
pembina diharapkan memiliki koordinasi
mengingat untuk pengangkatan pertama
yang baik dengan BPSDM sebagai pihak
jabatan fungsional sebagaimana dalam
penyelenggara. Instansi pembina hendaknya
Pasal 14 Ayat (2) Pengangkatan pertama
mengajukan kurikulum terkait penyuluh
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
hukum kepada BPSDM sehingga BPSDM
merupakan pengangkatan untuk mengisi
dapat mengalokasikan anggaran untuk
lowongan kebutuhan Jabatan Fungsional
melaksanakan Diklat yang dibutuhkan oleh
Analis Hukum dari calon PNS. Kemudian ayat
penyuluh hukum. BPHN diharapkan memiliki
(3) Calon PNS sebagaimana dimaksud pada
database yang mewadahi jabatan fungsional,
Ayat (2) setelah diangkat sebagai PNS paling
sehingga memudahkan untuk memonitoring
lama 1 (satu) tahun diangkat dalam Jabatan
kegiatan teknis yang telah dilakukan.
Fungsional Analis Hukum. Selanjutnya Ayat
Masukan untuk pembina, memperbesar (4) PNS sebagaimana dimaksud pada Ayat
jumlah anggaran yang melekat pada bidang (3), paling lama 3 (tiga) tahun setelah diangkat
hukum, sehingga semakin banyak kegiatan harus mengikuti dan lulus pendidikan dan
yang bisa dilakukan yang akan mendukung pelatihan fungsional Analis Hukum. Lebih
penyuluh hukum untuk menaikkan angka lanjut ayat (5) Analis Hukum yang belum

441
JIKH Vol. 15, No. 3, November 2021: 431-446
p -I S S N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e -I S S N: 2 5 7 9 -7 4 2 5

mengikuti dan/atau tidak lulus pendidikan bimbingan kemasyarakatan. Pengkatagorian


dan pelatihan fungsional di bidang Analisis tindak pidana di atas, dirasakan menjadi
dan Evaluasi Hukum sebagaimana dimaksud hambatan bagi PK Madya, karena jika
pada Ayat (4) tidak diberikan kenaikan jenjang penempatan PK Madya pada wilayah yang
satu tingkat di atasnya. tidak terdapat katagori tindak pidana 1
dan 2 (tindak khusus) tentu akan kesulitan
Kendala-kendala Pelaksanaan Kebijakan
Pembinaan Jabatan Fungsional mendapat angka kredit.

