Bab I - Bab V Asin Io
Bab I - Bab V Asin Io
ORGANISASI
__________________________________________________________________
Kelas :B
FAKULTAS KEDOKTERAN
Laporan Asessmen Dan Intervensi Industri dan Organisasi ini telah diujikan dan
telah direvisi serta dinyatakan telah sesuai untuk pengumpulan
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu aspek yang perlu memperoleh perhatian ekstra dalam bidang
sumber daya adalah komitmen anggota pada organisasi. Faktor ini sangat
diperlukan karena individu yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasi
akan terus-menerus berikhtiar demi kemajuan organisasi. Sumber Daya
Manusia (SDM) merupakan faktor penentu yang sangat penting bagi
keefektifan berjalannya sebuah kegiatan dalam suatu organisasi. Keberhasilan
dan kinerja seseorang dalam suatu organisasi banyak ditentukan oleh tingkat
kompetensi, profesionalisme, dan juga komitmennya terhadap organisasi yang
ditekuninya itu. Dalam Kompasiana tahun 2014 menyebutkan bahwa anggota
yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasinya akan melakukan
pekerjaan secara optimal dan lebih bertanggung jawab sehingga dengan
komitmen tersebut anggota dapat membantu memperlancar organisasi
mencapai tujuannya.
Luthans mendefinisikan komitmen organisasi sebagai keinginan kuat
untuk tetap sebagai anggota organisasi, keinginan untuk berusaha keras sesuai
keinginan organisasi dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi (Novita,
2018). Komitmen organisasi itu sendiri memiliki dasar yang berbeda-beda
secara psikologis. Untuk itu perlu meneliti komitmen organisasi dengan
menggunakan pendekatan secara multidimensional. Allen dan Meyer (1991)
mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kondisi psikologis yang
menunjukkan karakteristik hubungan antara pekerja dengan organisasi dan
mempunyai pengaruh dalam keputusan untuk tetap melanjutkan
keanggotaannya di dalam organisasi tersebut (Nandya, 2017).
Penelitian terhadap perilaku menyimpulkan bahwa ada tiga (3) sumber
komitmen organisasional yang berbeda. Artinya, affective commitment
5
berkaitan dengan adanya keinginan untuk terikat pada organisasi atau
keterikatan emosional anggota, identifikasi, dan keterlibatan dalam organisasi
terjadi apabila anggota ingin menjadi bagian dari organisasi karena adanya
ikatan emosional (emotional attachment) atau merasa mempunyai nilai sama
dengan organisasi; continuance commitment adalah suatu kesadaran akan
biaya-biaya yang harus ditanggung (kerugian baik finansial atau kerugian lain)
berhubungan dengan keluarnya pegawai dari organisasi. Normative
commitment adalah suatu perasaan wajib dari pegawai untuk untuk tetap
tinggal dalam suatu organisasi karena adanya perasaan hutang budi pada
organisasi. Hal yang umum dari ketiga bentuk komitmen tersebut adalah
pandangan bahwa komitmen merupakan kondisi psikologis yang mencirikan
hubungan antara anggota dengan organisasi dan memiliki implikasi bagi
keputusan individu untuk tetap berada atau meninggalkan organisasi (Nandya,
2017).
Steers & Porter menyatakan bahwa komitmen yang tinggi terhadap
perusahaan akan membawa dampak positif bagi perusahaan. Dengan komitmen
yang tinggi maka anggota akan lebih betah dalam bekerja, setia, ikut
berpartisipasi penuh dalam pencapaian tujuan perusahaan. Katz & Kahn juga
menyatakan bahwa komitmen yang tinggi akan membuat perusahaan lebih
kompetitif karena para anggota yang berkomitmen tinggi biasanya kreatif dan
inovatif (Miftahun & Sugiyanto, 2010).
Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka fokus
penelitian ini yaitu mengenai gambaran komitmen organisasi pada anggota
GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia). Serta merancang intervensi
yang sesuai untuk anggota GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia)
terhadap permasalahan yang ada.
Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran komitmen organisasi pada anggota GMNI
(Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia).
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi
pada anggota GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia).
3. Untuk mengetahui tingkat dimensi komitmen organisasi pada anggota
GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia).
Manfaat penelitian
1. Bagi Organisasi
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi atau bahan
masukan tambahan bagi organisasi dalam menyikapi masalah anggota
organisasi yang menyangkut komitmen organisasinya.
2. Bagi Anggota/pengurus
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan yang lebih
banyak kepada anggota dalam bekerja di sebuah organisasi agar dapat
memperoleh komitmen organisasi yang sesuai dengan tujuan dari
organisasi.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai
manajemen sumber daya manusia secara riil khususnya yang menyangkut
komitmen organisasi dan memperdalam khasanah ilmu mengenai
komitmen organisasi dalam ranah psikologi
4. Bagi Akademisi/ ilmuan psikologi
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian atau referensi bagi
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan manajemen sumber daya
manusia terkhususnya dalam masalah komitmen organisasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komitmen Organisasi
1. Pengertian Komitmen Organisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) komitmen
merupakan perjanjian atau keterikatan untuk melakukan sesuatu.
Komitmen dapat didefinisikan sebagai upaya mencapai tujuan organisasi
dengan kemauan mengarahkan segala daya untuk kepentingan organisasi
menjadi bagian organisasi, dan ketertarikan untuk tetap menjadi bagian
organisasi Sutrisno (2010). Komitmen dianggap sebagai psychological
state, namun hal ini dapat berkembang secara retrospektif (sebagai
justifikasi terhadap tingkah laku yang sedang berlangsung) sebagaimana
diajukan pendekatan behavioral, sama seperti juga secara prospektif
(berdasarkan persepsi dari kondisi saat ini atau di masa depan di dalam
organisasi) sebagaimana dinyatakan dalam pendekatan attitudinal (Meyer
& Allen, 1990).
Ivancevich, Konopaske dan Matteson mengungkapkan bahwa
komitmen adalah perasaan identifikasi, perlibatan dan loyalitas dinyatakan
oleh pekerja terhadap perusahaan. Sedangkan menurut Kreitner dan
Kinicki adalah kesepakatan untuk melakukan sesuatu untuk diri sendiri,
individu lain, kelompok atau organisasi. Sedangkan menurut
Schermerhorn, Hunt, Osborn dan Uhl Bien menyatakan komitmen sebagai
loyalitas seorang individu pada organisasi (Wibowo, 2016)
Stephen P. Robbins dan Judge mendefenisikan sebagai suatu
keadaan dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan
dan keinginan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi.
Mowday, Porter, dan Steers yang dikutip oleh Schultz (1998) menyatakan
bahwa komitmen organisasi memiliki tiga komponen berikut.Pertama,
menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi. Kedua, keinginan untuk
berusaha keras bagi organisasi. Dan ketiga, memiliki hasrat keinginan kuat
11
untuk tetap berada dalam organisasi (Ranty, 2016).
Menurut Nael dan Northcraft, kamitmen organisasi adalah
kepercayaan kuat terhadap tujuan dan nilai organisasi, bersunguh-sungquh
pada kepentingan organisasi serta berkeinginan kuat untuk terus menerus
menjadi anggota organisasi. Sedangkan menut Amstrong komitmen
organisasi sehagai penyatuan anggota dengan tujuan dan nilai-nilai
organisasi, berkeinginan untuk tetap berada dalam organisasi serta
mempunyai kesediaan untuk bekerja keras atas nama organisasi
(Sudarmanto, 2014).
Meyer dan Allen (1991) merumuskan suatu definisi mengenai
komitmen dalam berorganisasi sebagai suatu konstruk psikologis yang
merupakan karakteristik hubungan anggota organisasi dengan
organisasinya dan memiliki implikasi terhadap keputusan individu untuk
melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi. Berdasarkan definisi
tersebut anggota yang memiliki komitmen terhadap organisasinya akan
lebih dapat bertahan sebagai bagian dari organisasi dibandingkan anggota
yang tidak memiliki komitmen terhadap organisasi.
Menurut Wirawan (2013) komitmen organisasi juga didefinisikan
sebagai perasaan keterikatan psikologis dan fisik anggota terhadap
organisasi tempat ia bekerja atau organisasi dimana ia menjadi anggotanya.
Keterikatan psikologis artinya anggota merasa senang dan bangga bekerja
untuk menjadi anggota organisasi. Keterkaitan atau keterikatan tersebut
mempunyai tiga bentuk mematuhi norma, nilai-nilai dan peraturan
organisasi.
Komitmen organisasi merupakan kondisi yang dirasakan anggota
yang dapat menimbulkan perilaku positif yang kuat terhadap organisasi
kerja yang dimilikinya. Menurut Mathis dan Jackson (2006) komitmen
organisasi adalah tingkat sampai dimana anggota yakin dan menerima
tujuan organisasional, serta berkeinginan untuk tinggal bersama organisasi
tersebut. Komitmen adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana
seorang individu mengenal dan terikat pada organisasinya. Seorang
individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat
dirinya sebagai anggota sejati organisasi untuk mengabaikan sumber-
sumber kekesalan minor pada organisasi, dan untuk melihat dirinya sendiri
menjadi anggota jangka panjang dari organisasi. Anggota yang merasa
lebih berkomitmen pada organisasi memiliki kebiasaan-kebiasaan yang
bisa diandalkan, berencana untuk tinggal lebih lama di dalam organisasi,
dan mencurahkan lebih banyak upaya dalam bekerja (Fransisca, 2018).
Para anggota organisasi yang mempunyai komitmen akan
mematuhi peraturan, kode etik dan standar kerja organisasi. Para anggota
organisasi yang mempunyai komitmen terhadap organisasinya juga harus
mempunyai keterkaitan secara fisik terhadap organisasinya. Mereka akan
berada di tempat kerja pada setiap jam kerja dan ketika dibutuhkan oleh
organisasi. Mereka akan melaksanakan tugasnya sesuai dengan uraian
tugas, standar kerja dan target kerja yang ditetapkan oleh organisasi.
Mereka akan memakai pakaian dinas, dress code dan lambang-lambang
organisasi (Wirawan, 2018).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
komitmen organisasi merupakan sikap atau tingkah laku seseorang dalam
menerima dan percaya dengan tujuan-tujuan organisasi, loyalitas, dan rasa
tanggung jawab terhadap organisasi.
B. Mahasiswa
1. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba
ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah
satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik,
sekolah tinggi, institut dan universitas. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di
perguruan tinggi. Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor
60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi disebutkan bahwa mahasiswa
adalah peserta didik yang terdaftar dan terdaftar pada perguruan tinggi
tertentu. Serara harfiah, maha berarti besar. Jadi mahasiswa berarti siswa
besar (Ginting, 2016).
Mahasiswa merupakan sebutan bagi mereka yang menempuh
pendidikan lanjutan setelah Sekolah Menengah Umum (SMU). Pendidikan
tersebut dapat berupa perguruan tinggi, sekolah tinggi, institut, akademi,
dan sebagainya. Usia saat menjadi mahasiswa di perguruan tinggi
umumnya berkisar antara 18-21 tahun. Secara fisiologis, usia ini sangat
rentan terhadap segala sesuatu, kejiwaan yang labil dan selalu memegang
idiom ketakohan. Sedangkan menurut Yusuf, seorang mahasiswa
dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun.
Tahap ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa
awal dan dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia
mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup (Yusuf, 2015).
Menurut Siswoyo (2017) mahasisva dapat didefinisikan sebagai
individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik
negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan
tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi,
kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Bepikir kritis
dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung
melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling
melengkapi.
Mahasiswa adalah calon ilmuan. Oleh karena itu, setiap mahasiswa
perlu mempersiapkan diri untuk memikul tanggung jawab sosial.
Pendidikan pada umumnya, terutama di perguruan tinggi yaitu pendidikan
tersier yang terutama dipicu oleh kemajuan teknologi, harus mampu
menghasilkan pejuang-pejuang mahasiswa yang menghasilkan karya-
karya yang berguna bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam
kompleks kehidupan yang penuh perubahan (Zuchdi, 2012).
Seyogyanya seorang mahasiswa dituntut untuk mampu belajar
secara mandiri diluar jadwal kegiatan akademik yang telah ditetapkan. Jika
hanya mengandalkan pelajaran yang diperoleh secara langsung dari dosen,
pengetahuan yang diperoleh akan kurang memadai. Dalam kaitanmya,
secara singkat Mckeachi menulis proses belajar mahasiswa kebanyakan
terjadi diluar kelas (Ginting, 2016).
Berdasarkan dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa merupakan seseorang yang sedang menempuh atau menjalani
pendidikan tinggi seperti universitas, institusi atau akademik. Mahasiswa
sendiri terbagi menjadi 2 kata, yaitu maha artinya besar dan siswa yang
berarti seseorang yang sedang melakukan perjalanan sebagai seorang
murid. Mahasiswa dituntut untuk belajar dengan lebih mandiri
2. Ciri-Ciri Mahasiswa
Menurut Kartono (dalam Siregar, 2016), mahasiswa merupakan
anggota masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu, antara lain:
a. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di
perguruan tinggi, sehingga dapat digolongkan sebagai kaum
intelektual.
b. Yang karena kesempatan di atas diharapkan nantinya dapat
bertindak sebagai pemimpin yang mampu dan terampil, baik
sebagai pemimpin masyarakat ataupun dalam dunia kerja.
c. Diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang dinamis bagi
proses modernisasi.
d. Diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang
berkualitas dan profesional.
3. Peranan Mahasiswa
Di samping peran utama utama, ada peran lain yang lebih berat dan
lebih menyentuh terhadap makna mahasiswa itu sendiri, yaitu sebagai
agen perubah dan pengontrol sosial masyarakat. Peran inilah yang dapat
menjadikan dirinya sebagai harapan bangsa, yaitu menjadi orang yang
setia mencarikan solusi berbagai problem yang sedang mereka hadapi.
Mahasiswa sebagai agen perubahan sosial selalu dituntut untuk
menunjukkan peranannya dalam kehidupan nyata. Menurut Siallagan
(2011), ada tiga peranan penting dan mendasar bagi mahasiswa yaitu
intelektual, moral, sosial.
- Peran intelektual
Mahasiswa sebagaiorang yang intelek, jenius, dan jeli harus bisa
menjalankan hidupnya secara proporsional, sebagai seorang
mahasiswa, anak, serta harapan masyarakat.
- Peran moral
Mahasiswa sebagai seorang yang hidup di kampus yang dikenal bebas
berekpresi, beraksi, berdiskusi, berspekulasi dan berorasi, harus bisa
menunjukkan perilaku yang bermoral dalam setiap tindak tanduknya
tanpa terkontaminasi dan terpengaruh oleh kondisi lingkungan.
- Peran sosial
Mahasiswa sebagai seorang yang membawa perubahan harus selalu
bersinergi, berpikir kritis dan bertindak konkret yang terbingkai
dengan kerelaan dan keikhlasan untuk menjadi pelopor, penyampai
aspirasi dan pelayan masyarakat.
4. Karakteristik Perkembangan Mahasiswa
Seperti halnya transisi dari sekolah dasar menuju sekolah
menengah pertama yang melibatkan perubahan dan kemungkinan stres,
begitu pula masa transisi dari sekolah menengah atas menuju universitas.
Dalam banyak hal, terdapat perubahan yang sama dalam dua transisi itu.
Transisi ini melibatkan gerakan menuju satu struktur sekolah yang lebih
besar dan tidak bersifat pribadi, seperti interaksi dengan kelompok sebaya
dari daerah yang lebih beragam dan peningkatan perhatian pada prestasi
dan penilaiannya (Santrock, 2002)
Perguruan tinggi dapat menjadi masa penemuan intelektual dan
pertumbuhan kepribadian. Mahasiswa berubah saat merespon terhadap
kurikulum yang menawarkan wawasan dan cara berpikir baru seperti;
terhadap mahasiswa lain yang berbeda dalam soal pandangan dan nilai,
terhadap kultur mahasiswa yang berbeda dengan kultur pada umumnya,
dan terhadap anggota fakultas yang memberikan model baru. Pilihan
perguruan tinggi dapat mewakili pengejaran terhadap hasrat yang
menggebu atau awal dari karir masa depan (Papalia dkk, 2008)
Ciri-ciri perkembangan remaja lanjut atau remaja akhir (usia 18
sampai 21 tahun) dapat dilihat dalam tugas-tugas perkembangan yaitu
(Gunarsa, 2016);
a. Menerima keadaan fisiknya; perubahan fisiologis dan organis yang
sedemikian hebat pada tahun-tahun sebelumnya, pada masa remaja
akhir sudah lebih tenang. Struktur dan penampilan fisik sudah menetap
dan harus diterima sebagaimana adanya. Kekecewaan karena kondisi
fisik tertentu tidak lagi mengganggu dan sedikit demi sedikit mulai
menerima keadaannya.
b. Memperoleh kebebasan emosional; masa remaja akhir sedang pada
masa proses melepaskan diri dari ketergantungan secara emosional
dari orang yang dekat dalam hidupnya (orangtua). Kehidupan emosi
yang sebelumnya banyak mendominasi sikap dan tindakannya mulai
terintegrasi dengan fungsi-fungsi lain sehingga lebih stabil dan lebih
terkendali. Dia mampu mengungkapkan pendapat dan perasaannya
dengan sikap yang sesuai dengan lingkungan dan kebebasan
emosionalnya.
c. Mampu bergaul; dia mulai mengembangkan kemampuan mengadakan
hubungan sosial baik dengan teman sebaya maupun orang lain yang
berbeda tingkat kematangan sosialnya. Dia mampu menyesuaikan dan
memperlihatkan kemampuan bersosialisasi dalam tingkat kematangan
sesuai dengan norma sosial yang ada.
d. Menemukan model untuk identifikasi; dalam proses ke arah
kematangan pribadi, tokoh identifikasi sering kali menjadi faktor
penting, tanpa tokoh identifikasi timbul kekaburan akan model yang
ingin ditiru dan memberikan pengarahan bagaimana bertingkah laku
dan bersikap sebaik-baiknya.
e. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri; pengertian dan
penilaian yang objektif mengenai keadaan diri sendiri mulai terpupuk.
Kekurangan dan kegagalan yang bersumber pada keadaan kemampuan
tidak lagi mengganggu berfungsinya kepribadian dan menghambat
prestasi yang ingin dicapai.
f. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma; nilai
pribadi yang tadinya menjadi norma dalam melakukan sesuatu
tindakan bergeser ke arah penyesuaian terhadap norma di luar dirinya.
Baik yang berhubungan dengan nilai sosial ataupun nilai moral. Nilai
pribadi adakalanya harus disesuaikan dengan nilai-nilai umum (positif)
yang berlaku dilingkungannya.
g. Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan; dunia
remaja mulai ditinggalkan dan dihadapannya terbentang dunia dewasa
yang akan dimasuki. Ketergantungan secara psikis mulai ditinggalkan
dan ia mampu mengurus dan menentukan sendiri. Dapat dikatakan
masa ini ialah masa persiapan ke arah tahapan perkembangan
berikutnya yakni masa dewasa muda.
Apabila telah selesai masa remaja ini, masa selanjutnya ialah
jenjang kedewasaan. Sebagai fase perkembangan, seseorang yang telah
memiliki corak dan bentuk kepribadian tersendiri.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik
mahasiswa yaitu stabilitas dalam kepribadian yang mulai meningat dan
stabil dalam hal lain. Karakteristik mahasiswa yang lebih menonjol yaitu
lebih mandiri, berpikir dengan matang sebelum melakukan sesuatu tujuan
yang diraih, sehingga mereka lebih berpikir secara realistis, berpikir
mengenai masa depan, baik dalam hal karir maupun hubungan percintaan.
Mereka akan memperdalam keahlian dibidang masing-masing untuk
mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja yang membutuhkan mental
tinggi.
C. Ringkasan Masalah
Jika dikaitkan dengan organisasi yang ingin diteliti GMNI (Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia) maka hal diatas sangatlah berkaitan dengan
apa yang dihadapi organisasi ini. Berdasarkan hasil studi pendahuluan maka
mendapatkan hasil bahwa masih banyak indikator komitmen organisasi yang
belum terpenuhi dalam organisasi GMNI terutama dalam hal berinteraksi satu
sama lain masih ada rasa canggung antara anggota yang baru dengan anggota
yang lama. Banyak anggota GMNI kurang untuk berkomitmen seperti banyak
anggota yang kurang menghadiri beberapa acara yang berguna untuk
mempererat kedekatan sesama anggota sedangkan pada teorinya tujuan
organisasi akan berbanding lurus dengan komitmen organisasi anggota. Maka
dengan ringkasan masalah yang telah dipaparkan diatas peneliti tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian mengenai Komitmen organisasi yang ada pada
orgnasisasi GMNI yang ada di fakultas Kedokteran ULM.
Organisasi GMNI adalah organisasi yang anggotanya terdiri dari berbagai
program studi. GMNI sendiri berdiri didasari keinginan untuk menyatukan
organisasi-organisasi mahasiswa yang ada mempererat rasa kemahasiswaan.
Dengan keanggotaan yang beragam tetapi memiliki visi dan misi yang sama
maka kami ingin mengetahui bagaimana komitmen organisasi yang ada pada
organisasi GMNI.
BAB III
METODE ASESMEN
23
sebagai pewawancara mengajukan sejumlah pertanyaan pada partisipan
sebagai subjek yang diwawancarai. Mcleod (2003) wawancara adalah cara
yang feksibel untuk mengumpulkan data penelitian yang rinci dan pribadi.
Kehadiran wawancara memungkinkan terus-menerus pemantauan
mengenai informasi yang dikumpulkan, dan peneliti memeriksa apa yang
dikatakan oleh partisipan (Galang, 2016).
Jenis wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian ini berupa
wawancara semi terstruktur. Wawancara dalam riset kualitatif selalu
bersifat semi terstruktur karena selalu membawa pola kekuasaan yang
bersifat mengatur segala sesuatu dan sekaligus untuk melihat kemampuan
individu yang menjadi subjek penelitian untuk menolak dan melawan apa
yang ingin diwujudkan oleh penelitian (Parker, 2005). Jenis wawancara ini
sudah termasuk kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya
lebih bebas bila dibandingkan dengan wawncara terstruktur. Tujuan dari
wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih
terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-
idenya (Sugiyono, 2012).
B. Pelaksanaan Asesmen
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan persiapan
yang berkaitan dengan perijinan dan penyusunan alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini serta meminta persetujuan pada salah stau anggota
GMNI untuk melakukan penelitian. Sebelumnya peneliti telah melakukan
konsultasi terkait judul penelitian pada tanggal 14 Februari 2020.
Setelah mendapatkan persetujuan untuk judul penelitian dan
berkonsultasi bagaimana prosesnya, peneliti melakukan wawancara
kepada satu orang anggota GMNI untuk melakukan studi pendahuluan
pada 27 Februari 2020. Wawancara dilakukan tidak terlalu mendalam
(tidak semua pertanyaan sesuai panduan wawancara) namun sesuai dengan
aspek-aspek komitmen organisasi oleh Allen dan Meyer. Kemudian kami
melakukan konsultasi mengenai laporan kami secara online pada tanggal
10 Maret 2020 dan 17 Maret 2020.
Pengambilan data penelitian akan dilaksanakan dalam rentang
waktu 5 minggu yaitu berupa pengisian angket atau kuesioner secara
online, yaitu 4-9 April 2020. Kemudian akan dipilih 2 orang subjek
dengan kurun waktu bergabung di GMNI yang berbeda-beda. Kemudian
dan wawancara pertama akan dilaksanakan pada tanggal 23-24 April 2020
terhadap 1 subjek.
Wawancara lanjutan akan dilakukan pada tanggal 25-30 April 2020
dengan panduan observasi dan wawancara.. Kemudian pemberian
intervensi direncanakan dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2020. Secara
ringkas, pelaksanaan asesmen dapat dilihat pada. Secara ringkas berikut
adalah rincian jadwal kegiatan adalah sebagai berikut:
A. Hasil Asesmen
1. Identitas Organisasi
a. Nama Organisasi : Gerakan Mahasiswa Nasional di Indonesia
:
b. Alamat Organisasi Jl. Dahlina Raya, Komplek Dahlina
Permai No.40 Loktabat Selatan,
Banjarbaru. Kodepos 70714.
2. Identitas Subjek
a. Narasumber I
a) Nama : AS
b) TTL : Bati-Bati, 18 Mei 1998
c) Jenis Kelamin : Laki-Laki
d) Usia : 21 Tahun
e) Lama Bergabung : 4 tahun
3. Riwayat Organisasi
a. Sejarah Organisasi
GMNI lahir dengan identitasnya yang hakiki sebagai Organisasi
Kader dan Organisasi Perjuangan yang berlandaskan ajaran Soekarno.
Karena itu, dalam aktivitasnya terdapat prinsip-prinsip perjuangan
yang harus tetap melekat dalam tubuh GMNI dan menjadi dasar
perjuangan GMNI. Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)
lahir dari hasil proses peleburan 3 (tiga) organisasi kemahasiswaan
yang memiliki kesamaan azas yakni “Marhaenisme” ajaran Bung
Karno. Ketiga organisasi tersebut adalah Gerakan Mahasiswa
Marhaenis (GMM) yang berpusat di Jogjakarta, Gerakan Mahasiswa
Merdeka yang berpusat di Surabaya dan Gerakan Mahasiswa
Demokrat Indonesia (GMDI) yang berpusat di Jakarta.
Gagasan untuk proses peleburan ketiga organisasi mahasiswa
tersebut mulai muncul, ketika pada awal bulan September 1953,
Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) melakukan
pergantian pengurus, yakni dari Dewan Pengurus lama yang dipimpin
Drs. Sjarief kepada Dewan Pengurus baru yang diketuai oleh S.M.
Hadiprabowo. Dalam rapat pengurus GMDI yang diselenggarakan di
Gedung Proklamasi, Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, tercetus
keinginan untuk melakukan fusi terhadap ketiga organisasi yang se-
azas itu dalam satu wadah. Keinginan ini kemudian disampaikan
kepada pimpinan kedua organisasi yang lain, dan ternyata mendapat
respon positif.
Sebagai tindak lanjut, maka dilakukanlah beberapa pertemuan
antara ketiga pimpinan organisasi mahasiswa tersebut, hingga
tercapailah kesepakatan pada pertemuan berikut yang dilakukan di
rumah dinas Walikota Jakarta Raya (Bapak. Soediro), di Jalan Taman
Suropati, akhirnya dicapai beberapa kesepakatan antara lain: ketiga
organisasi setuju untuk melakukan fusi wadah (organisasi) bersama
hasil peleburan tiga organisasi, berazaskan Marhaenisme Ajaran Bung
Karno sepakat untuk mengadakan Kongres pertama GMNI di
Surabaya. Para pimpinan tiga organisasi yang hadir dalam pertemuan
ini antara lain dari Gerakan Mahasiswa Merdeka (Slamet
Djajawidjaja, Slamet Rahardjo dan Heruman), dari Gerakan
Mahasiswa Marhaenis (Wahyu Widodo, Subagio Masrukin, Sri
Sumantri Marto Suwignyo) dan dari Gerakan Mahasiswa Demokrat
Indonesia (S.M. Hadiprabowo, Djawadi Hadipradoko, Sulomo).
Berdasarkan kasus, GMNI yang berada di Banjarbaru
merupakan GMNI di tingkat Kabupaten/Kota dipimpin oleh Dewan
Pimpinan Cabang.
b. Asas dan Tujuan Organisasi
a) Asas
Sebagai organisasi perjuangan dan organisasi kader, GMNI
mempunyai asas dan doktrin yang menjadi landasan serta
penuntun arah perjuangan GMNI. Adapun asas perjuangan GMNI
adalah sebagai berikut:
1. Pancasila 1 Juni 1945
- Kebangsaan atau Nasionalisme
- Kemanusiaan atau Internasionalisme
- Mufakat atau Demokrasi
- Kesejahteraan Sosial
- Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Pembukaan UUD 1945
Untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam satu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada:
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan,
serta mewujudkan suatu keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia.
3. Marhaenisme
- Sosio Nasionalisme, yang berarti GMNI berpaham
nasionalisme, tapi nasionalisme yang memiliki watak
sosial, nasionalisme yang ditempatkan di atas nilai-nilai
kemanusiaan.
- Sosio Demokrasi, bahwa GMNI menghendaki demokrasi
yang memiliki watak sosial artinya demokrasi politik, tapi
juga demokrasi ekonomi, bukan demokrasi cangkokan
yang tidak sesuai dengan akar sejarah dan budaya
masyarakat Indonesia. Tapi, demokrasi yang
menyelamatkan seluruh kaum marhaen.
- Ketuhanan Yang Maha Esa, bahwa GMNI meyakini akan
ekistensi Tuhan, anggota GMNI adalah manusia yang
theis.
b) Tujuan
Sebagai organisasi perjuangan, maka tujuan perjuangan GMNI
adalah mewujudkan Indonesia yang berdaulat di bidang Politik,
berdikari dibidang Ekonomi dan berkepribadian dalam Budaya.
Dan hal itu bisa dicapai apabila Sosio Nasionalisme, Sosio
Demokrasi, dan Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi Nation And
Character Building.
c. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi GMNI tingkat kota Banjarbaru periode
2019-2021 yaitu:
- Ketua : Husein Nafarin
- Wakil Ketua Bidang Organisasi : Rizki Nugroho F.
- Wakil Ketua Bidang Kaderisasi : Ahmad Saubari
- Wakil Ketua Bidang Politik dan Hukum : Syahrizal Rizky H.
- Wakil Ketua Bidang Sarinah : Dita Oktoviana
- Wakil Ketua Bidang Mahasiswa dan Pelajar : M. Aminullah
- Wakil Ketua Bidang Ekonomi dan Kreatif : Fatmasari Hastuti
- Sekretaris : M. Novriandy
- Bendahara : Haipa
3. Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan sebanyak 4 kali. Wawancara sebanyak 3 kali
dilakukan melalui chat LINE, sedangkan 1 kali yang terakhir melalui call
group LINE. Pada wawancara terakhir, kami memfokuskan pada
komitmen organisasi yang dimiliki berdasarkan 3 aspek dari Meyer dan
Allen (1991). Wawancara terakhir dilakukan pada tanggal 30 April 2020
dengan durasi waktu 29 menit 36 detik.
Pada wawancara yang dilakukan, subjek telah bergabung bersama
GMNI selama 4 tahun dan bergabung dengan GMNI berdasarkan
keinginan sendiri. Subjek pertama kali bergabung pada tahun 2016 karena
ada sosialisasi di kelasnya dan ia langsunng tertarik buat mengikuti
organisasi tersebut. Selain itu, yang menyampaikan sosialisasi adalah
sosok yang ia kagumi. Pertama kali bergabung dengan GMNI, subjek
mengaku untuk mencari pengalaman juga menambah relasi karena GMNI
mempunyai anggota dari berbagai fakultas dan universitas. Lingkup GMNI
yang luas adalah salah satu hal yang membuat subjek tertarik dengan
GMNI. Kemudian fokus organisasi yang mengarah ke politik juga
membuatnya tertarik karena ia memang mencari organisasi yang peduli
terhadap politik-politik di Indonesia. Menyangkut visi misi, menurut
subjek visi misi GMNI sudah sangat sesuai dengan visi misi dirinya, yaitu
berjuang bersama rakyat dan berjuang dengan harapat kita sebagai rakyat
Indonesia.
Subjek mengaku bahwa kadang ia merasa nyaman dan merasa
tidak nyaman berada di GMNI, sesuai kondisi yang ia rasakan. Menurut
subjek, karena mempunyai banyak teman maka menjadi salah satu bentuk
kenyamanan. Namun karena banyak teman dalam berbagai lingkup, yang
berarti budaya juga menjadi berbeda-beda sehingga harus beradaptasi.
Proses adaptasi tersebut yang menjadi kurang nyaman. Pada pernyataan
tersebut, bisa disimpulkan bahwa subjek cukup senang berada di GMNI,
namun tidak dipungkiri bahwa terkadang ia merasakan bosan dengan
GMNI. Subjek juga mengatakan bahwa keluar masuknya anggota
organisasi di GMNI cukup cepat, yang dimana bisa masuk 10 orang maka
keluarnya 9 orang atau adapulanya yang belum sampai sebulan sudah
hilang sehingga subjek cukup akrab pada pengurus yang bertahan. Selain
itu, subjek juga merasa nyaman dengan hubungan antar pengurus
walaupun ada beberapa yang kurang cocok, namun subjek mencoba lebih
professional. Terkadang subjek tidak mengungkapkan dirinya sebagai
bagian dari GMNI karena GMNI yang merupakan organisasi eksternal
yang masih dikaitkan dengan isu-isu politik lainnya.
