Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kalimantan Barat merupakan Provinsi yang memiliki potensi


pengembangan budidaya perikanan khususnya air payau, dikarenakan provinsi ini
memiliki garis pantai sepanjang 2,039,57 km (DKP Prov. Kalbar, 2012). Dengan
panjang garis pantai 2.039,57 km tersebut Provinsi ini memiliki peluang yang
sangat besar untuk dilakukan pembudidayaan ikan-ikan air payau/laut seperti,
udang vaname, udang windu, ikan kerapu, kakap, bawal, bandeng, lobster ,dan
teripang.
Salah satu komoditas air payau yang banyak dibudidayakan adalah udang
vanamei. Udang Vannamei merupakan salah satu pilihan jenis udang yang dapat
dibudidayakan di Indonesia dan menjadi salah satu komoditas ekspor di bidang
perikanan. Tahun 2014 total produksi udang Vannamei di Indonesia mencapai.
592.219 ton yang mana Kalimantan Barat memproduksi seldtar 29.872 ton (KKP,
2014).
Keunggulan udang Vannamei yaitu pertumbuhan lebih cepat dan
kelangsungan hidup tinggi serta dalam proses budidaya pola intensif sangat
menguntungkan karena dapat menggunakan padat tebar tinggi, sehingga sangat
digemari oleh masyarakat lokal maupun mancanegara. Keberhasilan usaha
budidaya udang di tambak sangat dipengaruhi oleh teknik pembesarannya,
sehingga dapat terjamin mutu dan kualitas hasil budidaya. Udang vaname
membutuhkan pakan dengan kandungan protein 25-30% lebih rendah daripada
udang windu. Disamping itu, nilai konversi pakan dari udang vaname juga lebih
baik, dengan FCR (Feed Convertion Ratio) 1:1,3 pada budidaya udang vaname
secara intensif. Karena alasan tersebut dan dengan pertumbuhan yang lebih cepat
serta sintasan yang lebih tinggi, maka biaya produksi udang vaname lebih rendah
hingga 25-30% daripada biaya produksi udang windu. Sehingga budidaya udang
jenis ini lebih dinikmati.

1
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis sangat tertarik untuk
melakukan Praktik Kerja Lapangan perusahaan umum perikanan indonesia

B. TUJUAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah untuk
meningkatkan kompetensi dan wawasan dalam sektor budidaya perikanan
khususnya Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) serta
mengetahui cara melakukan pembesaran udang Vannamei di perum perikanan
indonesia

C. TUJUAN PENULISAN LAPORAN

Tujuan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberitahukan atau melaporkan kegiatan apa saja yang dilakukan


selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
2. Untuk melengkapi persyaratan Ujian Nasional (UN).
3. Sebagai bahan referensi maupun bacaan siswa khusunya jurusan
perikanan.

2
BAB II

PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Nama Perusahaan/Industri, Waktu, dan Tempat


1. Keterangan Singkat Perusahaan/Industri

Perusahaan umum perikanan indonesia merupakan badan usaha milik negara


( BUMN )Yang didirikan berdasarkan peraturan pemerintah ( PP ) nomor 2 tahun
1990.dengan nama perusahaan umum prasarana perikanan samudra (perum
pps).lalu diatur kembali dengan peraturan pemerintah nomor 23 tahun 2000.tahun
2013 terbit PP nomor 9 yang antara lain mencantumkan perubahan nama
perusahaan,menjadi perusahaan umum (perum) perikanan indonesia atau
disingkat sebagai perum perindo.Berdasarkan PP nomor 9 tahun 2013 itu,perum
perindo memeiliki tugas dan tanggung jawab mengelola aset negara dengan
menyelenggarakan perusahaan dan pelayanan barang jasa dan pengembangan
sistem bisnis perikanan lkepada pengguna jasa pelabuhan perikanan yaitu nelayan
pada khusunya dan masyarakat perikanan pada umumnya (perum) perikanan
indonesia masih
berfokus pada kegiatan budidaya perikanan, dan pada tahun 2017 perusahaan
umum (perum) perikanan indonesia akan meningkatkan produksi dalam bidang
budidaya bandeng. Budidaya bandeng merupakan bisnis yang di kembangkan
oleh perum perindo karena memiliki potensi yang sangat tinggi

2. Waktu Pelaksanaan PKL

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan selama (empat) bulan
yaitu dari tanggal 19 Desember 2022 – 19 April 2023,

3.Alamat Perusahaan/Industri

3
Perusahaan umum perikanan indonesia merupakan badan usaha milik negara
(BUMN), perusahaan ini bergerak di bidang budidaya perikanan yang salah satu
nya di desa rukma jaya, kecamatan sungai raya kepulauan, kabupaten
bengkayang, provinsi kalimantan barat . lokasi dapat ditempuh dari kota
pontianak sekitar 2 jam 57 menit dengan jarak tempuh 114 km/jam, tata letak
perusahaan umum perikanan indonesia sebelah utara berbatasan langsung dengan
Penanggung
Sungai Ruk, sebelah selatan berbatasan jawab
langsung dengan parit, sebelah timur
Anandamilik
berbatasan langsung dengan tanah Praba Katritama
asang,yusmani, akian, nizam,
muzani,yong cim (warga), dan sebelah barat berbatasan langsung dengan laut.

Struktur Organisasi Perusahaan :

Feeder(anak kolam)
Jaelani
Feni

Teknisi
Sonadi

Mekanik
Rusmiadi

4
B. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
1. Penempatan Kerja Selama PKL dan Waktunya
Selama melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan, menugaskan seluruh
siswa magang atau PKL untuk mengikuti program kerja di bagian operator
budidaya (Feeder) dalam melakukan proses budidaya udang Vannamei mulai dari
tahap persiapan sampai dengan tahap pemanenan.

2. Uraian Tugas yang Dilaksanakan


Adapun uraian tugas yang diberikan kepada siswa PKL adalah sebagai
berikut :
Uraian Tugas Program Kerja Waktu
Tahap Persiapan Sterilisasi Kolam Pemberian Kapur
Wadah Dasar
Pemberian Kaporit
Pemberian Delstar
Pembentukan Air Pemberian Mineral
Kolam Kultur Bakteri
Pemberian
Fermentasi
Tahap Penebaran Benih Penebaran Benih
Pemeliharaan Pemberian Pakan Pakan Harian
Udang Pengecekan
Kualitas Air
Tebar Fermentasi
Tahap Pemanenan Panen Parsial Persiapan Alat
Panen

5
Panen total Persiapan Alat
Panen
Pemanenan

Uraian tugas di atas berdasarkan program kerja bagian operator setiap


blok, dimana di PT perindo mempunyai enam blok, satu di antaranya tidak
beroperasi. Oleh sebab itu, para siswa magang ditugaskan untuk membantu setiap
program kerja yang ada.

C. Alat dan Bahan yang Digunakan


1. Tahap Persiapan Wadah

No Uraian Tugas Alat Bahan


1 Persiapan Wadah (Sterilisasi dan Pompa Air laut
2 Pembentukan Air) Pipa paralon Kaporit
3 Kincir Saponin
4 Delstar
5 Tikam
6 Virkon
7 Dolomit
8 Kapur tohor
9 Kapur kaptan
10 Mintech

2. Penebaran Benur

No Uraian Tugas Alat Bahan


1 Penebaran benih Pipa paralon Benur udang vannamei
2 Waring

6
3. Pemeliharaan

No Uraian Tugas Alat Bahan


1 Pemberian pakan Ember Pakan ruby 1, 2A, 3A,
dan 3B
2 Timbangan digital Probiotik biolacto, fast
grow, dan vitaral

No Uraian Tugas Alat Bahan

1 Pengelolaan kualitas Kincir Dedak


2 air dan pembentukan Secchi Disk Super NB
3 bakteri air Refraktometer VIT C
4 pH meter Bio N plus
5 Aerator Dolomite
6 Pompa Sanitrex
7 Super PS
8 Molase
9 Mauripan

No Uraian Tugas Alat Bahan


1 Fermentasi Pakan Timbangan digital Dedak
2 Ken (jerigen) Molase
3 Gelas ukur Mauripan
4 Vamnaplo plus
5 Air
6 Campuran pakan Omega
7 Vamnapro plus

7
8 M. minera upl
9 Vit. C

4. Tahap Pemanenan

No Uraian Tugas Alat Bahan


1 Pemanenan Keranjang Udang
2 Jala Batu es
3 Sodong
4 Serok
5 Timbangan
6 Box/sterofoam

D. Prosedur Pelaksanaan

1. Persiapan Wadah atau Lahan Budidaya

Persiapan wadah merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan


pembesaran udang vannamei, karena wadah ataupun lahan budidaya merupakan
tempat media tumbuh dan berkembang udang vannamei, adapun persiapan wadah
yang dilakukan meliputi kegiatan:

a. Pembersihan lahan (dasar dan dinding kolam) dari sisa-sisa kotoran dalam
budidaya siklus sebelumnya diantaranya melalui penyemprotan kolam /cuci
kolam, pembersihan tiram, penyikatan sisa lumut dan kerak.

b. Pembersihan dan perbaikan alat-alat pendukung budidaya seperti kincir, anco,


jembatan anco.

c. Sterilisasi lahan dan alat dengan penyemprotan lanitan kaporit minimal 5% (0,5
kg kaporit dilarutkan dalam 10 liter air) dengan tujuan untuk membunuh
spora/kista bakteri dan kemungkinan sisa-sisa virus.

d. Penutupan pintu panen.

8
e. Pengisian air di tambak sampai level maksimal sambil diamati apakah ada
kebocoran atau tidak.

Setelah wadah/lahan disiapkan maka dilakukanlah pengisian air. Kolam yang


sudah terisi air, maka airnya harus disiapkan terlebih dahulu sebelum dilakukan
penebaran benur, adapun tahapan dalam persiapan air rneliputi kegiatan:

a. Sterilisasi

Dalam kegiatan sterlilisasi meliputi 3 tujuan yaitu sterilisasi terhadap


crustacea (udang liar dan kepiting) sebagai pembawa virus, sterilisasi terhadap
lumut dan tiram, sterilisasi terhadap plankton yang merugikan dan
pengendapan bahan organic dilakukan dalam 3 hari. berturut-turut.

o Sterilisasi terhadap bibit tiram dan lumut menggunakan rendaman


cupri sulfat dengan dosis 2.3 kg/1000m3 air. Aplikasi pada sore hari
supaya pH lebih tinggi
o Sterilisasi terhadap bakteri dan plankton merugikan serta pengendapan
bahan organic menggunakan kaporit dengan dosis 25-30ppm atau
30kg/1000m2.

b. Persiapan plankton

Tujuan untuk menumbuhkan plankton yang baik menggunakan fermentasi


dedak. Cara dan dosis fermentasi dedak untuk Iahan 1000 m2 yaitu: 1.0 kg dedak,
2 liter tetes molase, 200 gram mawipan. Semua bahan dicampur dengan air hingga
seperti bubur kemudian dituto rapat selama 45-48 jam yang kemudian ditebar di
petakan pada pagi hari dan mulai saat itu kincir harus hidup 24 jam nonstop
minimal 2 kincir tiap petak 1000 m2 hingga hari penebaran benur.

Kegiatan pembuatan fermentasi diulang minimal 3 kali sampai saat tebar


hingga didapatkan kecerahan air optimal 70 cm. jika sampai 2 hari sebelum tebar
kondisi plankton masih tipis maka bisa dilakukan treatmen kultur super NB
dengan dosis (utk petakan 1000m2): Super NB 250 ml dan 1 liter molase

9
dicarnpur air tawar 25 liter dan aerasi. selama 12-16 jam kemudian ditebar di
petakan pada pagi hari.

2. Penebaran Benur

Waktu yang tepat untuk tebar benur adalah pagi hari. menjelang subuh hingga
matahari terbit atau sore hari. sekitar 2 jam sebelum matahari tenggelam hingga
sekitar 2 jam setelah matahari. tenggelam. Yang harus diperhatikan dalam
penebaran adalah adaptasi benur dan efektifitas untuk itu perlu diatur tenaga untuk
penebaran. Yang paling tepat da.lam 1 petak minimal ada 3 orang, dan harus
dipastikan setelah kantong keluar dari box dalam waktu maksimal 1 jam sudah
harus ditebar. Prosedur dalam penebaran:

 Kantong-kantong benur dikeluarkan dari box setelah tenaga penebar siap


 Kantong-kantong benur dibiarkan mengapung di air tarnbak hingga
mengembun dengan tujuan menyamakan suhu karena suhu dalam box
selama perjalanan benur dibuat lebih dingin dari suhu air nirmal untuk
menghindari stress.
 Setelah cukup mengembun (sekitar 20-30 menit) maka benur siap dilepas ke
tambak dengan cara mencampur air tambak ke dalam kantong kira-kira 1/5
volume air kantong dengan tujuan untuk menyamakan beberapa parameter
seperti pH dan salinitas.
 Selama penebaran minimal kincir hidup 1 unit - Saat penebaran dilakukan
sampling jumlah benur dengan sampel 2 kantong benur dari box yang
berbeda untuk mengetahui jumlah benur yang lebih actual sehingga tidak
keliru dalam menetukan program pakan di kemudian hari.

3. Tahap Pemeliharaan

a. Pemberian pakan

Pemberian pakan selama budidaya dibagi menjadi 2 bagian yaitu program


pakan buta dan program pakan terkontrol. Program pakan buta adalah pemberian

10
pakan berdasarkan jumlah benur yang ditebar dengan asumsi benur hidup 100%.
Biasanya dilakukan selama 30 hari pertama. Sedangkan program pakan terkontrol
adalah program pakan berdasarkan hitungan feeding rate dan control anco,
biasanya dilakukan setelah 30 hari.

Dalam feeding program terkontrol yang harus diperhatikan adalah


ketepatan % pakan di anco, waktu control anco, dan pengambilan keputusan
dalam menambah dan memotong pakan. kriteria dalam penambahan pakan:

i. Pakan di anco habis tepat waktu maka penambahan pakan mengikuti


feeding program berdasarkan estimasi pertumbuhan udang pada keesokan
harinya.
ii. Pakan di anco habis 30 menit sebelum waktunya dengan adg di bawah
standard maka pakan bisa dinaikkan 10% pada keesokan harinya.
iii. Pakan di anco sisa sedikit (<10%) maka pakan untuk besok tetap.
iv. Pakan di anco sisa banyak (<25%) maka pakan dipotong 25% dari posisi
saat ini pada jam pakan berikutnya.
v. Pakan di anco sisa banyak >25% maka pakan dipotong 50% dari posisi
saat ini pada jam pakan berikutnya.
vi. Pakan di anco sisa >50% maka udang dipuasakan pada jam pakan
berikutnya dan diberi makan 25% dari seharusnya di jam pakan setelah
puasa.
vii. Jika dosis pakan 25% masih tidak habis maka bisa dipuasakan 2 kali jam
pakan.
viii. Selain berdasarkan control anco, penambahan dan pemotongan pakan juga
harus mempertimbankan kualitas air di mana pakan harus dipotong pada
air dengan kecerahan <15cm dengan warna apapun, atau warna air merah
dan menyala di malam hari dengan kecerahan berapapun.
ix. Pakan juga harus dipotong jika air berwama hijau tua pekat atau
terindikasi dominasi BGA (alga hijau biru), planIdon merah (red tide),
plankton diatom dengan warna coklat kemerahan dan total vibrio tinggi
>50% dari total bakteri.

11
x. Perhitungan pakan untuk saat ini menggunakan feeding rate dengan rumus
FR= 13.66 * mbw ^0.593; FR= Feeding Rate, mbvv= berat rata-rata udang
Total pakan harian = Biomass x FR dalam %
Biomass = jumlah tebar x mbw
Biomass = pakan harian/FR

b. Pemakaian Obat-obatan

a) Feed additive yaitu zat yang dicampurkan di pakan untuk meningkatkan


mutu pakan, untuk saat ini kita, memakai vitamin C, fungsinya untuk
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap stress. Pema:caian setiap hari
mulai hari ke-15 dosis 3-5 gram/kg pakan di saat jam pakan terbanyak. Bisa
juga dengan model 3 hari pakai 3 hari libur.
b) Probiotik, yaitu mikroba yang berguna untuk mendukung kehidupan udang
dan ekosistem di air. Saat ini kita memakai 3 macam probiotik yaitu:
 Golongan bakteri nitrifikasi dengan merek dagang Super NB, fungsinya
untuk menumbuhkan plankton dengan cara mengubah nitrit dan
ammonium menjadi nitrat yang merupakan nutrisi untuk plankton.
Aplikasi bisa dengan cara diaktifasi dengan mencampur tetes dengan
perbandingan 1 super NB : 2 tetes molase 100 air tawar dan diaerasi
selama 12-16 jam. Bisa juga ditebar langsung dengan dosis 0.25-
0•5ppm pada saat-saat kritis. Pemakaian norrnal untuk bulan I adalah 5
hari sekali dan di bulan ke-2 dst. seminggu sekali
 Golongan bakteri Fotosintetis dengan merek dagang Super PS,
fungsinya sebagai pengurai sisa-sisa pakan dan plankton mati menjadi
molekul yang lebih sederhana dan tidak membahayakan udang dengan

12
cara memecah H2S dalam proses aktifias bakteri tersebut. Pemakaian
mulai setelah udang umur 2 minggu dengan frekuensi serninggu sekali
dan ditingkatakan menjadi seminggu 2 kali pada saat kondisi air mulai
pekat.
 Golongan bakteri bacillus sp terutama bacillus subtilis yang berfungsi
untuk menekan pertumbuhan plankton supaya tidak terlalu pekat,
selainitu bakteri ini juga mengeluarkan enzyme yang berguna untuk
menekan perkembangan bakteri vibrio. Pemakaian sesuai kondisi di
lapangan terutama saat plankton hijau terlalu pekat denga nkecerahan
<25cm dengan dosis 0.25-0.5ppm dengan frelcuensi 5 hari sekali.

c) Kaptan atau kapur pertanian fungsinya untuk mempertahankan alkalinitas


dan menjaga kestabilan pH air, Mengendalikan periumbuhan plankton,
mengikat kelebilaan phospat. Pemakaian tiap hari di pagi hari saat plankton
mulai stabil di kecerahan 40cm, dosis 5ppm, atau di malam hari saat
plankton berwarna merah dengan dosis 5-10ppm.

4. Tahap Pemanenan

Adapun tahapan terakhir dalam proses budidaya udang vaname adalah


tahap pemanenan, pada tahapan ini kita bisa melihat apakah dapat menghasilkan
keuntungan maupun tidak. Sebelum panen maka, terlebih dahulu melakukan

persiapan panen, dengan tahapan sebagai berikut:

- Tenaga kerja panen

- Peralatan panen

- Pembagian tugas

- Konsumsi

Setelah disiapkan maka dilakukanlah pemanenan, adapun tahap


pemanenan dapat dibagi menjadi dua, yaitu panen parsial dan panen total.

13
a) Panen parsial
Panen parsial bertujuan untuk mengurangi kepadatan dan biomass udang di
kolam. Panen parsial yang pertama dilakukan untuk menurunkan kepadatan
udang di tambak sehingga menjadi 125-140 ekor/m2, sedangkan panen
parsial selanjutnya dilakukan jika rasio pakan dan kincir >12 atau biomass
1.8kg/m2.
b) Panen total
Dilakukan setelah udang mencapai size yang diinginkan dan biomass
mencapai punacak maksimalnya di kisaran 2.3-2.7/rn2 atau perturnbuhan
sudah tidak optimal sedangkan umur maksimal untuk pertumbuhan yang
optimal 125 hari.

E. Sanitasi, Hygiene, dan Keselamatan Kerja

Sanitasi dan higiene merupakan salah satu cara atau prosedur dalam suatu
unit usaha budidaya yang dapat menghasilkan produk yang aman dikonsumsi,
karena sanitasi higiene merupakan standar kebersihan dan kesehatan yang harus
dipenuhi agar dapat mencegah terjadinya kerusakan pada udang tersebut dan akan
menghasilkan mutu yang di inginkan (Lobura, 2010).

Penerapan sanitasi, hygiene, dan keselamatan kerja yang ada di


PT.Perindo antara lain : semua karyawan diwajibkan untuk memakai sepatu boot
(sepatu kerja), memakai sarung tangan, dan di setiap pintu gerbang memasuki
kolam tersedia air yang sudah di isi kaporit, yang berguna untuk mernbersihkan
serta mensterilisasikan tangan serta sepatu semua karyawan

BAB III

MASALAH YANG DIHADAPI DAN PEMECAHAN MASALAH

14
A. Masalah Yang Dihadapi
Adapun permasalahan yang dihadapi selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan
adalah sebagai berikut:
1. Dedak untuk fermentasi masih kasar dan bercampur sekam.
2. Setting kincir tidak beraturan sehingga tidak ada area titik mati untuk endapan
lumpur di sentral kolam.
3. Kecerahan air naik dari 35 ke 55, udang DOC 22 masih dominan makan
pakan alami kolam.
4. Persiapan tebar H-5, kolam F 1, dan F6 timbul gelembung air yang cukup
besar dibawah plastik kemungkinan subsoil tersumbat.
5. Fluktuasi Ph harian masih tinggi.
6. Ada beberapa kolam teridentifikasi penyakit vibriosis dan Infection
Myonecrosis Virus (IMNV).

B. Pemecahan Masalah
Adapun cara pemecahan masalah disini sesuai dengan poin yang ada diatas
sebagai berikut:
1. Ampas dedak hasil fermentasi sebaiknya dibuang dan tidak ditebar kedalarn
kolam, agar hasil fermentasi dapat maksimal.
2. Kincir harus disetting ulang, akan tetapi harus dilakukan secara bertahap
karena kolam sudah operasi/sudah ada udang.
3. Pemberian fermentasi dikurangi.
4. Kolam yang terjadi gelembung sebaiknya ditimbun menggunakan pasir yang
sudah dimasukkan kedalam karung.
5. Untuk menstabilkan pH sebaiknya diberikan dolomit cair dengan dosis 10
ppm serta dasarnya kolam harus di sipon untuk mengurangi bahan organik
dan anorganik yang ada didalam kolam.
6. Jika salah satu kolam sudah terindentifikasi virus ataupun bakteri jahat maka
kolam tersebut harus dipanen total agar bisa menekan biaya pengeluaran,
karena sampai saat ini tidak bisa ditemukan obat untuk mengatasi virus
tersebut.

15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas kegiatan pembesaran udang vannamei di tambak


Perum Perikanan Indonesia ini menunjukkan bahwa persiapan wadah yang perlu
dilakukan meliputi proses pengeringan kolam, pengapuran, pemasangan
mulsa/HDPE, pengisian air, sterilisasi dasar, pemasangan kincir, dan pengelolaan
kualitas air, serta proses penebaran benur dilakukan sesuai prosedur dengan
aklimatisasi suhu dan salinitas terlebih dahulu sebelum benur ditebar. Pada proses
manajemen pakan dilakukan dengan cara menentukan jumlah pakan berdasarkan
bleend feeding dan anco dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 5x sehari,
untuk parameter kualitas air sudah ideal dengan salinitas berkisar antara 15-25
ppt, suhu berkisar 28-30 °C, kecerahan berkisar antara 25- 85 cm dan pll berkisar
antara 7,5-8,5. Pemantauan pertumbuhan udang dilakukan dengan prosedur
sampling 10 hari sekali setelah udang DOC ke 40, untuk pengendalian hama dan
penyakit dilakukan dengan pemasangan CPD (Crab Protecting Device) serta BSD
(Bird Scaring Device) dan juga pemberian probiotik untuk imunitas tubuh udang.
Setelah itu panen dilakukan dengan dua metode yaitu panen parsial dan panen
total.

16
B. Saran

Dari hasil kegiatan dilakukan maka dapat disarankan agar pada proses
budidaya terutama pembesaran udang, sebaiknya lebih ditingkatkan Biosecurity
nya agar rantai penyebaran penyakit dapat diputuskan supaya terhindar dari
kernatian udang yang akan berdampak pada besarnya kerugian yang didapatkan.

LAMPIRAN
17
18
Dokumentasi Kegiatan :

Dokumentasi Kegiatan :

19

Anda mungkin juga menyukai