Anda di halaman 1dari 46

TUGAS MATRIKULASI

POROS ENGKOL

Di susun oleh:

M. Haydar Fahmi
Sertu Mar Nrp 120291

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI ANGKATAN LAUT


PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III
TEKNIK MESIN
SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Poros engkol” yang merupakan bagian dari tugas martikulasi
dalam mengerjakan tugas-tugas dari Lembaga Pendidikan.

Dalam pembuatan makalah ini, kami banyak mendapat kesulitan.


Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan serta bantuan kepada saya
dalam proses pembuatan dan penyusunan makalah ini yang dikerjakan
dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyusunannya, kami menyadari akan segala kekurangan


yang ada sehubungan dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki oleh kami, maka kami mengucapkan maaf yang sebesar-
besarnya apabila baik dalam penulisan maupun penyajian makalah ini
terdapat banyak kesalahan. Dengan tangan terbuka kami akan menerima
segala saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.

Surabaya, 30 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

DAFTARBTABEL .........................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 9
1.3 Tujuan ........................................................................................... 10
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 11

2.1 Faktor Mempengaruhi Terjadinya Bencana ................................. 11


2.2 Tingkat Risiko Bencana Banjir ...................................................... 18
2.3 Informasi Bencana Banjir Berdasarkan Kondisi Tingkat Risiko
Bencana ......................................... Error! Bookmark not defined.
2.4 Penanggulangan Terjadinya Bencana ......................................... 22
BAB III PENUTUP .................................................................................... 39

3.1 Kesimpulan ................................................................................... 39


3.2 Saran............................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 41

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Toleransi Harga Kekasaran ........................................................ 30


Tabel 2 : Tingkat Kekasaran Rata-rata Permukaan Menurut Proses
Pengerjaannya ........................................................................................... 31

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Crankshaf ............................................................................... 11


Gambar 2 : Bagian-bagian Crankshaf ...................................................... 23
Gambar 3 : Bidang dan Profil pada Penampang Permukaan ................... 25
Gambar 4 : Kekasaran,Gelombang dan Kesalahan Bentuk dari Suatu
Permukaan................................................................................................. 26
Gambar 5 : Gabungan dari Karakteristik Profil dari Tingkat Pertama dan ke
empat ......................................................................................................... 27
Gambar 6 : Profil Suatu Permukaan.......................................................... 28
Gambar 7 : Kedalaman Total dan Kedalaman Perataan .......................... 29
Gambar 8 : Lebar Gelombang dan Lebar Kekasaran ............................... 32

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Crank shaft adalah sebuah bagian pada mesin yang mengubah
gerak vertikal/horizontal dari piston menjadi gerak rotasi (putaran). Untuk
mengubah nya sebuah crank shaft membutuhkan pena engkol (crankpin),
sebuah bearing tabahan yang diletakkan di ujung batang penggerak pada
setiap silinder nya, fungsi poros engkol adalah mengubah gerakan piston
menjadi gerakan putar (mesin). (Suherman, dkk 2018 ).

Crank shaft atau poros engkol terbuat dari baja ditempa atau besi
cor, poros engkol untuk kompresor pada umumnya dibuat dari besi cor
dengan material FCD 400 atau besi cor nodular 400. Standar komposisi
kimia pada besi cor nodular 400 yaitu, C : 3,5~3,9%, Si : 2,5~2,9%, Mn :
0,3~0,5%, P : maks 0,03%, S : maks 0,02%, Mg : min 0,03%. (Doloksaribu,
2016).

Dan untuk mechanical properties pada besi cor nodular yaitu, Tensile
strength : min 400 N/mm², 0,2% Yield strength : min 250 N/mm², Elongation
: min 18%, HB : 130 to 180, Matrix structure : Ferrite. ( JIS, 2001 ).
Pembuatan besi cor bergrafit bulat dibuat dengan jalan mencampurkan
magnesium, kalsium, dan serium ke dalam cairan logam, sehingga grafit
bulat akan mengendap.

Besi cor macam ini mempunyai kekuatan, keuletan, ketahanan aus


dan ketahanan panas yang baik sekali dibandingkan dengan besi cor
kelabu, untuk pembulatan grafit dipakai Mg,Ce,Ca dan paduan-paduannya
terutama Mg dan paduan Mg adalah bahan yang paling banyak digunakan
mengingat kemampuannya yang besar dalam pembentukan grafit bulat.
(Surdia, 2019).

1
Metode yang dipakai untuk pembuatan material crank shaft
kompresor udara yaitu dengan metode pengecoran logam sand casting,
menggunakan dapur induksi 1 ton untuk membuat cairan casting dan
menggunakan ladle berkapasitas 40 kg untuk proses pouring. Molding yang
digunakan untuk membuat pola cetakan pasir sebagai media cetak besi cor
pada proses ini menggunakan molding Match Plate Pattern,

dimana pola atas dan bawah terpasang jadi satu pada plate datar.
Dalam pembuatan crank shaft besi cor nodular dengan metode sand
casting, terdapat beberapa cacat produk hasil casting yaitu, cacat hasil
casting ( susut dan keropos ), juga terdapat perbedaan pada komposisi
kimia ( belum sesuai standar ) dari hasil pengujian spectro meter pada crank
shaft.

Dari beberapa masalah penelitian ini menganalisa alur proses


pembuatan crank shaft dengan metode sand casting pada pengecoran
logam, yang bertujuan untuk menghilangkan cacat pada hasil casting dan
melakukan pengujian terhadap material besi cor nodular pada part crank
shaft, untuk mendapatkan kekerasan, komposisi kimia dan struktur mikro
yang sesuai dengan standar.

Crank shaft adalah sebuah bagian pada mesin yang mengubah


gerak vertikal/horizontal dari piston menjadi gerak rotasi (putaran). Untuk
mengubah nya sebuah crank shaft membutuhkan pena engkol (crankpin),
sebuah bearing tabahan yang diletakkan di ujung batang penggerak pada
setiap silinder nya,

fungsi poros engkol adalah mengubah gerakan piston menjadi


gerakan putar (mesin). (Suherman, dkk 2018 ). Crank shaft atau poros
engkol terbuat dari baja ditempa atau besi cor, poros engkol untuk
kompresor pada umumnya dibuat dari besi cor dengan material FCD 400
atau besi cor nodular 400.

2
Standar komposisi kimia pada besi cor nodular 400 yaitu, C :
3,5~3,9%, Si : 2,5~2,9%, Mn : 0,3~0,5%, P : maks 0,03%, S : maks 0,02%,
Mg : min 0,03%. (Doloksaribu, 2016). Dan untuk mechanical properties
pada besi cor nodular yaitu, Tensile strength : min 400 N/mm², 0,2% Yield
strength : min 250 N/mm², Elongation : min 18%, HB : 130 to 180, Matrix
structure : Ferrite. ( JIS, 2001 ).

Pembuatan besi cor bergrafit bulat dibuat dengan jalan


mencampurkan magnesium, kalsium, dan serium ke dalam cairan logam,
sehingga grafit bulat akan mengendap. Besi cor macam ini mempunyai
kekuatan, keuletan, ketahanan aus dan ketahanan panas yang baik sekali
dibandingkan dengan besi cor kelabu,

untuk pembulatan grafit dipakai Mg,Ce,Ca dan paduan-paduannya


terutama Mg dan paduan Mg adalah bahan yang paling banyak digunakan
mengingat kemampuannya yang besar dalam pembentukan grafit bulat.
(Surdia, 2019). Metode yang dipakai untuk pembuatan material crank shaft
kompresor udara yaitu dengan metode pengecoran logam sand casting,

menggunakan dapur induksi 1 ton untuk membuat cairan casting dan


menggunakan ladle berkapasitas 40 kg untuk proses pouring. Molding yang
digunakan untuk membuat pola cetakan pasir sebagai media cetak besi cor
pada proses ini menggunakan moldingMatch Plate Pattern, dimana pola
atas dan bawah terpasang jadi satu pada plate datar. Dalam pembuatan
crank shaft besi cor nodular dengan metode sand casting,

terdapat beberapa cacat produk hasil casting yaitu, cacat hasil


casting ( susut dan keropos ), juga terdapat perbedaan pada komposisi
kimia ( belum sesuai standar ) dari hasil pengujian spectro meter pada crank
shaft. Dari beberapa masalah penelitian ini menganalisa alur proses
pembuatan crank shaft dengan metode sand casting pada pengecoran
logam,

3
yang bertujuan untuk menghilangkan cacat pada hasil casting dan
melakukan pengujian terhadap material besi cor nodular pada part crank
shaft, untuk mendapatkan kekerasan, komposisi kimia dan struktur mikro
yang sesuai dengan standar. Crank shaft adalah sebuah bagian pada
mesin yang mengubah gerak vertikal/horizontal dari piston menjadi gerak
rotasi (putaran).