Terindentifikasi dari hasil penelitian Kemudian berdasarkan data kualitatif


terdapat 3 (tiga) kendala dalam pelaksanaan yang diperoleh dengan wawancara
pembinaan jabatan fungsional, yaitu : mendalam kepada Analis Keimigrasian
juga ada beberapa permasalahan yang
Regulasi Dan Kebijakan memang perlu disinkronkan terkait persepsi
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi regulasi yang ada bagi Pembina JF
Manusia Nomor 35 Tahun 2018 Tentang Analis Keimigrasian yaitu belum terdapat
Revitalisasi Pemasyarakatan, dimana Pasal standarisasi dalam pelaksanaan tugas
2 Huruf c. Revitalisasi pemasyarakatan dan fungsi Analis Keimigrasian dan masih
bertujuan meningkatkan peran Pembimbing kurangnya pengarahan dari pimpinan terkait
Kemasyarakatan. Selanjutnya ditindak jabatan fungsional. Penilaian yang belum ada
lanjuti dengan sebagaimana Surat Edaran standarisasinya, mengakibatkan terjadinya
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan ketimpangan angka kredit antara satu wilayah
nomor PAS.6-176-PK.01.04.03 Tahun dengan wilayah lain. Tentunya persoalan ini
2019 Tentang Penilaian Perubahan Prilaku akan menghambat pengembangan karier.
dan Pemenuhan Kebutuhan Bagi Klien. Nilai angka kredit yang sangat kecil
Dalam Surat Edaran di atas, tugas dan sehingga sangat menyulitkan untuk
fungsi Pembimbing Kemasyarakatan dalam pengumpulan angka kredit untuk pengajuan
Revitalisasi Pemasyarakatan di RUTAN dan kenaikan pangkat atau jabatan. Penerapan
LAPAS, terdapat ketentuan setiap pembuatan Penilaian (Jumlah) Nilai Angka Kredit
LITMAS harus dilengkapi hasil Assesmen. utamanya yang berhubungan dengan tugas
Sementara Pembimbing Kemasyarakatan dan fungsi perlu dievaluasi . Tim penilai angka
belum memiliki kualifikasi asesor. kredit belum terbentuk di Kantor Wilayah
Kemudian dalam Peraturan Meteri Kementerian Hukum dan HAM Jawa Barat
Pendayagunaan Aparatur Negara dan dilaksanakan oleh Bagian Kepegawaian
Reformasi Birokrasi Nomor 22 Tahun 2016 Direktorat Jenderal Imigrasi. Sistem penilaian
Tentang Jabatan Fungsional Pembimbing yang tidak konsisten belum ada standarisasi
Kemasyarakatan, dalam Pasal 1 Angka penilaian. Berkas Daftar Usulan Penilaian
13 katagori tindak Pidana 1,2,3,4,5, dan Angka Kredit (Dupak) yang diusulkan
6 adalah pengelompokkan jenis tindak seringkali dikembalikan, tanpa adanya alasan
pidana berdasarkan tingkat kompetensi pengembalian (reject). Proses kenaikan
yang dibutuhkan yang ditentukan oleh jenjang dan pangkat masih rumit. Belum
instansi pembina. Selanjutnya dalam angka terdapat standarisasi dalam pelaksanaan
18 karya tulis/karya tulis ilmiah adalah tugas dan fungsi Analis Keimigrasian dan
tulisan hasil pokok pikiran, pengembangan, masih kurangnya pengarahan dari pimpinan
dan hasil kajian/penelitian yang disusun terkait jabatan fungsional. Penilaian yg
oleh Pembimbing Kemasyarakatan baik tidak ada standarisasinya, mengakibatkan
perorangan atau kelompok di bidang terjadinya ketimpangan angka kredit antara

442
Pengembangan Kompetensi Jabatan Fungsional
Ahmad Sanusi

satu wilayah dengan wilayah lain.(ada yg PENUTUP


kanwil yg sudah menerapkan maksimal
Kesimpulan
angka kredit per tahun 18.75 ada yg tidak
Pembinaan Jabatan Fungsional oleh
menerapkannya). Adanya perbedaan
Direktorat Jenderal Pembina Jabatan
peraturan kebijakan tim penilai masing-
Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan;
masing (beda kanwil, beda kebijakan).
Analis Keimigrasian; Penyuluh Hukum;
Belum ada standarisasi dan pedoman jelas
dan Analis Hukum, berdasarkan tolok
terkait kualitas hasil pekerjaan dan pedoman
ukur 17 indikator setelah dihitung dengan
penilaian. Target angka kredit yang harus
menggunakan skala guttman (untuk
dicapai/dipenuhi tiap tahun sangat sulit
mendapatkan jawaban tegas responden)
dicapai karena kecilnya nilai poin dari masing-
menunjukkan persepsi sebagian besar
masing kegiatan. Belum meratanya informasi
responden menyatakan “sudah sangat
mengenai teknis sebagai fungsional tertentu
baik” dilaksanakan direktorat pembinanya,
pada tiap Unit Pelaksana Teknis keimigrasian.
baik melalui regulasi; kode etik; maupun
Sumber Daya Manusia pelatihan bagi jabatan fungsional. Meskipun
Petugas yang baru menduduki Jabatan demikian, masih diperlukan peningkatan
Fungsional (JF), tidak langsung mendapatkan pengembangan kompetensi bagi jabatan
penguatan dalam bentuk pelatihan dengan fungsional melalui pendidikan dan pelatihan
materi tugas, pokok, fungsi JF PK. Belum sangat diperlukan guna mendukung tugas
adanya persamaan persepsi dalam penilaian dan fungsi jabatan fungsional dalam
hasil kerja, karena belum ada panduan memberikan pelayanan publik pemerintahan,
khususnya dalam pelaksanaan penilaian sehingga dalam penyusunan modul atau
hasil kerja dan belum meratanya peningkatan kurikulum Diklat harus mengacu pada standar
kompetensi PK melalui Diklat. Masih kompetensi jabatan.
banyaknya penempatan JF yg tidak sesuai Ada beberapa kendala yang dihadapi
dengan fungsi jabatan profesinya sehingga oleh fungsional tertentu yaitu regulasi dan
jalur karier jabatan fungsional tidak berjalan kebijakan yang belum sinkron (tumpang
dengan sesuai. Pengembangan karier tindih) khususnya terkait Pembimbing
berbasis kompetensi. Kemudian banyak hasil Kemasyarakatan, sehingga akan
telaah ilmiah yg mampu diproduksi dengan mempengaruhi pelaksanaan tugas dan
tidak hanya berfokus pada Ilmu Hukum, fungsi yang tidak optimal, belum ada
mengingat imigrasi adalah ilmu terapan yg persamaan persepsi dalam penilaian
membutuhkan beragam sudut pandang hasil kerja. Pembimbing Kemasyarakatan,
keilmuan untuk dapat memproduksi kajian masih minimnya peningkatan kompetensi
yang komperhensif. Pembimbing Kemasyarakatan melalui
Sarana dan Prasarana pendidikan dan pelatihan. Belum ada
regulasi yang baku dalam pelaksanaan
Karena program kerja jabatan fungsional
kebijakan pembinaan dan penunjukan
adalah mandiri maka sebaiknya ada yang
peserta pembinaan. Kendala terhadap Analis
didukung dengan anggaran apabila dalam
Keimigrasian, perlu disinkronkan terkait
pelaksanaannya tersebut untuk kepentingan
persepsi regulasi yang ada bagi Pembina
organisasi, sarana dan prasarana untuk
JF Analis Keimigrasian yaitu belum terdapat
difasilitasi.
standarisasi dalam pelaksanaan tugas
dan fungsi Analis Keimigrasian dan masih
kurangnya pengarahan dari pimpinan terkait

