net/publication/319057370
CITATION READS
1 3,852
1 author:
Try Al Tanto
Research Institute for Coastal Resources and Vulnerability, BRSDMKP, KKP RI
53 PUBLICATIONS 185 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Kajian Dampak Reklamasi Teluk Benoa Terhadap Ekosistem Laut dan Pesisir View project
Kegiatan project di Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, sekarang bernama BIG View project
All content following this page was uploaded by Try Al Tanto on 11 August 2017.
Oleh:
Try Al Tanto
C64104006
Try Al Tanto
C64104006
RINGKASAN
iii
© Hak cipta milik Try Al Tanto, 2009
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apa pun, baik cetak, fotocopy, microfilm, dan sebagainya
KINERJA OTT PS 1 SEBAGAI ALAT PENGUKUR
PASANG SURUT AIR LAUT DI MUARA BINUANGEUN,
PROVINSI BANTEN
Skripsi
Oleh:
Try Al Tanto
C64104006
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
skripsi yang berjudul “Kinerja OTT PS 1 Sebagai Alat Pengukur Pasang Surut
untuk melihat kinerja dan akurasi dari alat sensor tekanan OTT PS 1 sebagai alat
pengukur tinggi muka laut yang berguna untuk menentukan pasang surut suatu
perairan. Penulisan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
memicu dalam penciptaan alat baru yang lebih baik lagi dalam mengukur tinggi
muka laut. Kritik dan saran sangat Penulis harapkan dari berbagai pihak, sebagai
masukan dalam penulisan skripsi ini, sehingga dapat menutupi segala kekurangan
yang ada dalam penulisan. Atas segala perhatiannya Penulis ucapkan terima
kasih.
Try Al Tanto
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya sehingga
Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Selawat beserta salam semoga
Pada kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
mampu melaksanakan salah satu amanah yang kalian berikan. Ini semua tidak
2. Bapak Dr. Ir. John. Iskandar Pariwono dan Bapak Dr. Parluhutan Manurung,
3. Bapak Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc sebagai Dosen Penguji Tamu dan Bapak
Dr. Ir. Henry M. Manik, MT sebagai Dosen Penguji dari Program Studi Ilmu
4. Staf Bidang Medan Gayaberat dan Pasang Surut, Pusat Geodesi dan
viii
DAFTAR ISI
Halaman
1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar belakang ........................................................................... 1
1.2. Tujuan ....................................................................................... 2
3. METODOLOGI .............................................................................. 20
3.1. Lokasi dan waktu pengamatan ................................................... 20
3.2. Alat dan bahan .......................................................................... 20
3.3. Diagram alir penelitian .............................................................. 21
3.4. Instalasi OTT PS 1 .................................................................... 22
3.4.1. Penempatan sensor ........................................................... 22
3.4.2. Instalasi elektrik .............................................................. 23
3.4.3. Pemasangan alat FAD 4 P ............................................... 23
3.4.4. Menghubungkan OTT PS 1 pada FAD 4 P ..................... 24
3.4.5. Menghubungkan OTT PS 1 dengan FAD 4 P pada OTT
data logger ...................................................................... 25
3.5. Kalibrasi dan pengaturan ........................................................ 26
3.6. Download data .......................................................................... 27
3.7. Metode pengolahan data ........................................................... 27
3.7.1. Analisis kualitas data ....................................................... 27
3.7.2. Analisis statistik ............................................................... 28
ix
3.7.3. Uji kesesuaian komponen harmonik utama ..................... 29
3.7.4. Penentuan elevasi penting kondisi muka air .................... 29
LAMPIRAN ........................................................................................ 68
x
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tinggi muka air hasil pengukuran dari ketiga alat ukur ................. 39
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xii
14. Grafik pasang surut di Muara Binuangeun Provinsi Banten
pengukuran dengan alat OTT PS 1, tanggal 17 Juli 2008
jam 00.00 WIB sampai dengan 31 Juli 2008 jam 23.00 WIB
(data per-jam) ................................................................................. 34
22. Grafik persamaan regresi antara alat OTT PS 1 dan Kalesto ......... 42
