Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3


BAB II RANGKAIAN ACARA ......................................................................................................... 5
BAB III MATERI PELATIHAN ....................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan


Dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan berbicara memegang perananpenting dalam
komunikasi sosial. Hal ini dikuatkan Tarigan (1998) yang menyatakan bahwaberbicara
merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun
sertadikembangkan sesuai dengan kebutuhan kebutuhan pendengar atau penyimak.
Sholihah (2015) juga mendefinisikan berbicara sebagai keterampilan menyampaikan pesan
melalui bahasa lisan. Pesan tersebut akan diterima oleh pendengar apabila disampaikan
dengan nada yang runtut dan jelas. Seseorang berkomunikasi setiap hari melalui bahasa,
baik itu berbicara, menulis, ataupun mendengar, namun komunikasi yang sering dilakukan
adalah berbicara. Berbicara di depan umum bukanlah hal yang mudah, diperlukan pelatihan
untuk dapat berbicara dengan baik.
Public speaking berperan dalam penyampaian informasi dan teknik komunikasi yang
sangat dibutuhkan oleh semua orang dalam berbagai bidang kegiatan (Puspita, 2017).
Public speaking tidak hanya fokus pada kata-kata yang diucapkan tetapi juga bahasa tubuh
atau sering disebut bahasa nonverbal. Tidak semua hal bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Ada beberapa hal yang hanya bisa disampaikan dengan bahasa tubuh. Untuk itulah
penggunaan bahasa tubuh dalam public speaking sangat diperlukan (Adha, 2016). Seni
berkomunikasi yang efektif dan berhasil dapat dipelajari dan dilatih oleh semua orang.
Modal yang diperlukan adalah kerja keras serta teknik yang tepat. Terdapat empat
indikator untuk mengetahui efektifitas komunikasi yakni menghasilkan pengertian atau
pemahaman, menghasilkan kepuasan atau hiburan, menghasilkan pengaruh pada sikap, dan
menghasilkan hubungan yang lebih baik lagi (Adha, 2016).
B. Tujuan Pelatihan
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, tujuan pelatihan organisasi dengan
fokus mengasah kemampuan berpikir kritis dan mengoptimalisasikan potensi dan bakat
adalah sebagai berikut:
1. Peserta dapat menjelaskan bagaimana berbicara pada public dengan percaya diri
2. Peserta dapat membedakan komunikasi verbal & nonverbal ketika berbicara kepada
publik
3. Peserta mampu mengeksplorasi diri dan mampu berbicara di depan khalayak
C. Manfaat Pelatihan
Berdasaarkan tujuan pelatihan di atas, manfaat yang bisa dihasilkan dari
diadakannya pelatihan organisasi adalah sebagai berikut:
1. Peserta mampu menjelaskan bagaimana berbicara pada public dengan percaya diri
2. Peserta mampu membedakan komunikasi verbal & nonverbal Ketika berbicara
kepada publik
3. Peserta mampu mengeksplorasi diri dan mampu berbicara didepan khalayak
D. Sasaran Pelatihan
Sasaran dalam pelatihan ini adalah siswa/i Madrasah Aliyah PINK 03 Tambun
Selatan, Kabupaten Bekasi yang berjumlah 25 orang.
E. Tempat
Tempat pelatihan ini adalah di salah satu ruang kelas Madrasah Aliyah PINK 03
Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
F. Waktu
➢ Hari & Tanggal : Selasa, 18 Juli 2023
➢ Waktu : 08.00 – 10.00 WIB
BAB II
RANGKAIAN ACARA

