Rahasia Kedokteran;
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha Esa sehingga pada
akhirnya penyusunan buku panduan hak kewajiban pasien dan keluarga dapat terselesaikan
dengan baik. Panduan ini disusun dengan maksud untuk memudahkan dalam melakukan
pelayanan.
Panduan ini bersifat dinamis dan dapat ditinjau kembali seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta penyempurnaan peraturan yang berlaku untuk
meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit Umum Duta Mulya. Dengan demikian kami
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi menyempurnakan panduan ini.
Tim Penulis
SAMBUTAN DIREKTUR
Salam Sehat,
Rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat Nya
sehingga penyusunan panduan hak kewajiban pasien dan keluarga ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Terima kasih dan apresiasi besar kami sampaikan kepada tim penyusun panduan yang
telah memberikan kontribusi besar terhadap keberhasilan penyusunan buku panduan ini.
Kami berharap dengan disusunnya panduan ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Duta Mulya.
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
SAMBUTAN DIREKTUR.........................................................................................................3
DAFTAR ISI...............................................................................................................................4
BAB I DEFINISI........................................................................................................................5
BAB II RUANG LINGKUP.......................................................................................................6
BAB III TATA LAKSANA........................................................................................................9
BAB IV DOKUMENTASI.......................................................................................................37
BAB I
DEFINISI
A. Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya,
sesuai dengan keadilan, moralitas dan legalitas.
B. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dan tidak boleh bila tidak dilaksanakan
C. General Consent atau Persetujuan Umum adalah pernyataan kesepakatan yang diberikan
oleh pasien terhadap peraturan rumah sakit yang bersifat umum.
D. Informed Consent : pernyataan setuju (consent) atau ijin dari seseorang (pasien) yang
diberikan secara bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) terhadap tindakan kedokteran
yang akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang
tindakan kedokteran yang dimaksud.
E. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit baik dalam keadaan
sehat maupun sakit.
F. Dokter dan Dokter Gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi
spesialis lulusan pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar
negeri yang diakui Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
G. Keluarga adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-
saudara kandung atau pengampunya.
1. Ayah adalah ayah kandung atau ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan
pengadilan atau berdasarkan penetapan pengadilan atau berdasarkan hukum adat.
2. Ibu adalah ibu kandung atau ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan
pengadilan atau berdasarkan penetapan pengadilan atau berdasarkan hukum adat.
3. Suami adalah seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang
perempuan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. Istri adalah eorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang laki-laki
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila yang bersangkutan
mempunyai lebih dari 1 ( satu ) istri, perlindungan hak keluarga dapat diberikan
kepada salah satu dari istri.
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Pendaftaran
Pada saat pendaftaran, baik di rawat jalan maupun rawat inap, petugas
administrasi ( TPPRI dan TPPRJ ) akan memberikan penjelasan kepada pasien/
keluarga dengan bahasa yang mudah dimengerti mengenai 18 butir hak pasien
berdasarkan Undang – Undang no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit kepada pasien/
keluarga pada saat akan dirawat di Rumah Sakit Majenang. Pasien / keluarga diberi
pemahaman bahwa pasien sesungguhnya adalah penentu keputusan tindakan medis
bagi dirinya sendiri. Seperti yang tertera pada Undang-Undang No. 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit, dimana Undang – Undang ini bertujuan untuk “memberikan
perlindungan kepada pasien”, “mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
medis”, dan “memberikan kepastian hukum bagi pasien maupun dokter”.
Untuk pasien rawat jalan apabila pasien baru pertama kali datang berkunjung
ke RSU Duta Mulya, pasien akan dipersilahkan mengisi formulir General Consent
yang dibubuhi tanda tangan dan nama terang. Untuk pasien rawat inap setiap kali
datang akan dipersilahkan mengisi formulir General Consent yang dibubuhi tanda
tangan dan nama terang.
Adanya hak pasien membantu meningkatkan kepercayaan pasien/ keluarga
dengan memastikan bahwa sistem pelayanan di Rumah Sakit Majenang bersifat cukup
adil, efisien dan responsif terhadap kebutuhanmereka, memberitahukankepada pasien
mekanisme untukmemenuhi keinginan mereka, dan mendorong pasien/ keluarga untuk
mengambil peran aktif serta kritis dalam meningkatkan kesehatan mereka. Selain itu,
hak dan kewajiban juga dibuat untuk menegaskan pola hubungan yang kuat antara
pasien dengan dokter.
B. Pengobatan
Pada saat pasien berkunjung ke poliklinik, IGD atau sedang dirawat di ruang
perawatan, akan berlangsung tanya jawab antara pasien dandokter (anamnesis),pasien
harus bertanya (berusaha mendapatkan hak pasien sebagai konsumen). Bila
berhadapan dengan keraguan atas suatu keputusan dalam pengobatan maupun pilihan
tindakan medis yang akan dilakukan, itu saatnya pasien mencari dokter lain atau
mencari second opinion ditempat lain/dirumah sakit lainnya dengan konsekuensi biaya
ditanggung pasien/ keluarga sendiri.
Pasien menjadikan dirinya sebagai ”partner” diskusi yang sejajar bagi dokter.
Ketika pasien memperoleh penjelasan tentang apapun, dari pihak manapun, tentunya
sedikit banyak harus mengetahui, apakah penjelasan tersebut benar atau tidak. Semua
profesi memiliki prosedur masing-masing, dan semua kebenaran tindakan dapat
diukur dari kesesuaian tindakan tersebut dengan standar prosedur yang seharusnya.