23. Grafik persamaan regresi antara alat OTT PS 1 dan OWK ............ 43
xiii
26. Grafik air pasang sekunder di Muara Binuangeun Provinsi Banten
pengukuran dari ketiga alat ukur, tanggal 17 Juli 2008 jam 00.00 WIB
sampai dengan tanggal 31 Juli 2008 jam 23.59 WIB
(data per-menit) .............................................................................. 51
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
12. Gambar stasiun pengambilan data pasang surut real time di Muara
Binuangeun, Provinsi Banten .......................................................... 84
xv
1. PENDAHULUAN
Air laut mengalami perubahan setiap saat yang disebabkan oleh gaya
penggerak yang bersifat periodik dan tidak beraturan. Hal ini dapat diketahui
dengan adanya perubahan tinggi muka laut. Fenomena perubahan muka laut yang
Pasang surut air laut merupakan gerakan naik turunnya permukaan laut
terutama bulan dan matahari terhadap massa air di bumi. Pasang surut air laut
sangat mudah untuk diketahui karena pasang surut laut dapat diamati oleh
seseorang yang mengunjungi pantai. Namun tanpa adanya alat ukur, pasang surut
yang terjadi tidak dapat diketahui secara pasti, berapa ketinggian permukaan laut
secara digital dengan menggunakan sistem perubahan tekanan. Alat ini akan
Pengambilan data tinggi muka laut dengan alat OTT PS 1 ini mengatasi
mekanik yang membaca data berupa grafik. OTT PS 1 juga memiliki banyak
tinggi, dapat mengambil data dalam interval yang lebih kecil, lebih sensitif, dan
1
2
data yang terekam oleh OTT PS 1 dapat ditransfer dari jarak jauh melalui jaringan
maka digunakan alat ukur pasang surut lain berupa alat OWK dengan mekanisme
pelampung dan alat Kalesto dengan sistem radar yang selama ini telah digunakan
untuk pengukuran tinggi muka laut. Harapannya dengan penggunaan alat ukur
topik tersebut sebagai subjek untuk penulisan Tugas Akhir dengan judul “Kinerja
OTT PS 1 sebagai Alat Pengukur Pasang Surut Air Laut di Muara Binuangeun,
karena alat ini baru dipasang di sana, dan belum banyaknya penelitian dilakukan
1.2. Tujuan
1. Menguji kinerja dan efektivitas alat sensor tekanan OTT PS 1 sebagai alat
Pasang surut air laut timbul terutama karena gaya tarik menarik gravitasi
bumi terhadap bulan dan matahari, sedang kontribusi gaya tarik menarik planet-
planet lainnya kecil. Besar naik turunnya permukaan laut tergantung pada
dimana,
X(t) = muka air laut yang terukur pada waktu t
Z0(t) = tinggi muka air rata-rata dari suatu datum yang ditentukan
T(t) = variasi dari pasang surut
S(t) = residual yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti arus dan badai
m
T (t) = ∑f n H n cos[σ n t − g n + (v n + u n )] ..................................... (2.2)
n =1
dimana,
T(t) = tinggi muka laut pada waktu t (variasi dari pasang surut)
n = komponen pasang surut ke-n
fn = faktor koreksi untuk komponen harmonik pasang surut ke-n
Hn = amplitudo rata-rata komponen harmonik pasang surut selama satu periode
18.6 tahun
σn = kecepatan sudut dari gelombang komponen pasang surut
vn = bagian dari fase di Greenwich dari komponen pasang surut setimbang ke-n
pada waktu t = 0 yang berubah secara tetap sebelum dikoreksi
un = faktor koreksi fase dari variasi nodal
gn = keterlambatan fase antara gelombang harmonik ke-n terhadap kondisi
setimbang di ekuilibrium Greenwich
3
4
pasang dan surut adalah penting untuk berbagai aplikasi. Berdasarkan pada
periode dan keteraturannya, pasang surut air laut dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
a) Pasang surut harian tunggal (diurnal tide) adalah keadaan yang dalam satu
hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, periode pasang surut
b) Pasang surut harian ganda (semidiurnal tide) adalah keadaan yang dalam satu
hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang
hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan dan teratur. Periode
1) Pasang surut campuran dominan tunggal adalah keadaan yang dalam satu
hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-
kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
2) Pasang surut campuran dominan ganda adalah keadaan yang dalam satu
hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi kadang-kadang
untuk sementara waktu terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan
Berdasarkan pada posisi matahari dan bulan terhadap bumi, pasang surut
1) Pasang surut purnama (spring tide) adalah pasang surut yang terjadi pada saat
posisi matahari, bumi, dan bulan berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu,
akan dihasilkan pasang maksimum yang sangat tinggi dan surut minimum
yang sangat rendah, juga dikenal dengan pasang besar (Surbakti, 2007).
