Anda di halaman 1dari 5

Review jurnal

“SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER


EKSTRAK RUMPUT MUTIARA (Hedyotis Corymbosa
(L.) Lamk.) DENGAN METODE GC-MS”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Farmasi II

OLEH :

NAMA : ANDIANY CAHYANTY TAHIR


NIM : 821419003
KELAS : D-S1 FARMASI 2019
DOSEN : ARIANI H. HUTUBA, M.Farm

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
Judul
SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER
EKSTRAK RUMPUT MUTIARA (Hedyotis Corymbosa
(L.) Lamk.) DENGAN METODE GC-MS
Tahun 2017
Penulis
Titik Wijayanti
Halaman 1-12
Tujuan Penelitian Penelitian dilakukan bertujuan untuk menggali potensi
metabolit sekunder tumbuhan ekstrak rumput “Mutiara”
(Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.). Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi lebih lengkap
mengenai potensi pemanfaatan tanaman sebagai obat
tradisional. Mengenali komponen metabolit sekunder
dilakukan dengan Gas Chromatograph Mass Spektrometri
(GCMS).
Pendahuluan Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.)
merupakan salah satu tanaman berkhasiat obat. Tanaman
ini digunakan untuk mengobati penyakit kanker di daerah
Cina, India, dan wilayah Asia Tenggara. Rumput mutiara
di Cina dikenal dengan sebutan shui xian cao,
penggunaannya sebagai obat penyakit kanker
limfosarcoma, lambung, nasophar, cervix, kanker
payudara, rektum dan fibrosarcoma. Rumput mutiara
disamping juga sebagai antiradang diuretik,
menghilangkan demam, antitoksin, mengaktifkan sirkulasi
darah dan memperlancar sumbatan sperma serta
meningkatkan daya fagositosis sel darah putih, imunitas
hormonal, hepatitis, cholecytitis, radang panggul dan
infeksi saluran kemih, tekanan darah tinggi, tonsilis,
bronchitis dan radang usus buntu (Sirait, 2014). Bagian
tanaman yang digunakan adalah seluruh tanaman, yaitu
bagian daun, batang dan juga akar. Penelitian yang
berkaitan dengan pemanfaatan rumput mutiara (Hedyotus
corymbosa) dalam bidang farmasi dan kesehatan telah
banyak dilakukan diantaranya, uji total flavonoid
(Lumbessy, 2013), uji toksisitas (Tholib, 2006; Ruwaida,
2010), aktivitas sitotoksik (Churiyah et al, 2011), aktivitas
antioksidan (Endrini, 2011; Churiyah et al, 2011),
aktivitas antibakteri (Mukmilah dkk, 2012), efek
antiartritis (Andriani, 2012), efek antikarsinogenik (Febia,
dkk., 2005; Sukamdi dkk., 2010; Endrini, 2011; Sirait,
2014), serta aktivitas fagositosis makrofag mencit
(Azenda , 2006). Setelah dilakukan proses penguapan
heksana, maka dilanjutkan dengan injeksi pada GCMS.
Sebanyak 1 µl sampel diinjeksikan pada alat GCMS
Shimadzu GCMS QP 2010 SE dengan kolom ZB-AAA
Phenomenex Inc, dengan gas helium, suhu 110 sampai
dengan 320°C, tekanan konstan pada 15 kPa, mode scan,
waktu 60 menit, laju aliran 0,6 ml/menit. Pemindai bobot
molekul kisaran 45-600 (m/z). Hasil analisis berupa grafik
yang berisi titik puncak tiap senyawa yang ditentukan
dengan bobot jenis dan perpustakaan dari GCMS.
Metode Penelitian a. Ekstraksi Etanol Rumput Mutiara
Sampel segar dihaluskan dengan blender hingga
berbentuk simplisia. Simplisia ditambahkan pelarut etanol
96% dengan perbandingan jumlah simplisia dan etanol
yakni untuk 100 gr simplisia ditambahkan etanol
sebanyak 1 L. Perendaman dilakukan selam 5 hari
kemudian ekstrak disaring dan dipekatkan menggunakan
dryer.
b. GCMS Ekstrak Etanol Rumput Mutiara
Setelah dilakukan proses penguapan heksana, maka
dilanjutkan dengan injeksi pada GCMS. Sebanyak 1 µl
sampel diinjeksikan pada alat GCMS Shimadzu GCMS
QP 2010 SE dengan kolom ZB-AAA Phenomenex Inc,
dengan gas helium, suhu 110 sampai dengan 320°C,
tekanan konstan pada 15 kPa, mode scan, waktu 60 menit,
laju aliran 0,6 ml/menit. Pemindai bobot molekul kisaran
45-600 (m/z). Hasil analisis berupa grafik yang berisi titik
puncak tiap senyawa yang ditentukan dengan bobot jenis
dan perpustakaan dari GCMS.
Hasil dan Ekstrak yang dihasilkan kemudian dilanjutkan dengan
Pembahasan analisis GCMS. Data hasil GCMS menunjukkan bahwa
Hasil GCMS menunjukkan bahwa 20 senyawa berasal
dari golongan flavanol, monoterpen, triterpen, sikloterpen,
seskuiterpen, fenolik, asam organik, flavon. Senyawa
yang teridentifikasi adalah: katekol, camphene, limonene,
myrcene, pinene, kapur barus, cineole, geraniol,
citronellol, asam galat, asam askorbat, β caryophyllene, β
elemene, β farnesene, β selinene, apigenin, kaempferol,
luteolin, catechin, asam betulinic. Beberapa yang penting
fungsi senyawa tersebut adalah antioksidan, antibakteri,
antiinflamasi, antikanker, antitumor, antileukemia,
hepatoprotektor, anti alergi, ekspektoran, hipoglikemia,
hipokolesterolemia, antitusif, analgesik, agen
kemoprotektif.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa tanaman rumput mutiara (Hedyotis
Corymbosa) dalam bentuk sediaan ekstrak pekat, secara
GCMS (Gas Chromatograph Mass Spectrometry)
terdeteksi mengandung 20 senyawa metabolit sekunder,
yaitu catechol, camphene, limonene, myrcene, pinene,
camphor, cineole, geraniol, citronellol, gallic acid,
ascorbic acid, β caryophyllene, β elemene, β farnesene, β
selinene, apigenin, kaempferol, luteolin, catechin, dan
betulinic acid. Senyawa metabolit sekunder yang
terdeteksi tersebut memiliki fungsi pengobatan yang luas
dan penting. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman rumput
mutiara memiliki potensi yang sangat besar sebagai
tanaman obat.

Anda mungkin juga menyukai