Untuk mengubah nya sebuah crank shaft membutuhkan pena engkol


(crankpin), sebuah bearing tabahan yang diletakkan di ujung batang
penggerak pada setiap silinder nya, fungsi poros engkol adalah mengubah
gerakan piston menjadi gerakan putar (mesin). (Suherman, dkk 2018 ).
Crank shaft atau poros engkol terbuat dari baja ditempa atau besi cor, poros
engkol untuk kompresor pada umumnya

dibuat dari besi cor dengan material FCD 400 atau besi cor nodular
400. Standar komposisi kimia pada besi cor nodular 400 yaitu, C :
3,5~3,9%, Si : 2,5~2,9%, Mn : 0,3~0,5%, P : maks 0,03%, S : maks 0,02%,
Mg : min 0,03%. (Doloksaribu, 2016). Dan untuk mechanical properties
pada besi cor nodular yaitu,

Tensile strength : min 400 N/mm², 0,2% Yield strength : min 250
N/mm², Elongation : min 18%, HB : 130 to 180, Matrix structure : Ferrite. (
JIS, 2001 ). Pembuatan besi cor bergrafit bulat dibuat dengan jalan
mencampurkan magnesium, kalsium, dan serium ke dalam cairan logam,
sehingga grafit bulat akan mengendap.

Besi cor macam ini mempunyai kekuatan, keuletan, ketahanan aus


dan ketahanan panas yang baik sekali dibandingkan dengan besi cor
kelabu, untuk pembulatan grafit dipakai Mg,Ce,Ca dan paduan-paduannya
terutama Mg dan paduan Mg adalah bahan yang paling banyak digunakan
mengingat kemampuannya yang besar dalam pembentukan grafit bulat.
(Surdia, 2019).

4
Metode yang dipakai untuk pembuatan material crank shaft
kompresor udara yaitu dengan metode pengecoran logam sand casting,
menggunakan dapur induksi 1 ton untuk membuat cairan casting dan
menggunakan ladle berkapasitas 40 kg untuk proses pouring. Molding yang
digunakan untuk membuat pola cetakan pasir sebagai media cetak besi cor
pada proses ini menggunakan moldingMatch Plate Pattern,

dimana pola atas dan bawah terpasang jadi satu pada plate datar.
Dalam pembuatan crank shaft besi cor nodular dengan metode sand
casting, terdapat beberapa cacat produk hasil casting yaitu, cacat hasil
casting ( susut dan keropos ), juga terdapat perbedaan pada komposisi
kimia ( belum sesuai standar ) dari hasil pengujian spectro meter pada crank
shaft.

Dari beberapa masalah penelitian ini menganalisa alur proses


pembuatan crank shaft dengan metode sand casting pada pengecoran
logam, yang bertujuan untuk menghilangkan cacat pada hasil casting dan
melakukan pengujian terhadap material besi cor nodular pada part crank
shaft, untuk mendapatkan kekerasan,

Untuk State of the Art ini diambil dari beberapa jurnal yang terdahulu
sebagai contoh dan panduan dalam penelitian yang akan dilakukan sebagai
acuan juga perbandingan untuk melakukan penelitian ini. Dalam State of
the Art ini mengambil beberapa jurnal yang sebelum nya. Kadarisman Syah,
dkk ( 2017 ) dalam penelitiannya yang berjudul “Desain Gatting System dan

Parameter Proses Pengecoran untuk Mengatasi Cacat Rongga


Poros Engkol” yaitu mengoptimalkan temperatur proses pengecoran
dengan cara meningkatkan temperatur tuang yang terlalu rendah dari
1350°C menjadi 1400°C akan menyebabkan pembekuan dini yang
akibatnya terjadinya pembentukan penyusutan, sedangkan temperatur
yang baru di atas 1400°C hasilnya lebih baik dan tidak terjadi cacat.

5
Eri Diniardi dan Iswahyudi ( 2012 ) dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisa Pengaruh Heat Threatment Terhadap Sifat Mekanik dan Struktur
Mikro Besi Cor Nodular (FCD 60)” hasil penelitiannya pengaruh quenching
temper terhadap spesimen besi cor nodular adalah terbentuk nya struktur
austentit dan martensit sehingga spesimen menjadi keras,

sedangkan untuk normalizing terbentuk fasa perlit halus dan


sementit akibat pendinginan yang lambat yaitu memiliki sifat menaikkan
kekerasan tapi menurunkan kekuatan tarik. Ardiyan Aji Setyawan (2019)
dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Variasi Kandungan
Magnesium (Mg) Dalam Proses Pembuatan Besi Cor Nodular Terhadap
Kekerasan”

hasil penelitian nya menyatakan hasil pengujian struktur mikro pada


spesimen 1 Raw Material FCD yang mengandung unsur magnesium (Mg)
sebesar 0,0296% dan variasi penambahan unsur magnesium pada
spesimen 2,3,4,5 dengan kandungan unsur magnesium berturut – turut
adalah 0,0307%, 0,0343%, dan 0,0351% menghasilkan bentuk grafit bulat
berwarna hitam dengan ukuran cenderung mengecil,

bulat dan seragam dengan bertambahnya persentase komposisi


unsur magnesium yang terdapat didalam besi cor, selain itu pada hasil
struktur mikro menunjukkan semakin meningkat nya area perlit yang
berbentuk lamel- lamel berwarna terang gelap dan berkurang nya area ferit
yang berwarna terang yang mengelilingi grafit pada besi cor.

Sedangkan pengaruh pada kekerasan hasil uji kekerasan dengan


metode Brinell pada spesimen 1 raw material FCD dan spesimen 2,3,4,5
hasil variasi penambahan unsur magnesium menghasilkan nilai kekerasan
yang cenderung meningkat. Dengan nilai kekerasan secara berturut-turut
adalah 210,59 BHN, 225,45 BHN, 248,01 BHN, 257,29 BHN, 296,64 BHN.

6
Semakin banyak fasa perlit pada struktur mikro nilai kekerasannya
semakin meningkat, hal ini disebabkan fasa perlit lebih keras dibandingkan
fasa ferit dan grafit. Moh. Jufri (2015) dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Penambahan Magnesium Dan Cerium Sebagai Pembulat Grafit
Besi Tuang Nodular”

dalam penelitiannya menyatakan pengecoran besi tuang nodular


lebih banyak menggunakan magnesium sebagai pembulat grafit pada
proses pengecoran BTN. Selain mudah didapat dalam bentuk magnesium
ferrosilicon magnesium (Fe-SiMg), penggunaan magnesium dirasa cukup
efektif dalam pembentukan grafit bulat dan pengikatan belerang (S).

Sedangkan cerium merupakan logam tanah jarang yang relatif lebih


rendah penggunaannya dibandingkan magnesium dalam pembentukan
grafit bulat. Besi Tuang Nodular ( BTN ) atau dikenal juga dengan besi tuang
ulet (ductile iron) adalah salah satu jenis dari besi tuang yang grafitnya
berbentuk bulat dan mempunyai sifat mekanik yang relatif lebih baik
dibandingkan jenis besi tuang lainnya.

Pembentukan grafit bulat (nodular) dalam besi tuang nodular (BTN)


dipengaruhi oleh unsur magnesium dan / atau logam tanah jarang yang
dinamakan unsur pembulat grafit (noduliser). Martin Doloksaribu dan Eva
Afrilinda ( 2016 ) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Krom
Terhadap Sifat Mekanik Dan Struktur Mikro Pada Besi Cor Nodular 400”
dalam penelitiannya menyatakan,

BTN/FCD 400 merupakan standar besi cor Jepang dengan


komposisi karbon 3,5~3,9 ; silikon 2,5~2,9 ; mangan 0,3~0,5 ; fospor
maksimal 0,05 ; sulfur maksimal 0,02 ; dan magnesium minimal 0,03%.
Tensile strength sebesar 400 N/mm², elongation 15~18% dan kekerasan
130~180 HB. Penambahan unsur krom (Cr) pada BTN memberikan
pengaruh yang berbeda – beda pada spesifikasi BTN yang berbeda.

7
Pada heavy section ductile cast iron, penambahan Cr sebesar 0,26
dan 0,49% akan meningkatkan strength dan hardness secara signifikan.
Tensile strength meningkat dari sekitar 440 ke 590 MPa dan hardness
meningkat dari 170 ke 220 HB. Metode peleburan BTN terdiri dari beberapa
tahap antara lain tahap inokulasi dan spheroidisasi.

Proses spheroidisasi yang intens dan lambat akan menyebabkan


penurunan kandungan karbon (C) dan kandungan residu magnesium (Mg).
Kandungan Magnesium perlu dijaga karena magnesium berfungsi sebagai
pembentuk grafit nodular. Peningkatan unsur magnesium sebagai
spheroidizer memberikan kecenderungan peningkatan pembulatan inti, hal
tersebut akan meningkatkan elongation.

Kekurangan unsur C, kelebihan unsur P-S dan peningkatan unsur Cr


dapat menjadi faktor penghambat peningkatan efek pembulatan.
Rawangwong Surasit, Chatthong Jaknarin, dkk (2013) dalam penelitiannya
yang berjudul “An Investigation of Optimum Cutting Conditions in Face
Milling Nodular Cast Iron FCD 400 Using Carbide Tool”

dalam penelitiannya menyatakan FCD menjadi populer bagi banyak


orang dalam aplikasi teknik karena potensi keunggulannya yaitu memiliki
kekuatan dan keuletan tinggi, kelelahan yang baik, dan ketahanan aus.
Karena sifat metalurgi dari bahan-bahan ini, proses pemesinan bahan-
bahan ini dengan teknik pemesinan konvensional seperti milling.