6
Pasang besar terjadi dua kali dalam satu bulan yakni pada saat bulan baru dan
bulan purnama.
2) Pasang surut perbani (neap tide) adalah pasang surut yang terjadi pada saat
posisi bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus terhadap bumi. Pada
saat itu, akan dihasilkan pasang maksimum yang rendah dan surut minimum
yang tinggi, juga dikenal dengan pasang kecil (Surbakti, 2007). Pasang ini
terjadi dua kali dalam satu bulan yaitu pada saat bulan seperempat pertama
Berikut adalah gambar posisi matahari dan bulan terhadap bumi (Gambar 2).
Penentuan jenis pasang surut yang terjadi ini dapat dilakukan secara visual
dan numeris. Secara visual, jenis pasang surut dapat ditentukan dengan melihat
langsung pada grafik pasang surut yang ada, sehingga dapat diketahui jenis
Penentuan jenis pasang surut lainnya yang paling sederhana adalah secara
numeris dengan menggunakan periode dominan dari pasang surut yang diamati.
Hal ini didasarkan pada bilangan Formzahl, yaitu perbandingan jumlah amplitudo
dua komponen diurnal utama (AK1 dan AO1) terhadap jumlah amplitudo dua
AK 1 + AO 1
F= .................................. (2.3)
AM 2 + AS 2
dimana,
F = nilai bilangan Formzahl
AK1, AO1 = amplitudo konstanta pasang surut tunggal utama
AM2, AS2 = amplitudo konstanta pasang surut ganda utama
0 < F < 0.25 : semi diurnal dimana dalam sehari terjadi dua kali pasang dan
0.25 ≤ F < 1.5 : campuran condong semi diurnal dimana dalam sehari terjadi
dua kali pasang dan dua kali surut. Bentuk gelombang pasang pertama tidak sama
dengan gelombang pasang kedua (asimetris) dengan bentuk condong semi diurnal.
1.5 ≤ F ≤ 3.0 : campuran condong diurnal dimana dalam sehari terjadi dua kali
pasang dan dua kali surut. Bentuk gelombang pasang pertama tidak sama dengan
F > 3.0 : diurnal yaitu dalam sehari terjadi sekali pasang dan sekali surut.