A. Susunan Acara Pelatihan Organisasi


Agar pelaksanaan pelatihan organisasi berjalan teratur, maka dibuat sebuah susunan
acara sebagai berikut:
B. Pedoman Pengisi Acara Pelatihan Organisasi
Pedoman pengisi acara dibuat agar pelatihan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan
lancar dan sesuai dengan susunan acara yang ada. Pedoman untuk para pengisi acara pelatihan
ini adalah sebagai berikut:
1. Perkenalan dan Pembacaan Tata Tertib
A. Pemandu : Debby Aureli Rahmadani
B. Waktu : 10 Menit
C. Alat bantu : -
D. Instruksi :
a. Pemandu membuka acara pelatihan organisasi
b. Pemandu membacakan tata tertib yang berlaku selama acara pelatihan
2. Pemberian Pre-Test beserta Pengarahan dalam Mengisi Pre-Test
A. Pemandu : Danu Septian
B. Waktu : 15 Menit
C. Alat Bantu : Google Form
D. Instruksi :
a. Pemandu memberikan arahan tentang bagaimana cara pengisian Pre-test
b. Pemandu membagikan link Google Form yang berisi soal Pre-test
E. Tujuan :
a. Untuk mengetahui pemahaman peserta mengenai Public Speaking
3. Pembicara Materi 1: Berbicara Kepada Publik
A. Pemandu : Debby Aureli Rahmadani dan Danu Septian
B. Waktu : 20 Menit
C. Alat bantu : proyektor
D. Metode :
a. Pemaparan materi
b. Diskusi
E. Tujuan : Peserta dapat menjelaskan bagaimana berbicara pada public dengan
percaya diri
4. Ice Breaking
A. Pemandu : Danu Septian
B. Waktu : 10 Menit
C. Alat bantu : -
D. Metode :
a. Peserta diminta berdiri
b. Pemandu akan menjelaskan aturan dari ice breaking, yaitu melatih focus
melalui permainan tepuk tangan
E. Tujuan : Melatih fokus dan mencairkan suasana
5. Pembicara Materi 2: Komunikasi Verbal dan Non Verbal Ketika Berbicara
Kepada Publik
A. Pemandu : Annisa Amalia Gani dan Prasasti Cinta Mazid
B. Waktu : 20 Menit
C. Alat bantu : proyektor
D. Metode :
a. Pemaparan materi
b. Pemaparan diskusi
E. Tujuan : Peserta dapat membedakan komunikasi verbal & nonverbal Ketika
berbicara dalam publik
6. Pelaksanaan Roleplay Story Telling
A. Pemandu : Danu Septian, Debby Aureli, Prasasti Cinta, Annisa Amalia
B. Waktu : 20 Menit
C. Alat Bantu : -
D. Instruksi :
a. Pemandu memberikan arahan tentang bagaimana cara melakukan roleplay
b. Pemandu meminta peserta untuk maju ke depan kelas dan menceritakan
tentang suatu hal
E. Tujuan : Peserta mampu mengeksplorisasi diri dan mampu berbicara di depan
khalayak
7. Pemberian Post-Test beserta Pengarahan dalam Mengisi Post-Test
A. Pemandu : Prasasti Cinta Mazid
B. Waktu : 10 Menit
C. Alat Bantu : Google Form
D. Instruksi :
a. Pemandu memberikan arahan tentang bagaimana cara pengisian Post-test
b. Pemandu membagikan link Google Form yang berisi soal Post-test
E. Tujuan :
a. Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman dan perkembangan peserta
mengenai Public Speaking dan cara berbicara didepan publik
8. Penutup
A. Pemandu : Annisa Amalia Gani
B. Waktu : 10 Menit
C. Alat bantu : -
D. Instruksi :
a. Pemandu menyampaikan ucapan terima kasih kepada peserta
b. Pemandu menutup acara pelatihan Public Speaking
BAB III
MATERI PELATIHAN

