JURNAL PENELITIAN
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
NAMA : KASLAM
NIM : G62107043
PROGRAM STUDI : KETEKNIKAN PERTANIAN
DOSEN PEMBIMBING : 1. Prof. Dr. Ir. Salengke, M.Sc
2. Ir. Helmi A. Koto, MS
HARI/TGL : Senin, 21 Mei 2012
WAKTU : Pukul 10.30 -12.00
TEMPAT : Ruang Seminar Keteknikan Pertanian
1
“Mempelajari Sorpsi Isotermi dan Daya Patah Emping Jagung Pulut”1)
Kaslam2)
Salengke dan Helmi A. Koto3)
Abstrak
Produksi jagung di Indonesia cukup tinggi, yaitu 18.364.430 ton dengan total luas panen 4.131.676
ha dan produktivitas sebesar 41,18% (BPS, 2010). Salah satu jenis jagung yang potensial dan banyak
dikembangkan adalah jagung pulut. Jenis jagung ini sangat cocok dalam pembuatan emping jagung karena
memiliki kandungan amilopektin tinggi (>80%). Emping jagung pulut banyak diproduksi oleh industri skala
kecil hingga menengah sebagai produk makanan ringan. Permasalahan yang kemudian terjadi adalah
penanganan pasca produksi, emping jagung memiliki kemampuan penyerapan air yang tinggi sehingga saat
digoreng, tidak mekar dengan sempurna sehingga kurang enak dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji persamaan sorpsi isotermi emping jagung yang memberikan perkiraan kadar air keseimbangan
yang paling mendekati kadar air keseimbangan terukur. Dengan menggunakan suhu 25 oC, 30 oC dan 35 oC
dengan kombinasi RH 40%, 60% dan 80%, penelitian ini menunjukkan bahwa Persamaan Henderson
memberikan perkiraan perilaku sorpsi isotermi emping jagung pulut yaitu pada kondisi suhu 30 ˚C lebih
mendekati hasil percobaan dan juga pada suhu 35 ˚C. Sedangkan Persamaan Chung & Pfost paling baik
menggambarkan perilaku sorpsi isotermi pada suhu 25 ˚C. Selain itu, Penelitian ini juga bertujuan untuk
mengetahui kerapuhan (daya patah) emping jagung pulut pada berbagai beberapa kondisi penyimpanan.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi RH lingkungan maka Nilai daya patah semakin tinggi pula.
Kata kunci : Kadar air keseimbangan, Sorpsi isotermi, emping jagung pulut.
Abstract
Corn production in Indonesia is quite high, namely 18,364,430 tons with a total area of 4,131,676
ha and crop productivity by 41.18% (BPS, 2010). One type of potential corn and corn has been
developed is the birdlime. This type of corn is very suitable in the manufacture of corn chips
because it has a high amylopectin content (> 80%). Pulut corn chips are produced by many small to
medium scale industries as a snack food product. The problem that then occurs is handling post-
production, corn chips have a high water absorption capacity so that when fried, so it does not
bloom perfectly consumed less palatable. This study aims to examine the sorption equation isotermi
corn chips provide an estimate of the equilibrium moisture content at equilibrium water content
measured approach. By using a temperature of 25 oC, 30 oC and 35 oC with a combination of RH
40%, 60% and 80%, this study shows that the equation of Henderson provides an estimate of corn
chips isotermi sorption behavior is sticky rice at˚ 30
C temperature conditions closer to the
experimental results and also at 35˚ C. Meanwhi le, Chung & Pfost equation best described the
sorption behavior isotermi at 25˚ C. In addition, the study also aims to determine the brittleness
(broken power) corn chips birdlime on a variety of several storage conditions. Research shows that
the higher RH environment the value the higher the fracture.
Key word : the equilibrium moisture content, sorption isotermi, Corn Emping birdlim
1) Makalah yang disajikan pada seminar hasil Prodi Keteknikan Pertanian Unhas pada tanggal 13 April 2012. 2
2) Mahasiswa Keteknikan Pertanian, Universitas Hasanuddin
3) Dosen Keteknikan Pertanian, Universitas Hasanuddin
industri makanan, minuman, kimia, dan 2.2 Emping Jagung
farmasi.