Tide gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi muka air
laut. Ada beberapa jenis alat untuk mengukur tinggi muka air laut, yaitu:
8
a) Tide staff, merupakan alat pengukur pasang surut yang paling sederhana
berupa papan mistar dengan tebal 2.54 cm sampai 5.08 cm dan lebar 10.16 cm
sampai 15.24 cm, sedangkan panjangnya harus lebih besar dari tunggang pasut
b) Floating tide gauge. Prinsip kerja alat ini berdasarkan gerakan naik turunnya
dengan alat pencatat. Pengukuran tinggi muka air oleh alat ini dilakukan
dengan mendeteksi pergerakan naik turun dari air. Perubahan tinggi pada
pelampung dan penahan beban diikat dengan kabel dan dihubungkan dengan
sebuah katrol yang terdapat pada enkoder, sehingga gerakan pelampung dapat
menjadi suatu sinyal digital dan ditransfer ke unit data logger melalui kabel
transducer. Di dalam data logger unit sinyal listrik tersebut diproses sehingga
menjadi nilai yang terukur (IOC, 2002). Dalam hal ini, pelampung yang
c) Pressure tide gauge. Prinsip kerjanya sama dengan floating tide gauge, hanya
saja gerakan naik turunnya permukaan laut dapat diketahui dari perubahan
tekanan yang terjadi di dalam laut. Seberapa besar tekanan yang diterima oleh
sensor akan diubah dalam bentuk kedalaman yang telah dirancang sedemikian,
sehingga diperoleh tinggi muka air dari nilai ini dengan mempertimbangkan
nilai densitas dan gravitasi (IOC, 2002). Dalam tulisan ini akan lebih
P
h= ....................................... (2.4)
ρ .g
dimana,
h = tinggi muka air (m) P = tekanan (Pa)
ρ = densitas (kg/m3) g = percepatan gravitasi (m/s2)
d) Sistem radar. Alat ini dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmitter),
penerima pulsa radar (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini,
pulsa tersebut dipantulkan oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh
radar. Sistem radar ini dapat mengukur ketinggian radar di atas permukaan
laut dengan menggunakan waktu tempuh dari pulsa radar yang dikirimkan ke
permukaan laut, dan dipantulkan kembali ke radar (IOC, 2002). Alat radar
yang digunakan untuk pengambilan data tinggi muka air dalam tulisan ini
1
h= c.t ................................... (2.5)
2
dimana,
h = jarak radar dengan permukaan air (m)
c = kecepatan pulsa radar (m/s)
t = waktu tempuh pulsa radar sampai ke permukaan laut dan kembali ke
radar (s)
temperatur, densitas relatif air dan massa jenis air pada lokasi pengukuran, dan
udara sekitar yang mencapai tabung kapiler pengubah tekanan pada kabel sensor.
11
OTT PS 1 digolongkan pada alat elektronik. Produk ini diuji dan dirakit
individu tertentu. Alat ini telah dikonsep sedemikian rupa sehingga tidak
dipasang dengan baik, melakukan perawatan, dan digunakan oleh tenaga ahli
maksimum yang ditetapkan pada sensor adalah 20 m, maka alat ini tidak boleh
polyurethan, acetal, dan nitril. Jika medium ini tidak sesuai dengan bagian
sensor yang tercelup, maka dapat menyebabkan kerusakan pada sensor, seperti
• Ujung kabel yang terpapar harus terhindar dari kelembaban udara bebas, dan
oleh sensor.
12
OTT PS 1 dapat digunakan dalam berbagai media, seperti pada pipa atau
lubang yang diameternya lebih besar dari 2.54 cm, dalam sumur, aliran air yang
terbuka, dan pada saluran air yang tidak permanen. Ketika merancang lokasi
pengukuran, amati pengaruh hidrodinamik pada arus kuat (> 0.5-1 m/s). Hindari
pemasangan alat OTT PS 1 di sekitar galangan kapal, karena riak yang disebabkan
alat pada tempat pembuangan air limbah industri atau area dengan cemaran bahan
kimia yang tinggi, juga dapat mempengaruhi pengukuran oleh alat karena hal ini
dapat menyebabkan korosi pada alat. Berikut adalah pemasangan sensor dengan
Pada perairan dengan arus yang kuat atau berombak, posisi dari sensor
digunakan sebagai tutup pelindung, maka harus dibuka dahulu untuk menjamin
bahwa sensor membran selalu basah. Untuk hasil pengukuran paling akurat yang
mungkin didapat, ujung OTT PS 1 harus berada pada posisi yang vertikal.
untuk mempertahankan posisi dari OTT PS 1 dalam air, namun pemberat yang
tersedia tidak cukup untuk menjaga sensor yang terendam air pada perairan
dengan arus kuat. Berikut pemasangan pemberat pada OTT PS 1 (Gambar 5).
dengan menggunakan desiccant cartridge dan suatu alat penangkal embun yang
khusus menyaring kelembaban pada FAD 4 P. Alat ini mencegah udara lembab
sekitar lingkungan yang disebabkan oleh fluktuasi tekanan udara dan temperatur.