Begitu juga dengan dunia kedokteran. Ada yang disebut dengan guideline atau
Panduan Praktek Klinis dalam menangani penyakit.
Dalam posisi sebagai pasien, tindakan medis apapun perlu disetujui oleh pasien
(informed consent)sebelum dilakukan setelah dokter memberikan informasi yang
cukup. Bila pasien tidak menghendaki, maka tindakan medis seharusnya tidak dapat
dilakukan. Pihak dokter atau Rumah Sakit seharusnya memberikan kesempatan
kepada pasien untuk menyatakan persetujuan atau sebaliknya menyatakan penolakan.
Persetujuan itu dapat dinyatakan secara tulisan.
UU No. 29/2004 pada pasal 46 menyatakan dokter wajib mengisi rekam medis
untuk mencatat tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien secara clear, correct
dan complete. Dalam pasal 47, dinyatakan rekam medis merupakan milik rumah sakit
yang wajib dijaga kerahasiannya, tetapi isinya merupakan milik pasien, artinya pasien
berhak mendapatkan salinan rekam medis dan pasien berhakatas kerahasiaan dari isi
rekam medis miliknya tersebut, sehingga rumah sakit tidak bisa memberi informasi
terkait data-data medis pasien kepada orang pribadi/ perusahaan asuransi atau ke
media cetak / elektronik tanpa seizin dari pasiennya.
C. Perawatan
Selama dalam perawatan, pasien berhak mendapatkan privasi baik saat
wawancara klinis, saat dilakukan tindakan ataupun menentukan siapa yang boleh
mengunjunginya. Begitu pula untuk pelayanan rohani, pasien berhak mendapatkan
pelayanan rohani baik secara rutin maupun secara insidensial manakala dibutuhkan.
Pasien juga berhak mendapat keamanan terhadap barang miliknya saat dalam kondisi
khusus (tidak didampingi keluarga, penurunan kesadaran, hilang kesadaran, tidak
dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri). Pasien berhak berperan aktif dalam
proses pelayanan kesehatan selama dalam perawatan. Pasien berhak mendapat
perlindungan atas kekerasan yang dapat menimbulkan perasaan intimidasi, cedera,
atau penderitaan fisik lain atau kerusakan tubuh oleh pengunjung, pasien dan staf
rumah sakit. Semua pasien yang dirawat berhak atas perlindungan kerahasiaan
informasi medis dari pihak-pihak yang tidak berkompeten. Bila berhadapan dengan
keraguan atas suatu keputusan dalam pengobatan maupun pilihan tindakan medis yang
akan dilakukan, itu saatnya pasien mencari dokter lain atau mencari second opinion
ditempat lain/dirumah sakit lainnya.
Selama dalam masa perawatan pasien juga berhak mendapatkan asuhan
keperawatan yang mendukung hak pasien dalam proses pengobatan dan
penyembuhan.
D. Jam Berkunjung
Rumah Sakit memberlakukan jam berkunjung bagi keluarga atau pengunjung
demi kenyamanan dan kelancaran proses perawatan bagi pasien. Namun setiap pasien
diperbolehkan didampingi oleh dua orang pendamping yang ditunjuk oleh
pasien/keluarga selama dalam masa perawatan di Rumah Sakit (diberikan kartu
penunggu). Jam berkunjung yang diberlakukan di Rumah Sakit yaitu:
Hari senin s/d sabtu :
1) Pagi : Jam 10.00 - 14.00 WIB
2) Sore : Jam 16.30 - 21.00 WIB
BAB III
TATA LAKSANA
A. PELAYANAN KESEHATAN
1. Informasi Tata Tertib dan Peraturan Rumah Sakit
Rumah Sakit memiliki serangkaian tata tertib dan peraturan yang mengatur
seluruh pelayanan yang berhubungan dengan hak pasien dan keluarga yang diatur
dalam Peraturan Direktur. Setiap pasien dan keluarga akan mendapatkan informasi
mengenai tata tertib dan peraturan selama berada di Rumah Sakit oleh petugas saat
pertama kali melakukan kunjungan sesuai dengan unit terkait, serta Informasi Tata
Tertib dan Peraturan Rumah Sakit tersebut juga bisa dilihat dan dibaca pada benner -
benner yang terpampang diruangan rawat inap, termasuk pula di tempat - tempat
tertentu yang memungkinkan untuk mudah dibaca oleh pasien/ keluarga dan
pengunjung.
Adapun beberapa tata tertib jam berkunjung pasien dan tata tertib ruangan rawat inap
meliputi:
a. Peraturan jam kunjung pasien di RSU Duta Mulya:
Hari senin s/d sabtu :
1) Pagi : Jam 10.00 - 14.00 WIB
2) Sore : Jam 16.30 – 21.00 WIB
b. Tata – Tertib Pengunjung Pasien :
1) Semua pengunjung yang akan mengunjungi pasien dilaksanakan pada jam
kunjung yang sudah ditentukan.
2) Anak – anak di bawah umur 12 tahun tidak diperkenankan masuk area ruang
perawatan/ berkunjung.
3) Setiap pengunjung pasien yang datang diluar jam kunjung wajib melewati
skrening dari petugas keamanan rumah sakit.
4) Setiap pengunjung pasien diluar jam kunjung, diperbolehkan masuk setelah
mendapat ijin dari petugas keamanan dan mengisi buku kunjungan.
5) Setiap pengunjung diluar jam kunjung, wajib menggunakan tanda pengenal
yang diberikan oleh petugas keamanan dan diserahkan kembali setelah selesai
kunjungan.