A. Berbicara dengan Percaya Diri


Banyak orang mengakui bahwa berbicara di muka umum merupakan sebuah
keterampilan yang penting dalam hidup sehari-hari maupun dalam kerja. Wawancara
terhadap beberapa praktisi Public Relations menunjukkan bahwa mereka menganggap
berbicara di muka umum merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang
Public Relations. Namun banyak orang yang merasa kurang percaya diri untuk
berbicara di muka umum. Padahal sebenarnya Public Speaking sama seperti pelajaran
lainnya, bisa dipelajari dan dilatih, karena Public Speaking adalah keterampilan.
Semakin sering kita melakukannya maka kita semakin terampil dan percaya diri.
Kesadaran akan pentingnya Public Speaking sendiri telah dikenali dalam peradaban
manusia sejak berabad-abad lampau.
Public Speaking dapat memiliki peran luar biasa dalam kehidupan kita, antara
lain (Hamilton, 2003: 3):
1. Mengembangkan diri pribadi
Bila kita dapat melakukan Public Speaking kita tidak perlu ketakutan setiap kali
menghadapi kemungkinan diminta berbicara di depan orang banyak, baik di dunia
kerja ataupun di lingkungan keluarga. Kita juga dapat menyampaikan ide kita
kepada orang lain secara lebih efektif hingga memberi kepuasan bahwa ide kita
diterima atau diterapkan. Saat ini banyak perusahaan yang meminta pelamar kerja
untuk membuat proposal program kerja yang akan dilakukan lalu
mempresentasikannya. Ide yang telah dituangkan dalam sebuah proposal akan
terdengar menarik atau tidak tergantung dari bagaimana pembicara
mempresentasikannya. Dapat dipastikan pelamar yang dapat mempresentasikan
idenya dengan baik yang akan diterima bekerja. Semakin banyak kita berlatih maka
semakin baik kita mempresentasikan ide di depan orang lain. Kita pun akan semakin
percaya diri karena ide kita lebih sering didengar dan diterima orang.
2. Mempengaruhi dunia sekitar kita
Perubahan yang terjadi di masyarakat sering kali berawal dari ide satu orang
yang ditularkan kepada orang-orang lain. Bila kita memiliki keterampilan Public
Speaking maka kita akan lebih mudah dapat mempengaruhi orang-orang lain
supaya menerima dan melaksanakan ide kita, yang menghasilkan perubahan
kelompok tersebut. Dalam skala kecil perubahan tersebut dapat berupa ide
menggalang warga lingkungan untuk melakukan kegiatan kebersihan bersama.
Dalam skala lebih besar, perubahan dapat terjadi pada komunitas yang lebih besar.
3. Meningkatkan karier
Kemampuan mempengaruhi orang lain, termasuk atasan, dapat membuat kerja kita
berlangsung lebih baik. Bahkan bila rekan kerja dan atasan melihat kita terampil
berbicara di orang-orang lain, mereka akan melihat kita sebagai orang yang
memiliki kredibilitas tinggi hingga kesempatan promosi lebih terbuka lebar.
Keterampilan Public Speaking adalah keterampilan yang memiliki kekuatan untuk
mengubah dunia kita dengan cara yang sederhana, tanpa kekerasan. Memiliki
keterampilan Public Speaking juga akan membuat kita lebih unggul dibanding
orang-orang lain. Contoh yang sering kita lihat di media, terutama di televisi,
memperlihatkan Public Speaking dalam situasi politik. Misalnya saat kampanye
pemilihan presiden dan wakil presiden atau rapat parlemen. Namun sebenarnya
Public Speaking dipakai di semua bidang kehidupan, tidak hanya di bidang politik.
Misalnya di bidang kesehatan saat kita berperan sebagai seorang kader Posyandu
yang menjelaskan cara memantau jentik nyamuk demam berdarah, atau di bidang
lingkungan hidup saat kita berperan sebagai aktivis yang mengajak para mahasiswa
menggunakan kertas bolak-balik untuk menghemat penggunaan kertas. Bayangkan
bila kita dapat menyampaikan pesan dengan sangat baik hingga saran kita
dilaksanakan, warga akan terhindar dari demam berdarah dan jumlah pohon yang
harus ditebang untuk membuat kertas dapat berkurang, maka kita telah mengubah
dunia menjadi lebih baik
Percaya diri sangat diperlukan dalam Public Speaking, karena hal ini akan
memengaruhi kelancaran berbicara di depan umum. Beberapa pengalaman public
speaker menyebutkan, bahwa untuk membuat kita percaya diri berbicara didepan
publik, maka public speaker berusaha untuk menghafal terlebih dahulu isi materi
maupun hal-hal terikait susunan acara yang akan dibawakan. Namun ternyata,
menghafalkan saja tidak cukup membuat seseorang dapat menghilangkan rasa cemas
saat didepan public/audiens. Tanda-tanda kecemasan bisa bervariasi contolmya demam
panggung, kecemasan berbicara, merasa tertekan, takut dinilai dan diawasi orang lain
(Olii, 2007).
Ada beberapa cara yang harus diperhatikan dalam meningkatkan kepercayaan
diri saat berbicara di di public, di antaranya:
1. Kesiapan performance penampilan (make up, dress up, aksesoris)
2. Kesiapan first impression (cara jalan, perkenalan, facial expression )
3. Kesiapan dan penguasaaan alat-alat & media pendukung Public Speaking
(mikrofon, sound, LCD, layar)
4. Penguasaan audiens (identifikasi lingkungan, identifikasi audiens,
identifikasi pihak-pihak terkait).