Desiccant cartridge berisi silica gel dengan suatu warna indikator. Silica
udara di dalam instrumen. Silica gel kering berwarna jingga tua dan silica gel
yang lembab berwarna putih. Setelah silica gel berubah menjadi putih, itu berarti
yang ditunjukkan pada tanda produk. Keluaran analog dapat diatur melalui alat
penghubung digital SDI-12 dengan alat tambahan yang sesuai untuk menyediakan
keluaran dengan skala penuh (20 mA) pada tingkat yang berbeda. SDI-12
merupakan suatu alat penghubung standar perekam data dengan sensor yang
menetapkan prosedur mutu dari alat. Kalibrasi dilakukan untuk memastikan alat
sendiri. Kalibrasi secara eksternal adalah kalibrasi yang dilakukan di luar, oleh
lembaga yang mampu dan berwenang dalam melakukan kalibrasi atau tempat
yang telah memilki sertifikasi tentang kalibrasi yang bersangkutan, yaitu pabrik
internal, kalibrasi dilakukan dengan mengacu pada master yang telah teruji dan
telah dikalibrasi eksternal. Artinya, alat yang akan dikalibrasi ini dibandingkan
dengan alat lain yang telah teruji dan pernah dikalibrasi eksternal. Sebelum
memulai pengukuran, alat yang akan digunakan tersebut harus dipastikan dengan
Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan memberikan sedikit hambatan
terhadap perubahan bentuk ketika ditekan. Oleh karena itu yang termasuk fluida
hanyalah zat cair dan gas. Fluida dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu
Tekanan hidrostatis terjadi karena adanya gaya berat air yang membuat
cairan di dalam sebuah ruang dan gravitasi juga menentukan tekanan air tersebut
(Weidner, 1989).
P = ρ .g .h ................................... (2.6)
Karena adanya pengaruh tekanan udara P0 yang berasal dari luar, maka persamaan
(2.6) menjadi:
Pa − P0
Pa = P0 + ρ .g .h atau h= ................................... (2.7)
ρ .g
dimana,
Pa = tekanan dalam air (N/m2)
P0 = tekanan atmosfer (N/m2)
ρ = massa jenis air (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = kedalaman air (m)
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Setiap
zat memiliki massa jenis yang berbeda, dan satu zat akan memiliki massa jenis
m
ρ= ...................................... (2.8)
V
17
dimana,
ρ = massa jenis air (kg/m3)
m = massa air (kg)
V = volume air (m3)
dinamika laut. Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat
karena itu densitas merupakan hal yang sangat penting dalam oseanografi (Talley,
2008).
2.6.4. Pemuaian
Pada umumnya suatu zat akan memuai jika dipanaskan dan menyusut jika
ΔL = α .L0 .ΔT
ΔA = β . A0 .ΔT ................................... (2.9)
ΔV = γ .V0 .ΔT
dimana,
ΔL, ΔA, ΔV = perubahan panjang, perubahan luas, dan perubahan volume
L0, A0, V0 = panjang awal, luas awal, dan volume awal
ΔT = perubahan suhu (0C)
α, β, γ = koefisien muai panjang, koefisien muai luas, dan koefisien muai
volume (0C-1), yang mana γ = 3α dan β = 2α
( Pa − P0 )V0 (1 + γΔT )
h= .................................. (2.10)
mg
pada waktu yang tidak menentu, hal ini karena sifat laut yang selalu
pengukuran.
terjadi karena pengaruh suhu. Hal ini dapat terjadi karena tekanan dalam air
dipengaruhi oleh suhu, semakin besar perubahan suhu yang terdeteksi oleh sensor
tekanan maka semakin besar pula kesalahan yang terjadi (Weidner, 1989).