6) Pengunjung bagi pasien meninggal diperbolehkan masuk jika mendapatkan ijin
dari petugas keamanan rumah sakit maksimal 3 orang.
7) Tanpa kartu penunggu pasien, maka tidak diperbolehkan menunggu pasien
dirawat inap.
c. Tata tertib ruangan rawat inap :
1) Pasien / penunggu tidak dibenarkan membawa ;
a) Barang berharga (perhiasan)
b) Tikar / peralatan tempat tidur, bantal.
c) Ember, rak handuk dan sebagainya
d) Barang lain yang tidak dapat dimasukkan ke dalam almari yang tersedia
diruang rawat.
2) Bila terjadi kehilangan barang milik pasien/ keluarga yang tidak dalam
perlindungan rumah sakit maka bukan menjadi tanggung jawab rumah sakit.
3) Pasien/ kelurga dilarang mencuci dan menjemur pakaian dilingkungan rumah
sakit.
4) Pasien/ keluarga dilarang:
a) Merokok di lingkungan di RSU Duta Mulya dan ruang rawat inap.
b) Duduk dan tiduran ditempat tidur pasien
5) Penunggu dan pengunjung wajib menjaga ketenangan di ruang rawat.
6) Jagalah kebersihan dengan membuang sampah pada tempat yang disediakan.
7) Penunggu pasien membawa bukti kartu tunggu, sesuai ketentuan (penunggu
max. 2 orang).
Tata tertib dan peraturan Rumah Sakit yang telah dibuat haruslah dipatuhi dan
dijalankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila staf Rumah Sakit, pasien
dan atau keluarga melanggarnya, maka siap diberikan teguran dan atau sanksi sesuai
dengan Kebijakan Direktur.
3. Transparansi Pelayanan
Selama pasien melakukan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pasien/
keluarga akan mendapatkan informasi biaya pelayanan yang sudah diberikan dari
petugas administrasi unit terkait, dan pasien/ keluarga juga akan mendapatkan
prosedur pelayanan yang sama disetiap kelas pelayanan tanpa diskriminasi, artinya
tidak ada perbedaan pelayanan dimanapun pasien dirawat, hanya akomodasi kamar
saja yang membedakan kelas pasien.
Staf Rumah Sakit memahami pengaruh pribadi, budaya dan sosial pada hak
pasien untuk melaporkan rasa nyeri, serta pemeriksaan dan pengelolaan nyeri secara
akurat. Rumah Sakit menghormati dan mendukung hak pasien dengan cara asesmen
managemen nyeri yang sesuai. Tatalaksana managemen nyeri dibahas lebih rinci pada
panduan managemen nyeri.
5. Efektivitas Pelayanan
Pelayanan dilakukan secara efektif dan seefisien mungkin sesuai dengan
Clinikal Pathwaynya. Hal ini untuk mencegah terjadinya kemungkinan kerugian fisik
dan materi dari pasien selama mendapat pelayanan di Rumah Sakit.
6. Managemen Komplain
Apabila pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit dirasa tidak sesuai dengan
harapan dari pasien, pasien dan atau keluarga berhak mengajukan pengaduan atas
kualitas pelayanan yang didapatkan. Adapun tata laksananya adalah sebagai berikut;
a. Proses Penyeleseian Komplain
Tata laksana atau proses penyelesaian setiap komplain yang diberikan, oleh pasien
terhadap RSU Duta Mulya, selalu ditanggapi dengan baik dan diselesaikan dengan
cepat melalui Proses penyampaian informasi tentang proses untuk menyampaikan
komplain atau keluhan kepada pasien/keluarga, Proses investigasi terhadap
komplain, keluhan, konflik dan perbedaan pendapat, Proses analisis dan telaah
terhadap hasil investigasi. Proses untuk menyertakan pasien dan keluarga dalam
penyelesaian komplain, keluhan, konflik dan perbedaan pendapat yaitu dengan
didukung oleh bukti pemberitahuan proses komplain atau keluhan, bukti analisis
dan telaah, Laporan penyelesaian komplain, keluhan, konflik atau perbedaan
pendapat.
b. Pasien Komplain di Jam kerja
1) Petugas terkait menerima komplain dari pasien.
2) Pasien akan mengisi form isian kritik dan saran tentang isi komplainnya dan
diberikan oleh Tim Pengaduan Publik untuk mendapat tindakan.
3) Petugas melaporkan kepada Tim Pengaduan Publik
4) Tim Pengaduan Publik akan menyampaikan kepada manajemen terkait dan
pihak yang terkait atas komplain tersebut dan meminta jawabannya pada hari
itu.
5) Komplain yang bersifat medis, akan disampaikan kepada Bidang pelayanan
yang kemudian dirapatkan di komite medik (jika perlu) untuk memberikan
jawaban dan penjelasannya berdasarkan standar RSU Duta Mulya.
6) Komplain yang tidak bersifat medis, akan ditangani oleh Tim Pengaduan
Publik dengan pihak yang terkait berdasarkan standar RSU Duta Mulya.
7) Jika jawaban sudah diterima oleh Tim Pengaduan Publik, Tim Pengaduan
Publik akan menyampaikan jawabannya kepada pasien secara langsung (yang
bersifatnya non medis), dan ditemani oleh bidang pelayanan (yang bersifatnya
medis) sebagai jawaban resmi dari pihak manajemen terkait. Dalam
menyampaikan jawaban, Tim Pengaduan Publik mengundang pasien /
keluarga secara kekeluargaan yang bertempat di ruang layanan komplain.