Emping adalah salah satu produk olahan Berdasarkan karakteristik bahan baku
pangan dari bahan berpati yang dipipihkan dapat disusun kriteria mutu dari produk yang
menjadi lempengan dengan bentuk tertentu akan dihasilkan maupun teknik dan proses
(biasanya bulat), dikeringkan, dan digoreng. pembuatannya. Biji jagung mengandung pati
Persoalan yang paling sering terjadi pada 54,1-71,7%, sedangkan kandungan gulanya
emping jagung adalah dalam hal penyimpanan- 2,6-12,0%. Karbohidrat pada jagung sebagian
nya. besar merupakan komponen pati, sedangkan
Salah satu cara untuk mencegah hal tersebut komponen lainnya adalah pentosan, serat kasar,
adalah mengurangi kadar air bahan sehingga dekstrin, sukrosa, dan gula pereduksi
tekanan uap air bahan pada suhu tertentu (Jumadi,2008).
seimbang dengan tekanan uap air
lingkungannya. Pengetahuan tentang kadar air 2.3 Kadar air
kesetimbangan ini diperlukan dalam
perhitungan-perhitungan desain sistem Kadar air adalah persentase kandungan air
pengeringan maupun penyimpanan bahan. suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan
berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat
1.2 Tujuan dan Kegunaan kering (dry basis). Kadar air berat basah
mempunyai batas maksimum teoritis sebesar
Tujuan penelitian adalah untuk menguji 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan
persamaan sorpsi isotermi emping jagung yang berat kering dapat lebih dari 100 persen (Syarif
memberikan perkiraan kadar air keseimbangan dan Halid, 1993).
yang paling mendekati kadar air keseimbangan
terukur. Selain itu, Penelitian ini juga bertujuan 2.4 Kadar Air Keseimbangan
untuk mengetahui kerapuhan (daya patah)
emping jagung pulut pada berbagai beberapa Kadar air keseimbangan didefinisikan
kondisi penyimpanan. sebagai kadar air pada saat tekanan uap air
Kegunaan penelitian ini adalah diharapkan bahan seimbang dengan tekanan parsial uap air
persamaan dan grafik isotermi yang diperoleh yang berada di lingkungan, sedangkan
akan menambah informasi tentang kadar air kelembaban relatif pada saat tercapainya kadar
keseimbangan emping jagung pulut selama air keseimbangan disebut kelembaban relatif
penyimpanan dan selanjutnya persamaan ini keseimbangan. Konsep kadar air keseimbangan
digunakan untuk perhitungan–perhitungan yang diperlukan dalam analisis sistem penyimpanan
menggunakan kadar air emping jagung ketika dan pengeringan biji-bijian, karena kadar air
mendesain sistem penyimpanan. Selain itu data keseimbangan menentukan tingkat kadar air
nilai daya patah sebagai bahan informasi minimum yang dapat dicapai pada suatu
masyarakat dalam mengolah emping jagung. kondisi pengeringan tertentu. Kadar air
keseimbangan dipengaruhi oleh kelembaban
relatif dan suhu lingkungan, juga oleh varietas
biji-bijian, tingkat kematangan dan cara
TINJAUAN PUSTAKA pengukurannya (Brooker et al, 1981).
2.1 Jagung pulut 2.5 Kelembaban Relatif dan Aktivitas air bahan
Jagung Pulut adalah jagung yang ditandai Peranan air dalam bahan pangan biasanya
dengan kandungan amilopektin tinggi (>80%), dinyatakan sebagai kadar air dan aktifitas air.
non pulut <40%). Jagung pulut sangat populer Sedangkan peranan air di udara dinyatakan
bagi petani di Sulawesi Selatan, dan banyak dalam kelembaban relatif udara (RH) dan
dikonsumsi sebagai hidangan segar atau kelembaban mutlak (H) (Syarief dan Halid,
makanan pokok, serta dijual dalam bentuk 1993)Rockland (1969), membagi tiga tipe
jagung rebus, dan jagung bakar. batasan air berdasarkan sifat-sifat kimia, fisika
dan termodinamika bahan pangan. Tipe
pertama yaitu molekul air dengan ikatan ion.
3
Tipe kedua yaitu molekul air dengan ikatan Laboratorium Penyimpanan Alat dan Mesin
hidrogen, tipe ketiga yaitu air bebas tanpa Pertanian, Program Studi Keteknikan Pertanian,
ikatan yang ditemukan dalam pori-pori Jurusan Pertanian, Fakultas Pertanian,
permukaan bahan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
4
d) Pengujian daya patah Mpi = KA kesetimbangan hasil perhitungan
n = jumlah data
Setelah berat konstan dicapai, sampel
dikeluarkan dari Climatic chumber untuk uji
daya patah dengan menggunakan Texture HASIL DAN PEMBAHASAN
Analyzer.
4.1 Kadar Air Keseimbangan
e) Penentuan kadar air sampel
Hasil perhitungan kadar air awal sampel
Emping jagung yang telah di uji daya yaitu pada suhu 25oC dengan RH 40%, 60% dan
patahnya dihancurkan dengan cara diremas 80% yaitu masing-masing 14,014% bk; 13,534%
untuk menyeragamkan serta mempercepat bk dan 14,954% bk. Pada suhu 30 oC dengan RH
proses pindah panas selama emping itu 40%, 60% dan 80% yaitu masing-masing
dikeringkan dalam oven. Setelah itu diambil 16,787% bk; 12,215% bk dan 12,963% bk. Pada
sampel 10 gram dan dimasukkan dalam Suhu 35oC dengan RH 40%, 60% dan 80% yaitu
oven dengan suhu 115 oC sampai berat masing-masing 14,543% bk; 12,652% bk dan
konstan. Kadar air dinyatakan dalam basis 16,499% bk. Bahan dengan kadar air tersebut
kering (%bk) kemudian digunakan sebagai sampel dalam
f) Penentuan sorpsi isotermi penelitian ini.
5
Pada Gambar 1 dapat dilihat kurva sebanding dengan selisih tekanan uap antara
kecenderungan desorpsi isotermis. Secara umum lingkungan dan bahan, maka proses perpindahan
terlihat bahwa pada saat-saat awal kadar air uap air akan terhenti dan kondisi setimbang akan
turun secara cepat dan kemudian perlahan-lahan tercapai.
menuju kadar air keseimbangannya.
4.2 Sorpsi Isotermi
6
1
𝑙𝑙𝑙𝑙 (1−𝑎𝑎 𝑤𝑤 ) 50,36998677 seberapa besar kemampuan variabel bebas
𝑀𝑀𝑀𝑀𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 = � � dalam menjelaskan varians variabel terikatnya.
2,445X10 −54
Koefisien ini mempunyai nilai antara 0 – 1 atau
𝟏𝟏 dinyatakan dalam persen (%) di mana nilai
𝒍𝒍𝒍𝒍(𝟏𝟏−𝒂𝒂𝒘𝒘 ) 47,4860736
𝑴𝑴𝑴𝑴𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯 = � � yang mendekati 1 berarti semakin tinggi
𝟑𝟑,𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑−𝟓𝟓𝟓𝟓
kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan
varians variabel terikatnya.
Dengan COD (coefficcient of
o
determination) pada suhu 25 C sebesar 4.2.2 Kurva Sorpsi Isotermi
99,74%, suhu 30o C sebesar 96,03% dan suhu
35o C sebesar 99,99%. Ketiga persamaan diatas Kurva sorpsi isotermi adalah kurva
disatukan dengan cara meregresi semua nilai yang menggambarkan hubungan antara
Me pada setiap pasangan suhu dan 𝑎𝑎𝑤𝑤 kandungan air dalam bahan pangan dengan
didapatkan Persamaan Umum Sorpsi Isotermi aktivitas air atau kelembaban relatif ruang
Emping Jagung Pulut Henderson dengan COD penyimpanan. Kurva sorpsi isotermi untuk
97%, sebagai berikut : Persamaan Henderson dapat dilihat pada
Gambar 3.