FCD 400 banyak digunakan dalam industri otomotif seperti untuk


pompa bahan bakar dan pompa oli, silinder mesin dan crankshaft. Material
ini memiliki potensi besar karena mekanik nya yang bagus. Primljeno dan
Prihvaceno (2020) dalam penelitiannya yang berjudul “Fracture Analysis of
Nodular Cast Iron Crankshaft” hasil penelitiannya menyatakan retak
crankshaft bisa dibedakan menjadi retak panas,

8
retak hangat dan retak dingin. Cacat yang dihasilkan dalam proses
pengecoran crankshaft adalah cacat retak panas. Crankshaft mesin
pengecoran hot cracking adalah terjadinya casting retak panas saat
penyusutan linier terhalang karena berbagai alasan dalam proses memulai
penyusutan linier setelah pembentukan fase padat kerangka dasar poros
engkol mesin.

Berbeda dari suhu sedang dan rendah dari lingkungan dalam proses
penggunaan atau pemrosesan panas, formasi retak panas suhu adalah
suhu tinggi, sehingga disebut retak panas. Sebagian besar retakan panas
terjadi pada pendinginan terkahir dan bagian pemadatan dari pengecoran
poros engkol, khususnya dibagian tempat terjadinya penyusutan.

1.2 Rumusan Masalah


umusan pada penelitian ini adalah untuk menganalisa proses
pembuatan crank shaft dengan metode pengecoran logam sand casting,
dari hasil pengecoran terdapat beberapa cacat produk hasil casting yaitu :
susut profil pada bagian yang lebih tebal, kasar permukaan casting pada
pattern bagian bawah dan terdapat keropos pada hasil casting.

Dari beberapa masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk


melakukan analisa proses pembuatan crank shaft dengan metode
pengecoran logam sand casting sesuai dengan parameter pada proses
pengecoran logam dengan material besi cor nodular yaitu:  Komposisi
kimia  Temperatur cairan
 Kekerasan pasir cetak Solusinya yaitu menganalisa proses sand
casting, melakukan perbaikan pada molding atau proses nya dan pengujian
pada part crank shaft hasil casting, untuk menghasilkan kualitas casting
yang sesuai dengan standar JIS G 5502 untuk material FCD atau besi cor
nodular dengan metode pengujian HRB (Hardness Rockweel Brinnel)

9
cacat produk hasil casting yaitu : susut profil pada bagian yang lebih
tebal, kasar permukaan casting pada pattern bagian bawah dan terdapat
keropos pada hasil casting untuk menganalisa kekerasan, pengujian
spectro meter untuk menganalisa komposisi kimia dan pengujian struktur
mikro.

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa proses pengecoran
logam metode sand casting dengan material FCD / besi cor nodular seperti
: 1. Menganalisa proses pembuatan crank shaft dengan metode sand
casting, sesuai dengan parameter sand casting yaitu, mengukur temperatur
logam cair pada ladle saat proses pouring,

menguji pasir saat proses mixing pasir ( CB Test, Moisture Analyst ),


dan mengukur kekerasan pasir saat proses cetak pasir. 2. Menganalisa
kualitas material FCD / besi cor nodular pada part crank shaft hasil proses
sand casting dengan melakukan pengujian material untuk menghasilkan
komposisi kimia dan mekanik (HB 130 to 180) sesuai standar JIS G 5502.

1.4 Batasan Masalah


Tersedia pula dalam pembuatan tugas ini agar batasan masalah
lebih spesifik dan tidak meluas, maka dibuatkan batasan masalah sebagai
berikut : 1. Pembahasan hanya pada proses pembuatan crank shaft dengan
metode sand casting. 2. Untuk proses pengujian hanya pada part crank
shaft kompresor udara type 1/4 HP.
3. Pengujian material FCD atau besi cor nodular hanya pada part
crank shaft kompresor udara type 1/4 HP. dengan beberapa pengujian
seperti : spectro meter dengan benda uji berukuran Ø40x6 mm, pengujian
brinnel hardness dengan benda uji berukuran Ø25x25 mm dan pengujian
struktur mikro dengan benda uji berukuran Ø25x10 mm.

10
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Crankshaf


Crankshaft atau poros engkol adalah sebuah bagian pada mesin
yang mengubah gerak vertikal/horizontal dari piston menjadi gerak rotasi
(putaran). Untuk mengubahnya, sebuah crankshaft membutuhkan pena
engkol (crankpin), sebuah bearing tambahan yang diletakkan di ujung
batang penggerak pada setiapsilindernya.

Gambar 1 : Crankshaf

Crankshaft/poros engkol menjadi suatu komponen utama dalam


suatu mesin pembakaran dalam. Crankshaft menjadi pusat poros dari
setiap gerakan piston. Pada umumnya crankshaft
terbuatdaribajakarbontinggikarena harus dapat menampung momen inersia
yang dihasilkan oleh gerakan naik turun piston.

Sehingga fungsi utama dari crankshaft adalah mengubah gerakan


naik turun yang dihasilkan oleh piston menjadi gerakan memutar yang
nantinya akan diteruskan ke transmisi. Crankshaft harus terbuat dari bahan
yang kuat dan mampu menahan beban atau momen yang kuat karena
crankshaft harus menerima putaran mesin yang tinggi. Mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang di sebabkan,

11
Posisi crankshaft berada antara blok mesin bagian bawah dengan oil
pan. Crankshaft menjadi pusat dari putaran mesin. Putaran dari Crankshaft
biasa diteruskan lagi tidak hanya ke transmisi, namun juga ke camshaft
lewat timing belt atau timing gear atau timing chain karena memiliki putaran
timing yang serupa dengan pembukaan valve.

Selain itu putaran dari crankshaft juga biasa diteruskan untuk


memutar kompresor AC dan juga pompa power steering. Namun pada
mobilmobil canggih saat ini, biasanya kompresor AC dan pompa power
steering mendapat tenaga dari listrik yang dihasilkan mobil, sehingga tidak
membebani (mengurangi) tenaga mesin.

Poros engkol (crankshaft) merupakan komponen mesin yang


bertugas mengubah gerak lurus torak menjadi gerak putar. Poros engkol
dibuat sedemikian rupa sehingga gerakan torak tidak bersamaan posisi di
dalam silinder. Bagian poros engkol yang berhubungan dengan batang
torak disebut crank pin, sedangkan yang duduk pada blok silinder disebut
crank journal.

Crank journal ditopang oleh bantalan poros engkol Poros engkol


berputar pada journal. Poros engkol dan bak oli termasuk dalam crank case.
Masing-masing crank journal mempunyai crank arm. Untuk menjaga
keseimbangan putaran pada saat mesin beroperasi, poros engkol
dilengkapi dengan balance weight.

Menurut Wahyu Hidayat, ST, (2012) crankshaft adalah sebuah


bagian pada mesin yang mengubah gerak vertikal/horizontal dari piston
menjadi gerak rotasi (putaran). Untuk mengubahnya, dengan proses
sebuah crankshaft membutuhkan pena engkol (crankpin), sebuah bearing
tambahan yang diletakkan di bagian ujung batang penggerak pada setiap
sylinder.

12
Berfungsi untuk untuk merubah gerak naik turun piston (torak)
menjadi gerak putar yang akhirnya dapat menggerakkan roda gila (fly
wheel). 1. Bagian-bagian dari crankshaft Bagian-bagiannya yaitu: 1) Main
bearing. Bearing yang terletak pada blok mesin sehingga merupakan
tumpuan utama bagi crankshaft saat berputar.

Disebut main bearing karena bearing ini tidak kemana-mana hanya


duduk diam di blok mesin. 2) Crankshaft thrust bearing Adalah bearing yang
didesain untuk menahan beban horisontal yang paralel dengan sumbu
poros horisontal 3) Counter balance weight Sebagai penyeimbang putaran
mesin 4) Crank pim journal dan main journal.

Bagian poros engkol yang dihubungkan dengan blok silinder, main


journal merupakan crank journal yang terletak di tengah. Pada main journal
terdapat bantalan yang disebut dengan bantalan duduk (main bearing),
sementara pada main journal oil pada bagian samping juga terdapat
bantalan yang disebut dengan metal bulan. 5) Crank pin(pena engkol)

Bagian poros engkol yang akan dihubungkan dengan big end pada
connecting rod,crank pin akan dipasangi bantalan yang biasa disebut
dengan metal jalan. 6) .Crank arm Bagian pada crankshaft yang berfungsi
sebagai penghubung antara crank journal ke crank pin. 2. Deflection (
Defleksi ) Deflection yaitu pengukuran sudut kemiringan pada crankshaft di
dalam silinder pada posisis 0,

kecuali pada crankshaft yang dekat dengan gearbox (silinder top )


harus dalam posisis minus (-) karena pada silinder tersebut memiliki
tekanan kompresi yang lebih tinggi pada saat mesin telah bekerja sehingga
crankshaft tersebut menjadi lurus. pada saat deflection memiliki nilai
toleransi ± 0,165. Ke empat pemaparan diatas adalah salah satu pengertian
pengertian yang akan di jelaskan secara spesifik dalam

13
menyelesaikan permasalahan tersebut. Defleksi crankshaft terjadi
dari waktu ke waktu, selama pemakaian diulang dan terus-menerus
crankshaft. Ini adalah proses yang terjadi di latar belakang saat mesin
beroperasi dan, tidak dapat dilihat tanpa alat deteksi, hal ini menyebabkan
signifikan kerusakan mekanisme.