8) Bila pasien tidak puas dengan jawaban manajemen,Bila perlu diskusikan solusi
dengan Direktur RSU Duta Mulya.
9) Semua komplain yang terjadi akan dilaporkan oleh Tim Pengaduan Publik
untuk direkap menjadi laporan bulanan Tim Pengaduan Publik kepada pihak
manajemen.
10) Setiap komplain yang terjadi akan dijadikan acuan untuk perbaikan, baik dan
sisi SDM maupun Sistem pelayanan dan penyeleseian komplain.
c. Pasien Komplain Diluar Jam Kerja
1) Petugas terkait menerima komplain dari pasien.
2) Minta bantuan kepada Supervisi Keperawatan apabila pasien tidak puas
dengan jawaban petugas pada hari itu juga.
3) Bila pasien tidak puas dengan jawaban Supervisi Keperawatan, maka pasien
dipersilahkan mengisi formulir isian kritik dan saran untuk disampaikan ke
manajemen terkait.
4) Supervisi Keperawatan memberikan Formulir isian kritik dan saran tentang
isi komplainnya kepada Tim Pengaduan Publik untuk ditindaklanjuti keesokan
harinya.
5) Tim Pengaduan Publik akan menyampaikan kepada manajemen terkait dan
pihak yang terkait atas komplain tersebut dan meminta jawabannya.
6) Komplain yang bersifat medis, akan disampaikan kepada bidang pelayanan
yang kemudian dirapatkan di komite medik (jika perlu) untuk memberikan
jawaban dan penjelasannya berdasarkan standar RSU Duta Mulya.
7) Komplain yang tidak bersifat medis, akan ditangani oleh Tim Pengaduan
Publik dengan pihak yang terkait berdasarkan standar Tim Pengaduan Publik
RSU Duta Mulya.
8) Jika jawaban sudah diterima, Tim Pengaduan Publikakan menyampaikan
jawabannya kepada pasien secara langsung (yang bersifatnya non medis), dan
ditemani oleh bidang pelayanan (yang bersifatnya medis) sebagai jawaban
resmi dan pihak manajemen. Dalam menyampaikan jawaban, Tim Pengaduan
Publik mengundang pasien/keluarga secara kekelurgaan yang bertempat di
ruang tamu.
9) Bila pasien tidak puas dengan jawaban manajemen, Bila perlu diskusikan
solusi dengan Direktur RSU Duta Mulya.
10) Semua komplain yang terjadi akan di laporkan oleh Tim Pengaduan Publik
untuk direkap menjadi laporan bulanan Tim Pengaduan Publik kepada pihak
manajemen.
11) Setiap komplain yang terjadi akan dijadikan acuan untuk perbaikan, baik dari
sisi SDM maupun Sistem pelayanan dan penyeleseian komplain.
d. Pasien Komplain Iangsung ke Tim Pengaduan Publik
1) Tim Pengaduan Publik terkait menerima komplain dari pasien / keluarga dan
mencatat komplain tersebut.
2) Tim Pengaduan Publik akan meminta waktu kepada pasien untuk meminta
jawaban dari unit terkait saat itu juga.
3) Tim Pengaduan Publik akan menyampaikan jawaban kepada pasien sesuai
dengan jawaban yang diberikan oleh unit terkait. Jika komplain menyangkut
medis maka Tim Pengaduan Publikakan ditemani oleh dokter pemberi
informasi medis.
4) Jika pasien tidak puas dengan jawaban dan unit terkait, maka Tim Pengaduan
Publikakan meminta waktu kepada pasien untuk disampaikan ke pihak
manajemen.
5) Tim Pengaduan Publik membuat laporan tertulis dengan lengkap untuk
disampaikan ke manajemen.
6) Pihak manajemen akan memberikan jawaban kepada Tim Pengaduan Publik
untuk disampaikan kepada pasien sebagai jawaban resmi dan manajemen.
7) Komplain yang bersifat medis, akan disampaikan kepada bidang pelayanan
yang kemudian dirapatkan di komite medik (jika perlu) untuk memberikan
jawaban dan penjelasannya berdasarkan standar RSU Duta Mulya.
8) Komplain yang tidak bersifat medis, akan diatasi oleh Tim Pengaduan Publik
dengan pihak yang terkait berdasarkan standar RSU Duta Mulya.
9) Bila pasien tidak puas dengan jawaban manajemen, Bila perlu diskusikan
solusi dengan Direktur RSU Duta Mulya.
10) Semua komplain yang terjadi akan dilaporkan oleh Tim Pengaduan Publik
untuk direkap menjadi laporan bulanan Tim Pengaduan Publik kepada pihak
manajemen.
11) Setiap komplain yang terjadi akan dijadikan acuan untuk perbaikan, baik dari
sisi SDM maupun Sistem pelayanan.
e. Penyelesaian komplain melalui Kotak Saran.
1) Komplain / keluhan pelanggan melalui kotak saran.
2) Tim Pengaduan Publik mengambil formulir komplain / keluhan dikotak saran.
3) Formulir komplain dicatat oleh tim pengaduan publik sebagai surat masuk.
4) Tim pengaduan publik meneruskan komplain kepada bagian yang
mendapatkan komplain.
5) Komplain / Keluhan yang belum dapat terselesaikan setelah batas waktu
dilaporkan kepada Direktur Rumah Sakit melalui Tim Pengaduan Publik.