Teori dasar untuk memulai dan mengakhiri public speaking adalah melalui
tahapan sebagai berikut :

1. Start
Ini merupakan kemampuan membuka, mengebrak, memecah suasana untuk
memulai berbicara. Arti harafiahnya adalah bagaimana kita menyulut api agar para
pendengar terfokus perhatiannya dengan pembicaraan kita. Bisa melalui gebrakan
salam Merdeka ! sambil mengacungkan dan mengepal tangan. Bisa melalui
pembukaan dengan cerita lucu, dll. Hal pokok yang ditekankan disini adalah
mengambil perhatian pendengar.
2. Build a bridge
Sebelum masuk pada materi pokok kita perlu mengantarkan dengan
perumpamaan, cerita aktual dimasyarakat yang sedang hangat, menarik perhatian
lebih jauh untuk sebagai bahan perantara masuk pada materi pokok yang akan kita
bicarakan. Arti harafiahnya adalah bagaimana kita membuat jembatan
pembicaraan dari pembukaan dengan gebrakan menuju kepada materi pokok yang
akan disampaikan.
3. For instance
Materi pokok diuraikan dan dibahas pada bagian ini. Penyampaian materi juga
akan lebih bagus apabila disampaikan dengan contoh-contoh nyata, makanya
bagian ini disebut dengan for instance artinya contoh – contoh konkrit.
Kemampuan menguasai materi, luasnya pengetahuan, kemampuan empati akan
menentukan pada bagian ini.
4. So What
Untuk mengakhiri pembicaraan biasanya ditutup- dengan langkah langkah
tindak lanjut, bisa berupa pesan, harapan, point-point yang penting dan kesimpulan.
Jadi pembicaraan diakhiri dengan sempurna. Ada pembukaan dan ada penutupan.
B. Komunikasi Verbal & Nonverbal Saat Public Speaking
Salah satu komponen penting di dalam kegiatan public speaking adalah melakukan
aktivitas komunikasi, baik komunikasi secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi
verbal merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan secara lisan dan tulisan. Sedangkan
komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang dilakukan selain menggunakan lisan, atau
dapat dilakukan dengan menggunakan isyarat, dengan memanfaatkan gerak tubuh, mimik,
intonasi, serta gaya bahasa. Dalam konteks public speaking, komunikasi verbal dan
nonverbal menjadi sesuatu yang penting, namun pada kenyataannya, masih banyak
ditemukan siswa dan siswi yang belum maksimal dalam menggunakan komunikasi verbal
dan nonverbal saat berbicara di depan publik. Padahal, siswa/siswi diharapkan mampu
menguasai komunikasi verbal dan nonverbal guna penampilan yang maksimal.
Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang dilakukan baik secara lisan maupun
tulisan. Sedangkan komunikasi lisan dapat diidentifikasikan sebagai suatu proses dimana
seseorang berinteraksi secara lisan dengan pendengar baik menyampaikan sebuah
informasi, mempengaruhi atau menghibur. Komunikasi verbal berkaitan erat dengan
penggunaan bahasa saat berbicara, apakah bahasa yang digunakan merupakan bahasa baku
jika pembicaraan dilakukan secara formal ataupun campuran di acara nonformal. Pemilihan
bahasa yang tepat dapat memaksimalkan penampilan public speaking, yang dapat
dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1. Kata
Kata merupakan unsur bahasa yang terdiri dari simbol verbal. Dalam kegiatan
public speaking, kata merupakan bagian penting yang harus disampaikan oleh
seorang pembicara. Adapun kata-kata yang disampaikan berupa pilihan kosa kata
yang tepat, penggunaan kata-kata yang baik sesuai EYD (ejaan yang
disempurnakan, dan sesuai dengan norma sosial.
2. Bahasa
Bahasa merupakan suatu alat bagi manusia untuk menyampaikan suatu ide,
gagasan, perasaan, pikiran, keinginan dengan memberikan tanda-tanda yang terang
dan dapat diartikan. Penerapan bahasa dalam kegiatan public speaking, yaitu
pembicara menggunakan bahasa yang baku dan tepat sesuai dengan tipe audiens
sehingga mampu diterima oleh semua audiens.
3. Makna
Makna merupakan arti dari sebuah kata-kata. Dalam kegiatan public speaking,