Tanpa memperbaiki pergeseran poros engkol dari waktu ke waktu,


putaran mesin tidak akan rata,dan ini menyebabkan tekanan berlebihan
pada komponen pendukung. Ini akan mengurangi masa kerja mesin,
menyebabkan aus prematur. Masalah ini terjadi secara alami dapat dengan
mudah diperbaiki namun, dengan penyesuaian kecil. Mengetahui kapan
dan bagaimana untuk menyesuaikan dengan crankshaft,

akan memperpanjang jam kerja, menghemat waktu dan uang. 3.


Foult tree analysis a. Pengertian Fault Tree Analysis adalah metode
analisa, dimana terdapat suatu kejadian yang tidak diinginkan disebut
undesired event terjadi pada sistem, dan sistem tersebut kemudian
dianalisa dengan kondisi lingkungan dan operasional

yang ada unuk menemukan semua cara yang mungkin terjadi yang
mengarah pada terjadinya undesired event tersebut. (Svein Kristiansen,
Maritime Transportation Safety Management Risk Analysis,2004: 225).
Fault Tree Analysis adalah teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi
resiko yang berperan terhadap terjadinya kegagalan.

Metode ini dilakukan dengan pendekatan yang bersifat top down,


yang diawali dengan asumsi kegagalan atau kerugian dari kejadian puncak
(Top Event) kemudian merinci sebab-sebab suatu Top Event sampai pada
suatu kegagalan dasar (Root Cause) 2) . Fault Tree Analysis merupakan
metoda yang efektif dalam menemukan inti permasalahan karena
memastikan bahwa suatu kejadian yang tidak diinginkan

14
atau kerugian yang ditimbulkan tidak berasal pada satu titik
kegagalan. Fault Tree Analysis mengidentifikasi hubungan antara faktor
penyebab dan ditampilkan dalam bentuk pohon kesalahan yang melibatkan
gerbang logika sederhana. Gerbang logika menggambarkan kondisi yang
memicu terjadinya kegagalan, baik kondisi tunggal maupun sekumpulan
dari berbagai macam kondisi.

Konstruksi dari Fault Tree Analysis meliputi gerbang logika yaitu


gerbang AND dan gerbang OR. Setiap kegagalan yang terjadi dapat
digambarkan ke dalam suatu bentuk pohon analisa kegagalan dengan
mentransfer atau memindahkan komponen kegagalan ke dalam bentuk
simbol (Logic Transfer Components) dan Fault Tree Analysis.

(Chengi Kuo, Safety Management and its Maritime Aplication,


2007:130). Gerbang logika menggambarkan kondisi yang memicu
terjadinya kegagalan, baik kondisi tunggal maupun sekumpulan dari
berbagai macam kondisi. Kegagalan yang ada pada sistem bisa
dikarenakan kegagalan pada komponennya,

kegagalan pada manusia yang mengoperasikannya atau disebut


juga human error, dan kejadiankejadian di luar sistem yang dapat mengarah
pada terjadinya undesired event. Fault tree dibangun berdasarkan pada
salah satu undesired event yang dapat terjadi pada sistem. Hanya bagian-
bagian tertentu dari sistem yang berhubungan beserta kegagalan-
kegagalan yang ada, yang dipakai untuk membangun fault tree.

Pada satu sistem bisa terdapat lebih dari satu undesired event dan
masing-masing undesired event mempunyai representasi fault tree yang
berbeda-beda yang disebabkan faktor-faktor atau bagian-bagian sistem
dan kegagalan yang mengarah pada satu kejadian berbeda dengan
lainnya. Pada fault tree, undesired event yang akan dianalisa disebut juga
top event3) .

15
Fault tree analysis mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu: a.
Kelebihan Dalam kasus sebuah sistem yang kompleks pohon kesalahan
memberikan cara yang baik dan logis untuk mengintegrasikan berbagai
penyebab.Konstruksi diagram pohon dapat menentukan probabilitas nilai-
nilai dan membantu memberikan pemahaman yang lebih baik dari suatu
sistem.

Pohon kesalahan dapat digunakan untuk melakukan analisis


sensitivitas sehingga perbedaan dari berbagai penyebab dapat
dibandingkan, dampak terhadap keseluruhan sistem dengan menganalisa
perubahan tersebut dengan kemungkinan nilai. b. Kekurangan Pengalaman
dan pengetahuan yang banyak diperlukan untuk membuat banguna pohon
yang tepat.

Kesalahan memasukkan sebuah masukan dapat menyebabkan


memberikan hasil yang tidak benar Sulit untuk memilih gerbang logika yang
paling tepat di saluran penghubung dan hal ini dapat menimbulkan secara
luas variasivariasi nilai yang di hasilkan. c. Prinsip Kerja Metode Fault Tree
Analysis. 1). Kegagalan system / kecelakaan.

2). FTA terdiri dari urutan peristiwa yang mengarah kepada


kegagalan system/ kecelakaan. 3). Membuat urutan peristiwa dengan
menggunakan gerbang logika “and” atau “or” atau gerbang logika lainnya.
4). Kejadian di atas terdapat beberapa penyebab dan ditandakan dengan
persegi panjang dan kejadian yang dijelaskan di persegi panjang.

5). Akhir dari peristiwa mengarah pada dimana tingkat kegagalan


data yang memungkinkan, ini adalah penyebab utama yang dilambangkan
lingkaran dan merupakan keputusan untuk membatasi metode ini
(Kristiansen, 2004). Simbol-simbol dan istilah yang digunakan dalam Fault
Tree Analysis adalah simbol kejadian, simbol gerbang dan simbol transfer.

16
Berikut adalah bentuk dan simbol gerbang yang digunakan pada
metode Fault Tree Analysis. d. Simbol Kejadian Simbol kejadian adalah
simbol-simbol yang berisi keterangan kejadian pada sistem yang ada pada
suatu proses terjadinya top event. Terdapat 5 simbol yaitu : 1) Basic Even /
Primery Event Simbol lingkaran ini digunakan untuk menyatakan basic
event atau primery event atau

kegagalan mendasar yang tidak perlu dicari penyebabnya. Artinya,


simbol lingkaran ini merupakan batas akhir penyebab suatu kejadian
Conditioning eventSimbol oval ini untuk menyatakan conditioning event,
yaitu suatu kondisi atau batasan khusus yang diterapkan pada suatu
gerbang (biasanya pada gerbang INHIBIT dan PRIORITY AND).

Jadi kejadian output terjadi jika kejadian input terjadi dan memenuhi
suatu kondisi tertentu Intermediate event Simbol persegi panjang ini berisi
kejadian yang muncul dari kombinasi kejadian-kejadian input gagal yang
masuk ke gerbang. e. Simbol Gerbang Simbol gerbang dipakai untuk
menunjukan hubungan diantara kejadian input yang mengarah pada
kejadian output dengan kata lain,

kejadian outputdisebabkan oleh kejadian input yang berhubungan


dengan cara tertentu. Simbol gerbang yaitu: 1) Gerbang OR Gerbang OR
dipakai untuk menunjukan bahwa kejadian yang akan muncul terjadi jika
satu atau lebih kejadian gagal yang merupakan input nya terjadi. 2)
Gerbang AND

Gerbang AND digunakan untuk menunjukan kejadian output muncul


hanya jika semua input terjadi. Melihat akan pentingnya peranan crankshaft
pada diesel generator di MV.Kartini baruna sebagai bagian dari suatu
pesawat pembangkit tenaga listrik di atas kapal guna menunjang
kelancaran operasional kapal menimbulkan rasa keingintahuan para
pembaca untuk mempermudah dalam

17
mempelajarinya maka di bawah ini akan dijelaskan istilah-istilah
yang terjadi yang bisa menyebabkan terjadinya keausan crank pin journal
crankshaft pada diesel engine generator. Berikut ini definisi operasional
terkait pembahasan tentang keausan crank pin journal crankshaft pada
diesel engine generator.

1. Main bearing. Bearing yang terletak pada blok mesin sehingga


merupakan tumpuan utama bagi crankshaft saat berputar. Disebut main
bearing karena bearing ini tidak kemana-mana hanya duduk diam di blok
mesin. 1) Crankshaft thrust bearing Adalah bearing yang didesain untuk
menahan beban horisontal yang paralel dengan sumbu poros horisontal 2)
Counter balance weight Sebagai penyeimbang putaran mesin

3) Crank pim journal dan main journal. Bagian poros engkol yang
dihubungkan dengan blok silinder, main journal merupakan crank journal
yang terletak di tengah. Pada main journal terdapat bantalan yang disebut
dengan bantalan duduk (main bearing), sementara pada main journal oil
pada bagian samping juga

terdapat bantalan yang disebut dengan metal bulan. 4) Crank


pin(pena engkol) Bagian poros engkol yang akan dihubungkan dengan big
end pada connecting rod,crank pin akan dipasangi bantalan yang biasa
disebut dengan metal jalan. 5) .Crank arm Bagian pada crankshaft yang
berfungsi sebagai penghubung antara crank journal ke crank pin.

2.2 Fungsi Crankshaf


Poros engkol ( crankshaft ) merupakan komponen mesin yang
bertugas mengubah gerak lurus torak menjadi gerak putar. Poros engkol
dibuat sedemikian rupa sehingga gerakan torak tidak bersamaan posisi di
dalam silinder. Bagian poros engkol yang berhubungan dengan batang
torak disebut crank pin, sedangkan yang duduk pada blok silinder disebut
crank journal.

18
Crank journal ditopang oleh bantalan poros engkol Poros engkol
berputar pada journal. Poros engkol dan bak oli termasuk dalam crank case.
Masing-masing crank journal mempunyai crank arm. Untuk menjaga
keseimbangan putaran pada saat mesin beroperasi, poros engkol
dilengkapi dengan balance weight.

Poros engkol dilengkapi juga dengan lubang oli untuk menyalurkan


minyak pelumas pada crank journal, bantalan-bantalan, pena torak dan lain-
lain. Poros engkol ( crankshaft ) merupakan komponen mesin yang
bertugas mengubah gerak lurus torak menjadi gerak putar. Poros engkol
dibuat sedemikian bersamaan posisi di dalam silinder.

Bagian poros engkol yang berhubungan dengan batang torak


disebut crank pin, sedangkan yang duduk pada blok silinder disebut crank
journal. Crank journal ditopang oleh bantalan poros engkol Poros engkol
berputar pada journal. Poros engkol dan bak oli termasuk dalam crank case.
Masing-masing crank journal mempunyai crank arm.

Untuk menjaga keseimbangan putaran pada saat mesin beroperasi,


poros engkol dilengkapi dengan balance weight. Poros engkol dan bak oli
termasuk dalam crank case. Masing-masing crank journal mempunyai
crank arm. Poros engkol dilengkapi juga dengan lubang oli untuk
menyalurkan, bantalan-bantalan, pena torak dan lain-lain.

2.3 Konstruksi
Bentuk poros engkol ditentukan oleh banyaknya silinder dan urutan
pengapiannya. Dalam menentukan urutan pengapian suatu motor, faktor
yang harus diperhatikan adalah keseimbangan getaran karena tekanan
akibat proses pembakaran didalam silinder. Beban dari bantalan utama (
main bearing) dan sudut puntiran yang terjadi pada poros engkol adalah
akibat dari langkah kerja pada tiap-tiap silinder.

19
Poros engkol menerima beban yang besar dari batang torak dan
berputar pada kecepatan yang tinggi. Oleh karena itu, harus dibuat dari
bahan yang mampu menerima beban tersebut.Umumnya terbuat dari baja
karbon tinggi. Beban yang bekerja pada poros engkol ialah : -Beban puntir
( torsi ) -Beban lengkung ( bengkok ) -Beban sentrifugal

Bentuk poros engkol ditentukan oleh banyaknya silinder dan urutan


pengapiannya. Dalam menentukan urutan pengapian suatu motor, faktor
yang harus diperhatikan adalah keseimbangan getaran karena tekanan
akibat proses pembakaran didalam silinder. Beban dari bantalan utama (
main bearing) dan sudut puntiran yang terjadi pada

poros engkol adalah akibat dari langkah kerja pada tiap-tiap silinder.
Poros engkol menerima beban yang besar dari batang torak dan berputar
pada kecepatan yang tinggi. Oleh karena itu, harus dibuat dari bahan yang
mampu menerima beban tersebut.Umumnya terbuat dari baja karbon tinggi.
Beban yang bekerja pada poros engkol ialah : -Beban puntir ( torsi ) -Beban
lengkung ( bengkok ) -Beban sentrifugal.

Crankshaft itu sendiri jarang mengalami kerusakan (patah atau


retak) jika dipasang dengan benar dan dioperasikan dalam kondisi normal.
Tetapi, jika terjadi kerusakan maka penyebabnya harus diketahui
secepatnya dan lakukan pengukuran dengan benar. Beberapa kondisi yang
da adalah: 1. Penyimpanan atau penaaganan yang tidak tepat.

2. Engine mengalami overspeed. 3. Radius pada journal fillet dan


lubang oli yang tidak benar. 4. Vibrator damper atau crankshaft balance
weight yang kendor karena torque yang tidak mencukupi atau telah
mengalami kerusakan selama penyimpanan atau pemasangan 5.
Pemasangan bearing cap yang tepat atau adanya gangguan di antara
bearing cap dan permukaan upper cap.

20
Pada penilitian ini, melibatkan beberapa proses untuk melakukan
proses pengecekan dan perbaikan (rebuild spare part) kendaraan roda 4,
antara lain: 10 1. Proses Rebuild Crankshaft 2. Proses Pasang Crankshaft
Proses rebuild crankshaft ini terbagi menjadi beberapa proses yaitu: 1.
Proses pemeriksaan dan Pengukurancrankshaft Pemeriksaan dan
pengukuran yang dilakukan pada bagian poros engkol sebagai berikut: 1.

Proses Ukur Crankshaft Proses mengukur crankshaft ini merupakan


dimana menggunakan mikrometer sekrup untuk mengetahui besar dan
kecilnya oval yang akan dipotong atau di grinding pada nantinya. 2. Proses
Setel Crankshaft Proses setel crankshaft ini dilakukkan untuk mengetahui
poros engkol telah memenuhi standarisasi grinder atau belum, dan proses
ini dilakukan sebelum memasuki proses grinder.

3. Proses Grinding Proses grinding adalah proses untuk


menggrinder crank shaft, yang dimana proses tersebut menggunakan batu
widya yang harus disesusaikan kebutuahan pada mesin agar tenaganya
bertambah. 4. Proses Polesing Polesing adalah tahap fininishing terhadap
proses grinding crankshaft untuk memperhalus,

sehingga tidak dapat mempengaruhi frame ketika dipasang Proses


setelah polesing sepeti pada gambar di bawah ini adalah siap untuk
dipasang atau siap untuk memasuki tahap akhir atau finising. Proses
pasang crakshaft dibagi menjadi 2 bagian yaitu : 1. Proses Uji Crankshaft
Proses ini dilakukan untuk mengetahui kelancaran putaran stand seher,

Proses ini dilakukan untuk mengetahui kelancaran putaran stand


seher, sehingga tidak terdapat kemacetan ketika telah dipasang di blok
silinder. 2. Proses pasang crank pada blok silinder. Proses pasang crank
adalah tahap finlisasi setelah melewati beberapa tahap di atas agar dapat
dan siap digunakan.

21
2.4 Keseimbangan Poros Engkol
Untuk motor satu silinder pada poros engkolnya (biasanya
dihadapan pena engkol ) ditempatkan bobot kontra sebagai penyeimbang
putaran engkol sewaktu torak mendapat tekanan kerja. Tetapi motor yang
bersilinder banyak, pena engkolnya dipasang saling mengimbangi. Berat
bobot kontra kira – kira sama dengan berat batang torak ditambahdengan
berat engkol seluruhnya.

Dengan demikian poros engkol itu dapat diseimbangkan , sehingga


dapat berputar lebih rata dan getaran – getaran engkol menjadi hilang.
Dengan adanya bobot kontra ini menyebabkan tekanan pada bantalan
menjadi berkurang dan merata. Untuk motor satu silinder pada poros
engkolnya (biasanya dihadapan pena engkol ) ditempatkan bobot kontra
sebagai penyeimbang putaran engkol sewaktu torak mendapat tekanan
kerja.

Tetapi motor yang bersilinder banyak, pena engkolnya dipasang


saling mengimbangi. Berat bobot kontra kira – kira sama dengan berat
batang torak ditambahdengan berat engkol seluruhnya. Dengan demikian
poros engkol itu dapat diseimbangkan , sehingga dapat berputar lebih rata
dan getaran – getaran engkol menjadi hilang. Berat bobot kontra kira – kira
sama dengan berat batang torak ditambahdengan berat engkol seluruhnya.

2.5 Bagian Bagian Chankshaf


Bagian – bagiannyayaitu : -Crankshaft bearing -Crankshaft thrust
bearing -Counter balance weight -Crank journal -Crank pin -Crank arm 8

22
Gambar 2 : Bagian-bagian Crankshaf

2.6 Tingkat Kehalusan


Salah satu karakteristik geometris yang ideal dari suatu komponen
adalah permukaan yang halus. Dalam prakteknya memang tidak mungkin
untuk mendapatkan suatu komponen dengan permukaan yang betulbetul
halus. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya faktor manusia
(operator) dan

Factor faktor dari mesin-mesin yang digunakan untuk membuatnya.


Akan tetapi, dengan kemajuan teknologi terus berusaha membuat
peralatan yang mampu membentuk permukaan komponen degan tingkat
kehalusan yang cukup tinggi menurut standar ukuran yang berlaku dalam
metrologi yang dikemukakan oleh para ahli

pengukuran geometris benda melalui pengalaman penelitian.


Tingkat kehalusan suatu permukaan memang peranan yang sangat penting
dalam perencanaan suatu komponen mesin khususnya yang menyangkut
masalah gesekan pelumasan, keausan, tahanan terhadap kelelahan dan
sebagainya.
Oleh karena itu, dalam perencanaan dan pembuatannya harus
dipertimbangkan terlebih dulu mengenai peralatan mesin yang mana harus
digunakan untuk membuatnya serta berapa ongkos yang harus
dikeluarkan. Agar proses pembuatannya tidak terjadi penyimpangan yang

23
berati maka karakteristik permukaan ini harus dapat dipahami oleh
perencana lebih-lebih lagi oleh operator.

Komunikasi karakteristik permukaan biasanya dilakukan dalam


gambar teknik. Akan tetapi untuk menjelaskan secara sempurna mengenai
karakteristik suatu permukaan nampaknya sulit. Walaupun hingga saat ini
sudah banyak parameter yang digunakan dalam pembahasan karakteristik
permukaan, namun belum ada suatu parameter yang menjelaskan secara
sempurna mengenai keadaan yang sesungguhnya dari permukaan.

Untuk pembahasan selanjutnya mengenai kekasaran permukaan


maka terlebih dahulu perlu dibicarakan mengenai batasan dan beberapa
parameter penting yang ada kaitannya dengan kekasaran/kehalusan
permukaan yang hingga saat ini masih banyak dipakai dalam praktek.
Beberapa peralatan yang bisa digunakan untuk.

2.7 Batasan Permukaan dan Parameter-parameternya


Permukaan Menurut istilah keteknikan, permukaan adalah suatu
batas yang memisahkan benda padat dengan sekitarnya. Dalam
prakteknya, bahan yang digunakan untuk benda kebanyakan dari besi atau
logam. Oleh karena itu, benda-benda padat yang bahannya terbuat dari
tanah, batu, kayu dan

karet tidak akan disinggung dalam pembicaraan mengenai


karakteristik permukaan dan pengukurannya. Kadang-kadang ada pula
istilah lain yang berkaitan dengan permukaan yaitu profil. Istilah profil sering
disebut dengan istilah lain yaitu bentuk. Profil atau bentuk yang dikaitkan
dengan istilah permukaan mempunyai arti tersendiri
yaitu garis hasil pemotongan secara normal atau serong dari suatu
penampang permukaan. Untuk mengukur dan menganalisis suatu
permukaan dalam tiga dimensi adalah sulit. Oleh karena itu, untuk

24
mempermudah pengukuran maka penampang permukaan perlu dipotong.
Cara pemotongan biasanya ada empat cara yaitu pemotongan normal,

serong, singgung dan pemotongan singgung dengan jarak


kedalaman yang sama. Garis hasil pemotongan inilah yang disebut dengan
istilah profil, dalam kaitannya dengan permukaan. Dalam analisisnya hanya
dibatasi pada pemotongan secara normal. Gambar 2.3 menunjukkan
perbedaan antara bidang dan profil.

Gambar 3 : Bidang dan Profil pada Penampang Permukaan

Dengan melihat profil ini maka bentuk dari suatu permukaan pada
dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu permukaan yang kasar
(roughness) dan permukaan yang bergelombang (waviness). Permukaan
yang kasar berbentuk gelombang pendek yang tidak teratur dan terjadi
karena getaran pisau (pahat) potong atau proporsi yang kurang tepat dari
pemakanan (feed) pisau potong dalam proses pembuatannya.

Sedangkan permukaan yang bergelombang mempunyai bentuk


gelombang yang lebih panjang dan tidak teratur yang dapat terjadi karena
beberapa faktor misalnya posisi senter yang tidak tepat, Dari kekasaran

25
(roughness) dan gelombang (wanivess) inilah kemudian timbul kesalahan
bentuk. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 2.4 berikut ini.

Gambar 4 : Kekasaran,Gelombang dan Kesalahan Bentuk dari Suatu


Permukaan

Secara lebih rinci lagi, ketidak teraturan dari bentuk permukaan


dapat dibedakan menjadi empat tingkat, yaitu : Tingkat pertama, adalah
tingkat yang menunjukkan adanyakesalahan bentuk (form error) seperti
tampakpada gambar disamping. Faktor penyebabnyaantara lain karena
lenturan dari mesin perkakasdan benda kerja,

kesalahan pada pencekamanbenda kerja, pengaruh proses


pengerasan(hardening). Tingkat kedua, adalah profil permukaan yang
berbentukgelombang. Penyebabnya antara lain karenaadanya kesalahan
bentuk pada pisau (pahat)potong, posisi senter yangkurang tepat,
adanyagetaran pada waktu proses pemotongan. Tingkat ketiga, adalah
profil permukaan yang berbentuk alur (grooves).

Penyebabnya antara lain karenaadanya bekas-bekas proses


pemotongan akibatbentuk pisau potong yang salah atau gerakpemakanan
yang kurang tepat (feed). Tingkat keempat, adalah profil permukaan yang

26
berbentuk serpihan(flakes). Penyebabnya antara lain karena adanyatatal
(beram) pada proses pengerjaan, pengaruhproses electroplating.

Sedangkan gabungan dari karakteristik profil permukaan dari tingkat


pertama sampai tingkat keempat menghasilkan profil permukaan seperti
gambar ini

Gambar 5 : Gabungan dari Karakteristik Profil dari Tingkat Pertama dan ke


empat

2.8 Parameter-parameter permukaan


Sebelum membicarakan parameter-parameter permukaan perlu
dibicarakan terlebih dulu mengenai profil permukaan. a. Profil Geometris
Ideal (Geometrically Ideal Profile) Profil ini merupakan profil dari geometris
permukaan yang ideal yang tidak mungkin diperoleh dikarenakan
banyaknya faktor

yang mempengaruhi dalam proses pembuatannya. Bentuk dari profil


geometris ideal ini dapat berupa garis lurus, lingkaran, dan garis lengkung.
b. Profil Referensi (Reference Profile) Profil ini digunakan sebagai dasar
dalam menganalisis karakteistik dari suatu permukaan. Bentuknya sama
dengan bentuk profil geometris ideal,
tetapi tepat menyinggung puncak tertinggi dari profil terukur pada
panjang sampel yang diambil dalam pengukuran. c. Profil Terukur
(Measured Profile) Profil terukur adalah profil dari suatu permukaan yang

27
diperoleh melalui proses pengukuran. Profil inilah yang dijadikan sebagai
data untuk menganalisis karakteristik kekasaran permukaan produk
pemesinan.

d. Profile Dasar (Root Profile) Profil dasar adalah profil referensi yang
digeserkan kebawah hingga tepat pada titik paling rendah pada profil
terukur. e. Profile Tengah (Centre Profile) Profil tengah adalah profil yang
berada ditengah-tengah dengan posisi sedemikian rupa sehingga jumlah
luas bagian atas profil tengah sampai pada profil terukur sama dengan
jumlah luas bagian bawah profil tengah sampai pada profil terukur.

Profil tengah ini sebetulnya merupakan profil referensi yang


digeserkan kebawah dengan arah tegak lurus terhadap profil geometris
ideal sampai pada batas tertentu yang membagi luas penampang
permukaan menjadi dua bagian yang sama yaitu atas dan bawah. Untuk
lebih memperjelas dimana posisi dari profil geometis ideal, profil terukur,
profil referensi, profil dasar, dan profil tengah, dapat dilihat Gambar 2.6.
berikut ini.

Gambar 6 : Profil Suatu Permukaan


Beberapa parameter yang bisa dijabarkan dari profil-profil yang telah
disebutkan diatas antara lain adalah: f. Kedalaman Total (Peak to Valley)
Kedalaman total ini adalah besarnya jarak dari profil referensi sampai

28
dengan profil dasar. Satuannya adalah dalam micron (m).. g. Kedalaman
Perataan (Peak to Mean Line)

Kedalaman perataan (Rp) merupakan jarak rata-rata dari profil


referensi sampai dengan profil terukur. Satuannya adalah dalam micron
(m).. g. Kedalaman Perataan (Peak to Mean Line) Bila juga dikatakan
bahwa kedalaman perataan merupakan jarak antara profil tengah dengan
profil referensi:

Gambar 7 : Kedalaman Total dan Kedalaman Perataan

Toleransi harga kekasaran rata-rata, Ra dari suatu permukaan


tergantung pada proses pengerjaannya. Hasil penyelesaian permukaan
dengan menggunakan mesin gerinda sudah tentu lebih halus dari pada
dengan menggunakan mesin bubut. Tabel 22 berikut ini memberikancontoh
harga kelas kekasaran rata-rata menurut proses pengerjaannya.

29
Tabel 1 : Toleransi Harga Kekasaran

Toleransi harga kekasaran rata-rata, Ra dari suatu permukaan


tergantung pada proses pengerjaannya. Hasil penyelesaian permukaan
dengan menggunakan mesin gerinda sudah tentu lebih halus dari pada
dengan menggunakan mesin bubut. Tabel 22 berikut ini memberikancontoh
harga kelas kekasaran rata-rata menurut proses pengerjaannya.

h. Kekasaran Rata-rata Kuadratis (Root Mean Square Height), Rg


Besarnya harga kekasaran rata-rata kuadratis ini adalah jarak kuadrat
ratarata dari harga profil terukur sampai dengan profil tengah.Pada arah
mendatar juga terdapat beberapa parameter yang bisa digunakan untuk
menjelaskan ketidakteraturan permukaan. Parameter-parameter tersebut
antara lain :

30
Tabel 2 : Tingkat Kekasaran Rata-rata Permukaan Menurut Proses
Pengerjaannya

 Lebar Gelombang (Waviness Width), Aw Lebar gelombang adalah


jarak rata-rata aritmetis dari jumlah jarak awi yang terletak di antara dua
puncak gelombang pada profil terukur yang letaknya berdekatan dengan
panjang sampel pengukuran sw. Satuan dari lebar gelombang adalah
dalam milimeter. Lihat gambar 2.8  Lebar Kekasaran (Roughness Width),
Ar Lebar kekasaran adalah

jarak rata-rata aritmetis dari jumlah jarak ari yang terletak di antara
dua puncak kekasaran pada profil terukur yang letaknya berdekatan
dengan panjang sampel pengukuran s. Satuan dari lebar gelombang adalah
dalam milimeter Satuan dari lebar gelombang adalah dalam milimeter
Satuan dari lebar kekasaran juga dalam milimeter. Lihat gambar 2.8 :

31
Gambar 8 : Lebar Gelombang dan Lebar Kekasaran

Parameter lain dari permukaan Untuk menjelaskan parameter lain


yang dapat memberikan keterangan tambahan bagi ketidak teraturan dari
suatu permukaan maka perlu kiranya dilukiskan suatu profil permukaan
yang agak berlebihan. Gambar 2.9 dan Gambar 2.10 menunjukkan suatu
profil permukaan dengan bentuk puncak seperti duri dan bentuk lembah
yang sempit dan dalam.

Bila dari kedua profil ini ditarik harga Ra maka nampak bahwa harga
Ra dari profil yang atas hampir sama dengan harga Ra dari profil yang
bawah. Hal yang sama juga berlaku untuk harga Rt. Sedangkan untuk
harga Rp nampak ada perbedaan antara kedua profil tersebut. Agar
informasi mengenai permukaan lebih lengkap perlu dikemukakan
parameter yang lain yaitu parameter bentuk.

Motor Wiper digerakan oleh arus yang dialiri oleh baterai menuju
sekring dan ke saklar dan menuju ke motor wiper tersebut sehingga motor
wiper dapat bergerak dengan semestinya. Pada Wiper, ada tiga pergerakan
yang sering kita lihat yaitu pelan (Low Speed), cepat (High Speed) dan
pelan berjangka waktu (Intermittent). Kecepatan rendah dan tinggi wiper
dikontrol dengan mengatur arus yang mengalir dari brush ke armatur coil.

32
Jadi dapat di simpulkan bahwa kecepatan wiper diatur dengan cara
membatasi kecepatan putaran motor wiper. Bila arus mengalir pada
armatur coil dari brush kecepatan rendah, akan dihasilkan gaya perlawanan
elektromotive yang besar dan akaibatnya motor berputar pada kecepatan
rendah,

bila arus mengalir pada armatur coil dari brush kecepatan tinggi,
maka akan dihasilkan gaya balik elektromotive yang kecil, dan akibatnya
motor berputar pada kecepatan tinggi. Untuk lebih jelasnya kita akan bahas
cara kerja wiper satu-persatu. a. Wiring Cara kerja wiper ketika saklar pada
posisi Low Speed.

Pada saat saklar wiper pada posisi Low Speed, arus mengalir dari
Baterai - >terminal 18 ->Wiper switch Low/Mist point -> terminal 7-> Motor
wiper (low) -> masa. b. Wiring Cara kerja wiper ketika saklar pada posisi
High Speed Pada saat saklar wiper pada posisi High Speed, arus mengalir
dari Baterai -> Terminal 18 -> Wiper switch High point -> Terminal 13 ->
motor wiper (Hi) -> Massa

c. Wiring cara kerja wiper ketika saklar pada posisi Off. Pada saat
saklar wiper pada posisi Off, arus listrik mengalir dari Baterai - >Cam switch
point B ->Terminal 4 ->Relay point ->Wiper switch Off point -> Terminal 7 -
>motor wiper low (lo) -> massa d. Wiring Cara kerja wiper ketika saklar pada
posisi Intermittent.

Pada saat saklar wiper pada posisi Intermittent, arus mengalir dari
Baterai - >Terminal 18 ->relay coil>Tr 1->Terminal 16 -> Massa. Ketika relay
point bergeser ke sisi B, arus mengalir ke motor (Lo) dan motor berputar
pada kecepatan rendah.: arus mengalir dari , + Baterai ->Term 18->Relay
point B - >Wiper sw point INT -> Terminal 7 Wiper motor (Lo) -> Massa
Gangguan atau Kerusakan yang Sering Terjadi pada Motor Wiper

33
Pada saat motor wiperdijalankan, ternyata motor wiper tidak bekerja.
Penyebab kerusakan dari motor wiper diantaranya adalah sebagai berikut ;
 Sekeringnya putus  Hubungan antara poros dengan batang
penggeraknya putus  Motor penggerak wiper rusak Wiper tidak bekerja 
Hubungan kabel rusak  Hubungan roda gigi pada wiper macet  Tombol
rusak, motor listriknya rusak

 Sekeringnya putus Wiper berjalan lambat  Tahanan dalam coil


kepenggati arus besar kotor  Tahanan besar terhadap pada sambungan
kemasa  Poros engkol macet  Tombol kontak macet  Motor telah aus
atau rusak Cara Memeriksa Kerusakan dan Memperbaiki Motor Wiper
Pemeriksaan terhadap penyebab kerusakan dan perbaikan wiper 
Periksalah keadaan sekering,

kalau ditemukan putus maka gantilah dengan yang baru.  Apakah


hubungan antara poros wiper dan batang penggerak putus? Pasang kunci
kontak penyalaan tetapi mesin jangan dijalankan. Dengarkanlah apakah
motornya berjalan atau bekerja, jika bergerak maka kesalahan terletak
antara poros dan batang penggeraknya.  Apakah motor penggeraknya
rusak?

Jika pada point diatas tidak bekerja maka motor penggerak rusak,
maka dapat dibongkar dan diperiksa di mana letak kerusakannya.
Pengertian Amplas Amplas adalah sejenis alat kerja yang terbuat dari
kertas atau kain yang telah ditambahkan dengan bahan yang kasar seperti
butiran pasir sehingga kadang-kadang disebut juga dengan kertas pasir.

Amplas berfungsi untuk membuat permukaan benda yang kasar


menjadi lebih halus dengan cara menggosokkan permukaan kasarnya ke
permukaan suatu bahan atau benda. Jenis-jenis Amplas Jenis-jenis amplas
menurut bentuk dan bahannya antara lain terdiri dari amplas lembaran dan
amplas roll atau gulungan.

34
Amplas lembaran ada yang terbuat dari kertas dan ada pula yang
terbuat dari bahan kain yang masing-masing memiliki fungsi atau kegunaan
yang berbeda-beda.Sedangkan amplas gulungan biasanya terbuat dari
bahan kain dan merupakanamplas serba guna. Kasar dan halusnya amplas
ditunjukkan oleh angka yang tercantum dibalik permukaan amplas yang
kasar.

Semakin besar angkanya biasanya menunjukkan semakin halus dan


rapat susunan pasirnya.Sebagai contoh untuk nomor-nomor amplas kain
antara lain adalah nomor 0,nomor 1,nomor 11/2,nomor 2,nomor 21/2,nomor
3 dan seterusnya.Sedangkan nomor-nomor pada amplas kertas dan
amplas gulungan misalnya adalah nomor 80, 100, 120, 150, 180, 240, 400,
500, 1000 dan seterusnya

Amplas kertas biasanya berfungsi untuk menggosok besi atau untuk


menghilangkan karat di besi.Dalam penggunaannya amplas kertas
biasanya dibasahi dengan air sehingga kadang-kadang disebut juga
sebagai amplas air.Amplas kain biasanya digunakan untuk mengamplas
tembok atau kayu.

Dalam penggunaannya amplas kain tidak perlu dibasahi dengan air


karena bagian kasarnya mudah rontok. Sedangkan amplas roll atau
gulungan biasanya bisa digunakan untuk menggosok berbagai macam
bahan termasuk besi,tembok,kayu dan lain sebagainya.Ampas gulungan
juga tidak mudah rontok sehingga jika digunakan untuk menggosok bahan
dari besi bisa dibasahi dengan air seperti halnya amplas kertas.

Namun jika digunakan untuk menggosok tembok maupun bahan dari


kayu biasanya tidak perlu dibasahi.Karena memiliki banyak kegunaan maka
amplas gulungan disebut juga sebagai amplas serbaguna. Pengertian
Saklar Saklar adalah komponen listrik yang berfungsi sebagai pemutus dan
penyambung arus listrik dari sumber arus ke beban listrik

35
pada rangkaian listrik tertutup. Berbagai jenis saklar tersedia sesuai
dengan fungsi, jenis dan cara pemasangannya. a. Saklar Tunggal Saklar
yang digunakan untuk menghidupkan dan mematikan satu buah atau satu
kelompok beban listrik. Dalam hal ini adalah beban penerangan atau lampu
listrik.

b. Saklar Majemuk Saklar yang digunakan untuk menghidupkan dan


mematikan lebih dari satu buah atau satu kelompok beban listrik. c. Saklar
tukar Saklar yang yang dapat digunakan untuk menghidupkan dan
mematikan lampu dari tempat yang berbeda. Instalasi saklar tukar adalah
penggunaan dua buah saklar untuk meyalakan dan menghidupkan satu
buah lampu dengan cara bergantian.

Rangkaian instalasi penerangan yang menggunakan saklar tukar


banyak dijumpai di hotel-hotel atau di rumah penginapan maupun di lorong-
lorong yang panjang. 25 Sehingga saklar tukar ini dikenal juga sebagai
saklar hotel maupun saklar lorong. Tujuan dari penggunaan ini ialah untuk
efisiensi waktu dan tenaga karena penggunaan saklar ini sangat praktis.

Pengertian Transformator (Trafo) Transformator atau sering


disingkat dengan istilah Trafo adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah
taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Maksud dari pengubahan taraf
tersebut diantaranya seperti menurunkan Tegangan AC dari 220VAC ke 12
VAC ataupun menaikkan Tegangan dari 110VAC ke 220 VAC.

Transformator atau Trafo ini bekerja berdasarkan prinsip Induksi


Elektromagnet dan hanya dapat bekerja pada tegangan yang berarus bolak
balik (AC). Transformator (Trafo) memegang peranan yang sangat penting
dalam pendistribusian tenaga listrik. Transformator menaikan listrik yang
berasal dari pembangkit listrik PLN hingga ratusan kilo Volt untuk di
distribusikan, dan kemudian

36
Transformator lainnya menurunkan tegangan listrik tersebut ke
tegangan yang diperlukan oleh setiap rumah tangga maupun perkantoran
yang pada umumnya menggunakan Tegangan AC 220Volt.Berikut ini
adalah gambar bentuk dan simbol Transformator : Prinsip Kerja
Transformator (Trafo) Sebuah

Transformator yang sederhana pada dasarnya terdiri dari 2 lilitan


atau kumparan kawat yang terisolasi yaitu kumparan primer dan kumparan
sekunder. Pada kebanyakan transformator, kumparan kawat terisolasi ini
dililitkan pada sebuah besi yang dinamakan dengan Inti Besi (Core). Ketika
kumparan primer dialiri arus AC (bolak-balik)

maka akan menimbulkan medan magnet atau fluks magnetik


disekitarnya. Kekuatan Medan magnet (densitas Fluks Magnet) tersebut
dipengaruhi oleh besarnya arus listrik yang dialirinya. Semakin besar arus
listriknya semakin besar pula medan magnetnya. Fluktuasi medan magnet
yang terjadi di sekitar kumparan pertama (primer) akan menginduksi GGL
(Gaya Gerak Listrik)

dalam kumparan kedua (sekunder) dan akan terjadi pelimpahan


daya dari kumparan primer ke kumparan sekunder. Dengan demikian,
terjadilah pengubahan taraf tegangan listrik baik dari tegangan rendah
menjadi tegangan yang lebih tinggi maupun dari tegangan tinggi menjadi
tegangan yang rendah.

Sedangkan Inti besi pada Transformator atau Trafo pada umumnya


adalah kumpulan lempengan-lempengan besi tipis yang terisolasi dan
ditempel berlapislapis dengan kegunaanya untuk mempermudah jalannya
Fluks Magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik kumparan serta untuk
mengurangi suhu panas yang ditimbulkan. Beberapa bentuk lempengan
besi yang membentuk Inti

37
Transformator tersebut diantaranya seperti : E – I Lamination E – E
Lamination L – L Lamination U – I Lamination Rasio lilitan pada kumparan
sekunder terhadap kumparan primer menentukan rasio tegangan pada
kedua kumparan tersebut. Sebagai contoh, 1 lilitan pada kumparan primer
dan 10 lilitan pada kumparan sekunder akan menghasilkan tegangan 10
kali lipat dari tegangan input pada kumparan primer.

Jenis transformator ini biasanya disebut dengan transformator Step


Up. Sebaliknya, jika terdapat 10 lilitan pada kumparan primer dan 1 lilitan
pada kumparan sekunder, maka tegangan yang dihasilkan oleh Kumparan
Sekunder adalah 1/10 dari tegangan input pada Kumparan Primer.
Transformator jenis ini disebut dengan Transformator Step Down.

38
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil proses pembuatan alat penghalus main journal crankshaft,
dapat diambil kesimpulan : 1. Hal-hal yang berpengaruh dalam proses
pembuatan alat penghalus main journal crankshaft meliputi waktu kegiatan,
tempat kegiatan, bahan, alat bantu yang digunakan serta biaya yang
digunakan.

2. Perencanaan gambar komponen tiap-tiap bagian merupakan


penunjang utama dalam perakitan/pembuatan alat. 3. Didalam proses
pembuatan pembuatan alat penghalus main journal crankshaft, pembuatan
dan pemasangan tiap-tiap komponen sangat perlu
diperhitungkan/dipertimbangkan terlebih dahulu agar tidak terjadi
kesalahan.

4. Proses pengujian dari alat penghalus main journal crankshaft


dilakukan untuk untuk mengetahui apakah alat yang dibuat ini lebih efisien
dibandingkan dengan metode manual. 5. Perawatan dan perbaikan
merupakan salah satu tindakan agar alat yang telah dibuat ini dapat
bertahan lamaDari hasil proses pembuatan alat penghalus main journal
crankshaft, dapat diambil kesimpulan :

1. Hal-hal yang berpengaruh dalam proses pembuatan alat


penghalus main journal crankshaft meliputi waktu kegiatan, tempat
kegiatan, bahan, alat bantu yang digunakan serta biaya yang digunakan. 2.
Perencanaan gambar komponen tiap-tiap bagian merupakan penunjang
utama dalam perakitan/pembuatan alat. 3. Didalam proses pembuatan
pembuatan alat penghalus main journal crankshaft,

39
pembuatan dan pemasangan tiap-tiap komponen sangat perlu
diperhitungkan/dipertimbangkan terlebih dahulu agar tidak terjadi
kesalahan. 4. Proses pengujian dari alat penghalus main journal crankshaft
dilakukan untuk untuk mengetahui apakah alat yang dibuat ini lebih efisien
dibandingkan dengan metode manual. 5. Perawatan dan perbaikan
merupakan salah satu tindakan agar alat yang telah dibuat ini dapat
bertahan lama

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan : 1. Sebelum membuat
suatu alat hendaknya membuat design dan memperhitungkan terlebih
dahulu berapa ukuran yang akan dibuat. 2. Belilah bahan-bahan yang
terlebih dahulu dianggap penting. Pastikan untuk membeli bahan dan
material sesuai dengan fungsi dan kegunaanya. 3. Pergunakan waktu
dengan seefektif mungkin. 4. Sering-seringlah berkonsultasi dengan dosen
pembimbing. 5. Perhatikan kesehatan, keselamatan, kerja ( K3 ) dalam
bekerja .

40
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.iti.ac.id/bitstream/123456789/901/3/3%20BAB%20I.pdf
(Diakses pada hari Jum’at 30 Juni pada pukul 01.10 WIB).
http://eprints.polsri.ac.id/1848/3/BAB%202.pdf
(Diakses pada hari Jum’at 30 Juni pada pukul 02.00 WIB).
http://eprints.polsri.ac.id/1872/6/BAB%205.pdf
(Diakses pada hari Jum’at 30 Juni pada pukul 02.30 WIB).
https://repository.widyatama.ac.id/server/api/core/bitstreams/dd87cadd227
9-4e30-96f8-dd9731311804/content
(Diakses pada hari Jum’at 30 Juni pada pukul 02.40 WIB).
http://repository.pipsemarang.ac.id/858/11/FIX%20BAB%202%20P
DF.pdf
(Diakses pada hari Jum’at 30 Juni pada pukul 02.53 WIB).

41

Anda mungkin juga menyukai