6) Untuk keluhan yang sifatnya harus segera mendapat penanganan /solusi, dapat
dilaporkan langsung ke Direktur tanpa menunggu saat rapat pimpinan.
7) Formulir komplain yang sudah diverifikasi oleh bagian yang mendapat
komplain dikembalikan kembali ke Tim Pengaduan Publik.
f. Penyelesaian komplain dari media masa.
1) Tim Pengaduan Publik menerima informasi keluhan pelanggan dari Media
Massa dan mencatat dalam Buku Keluhan Pelanggan.
2) Melaporkan melalui atasan untuk klarifikasi keluhan yang diterima.
3) Mengadakan koordinasi dengan bagian / bidang terkait untuk penyelesaian
keluhan pelanggan.
4) Menanggapi keluhan pelanggan baik melalui media atau menemui langsung
pelanggan yang bersangkutan untuk memberikan klarifikasi.
g. Penyelesaian komplain melalui Media lain (SMS, Email & Website)
1) Komplain dicatat dalam buku agenda keluhan pelanggan.
2) Ditangani seperti dengan keluhan melalui Kotak Saran.
3) Respon dan evaluasi keluhan pelanggan.
4) Tim Pengaduan Publik melakukan evaluasi terhadap keluhan pelanggan yang
tercatat dalam Buku Keluhan Pelanggan.
5) Jika ada keluhan yang belum diselesaikan, maka segera menghubungi
Bagian/Bidang yang terkait untuk menyelesaikan.
6) Jika ada keluhan yang sama terulang kembali, maka berkoordinasi dengan
Bidang/Bagian yang terkait dan Bidang/Bagian yang bersangkutan atau
langsung kepada Direktur Rumah Sakit .
7) Memberikan masukan kepada Bidang/Bagian terkait untuk lebih meningkatkan
pelayanan agar dapat mengurangi keluhan pelanggan.
h. Alur Proses
1) Alur Proses Komplain Dihari Kerja Dan Diluar Hari kerja
Hari kerja
Supervisor Keperawatan
Manajemen
2) Alur Proses Komplain Iangsung ke tim pengaduan pelayanan publik
Pasien komplain
Manajemen
7. DPJP
Setiap pasien yang memerlukan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit berhak
memilih dokter penanggung jawab dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit. Pasien wajib mengenal identitas para
dokter dan praktisi yang lain yang bertanggung jawab melayani mereka. Adapun
pemilihan dokter penanggung jawab pelayanan berdasarkan formulirpemilihan dokter
yang telah diisi oleh pasien / keluarga. Rumah Sakit merespon keinginan pasien
terhadap permintaan tambahan informasi tentang tanggung jawab praktisi untuk
pelayanannya.
Adapun DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) : adalah seorang dokter,
sesuai dengan kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan
medis lengkap (paket) kepada satu pasien dengan satu patologi / penyakit, dari awal
sampai dengan akhir perawatan di rumah sakit, pada semua lini rumah sakit. Asuhan
medis lengkap artinya melakukan asesmen medis sampai dengan implementasi
rencana serta tindaklanjutnya sesuai kebutuhan pasien.
Sementara pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih dari satu
DPJP sesuai kewenangan klinisnya, dalam pola asuhan secara tim atau terintegrasi.
Contoh : pasien dengan Diabetes Mellitus, Katarak dan Stroke, dikelola oleh lebih dari
satu DPJP : Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Mata dan Dokter
Spesialis Saraf.
Kemudian penentuan DPJP Utama : bila pasien dikelola oleh lebih dari satu
DPJP, maka asuhan medis tersebut dilakukan secara terintegrasi atau secara tim
diketuai oleh seorang DPJP Utama. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator
proses pengelolaan asuhan medis bagi pasien, dengan tugas menjaga terlaksananya
asuhan medis komprehensif – terpadu – efektif, keselamatan pasien, komunikasi
efektif, membangun sinergisme, mencegah duplikasi.
Apabila ada Dokter yang memberikan pelayanan interpretatif, misalnya
memberikan uraian / data tentang hasil laboratorium atau radiologi, patologi anatomi
dan rehabilitasi medic, tidak dipakai istilah DPJP, karena tidak memberikan asuhan
medis yang lengkap. Misalkan pasien memerlukan tindakan imaging dengan
kontras.Maka pasien dialih kelolakan ke dokter tersebut dan tanggungjawab ada pada
dokter pelaksana selama tindakan,setelah selesai tindakan maka tanggung jawab
dikembalikan ke dokter penanggung jawab pelayanan.
Dengan kata lain Asuhan pasien (patient care) diberikan dengan pola
Pelayanan Berfokus pada Pasien (Patient Centered Care), dan DPJP merupakan Ketua
(Team Leader) dari tim yang terdiri dari para professional pemberi asuhan pasien / staf
klinis dengan kompetensi dan kewenangan yang memadai, yang antara lain terdiri dari
dokter, perawat, ahli gizi, apoteker, fisioterapis dsbsebagai Tim interdisiplin. Dan ada
pula seorang Case manager : adalah profesional di rumah sakit yang melaksanakan
manajemen pelayanan pasien, yaitu proses kolaboratif mengenai asesmen,
perencanaan, fasilitasi, koordinasi asuhan, evaluasi dan advokasi untuk opsi dan
pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan pasien dan keluarganya yang komprehensif,
melalui komunikasi dan sumber daya yang tersedia sehingga memberi hasil (outcome)
yang bermutu dengan biaya-efektif.
a. Asuhan Medis
Asuhan pasien yang dilakukan oleh masing-masing pemberi asuhan, terdiri dari 2
blok kegiatan : Asesmen pasien dan Implementasi rencana.