𝟏𝟏
𝒍𝒍𝒍𝒍(𝟏𝟏 − 𝒂𝒂𝒘𝒘 ) 28,97378267
𝑴𝑴𝑴𝑴𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯 =� �
𝟔𝟔, 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 −𝟗𝟗𝟗𝟗 𝐓𝐓
7
Labuza dan Bilge dalam Brooker, 4.2.3 Uji Ketepatan Model
et.al. (1981), menyatakan bahwa aktivitas air
dapat dihitung dengan membagi ERH Uji ketepatan model Henderson dan Chung &
lingkungan dengan nilai 100, karena pada Pfost menggunakan data kadar air
keadaan equilibrium atau setimbang aktivitas kesetimbangan hasil perhitungan model. Nilai
air bahan akan sama dengan kelembaban kadar air kesetimbangan dapat dilihat pada
nisbi udara sekelilingnya. Gambar 3 dan 4 Tabel 4.
menunjukkan bahwa kurva sorpsi isotermi
kedua persamaan berbentuk sigmoid, yaitu Tabel 4. Kadar air kesetimbangan emping
menyerupai huruf S walaupun tidak sigmoid jagung pulut (% bk) percobaan dan hasil
sempurna. Namun kedua kurva tersebut perhitungan dengan menggunakan model
berbeda dan khas untuk masing-masing Henderson dan Chung & Pfost.
persamaan. Perlakuan Model
Observasi
Suhu aw Chung&Pfost Henderson
0,4 11,40308582 11,3404598 11,31819815
Menurut SNI 01 – 2001, kadar air
25 C 0,6 11,43423662 11,5219798 11,44361619
maksimum untuk emping adalah 12%bk. 0,8 11,45054945 11,7792721 11,54876587
Aktivitas air bahan berkaitan erat dengan 0,4 11,61794355 11,4479159 11,57713817
kadar air, yang umumnya dapat 30 C 0,6 11,6764514 11,5603769 11,71120248
0,8 11,78807947 11,7197828 11,77549316
menggambarkan pertumbuhan bakteri, jamur 0,4 12,01892543 9,779596853 11,96560541
dan mikroba lainnya. Pada umumnya 35 C 0,6 12,16390565 9,924577075 12,11374905
semakin tinggi aktivitas air, maka semakin 0,8 12,36940521 10,13007663 12,25830488
banyak bakteri yang tumbuh, sedangkan Pengujian untuk setiap model persamaan
jamur sebaliknya tidak menyukai aktvitas air sorpsi isotermi dilakukan dengan uji
yang terlalu tinggi. Adapun hubungan ketepatan model menggunakan kriteria
aktivitas air dan kondisi bahan pangan dapat modulus deviasi (P) seperti pada (Persamaan
dilihat pada Tabel 3. 7). Nilai Uji ketepatan Model emping jagung
Tabel 3. Hubungan aktivitas air dan kondisi pulut dapat dilihat pada Tabel 5.
bahan pangan Tabel 5. Nilai Uji ketepatan Model (P)
persamaan sorpsi isotermi emping jagung
No Nilai Kondisi bahan
pulut
Aktivitas air pangan
PERLAKUAN P
SUHU RH HENDERSON CHUNG & PFOST
1. 0,7-0,75 Bahan pangan 40%
mulai tidak aman SUHU 25 C 60% 0,569 0,415*
80%
2. >0,75 untuk dikonsumsi 40%
Mikroorganisme SUHU 30 C 60% 0,243* 0,325
3. 0,6 - 0,7 berbahaya mulai 80%
40%
4. 0,35 – 0,5 tumbuh dan produk SUHU 35 C 60% 0,342* 21,812
5. 0,4 – 0,5 menjadi beracun 80%
Jamur mulai
tumbuh Jika nilai uji modulus deviasi (P)
Makanan ringan mendekati nol maka model tersebut dapat
hilang kerenyahan menggambarkan secara tepat keadaan sorpsi
Produk pasta yang isotermi yang sebenarnya. Nilai uji modulus
terlalu kering akan deviasi diatas 10 tidak dianggap
mudah hancur dan menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
rapuh Pada Tabel 5 terlihat bahwa Nilai uji modulus
deviasi (P) mendekati nol, kecuali pada
Sumber : Labuza (1982) perlakuan suhu 35oC pada model Chung &
Pfost, sehingga disimpulkan bahwa
Persamaan Henderson lebih tepat dalam
menggambarkan kondisi sorpsi isotermi
emping jagung pulut.