443
JIKH Vol. 15, No. 3, November 2021: 431-446
p -I S S N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e -I S S N: 2 5 7 9 -7 4 2 5

jabatan fungsional. Penilaian yg tidak ada dengan jenjang jabatannya dengan


standarisasinya, mengakibatkan terjadinya memperhatikan kebutuhan diklat dari
ketimpangan angka kredit antara satu setiap jenjang jabatan dimaksud.
wilayah dengan wilayah lain sehingga akan 3. Pejabat Pembina Kepegawaian
menghambat pengembangan karier. Belum Sekretariat Jenderal Kementerian
ada aturan yang jelas bagi penyuluh hukum Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam
yang sudah dua kali mengikuti uji kompetensi pemanggilan peserta Diklat Jabatan
tetapi tidak lulus, apakah harus ikut uji Fungsional perlu memperhatikan
kompetensi lagi ataukah ada kebijakan lain. kebutuhan pegawai dan organisasi.

Harapan-harapan pegawai memilih Ucapan Terima Kasih


jalur karier Jabatan fungsional, adanya Assalamualaikum Wr. Wb. Kami
standar yang jelas, pedoman yang utuh, ucapkan terima kasih kepada Kepala Pusat
serta rasionalisasi yg tepat dalam penilaian Penelitian dan Pengembangan Kebijakan
kredit. Seperti dalam publikasi artikel ilmiah yang telah memberikan fasilitas, bagian
yg nilainya relatif kecil padahal dianggap perpustakaan, teman-teman peneliti yang
sangat memenuhi kaidah analisis ilmiah telah banyak membantu penyelesaian
dibandingkan bentuk kegiatan lainnya. karya tulis ini. Semoga dapat menambah
Adanya pengembangan karier yg jelas. pengetahuan terkait pembinaan Jabatan
Penilaian angka kredit dengan pekerjaan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan;
penunjang dapat diberikan kuota lebih besar Analis Keimigrasian; Penyuluh Hukum; dan
atau setidaknya setara dengan pekerjaan Analis Hukum pada Kementerian Hukum dan
utama (50-50) sehingga memberikan opsi Hak Asasi Manusia R.I.
lebih terhadap upaya perolehan angka kredit
sekaligus mampu meningkatkan kompetensi DAFTAR PUSTAKA
Analis terutama dengan poin penunjang Ahmad Sanusi, Evaluasi Pelaksanaan Cetak
berupa pembuatan karya tulis ilmiah dan Biru Pemasyarakatan Pada Direktorat
sejenisnya. Jenderal Pemasyarakatan, Jurnal ilmiah
Kebijakan Hukum Vol.11 No.2 Juli 2017
Saran-Saran
Baru, Sinar Pagi.id, Jakarta, diakses 8 Januari
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka 2021.
saran-saran yang dapat disampaikan sebagai Dahlan, Djamil Husin, Hamdan. “Pengaruh
berikut: Manajemen Sumber Daya Manusia
1. Kepala Badan Pengembangan Budaya Organisasi Terhadap Kualitas
Sumber Daya Manusia, untuk segera Pelayanan Pada Kantor Kecamatan
mengevaluasi Peraturan Menteri Tamalate Kota Makasar.” Jurnal
Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang Administrare: Jurnal Pemikiran Ilmiah
pedoman penyusunan modul dan dan Pendidikan Administrasi Perkantoran
kurikulum pendidikan dan pelatihan, 4 (2017): 69–75.
dengan memperhatikan perkembangan Dwi Elyana Susanti. “Pemasyarakatan,
tugas dan fungsi Jabatan Fungsional, Optimalisasi Pelaksanaan Tugas
2. Instansi pembina jabatan fungsional Pembimbing Kemasyarakatan Dalam
di lingkungan Kementerian Hukum Revitalisasi (Optimization of the
dan Hak Asasi Manusia berkoordinasi Implementation Task of Correctional
dengan Badan Pengembangan Sumber Adviser in A Correctional Revitalization).”
Daya Manusia, untuk segera menyusun Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum 14
kurikulum jabatan fungsional sesuai (2020): 141–162.

444
Pengembangan Kompetensi Jabatan Fungsional
Ahmad Sanusi

Firdaus, Insan. “Peranan Pembimbing Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Kemasyarakatan Dalam Upaya Nomor 101 Tahun 2000 Tentang
Penanganan Overcrowded Pada Pendidikan Dan Pelatihan Jabatan
Lembaga Pemasyarakatan.” Jurnal Pegawai Negeri Sipil Kurikulum
Ilmiah Kebijakan Hukum 13, no. 3 (2019): Dan Metode Diklat. Encyclopedia of
339. Volcanoes. Vol. 1999, 2000.
Haryono. “Optimalisasi Pelaksanaan Tugas
Dan Fungsi Lapas Terbuka Dalam
Proses Asimilasi Narapidana.” Jurnal
JIKH 12, no. 3 (2018): 295–312.
Kompas. “Pidato Presiden Jokowi Dalam
Pelantikan Presiden Dan Wakil Presiden
, Tekankan Penyederhanaan.” Jakarta,
2019.
M.Iqbal Hasal. Pokok-Pokok Materi Statistik
I (Statistik Deskriptif). Jakarta: Bumi
Aksara, 1999.
Nugroho, Trisapto Agung. “Peran
Pembimbing Kemasyarakatan Dalam
Rangka Mendukung Revitalisasi
Penyelenggaraan Pemasyarakatan.”
Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum 14, no.
3 (2020): 445.
R.I, Kementerian Hukum dan HAM. Seleksi
CPNS Kementerian Hukum Dan HAM
Tahun 2017, n.d.
Sanusi, Ahmad. “PADA DIREKTORAT
JENDERAL PEMASYARAKATAN (
The Evaluation of Implementation of
Correctional Blueprint System At The
Directorate General of Correctional )
Abstrak” (2017): 121–137.
Simatupang, Taufik H. “Studi Pendahuluan
Pembentukan Jabatan Fungsional
Analis Hukum Di Kementerian Hukum
Dan HAM R.I.” Jurnal Ilmiah Kebijakan
Hukum 13, no. 1 (2019): 1–14.
Yogi, H. Adang Widjana, Sudrajat
Ratnaningtyas. Manajemen Stategjik
Terapan, Panduan Cara Menganalisa
Industri Dan Pesaing. Jakarta: Poliyana
Widya Pustaka, 2007,hlm.6.
Yuliyanto, Yuliyanto, Donny Michael, and
Penny Naluria Utami. “Deradikalisasi
Narapidana Teroris Melalui Individual
Treatment.” Jurnal HAM 12, no. 2 (2021):
193.

445
JIKH Vol. 15, No. 3, November 2021: 431-446
p -I S S N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e -I S S N: 2 5 7 9 -7 4 2 5

HALAMAN KOSONG

446

Anda mungkin juga menyukai