Menghubungkan BEM dan HIMA, menurut subjek berada GMNI
mendapatkan hal yang tidak ia dapatkan di kedua organisasi yang telah
disebutkan yaitu lingkup keanggotaan yang luas karena organisasi
eksternal kampus. Subjek melanjutkan bahwa motivasi untuk tetap
berkomitmen adalah karena sudah cukup lama bergabung dan telah
terbentuk ikatan emosional serta sudah sering melaksanakan proker yang
membuatnya mengakrabkan diri dengan anggota lain sehingga subjek
merasa tidak enak untuk meninggalkan organisasi. Kemudian bagi subjek,
semua anggota yang berada di GMNI mempunyai peran yang sangat
penting bahkan jika hanya pengurus biasa. Subjek juga belum pernah
terlibat konflik ataupun membuat masalah besar di organisasi GMNI.
Subjek mempunyai pikiran untuk berhenti dari GMNI namun ada
beberapa program kerja yang masih menjadi tanggung jawabnya sehingga
ia bertahan dan mengurungkan niat untuk keluar dari GMNI. Walaupun
mengaggap tugas yang ia emban adalah suatu wajib untuk dijalankan
namun subjek terkadang secara sengaja dan tidak sengaja ada yang tidak
dikerjaan dan dikerjaan. Tugas yang ia lebih dulukan adalah tugas yang
mempunyai prioritas yang lebih penting dan jabatan yang ia emban.
Seperti program kerja Kaderisasi maka subjek menjalankan tugasnya
sebagai ketua pelaksana dan mengerjakannya. Subjek mengatakan selagi
ada tugas yang bisa dikerjakan maka akan dikerjakan. Jika ada yang tugas
yang tidak ia kerjakan karena ada hal lain maka subjek merasa tidak enak
karena ada ikatan emosional dengan anggota lainnya. Namun untuk
beberapa tugas yang prioritasnya cenderung dibawah, subjek tidak bisa
mengerjakan karena ada hal lain yang cukup penting. Berhubungkan
dalam hal tersebut, pada GMNI jika ada anggota yang melakukan
kesalahan maka akan didiskusikan, dimusyawarahkan, dibicarakan dengan
bersangkutan dan dicari tahu akar masalanya.
Masih berhubungan dengan tugas di GMNI, subjek merasa bahwa
terkadang tugas di GMNI tidak terlalu penting seperti pertemuan
membahas sesuatu namun ia tidak bisa berhadir maka bisa di-back up oleh
teman-teman yang lain. Namun subjek memakluminya karena organisasi
tersebut dibuat oleh manusia yang mana dikendalikan dan diatur tidak
selalu sesuai keinginan kita. Kemudian bagi anggota yang tidak
menjalankan GMNI maka tidak diberiikan konsekuensi secara nyata
seperti denda atau pengeluaran surat peringatan, namun hanya berupa
teguran dan dibicarakan dengan baik-baik karena kekeluargaan dalam
organisasi ini cukup tinggi. Selain itu, bagi subjek semuanya anggota
adalah teman akrab dalam satu organisasi. Subjek juga berusaha untuk
melaksanakan peraturan-peraturan yang ada di organisasi selama tergolong
baik dan masuk akal. Subjek mengungkapkan bahwa ia kesal jika ada
anggota yang tidak menjalankan tugasnya sehingga harus dibicarakan
dengan orang yang bersangkutan.
Subjek juga memaparkan kalau dari tahun 2016, ia cukup sering
meninggalkan rapat. Bagi subjek, jika ia hanya anggota biasa dalam suatu
kegiatan maka ia biasanya tidak ikut. Namun kalau ia mengemban tugas
sebagai ketua pelaksana maka akan diusahakan untuk datang. Alasan
subjek tidak ikut rapat biasanya karena ada kegiantan lain atau ada janji
dengan teman yang lebih dahulu mengatur waktu untuk bertemu. Menurut
sepengetahuan subjek, tidak ada konsekuensi untuk pengurus yang
mengundurkan diri dalam organisasi GMNI namun diwajibkan membuat
surat pengunduran diri yang bertanda tangan dan tulis materai sehingga
resmi.
Bagi subjek, GMNI adalah organisasi yang sangat berjasa dalam
kehidupan perkuliahannya karena memperkenalkannya dengan bagaimana
kehidupan kampus dan organisasi serta kesempatan untuk mempunyai
banyak teman dan relasi di seluruh Indonesia jika ada keperluan. Subjek
melanjutkan bahwa tujuan dari dirinya sendiri untuk jangka pendek pada
GMNI adalah menyelesaikan kepengurusan sampai Februari tahun 2021
dna membantu anggota lebih muda untuk menjalankan organisasi. Oleh
karena itu, untuk berkomitmen organisasi di GMNI, maka subjek mencoba
mencari alasan yang rasional kenapa bertahan di sini seperti masih ada
tanggung jawab serta ada ikatana emosional. Kemudian, alasan subjek
tidak meninggalkan GMNI adalah banyak pembelajaran-pembeljaran yang
didapat seperti banyak sudut pandang terkait masalah, mengetahui masalah
umum di politik Indonesia, sering berdiskusi serta pandangan-pandangan
lain yang berpengaruh untuk kehidupan subjek.
Kemudian apa yang subjek dapatkan di GMNI adalah dapat
berkembang baik secara pemikiran maupun sifat subjek terhadap dirinya
maupun masyarakat luas Indonesia. Serta menambah relasi yang juga
menambah sudut pandang tentang bagaimana memandang suatu
permasalahan. Alasan subjek ingin GMNI tetap ada adalah karena tujuan
GMNI ini murni untuk kepentingan rakyat, ssubjek mengharapkan agar
organisasi ini akan tetap ada dan terus bertahan. Bagi subjek, harus ada
kader-kader lain yang melanjutkan perjuangan, baik itu dari segi
pemikiran maupun dari tindakan langsung terhadap masyarakat, agar
tujuan murni dari ideologi GMNI atau Maehenisme itu sendiri dapat
terwujud di Indonesia.
Tanggapan dan sikap subjek sebagai wakil ketua Kaderisasi
mengenai anggota lain yang tidak berkomitmen di GMNI adalah dengan
cara personal terlebih dahulu seperti menghubungi atau bertemu langsung
dengan yang bersangkutan, kemudian dicari permasalahan serta solusinya.
Seperti jika ada anggota yang sering hilang dan tidak ingin ke sekretarian
karena banyak asap rokok maka sakan dibahas dengan anggota lainnya
bagaimana agar ruang sekretarian bebas asap rokoo. Bagi subjek,
walaupun tidak bisa mempertahankan anggota namun setidaknya
mengetahui permasalhannya GMNI Banjarbaru disini agar mengetahui
kekurangan yang harus diperbaiki dan menjadi pembelajaran
4. Hasil Tes Informal
Tes informal ini dilakukan secara online dengan menggunakan
media Google Form, yang telah disebarkan oleh peneliti kepada para
pengurus GMNI cabang Banjarbaru yang menjabat sekarang. Pada angket
atau kuesioner yang disusun oleh Puspitasari (2017) memuat 18 butir
pernyataan dengan menggunakan skala Likert. Setiap pertanyaan memiliki
4 pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju)
dan STS (Sangat Tidak Setuju). Adapun skor total yang didapatkan dari 32
responden anggota GMNI cabang Banjarbaru, yaitu sebagai berikut.
No. Nama Skor Total No. Nama Skor Total
1. FE 43 17. MN 36
2. AB 27 18. FH 38
3. RA 41 19. MAD 38
4. TP 35 20. WA 40
5. D 43 21. RNF 39
6. AD 40 22. N 35
7. SNM 37 23. MEA 36
8. NV 35 24. SNM 37
9. MZ 46 25. DK 43
10. YL 37 26. LR 38
11. MIN 36 27. MFH 45
12. N 36 28. RU 38
13. HN 40 29. AS 36
14. L 32 30. LR 39
15. FE 31 31. MDS 41
16. AB 33 32. MZ 34
Jenis Kelamin
Laki-laki 24 orang
Perempuan 8 orang
Lama Bergabung
2 bulan 2 orang
4 bulan 1 orang
6 bulan 2 orang
1 tahun 12 orang
2 tahun 9 orang
3 tahun 2 orang
4 tahun 4 orang
Skor Hipotetik
Variabel
X Min X Max Mean Standar Deviasi
Organisasi
18 x 1 = 18 18 x 4 = 72 =½(90) =⅙(54)
= 45 =9
1. X<(M–1SD)
X<(45–1(9))
Rendah X<(45–9)
X<36
2. (M–1SD)≤X≤(M+1SD)
(45–1(9))≤X≤(45+1(9))
Sedang (45–9)≤X≤(45+9)
36≤X≤54
3. (M+1SD)≤X
(45+1(9))≤X
Tinggi 54≤X
X<36 Rendah - -
Komitmen
36≤X≤54 Sedang 25 78,125%
Organisasi
B. Pembahasan
Sementara itu untuk hasil tes informal yang telah dilakukan dari 32
responden yang mengisi kuesioner hasilnya yaitu: 7 orang termasuk kategori
komitmen yang tinggi dan 25 orang termasuk dalam kategori yang sedang.
Hal ini terjadi dikarenakan mayoritas anggota yang mengisi kuesioner
merupakan anggota yang masih sering aktif sehingga data tes informal
menunjukkan hasil yang berbeda dari data sebenarnya yang terjadi
dilapangan.
C. Bagan Masakah
Organisasi GMNI
Komitmen Organisasi
SARAN INTERVENSI
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
2
DAFTAR PUSTAKA
Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan yang terkait dengan apa yang Anda
rasakan dan Anda alami ketika sedang menjadi keanggotaan organisasi Anda
sekarang ini.
Anda diminta untuk memberikan persetujuan Anda terhadap pernyataan-
pernyataan yang disajikan dengan membubuhkan tanda silang (X) pada kolom
jawaban yang paling mewakili keadaan atau kondisi yang Anda alami. Empat
pilihan yang akan disediakan adalah sebagai berikut: Kolom SS, jika Anda Sangat
Setuju dengan pernyataan
Kolom S, jika Anda Setuju dengan pernyataan
Kolom TS, jika Anda Tidak Setuju dengan pernyataan
Kolom STS, jika Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan
Contoh:
Setiap orang memiliki jawaban yang berbeda untuk setiap pernyataan. Oleh
sebab itu, pilihlah jawaban yang paling sesuai untuk mewakili keadaan atau
kondisi Anda dalam pernyataan yang tersedia. Pada kuesioner ini tidak ada
jawaban yang benar.