8
4.3 Daya Patah KESIMPULAN
Nilai daya patah emping jagung pulut Berdasarkan penelitian yang telah
diukur setelah emping jagung pulut dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan
setimbang kadar airnya. Sampel di uji dengan sebagai berikut :
menggunakan Texture Analyzer. Dengan
pengujian menggunakan alat tersebut, data 1. Dari kedua persamaan yang diuji yaitu
yang didapat berupa Force (N), Distance Persamaan Henderson dan Persamaan
(mm) dan Time (sec). Untuk mendapatkan Chung & Pfost, Persamaan Henderson
nilai daya patah, menggunakan persamaan : memberikan perkiraan perilaku sorpsi
isotermi emping jagung pulut lebih
𝑊𝑊 = 𝐹𝐹 𝑠𝑠...........................(13) mendekati hasil pengukuran pada kondisi
suhu 30˚C dan 35˚C, sedangkan Persamaan
𝑊𝑊
𝑃𝑃 = ................................. (14) Chung & Pfost paling baik menggambarkan
𝑡𝑡
perilaku sorpsi isotermi pada suhu 25˚C.
𝑊𝑊 = Kerja (J) 2. Nilai daya patah berbanding lurus dengan
RH lingkungan. Semakin tinggi RH
P = Daya (J/det) lingkungan maka Nilai daya patah juga
semakin tinggi.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
nilai daya patah emping jagung cenderung DAFTAR PUSTAKA
menurun dengan semakin meningkatnya
Kelembaban relatif (RH) lingkungan. Hasil Andrade, R. D., Lemus, R., dan Perez, C. 2011. Models
pengukuran Nilai daya patah emping jagung of Sorpsi Isotherms for food: Uses and
pulut dapat dilihat pada Tabel 6. Limitations. The Revista De La Facultad De
Quimica Farmaceutica Universidad de Antioquia
Tabel 6. Hasil pengukuran Nilai daya patah Medellin, Columbia Vol. 18 No. 2. 2011, pags
emping jagung pulut pada kondisi setimbang. 325-334.
Kadar air
Daya Patah (J/det) Anonim, .2011. Jagung. http://id.wikipedia.org/
setimbang (%bk) wiki/Jagung. Tanggal akses 28 Januari 2011.
11,403 0,0015
11,451 0,0008 Anna, C. E., Bustami dan Ibrahim. 2011. Pendugaan
11,788 0,0016 Umum Simpan Produk Cone Es Krim dengan
Metode AkselerasiModel Kadar Air Kritis. Bogor
11,434 0,0029
11,618 0,0018 Azrai, M., Mejaya, M. J., Yasin, H.G.M,. 2011.
11,676 0,0019 Pemuliaan jagung khusus. http://balitsereal.
12,019 0,0033 litbang.deptan.go.id/ind/ bjagung/tujuh.pdf.
12,052 0,0033 Tanggal Akses 21 Maret 2011
12,267 0,0028
Brokeer, D. B., Bakker, F. W., dan Hall, C. W .1981.
Drying Cereal Grains. The AVI Pub. Co.,
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa semakin Inc.,Westport,Connecticut.
rendah kadar airnya maka nilai daya patahnya
semakin rendah, hal ini disebabkan karena Haryati, S. 1997. Mempelajari Sorpsi Isotermi dan
emping semakin kokoh dan kuat, sehingga Kerapuhan MieKering Instan yang Disimpan
membutuhkan gaya yang cukup besar untuk pada Berbagai Kondisi Penyimpanan. Bogor.
bisa mematahkannya, dibandingkan dengan
emping yang memiliki kadar air tinggi, daya Jumadi, 2008. Pengkajian Teknologi Tortila Jagung.
patahnya tinggi, karena tekstur emping yang Buletin Teknik Pertanian Vol. 13 No. 2. Hal 73-74
lunak sehingga mudah patah.
9
Manalu, L.P. 2001. Model Persamaan kadar air
Keseimbangan Desorpsi Isotermis Jagung.
Buletin Teknik Pertanian Vol. 15 No. 1. Hal 17-25
10