seorang pembicara harus mengetahui makna dari semua kata yang telah
disampaikan ke audiens sehingga para audiens juga mampu memahami dan
menerima pesan yang disampaikan.
Komunikasi nonverbal merupakan komunikasi yang dilakukan selain menggunakan
kata-kata (lisan) dan tulisan. Dalam kegiatan public speaking para santri mampu
menerapkan berbagai bentuk verbal diantaranya meliputi sikap dan penampilan,
pandangan atau kontak mata, gerak-gerik dan mimik (ekspresi wajah), kenyaringan suara,
kelancaran serta penguasaan topik. Komunikasi nonverbal dapat dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Isyarat spasial dan temporal
Dalam kegiatan public speaking isyarat spasial dan temporal dapat diterapkan
oleh seorang pembicara dengan cara memberikan jarak spasi atau tempo pada
suara yang dikeluarkan seorang pembicara. Contoh: pembicara harus mampu
menempatkan isi materi yang harus diucapkan dengan halus, berbisik, pelan,
keras bahkan sangat keras.
2. Isyarat visual
a. Kinesik (gerakan tubuh meliputi gerakan kepala dan wajah)
Dalam kegiatan public speaking, seorang pembicara mampu
memberikan pemahaman kepada audiens melalui pesan nonverbal
berupa kinesik. Contoh gerakan kinesik, yakni anggukan kepala sebagai
arti setuju, wajah tersenyum dan ceria sebagai arti semangat.
b. Ekspresi wajah dan kontak mata
Ekspresi wajah dan kontak mata biasanya menjadi salah satu ciri khas
budaya. Dalam kegiatan public speaking, seorang pembicara juga
memanfaatkan ekspresi wajah dan kontak mata sebagai bentuk dari
pesan nonverbal. Contoh: ekspresi wajah ceria, tersenyum, membuka
mata, mengangkat alis dan sebagainya. Seorang pembicara ketika
menghadap audiens harus menghindari gesture-gesture yang kurang
baik, seperti menutup mata, menghadap langit-langit ruangan, atau
bahkan berekspresi ketakutan.
c. Isyarat tangan
Melalui isyarat gerakan tangan memberikan fungsi dalam hubungan
profesional, hubungan social, dan keakraban. Contoh : Seorang
pembicara dalam kegiatan public speaking mampu menggerakkan
tangan sambil berbicara, memperagakan sesuatu hal agar pada audiens
lebih yakin dan faham dengan apa yang disampaikan pembicara.
d. Penampilan fisik dan penggunaan objek
Penampilan fisik dan penggunaan obyek merupakan hal penting dalam
penyampaian pesan nonverbal karena dengan kerapihan penampilan dan
berpakaian menjadi pandangan dari para audiens sehingga mereka
memberikan penilaian.
3. Isyarat vokal
a. Kualitas suara
Dalam kegiatan public speaking, seorang pembicara menunjukkan
kualitas suara dengan baik dengan cara penyesuaian suara sesuai tema,
nada suara, rentang suara, serta pengendalian artikulasi. Hal ini
dilakukan agar audiens mampu menerima dan memahami pesan yang
disampaikan oleh pembicara.
b. Vokalisasi
Vokalisasi juga merupakan hal penting yang harus dipahami dan
dilakukan oleh seorang pembicara. Dalam kegiatan public speaking,
seorang pembicara mampu mengolah vokal dengan baik sehingga
memberikan kesan baik kepada para audiens.
DAFTAR PUSTAKA

Adha, K. (2016). Panduan Mudah Public Speaking. Yogyakarta: Komunika.

Asiyah, S. (2018). Implementasi Komunikasi Verbal Dan Non Verbal Dalam Kegiatan Public
Speaking Santri Di Pondok Pesantren Darul Falah Amtsilati Putri Bangsri Jepara. An-
Nida: Jurnal Komunikasi Islam, 10(2).

Kulsum, N. M. (2017). Modul Public Speaking. 1–65.

Puspita, R. Y. (2017). Cara Praktis Belajar Pidato MC & Penyiar Radio.


Yogyakarta: Komunika.

Sholihah, R. A. (2015). Metode Suggestopedia dengan Teknik Bermain Peran atau Role
Playingdalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia siswa Sekolah
Dasar.Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan Dan Keagamaan,10(1), 1–24.

Siregar, N. S. S. (2017). Modul Praktikum Publik Speaking.

Tarigan, H. G. (1998).Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai