PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis sangat tertarik untuk
melakukan Praktik Kerja Lapangan perusahaan umum perikanan indonesia
Tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah untuk
meningkatkan kompetensi dan wawasan dalam sektor budidaya perikanan
khususnya Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) serta
mengetahui cara melakukan pembesaran udang Vannamei di perum perikanan
indonesia
2
BAB II
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan selama (empat) bulan
yaitu dari tanggal 19 Desember 2022 – 19 April 2023,
3.Alamat Perusahaan/Industri
3
Perusahaan umum perikanan indonesia merupakan badan usaha milik negara
(BUMN), perusahaan ini bergerak di bidang budidaya perikanan yang salah satu
nya di desa rukma jaya, kecamatan sungai raya kepulauan, kabupaten
bengkayang, provinsi kalimantan barat . lokasi dapat ditempuh dari kota
pontianak sekitar 2 jam 57 menit dengan jarak tempuh 114 km/jam, tata letak
perusahaan umum perikanan indonesia sebelah utara berbatasan langsung dengan
Penanggung
Sungai Ruk, sebelah selatan berbatasan jawab
langsung dengan parit, sebelah timur
Anandamilik
berbatasan langsung dengan tanah Praba Katritama
asang,yusmani, akian, nizam,
muzani,yong cim (warga), dan sebelah barat berbatasan langsung dengan laut.
Feeder(anak kolam)
Jaelani
Feni
Teknisi
Sonadi
Mekanik
Rusmiadi
4
B. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
1. Penempatan Kerja Selama PKL dan Waktunya
Selama melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan, menugaskan seluruh
siswa magang atau PKL untuk mengikuti program kerja di bagian operator
budidaya (Feeder) dalam melakukan proses budidaya udang Vannamei mulai dari
tahap persiapan sampai dengan tahap pemanenan.
5
Panen total Persiapan Alat
Panen
Pemanenan
2. Penebaran Benur
6
3. Pemeliharaan
7
8 M. minera upl
9 Vit. C
4. Tahap Pemanenan
D. Prosedur Pelaksanaan
a. Pembersihan lahan (dasar dan dinding kolam) dari sisa-sisa kotoran dalam
budidaya siklus sebelumnya diantaranya melalui penyemprotan kolam /cuci
kolam, pembersihan tiram, penyikatan sisa lumut dan kerak.
c. Sterilisasi lahan dan alat dengan penyemprotan lanitan kaporit minimal 5% (0,5
kg kaporit dilarutkan dalam 10 liter air) dengan tujuan untuk membunuh
spora/kista bakteri dan kemungkinan sisa-sisa virus.
8
e. Pengisian air di tambak sampai level maksimal sambil diamati apakah ada
kebocoran atau tidak.
a. Sterilisasi
b. Persiapan plankton
9
dicarnpur air tawar 25 liter dan aerasi. selama 12-16 jam kemudian ditebar di
petakan pada pagi hari.
2. Penebaran Benur
Waktu yang tepat untuk tebar benur adalah pagi hari. menjelang subuh hingga
matahari terbit atau sore hari. sekitar 2 jam sebelum matahari tenggelam hingga
sekitar 2 jam setelah matahari. tenggelam. Yang harus diperhatikan dalam
penebaran adalah adaptasi benur dan efektifitas untuk itu perlu diatur tenaga untuk
penebaran. Yang paling tepat da.lam 1 petak minimal ada 3 orang, dan harus
dipastikan setelah kantong keluar dari box dalam waktu maksimal 1 jam sudah
harus ditebar. Prosedur dalam penebaran:
3. Tahap Pemeliharaan
a. Pemberian pakan
10
pakan berdasarkan jumlah benur yang ditebar dengan asumsi benur hidup 100%.
Biasanya dilakukan selama 30 hari pertama. Sedangkan program pakan terkontrol
adalah program pakan berdasarkan hitungan feeding rate dan control anco,
biasanya dilakukan setelah 30 hari.
11
x. Perhitungan pakan untuk saat ini menggunakan feeding rate dengan rumus
FR= 13.66 * mbw ^0.593; FR= Feeding Rate, mbvv= berat rata-rata udang
Total pakan harian = Biomass x FR dalam %
Biomass = jumlah tebar x mbw
Biomass = pakan harian/FR
b. Pemakaian Obat-obatan
12
cara memecah H2S dalam proses aktifias bakteri tersebut. Pemakaian
mulai setelah udang umur 2 minggu dengan frekuensi serninggu sekali
dan ditingkatakan menjadi seminggu 2 kali pada saat kondisi air mulai
pekat.
Golongan bakteri bacillus sp terutama bacillus subtilis yang berfungsi
untuk menekan pertumbuhan plankton supaya tidak terlalu pekat,
selainitu bakteri ini juga mengeluarkan enzyme yang berguna untuk
menekan perkembangan bakteri vibrio. Pemakaian sesuai kondisi di
lapangan terutama saat plankton hijau terlalu pekat denga nkecerahan
<25cm dengan dosis 0.25-0.5ppm dengan frelcuensi 5 hari sekali.
4. Tahap Pemanenan
- Peralatan panen
- Pembagian tugas
- Konsumsi
13
a) Panen parsial
Panen parsial bertujuan untuk mengurangi kepadatan dan biomass udang di
kolam. Panen parsial yang pertama dilakukan untuk menurunkan kepadatan
udang di tambak sehingga menjadi 125-140 ekor/m2, sedangkan panen
parsial selanjutnya dilakukan jika rasio pakan dan kincir >12 atau biomass
1.8kg/m2.
b) Panen total
Dilakukan setelah udang mencapai size yang diinginkan dan biomass
mencapai punacak maksimalnya di kisaran 2.3-2.7/rn2 atau perturnbuhan
sudah tidak optimal sedangkan umur maksimal untuk pertumbuhan yang
optimal 125 hari.
Sanitasi dan higiene merupakan salah satu cara atau prosedur dalam suatu
unit usaha budidaya yang dapat menghasilkan produk yang aman dikonsumsi,
karena sanitasi higiene merupakan standar kebersihan dan kesehatan yang harus
dipenuhi agar dapat mencegah terjadinya kerusakan pada udang tersebut dan akan
menghasilkan mutu yang di inginkan (Lobura, 2010).
BAB III
14
A. Masalah Yang Dihadapi
Adapun permasalahan yang dihadapi selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan
adalah sebagai berikut:
1. Dedak untuk fermentasi masih kasar dan bercampur sekam.
2. Setting kincir tidak beraturan sehingga tidak ada area titik mati untuk endapan
lumpur di sentral kolam.
3. Kecerahan air naik dari 35 ke 55, udang DOC 22 masih dominan makan
pakan alami kolam.
4. Persiapan tebar H-5, kolam F 1, dan F6 timbul gelembung air yang cukup
besar dibawah plastik kemungkinan subsoil tersumbat.
5. Fluktuasi Ph harian masih tinggi.
6. Ada beberapa kolam teridentifikasi penyakit vibriosis dan Infection
Myonecrosis Virus (IMNV).
B. Pemecahan Masalah
Adapun cara pemecahan masalah disini sesuai dengan poin yang ada diatas
sebagai berikut:
1. Ampas dedak hasil fermentasi sebaiknya dibuang dan tidak ditebar kedalarn
kolam, agar hasil fermentasi dapat maksimal.
2. Kincir harus disetting ulang, akan tetapi harus dilakukan secara bertahap
karena kolam sudah operasi/sudah ada udang.
3. Pemberian fermentasi dikurangi.
4. Kolam yang terjadi gelembung sebaiknya ditimbun menggunakan pasir yang
sudah dimasukkan kedalam karung.
5. Untuk menstabilkan pH sebaiknya diberikan dolomit cair dengan dosis 10
ppm serta dasarnya kolam harus di sipon untuk mengurangi bahan organik
dan anorganik yang ada didalam kolam.
6. Jika salah satu kolam sudah terindentifikasi virus ataupun bakteri jahat maka
kolam tersebut harus dipanen total agar bisa menekan biaya pengeluaran,
karena sampai saat ini tidak bisa ditemukan obat untuk mengatasi virus
tersebut.
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
B. Saran
Dari hasil kegiatan dilakukan maka dapat disarankan agar pada proses
budidaya terutama pembesaran udang, sebaiknya lebih ditingkatkan Biosecurity
nya agar rantai penyebaran penyakit dapat diputuskan supaya terhindar dari
kernatian udang yang akan berdampak pada besarnya kerugian yang didapatkan.
LAMPIRAN
17
18
Dokumentasi Kegiatan :
Dokumentasi Kegiatan :
19