1) Asesmen pasien terdiri dari 3 langkah :
a) Pengumpulan informasi, antara lainanamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, dsb.
b) Analisis informasi menghasilkan diagnosis, masalah atau kondisi, untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien.
c) Menyusun rencana (care plan) pelayanan dan pengobatan, untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan pasien.
2) Implementasi rencana dan monitor
Asuhan medis di rumah sakit diberikan oleh dokter spesialis, disebut sebagai
DPJP. Di Instalasi Gawat Darurat dokter jaga yang telah menjalani pelatihan
bersertifikat kegawatdaruratan, antara lain ATLS, ACLS, PPGD, menjadi
DPJP pada saat asuhan awal pasien gawatdarurat. Saat pasien dikonsul / rujuk
ke dokter spesialis dan memberikan asuhan medis, maka dokter spesialis
tersebut menjadi DPJP pasien tersebut menggantikan DPJP tersebut
sebelumnya.
Pemberian asuhan medis di rumah sakit agar mengacu kepada Buku
Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di Indonesia (Kep KKI no
18/KKI/KEP/IX/2006).Penerapan panduan ini selain menjaga mutu asuhan dan
keselamatan pasien, juga dapat menghindari pelanggaran disiplin.
Asas, Dasar, Kaidah dan Tujuan Praktik Kedokteran di Indonesia intinya
adalah sbb :
Asas : nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta
perlindungan dan keselamatan pasien
Kaidah dasar moral :
o Menghormati martabat manusia (respect for person)
o Berbuat baik (beneficence)
o Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence)
o Keadilan (justice).
Tujuan :
o memberikan perlindungan kepada pasien
o mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medik
o memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter, dan dokter
gigi.
b. Kewenangan Klinis Dan Evaluasi Kinerja
1) Setiap dokter yang bekerja di rumah sakit yang melakukan asuhan medis,
termasuk pelayanan interpretatif (dr.Sp PK, dr.Sp PA, dr.Sp Rad dan
sebagainya), harus memiliki SK dari Direktur / Kepala Rumah Sakit berupa
Surat Penugasan Klinis / SPK (Clinical appointment), dengan lampiran
Rincian Kewenangan Klinis / RKK (Clinical Privilege). Penerbitan SPK dan
RKK tsb harus melalui proses kredensial dan rekredensial yang mengacu
kepada Permenkes 755/2011 tentang penyelenggaraan Komite Medik di
Rumah Sakit.
2) Regulasi tentang evaluasi kinerja profesional Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP) ditetapkan Direktur dengan mengacu ke Permenkes
755/2011 tentang penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit dan Standar
Akreditasi Rumah Sakit versi 2012, khususnya Bab KPS (Kualifikasi dan
Pendidikan Staf).
c. Penunjukan DPJP Dan Pengelompokan DPJP
1) Regulasi tentang penunjukan seorang Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP) untuk mengelola seorang pasien, pergantian Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP), selesainya Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
karena asuhan medisnya telah tuntas, ditetapkan Direktur / Kepala Rumah
Sakit. Penunjukan seorang DPJP dapat a.l. berdasarkan permintaan pasien,
jadwal praktek, jadwal jaga, konsul/rujukan langsung. Pergantian DPJP perlu
pengaturan rinci tentang alih tanggung jawabnya. Tidak dibenarkan pergantian
DPJP yang rutin, contoh : pasien A ditangani setiap minggu dengan pola hari
Senin DrSp PD X, hari Rabu DrSp PD Y, hari Sabtu DrSp PD Y.
2) Regulasi tentang pelaksanaan asuhan medis oleh lebih dari satu DPJP dan
penunjukan DPJP Utama, tugas dan kewenangannya ditetapkan Direktur /
Kepala Rumah Sakit.
3) Kriteria penunjukan DPJP Utama untuk seorang pasien dapat digunakan butir-
butir sbb :
a) DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali mengelola pasien
pada awal perawatan
b) DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dengan
penyakit dalam kondisi (relatif) terparah
c) DPJP Utama dapat ditentukan melalui kesepakatan antar para DPJP terkait
d) DPJP Utama dapat merupakan pilihan dari pasien
4) Pengaturan tentang pengelompokan DPJP ditetapkan oleh Direktur sesuai
kebutuhan. Pengelompokan dapat dilakukan per disiplin (Kelompok Staf
Medis Bedah, Mata dsb), kategori penyakit (Pokja/Tim Kanker Payudara,
Kanker Cerviks, dsb), kategori organ (Pokja/Tim Cerebrovasculer, Hati, dsb).
d. Tata Laksana DPJP
1) Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di rumah sakit baik rawat jalan
maupun rawat inap harus memiliki DPJP
2) Di unit / instalasi gawat darurat dokter jaga menjadi DPJP pada pemberian
asuhan medis awal / penanganan kegawat-daruratan. Kemudian selanjutnya
saat dikonsul / rujukditempat (on side) atau lisan ke dokter spesialis, dan
dokter spesialis tsb memberikan asuhan medis (termasuk instruksi secara lisan)
maka dokter spesialis tsb telah menjadi DPJP pasien, sehingga DPJP berganti.
3) Apabila pasien mendapat asuhan medis lebih dari satu DPJP, maka harus
ditunjuk DPJP Utama yang berasal dari para DPJP pasien terkait. Kesemua
DPJP tsb bekerja secara tim dalam tugas mandiri maupun kolaboratif. Peran
DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi
pasien (sebagai “Kapten Tim“), dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan
medis komprehensif – terpadu – efektif, keselamatan pasien, komunikasi
efektif, membangun sinergisme, mencegah duplikasi
4) Setiap penunjukan DPJP harus diberitahu kepada pasien dan atau keluarga
5) Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dilakukan secara lisan dan
tertulis sesuai kebutuhan. Bila ada pergantian DPJP pencatatan di rekam medis
harus jelas tentang alih tanggung jawabnya.
6) Di unit pelayanan intensif, pelayanan anestesiologi dalam terapi intensif adalah
tindakan medis yang dilakukan melalui pendekatan tim sesuai dengan
kompetensi dan kewenangan yang dimiliki. Tim pengelola pelayanan di
pimpim oleh dokter spesialis anestesi dengan anggota dan/atau dokter lain dan
perawat anestesi/perawat.
7) Di kamar operasi DPJP Bedah adalah ketua dalam seluruh kegiatan pada saat
di kamar operasi.
8) Pada keadaan khusus misalnya seperti konsul saat diatas meja operasi / sedang
dioperasi, dokter yang dirujuk melakukan tindakan / memberikan instruksi,
maka otomatis menjadi DPJP juga bagi pasien.
9) Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila DPJP dibantu oleh
dokter lain (dokter ruangan, residen), maka DPJP yang bersangkutan harus
memberikan supervisi, dan melakukan validasi berupa pemberian paraf /
tandatangan pada setiap catatan kegiatan tsb di rekam medis(dalam 1x24 jam
pasien harus sudah dipegang oleh dokter spesialis. Bila belum bisa dapat di
kelola oleh DPJP dokter spesialis yang setara)
10) Asuhan pasien dilaksanakan oleh para professional pemberi asuhan yang
bekerja secara tim interdisiplin sesuai konsep Pelayanan Fokus pada Pasien
(Patient Centered Care), DPJP sebagai ketua tim (Team Leader) harus proaktif
melakukan koordinasi dan mengintegrasikan asuhan pasien, serta
berkomunikasi intensif dan efektif dalam tim
11) DPJP harus aktif dan intensif dalam pemberian edukasi/informasi kepada
pasien karena merupakan elemen yang penting dalam konteks Pelayanan
Fokus pada Pasien (Patient Centered Care), selain juga merupakan kompetensi
dokter dalam area kompetensi ke 3 (Standar Kompetensi Dokter Indonesia,
KKI 2012; Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di Indonesia, KKI
2006))
12) Pendokumentasian yang dilakukan oleh DPJP di rekam medis harus
mencantumkan nama dan paraf / tandatangan. Pendokumentasian dilakukan. di
form asesmen awal medis, catatan perkembangan pasien terintegrasi / CPPT
(Integrated note), form asesmen pra anestesi/sedasi, instruksi pasca bedah,
form edukasi/informasi ke pasien. Termasuk juga pendokumentasian
keputusan hasil pembahasan tim medis, hasil ronde bersama multi kelompok
staf medis / departemen, dsb.
13) Pada kasus tertentu DPJP sebagai ketua tim dari para professional pemberi
asuhan bekerjasama erat dengan Manajer Pelayanan Pasien (Hospital Case
Manager), sesuai dengan Panduan Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien
(dari KARS, edisi I 2013), agar terjaga kontinuitas pelayanan.
14) Pada setiap rekam medis harus ada pencatatan tentang DPJP, dalam satu
formulir yang diisi secara periodik sesuai kebutuhan, yaitu nama dan gelar
setiap DPJP, tanggal mulai dan akhir penanganan pasien, DPJP Utama nama
dan gelar, tanggal mulai dan akhir sebagai DPJP Utama. Daftar ini bukan
berfungsi sebagai daftar hadir
15) Keterkaitan DPJP dengan Alur Perjalanan Klinis/Clinical Pathway, setiap
DPJP bertanggung jawab mengupayakan proses asuhan pasien (baik asuhan
medis maupun asuhan keperawatan atau asuhan lainnya) yang diberikan
kepada pasien patuh pada Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway yang telah
ditetapkan oleh RS. Tingkat kepatuhan pada Alur Perjalanan Klinis / Clinical
Pathway ini akan menjadi objek Audit Klinis dan Audit Medis.
8. Second Opinion
Rumah Sakit memberitahukan kepada pasien dan atau keluargannya mengenai
alternatif pelayanan dan pengobatan di Rumah Sakit. Pasien berhak meminta
konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai
kompetensi dan Surat Ijin Praktek (SIP) didalam maupun diluar Rumah Sakit. Dan
Rumah Sakit memberikan dukungan atas hak pelayanan second opinion tersebut
kepada pasien yang menghendaki permintaan second opinion, sepanjang dokter yang
diminta adalah dokter Rumah Sakit dari dalam maupun dari luar. Hak pasien tentang
second opinion diwujudkan dalam bentuk pemberian formulir permintaan second
opinion, dan apabila diminta oleh pasien/ keluarga maka rumah sakit hanya
menyediakan data – data yang dibutuhkan untuk pelaksanaan second opinion.
9. Kerahasiaan Informasi dan Privasi
a. Kerahasiaan Informasi
Perlindungan kerahasiaan informasi pasien adalah suatu usaha
perlindungan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit terhadap segala
kerahasiaan informasi dan data-data medis ataskondisi pasien selama
dirawat/mendapat pelayanan kesehatan. Semua pasien yang mendapat pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit berhak atas perlindungan kerahasiaan informasi dan
data-data medis dari pihak-pihak yang tidak berkompeten.
Perlindungan kerahasiaan informasi medis pasien dilaksanakan dalam
bentuk pelepasan informasi medis hanya bisa dilakukan sesuai dengan identitas
data yang tertulis dalam form kewenangan pemberian informasi, yang data
tersebut telah diisi oleh pasien/ keluarga pasien.Kemudian form tersebut
ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang terkait.
Rumah Sakit menghormati hak pasien dalam beberapa situasi untuk
mendapatkan hak istimewa dalam menentukan informasi apa saja yang
berhubungan dengan pelayanan yang boleh disampaikan kepada keluarga atau
pihak lain dalam situasi tertentu. Apabila pasien telah meninggal dunia saat dalam
perawatan di Rumah Sakit, yang berhak diberi tahu atas informasi tersebut adalah
keluarga kandung terdekat dan atau wali yang syah menurut undang-undang.
Adapun pembukaan atas kerahasiaan informasi mengenai pasien dalam
rekam medik diperbolehkan dalam UU No 29 tahun 2004, yaitu sebagai berikut:
1. Diminta oleh aparat penegak hukum dalam rangka penegakan hukum
misalnya, visum et repertum.
2. Atas permintaan pasien sendiri.
3. Untuk kepentingan kesehatan pasien itu sendiri.
4. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, misalnya; undang
– undang wabah, undang – undang karantina, dan lain sebagainya.
Kemudian Rumah Sakit menghormati kerahasiaan informasi kesehatan
pasien dengan membatasi akses ke ruang penyimpanan rekam medik melalui
pintu otomatis, yang hanya bisa dibuka oleh orang yang memiliki akses ke ruang
tersebut. Kemudian rekam medik juga tidak diletakkan ditempat umum. Pihak
yang mengakses kerahasiaan informasi memiliki kewenangan dari rumah sakit
atas seijin direktur rumah sakit dan atau atas persetujuan pasien dan sudah
disumpah mengenai kerahasiaan informasi misalnya DPJP, Asuransi, lembaga
pemerintah dan lain sebagainya.
Seluruh staf Rumah Sakit diambil sumpahnya untuk dapat menjaga
kerahasiaan dalam melindungi hak pasien terhadap segala informasi medis.
b. Privasi Pasien
Staf Rumah Sakit disetiap unit mengidentifikasi harapan dan kebutuhan
privasi pasien selama pelayanan dan pengobatan. Rumah Sakit merespon
keinginan pasien untuk dihormati privasinya pada setiap wawancara klinis,
pemeriksaan, prosedur/pengobatan dan transportasi, dan bila diperlukan maka
akan disediakan form permintaan privasi terhadap sesuatu sesuai dengan
permintaan tertulis pasien / keluarga.
15. Perlindungan
a) Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
pelayanan dan perawatan di Rumah Sakit. Lokasi yang terpencil atau terisolasi
di beri monitor/ CCTV dan dipantau secara berkala oleh petugas keamanan.
b) Pasien berhak mendapatkan perlindungan terhadap kekerasan fisik dari pihak luar
dan dari intern Rumah Sakit, selama berada dalam lingkungan Rumah Sakit.
c) Rumah sakit melarang pasien/keluarga/pengunjung/karyawan membawa barang-
barang berharga dan barang terlarang (alkohol, minuman keras, senjata api atau
senjata tajam) dilingkungan rumah sakit, dan hanya membawa barang penting saja.
d) Rumah sakit memberikan informasi dan tidak bertanggung jawab atas harta benda
yang tidak sedang dalam perlindungan. Kecuali barang yang sedang dalam
perlindungan rumah sakit, maka rumah sakit memberlakukan perlindungan barang
tersebut sesuai prosedur, yaitu dengan mengisi formulir serah terima barang antara
orang yang menitipkan dengan petugas keamanan/ security rumah sakit disaksikan
oleh 2 orang saksi. Setiap pasien/pengunjung/karyawan yang berada dalam
lingkungan rumah sakit wajib menjaga dan bertanggung jawab atas harta benda
pribadi.
e) Pasien yang termasuk dalam resiko tinggi yang tidak dapat melaksanakan
tanggung jawab, meliputi :
- Pasien koma
- Pasien dengan alat bantu hidup
- Pasien dengan penyakit menular
- Pasien immune-supressed
- Pasien immune-suppressed dan penyakit menular
- Pasien dialysis
- Pasien dengan restraint atau dengan alat pengikat
- Pasien Geriatri/manula
- Pasien bayi dan anak
f) Setiap individu yang berada dilingkungan Rumah Sakit yang tidak memiliki
identitas diperiksa oleh petugas keamanan dan dicatat.
g) Pemasangan pintu otomatis pada tempat-tempat resiko tinggi yaitu ruang bayi dan
Peristi, Sekaligus hal ini diperketat dengan sistem keluar masuk melalui seleksi
dan pemeriksaan satpam/ security didepan ruangan tersebut. Sehingga segala
sesuatu yang keluar dan masuk ke ruang Bayi dan Peristi disamping terpantau
dengan kamera CCTV juga terpantau oleh penjaga/ satpam, yang tentunya hal ini
diatur melalui prosedur yang ada. Termasuk untuk bayi yang sudah diperbolehkan
pulang harus bisa menunjukkan Formulir Serah Terima Bayi.
a) Rohaniawan islam
b) Kerohanian Kristen, Katholik, Budha, Hindu dan Konghucu berdasarkan MOU
dengan Kantor Kementrian Agama Kabupaten Cilacap.