ukuran yang seharusnya. Sumber kesalahan ini dapat terjadi dari kesalahan
Kesalahan acak timbul dari besaran berpengaruh yang tidak terduga. Nilai
kesalahan acak tidak dapat dikoreksi karena bervariasi dari satu pengukuran
19
berdasarkan model besaran ukur. Sumber kesalahan dapat terjadi dari alat
pengukuran yang seharusnya, sehingga harus dideteksi dan dikoreksi dari nilai
dengan asumsi untuk nilai rata-rata densitas efektif air laut dan percepatan
kalibrasi alat sebelum pengukuran secara tepat. Untuk pemakaian alat dalam
dan 105º53’23.4” BT, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten pada bulan Februari
2008 sampai bulan Agustus 2008. Pengambilan data tinggi muka laut dilakukan
tanggal 17 Juli 2008 sampai 31 Juli 2008. Berikut adalah peta lokasi pengambilan
20
21
Ltd), microsoft office excel 2003 (microsoft coorporation) dan tabel Admiralty.
alat ukur di lapangan sekaligus kalibrasi alat, pengambilan data, sampai dengan
pengolahan data tinggi muka laut masing-masing alat ukur. Masing-masing alat
ukur tersebut ditempatkan pada stasiun pengukuran pasang surut yang telah ada.
Data hasil pengukuran diambil dari jarak jauh menggunakan modem GSM (Global
analisis, yaitu analisis kualitas data, analsis statistik, uji kesesuaian komponen
harmonik utama pasang surut, dan penentuan elevasi penting kondisi muka air.
Instalasi pada alat ukur dapat berpengaruh terhadap hasil pengukuran yang
diperoleh. Hal ini terkait dengan penempatan sensor dan pemasangan komponen-
Prasyarat yang harus dipenuhi, yaitu posisi sensor harus berada di bawah
permukaan air maksimum (Highest High Water) dan posisi sensor harus lebih
• Kabel harus tertutup dengan suatu asesorisnya yang sesuai. Lapisan kevlar
menjaga sensor.
23
sensor secara tepat. Jika nilai yang terukur dijadikan acuan sebagai nilai
dasar, ini dapat dicapai dengan menambahkan faktor kalibrasi. Oleh karena
itu, dalam banyak kasus suatu posisi kasar dari sensorpun sudah cukup. Pada
daerah pasang surut, tekanan nol pada sensor menggambarkan kondisi yang
kering.
OTT PS 1 memerlukan catu daya arus searah (DC) dengan tegangan antara
Nilai ini tergantung pada tegangan yang tersedia dari sensor tekanan tersebut.
Jika muatan resistansi lebih tinggi, maka arus keluaran tidak bisa lagi dievaluasi.
Batasan arus sampai 100 mA harus dipenuhi atau dijamin dengan membatasi arus
catu daya sampai 100 mA, resistor yang sesuai atau penambahan resistor jika
resitansi tidak cukup (Lampiran 5). Maksimum resitansi rangkaian dapat dihitung
dimana,
R = hambatan (Ohm)
U = tegangan (Volt)
mungkin dilakukan jika pemasangannya pada sebuah lemari kaca, hal ini sangat
24
penting terhadap perubahan tekanan yang mungkin terjadi pada sekitar udara
(lemari kaca tidak harus tertutup rapat). Prosesnya adalah sebagai berikut:
• Menarik kabel sensor yang sempit dan mempererat koneksi sekrup dengan
kuat oleh tangan; kemudian hubungkan kabel sensor pada bidang terminal.
25
• Bagian dari alat penyerap debu menjadi tempat bebas yang berada di atas
sekrup knurled.
• Meletakkan ujung kabel lengan dan kerutan dengan menggunakan tang picak
khusus.
26
• Menghubungkan kabel data melalui kabel sekrup pada bagian atas FAD 4 P.
Operating Program. Dalam hal ini, kalibrasi dilakukan secara internal dengan
• Melakukan pengukuran awal tinggi muka air dengan menggunakan alat ini.
Dalam master ini terdapat salah satu menu konfigurasi pada LogoSens
Operating Program, yaitu menu Channel. Dalam menu ini, yang perlu diatur
adalah scaling:
y = ax + b ...................................... (3.2)
dimana,
y = ketinggian yang diinginkan
a = skala perkalian
x = nilai sebenarnya dari sensor
b = faktor kalibrasi.
Sebagai acuan dari pengaturan scaling ini adalah Palem (Papan ukur berskala)
pengukuran oleh alat sensor tekanan OTT PS 1, pelampung OWK, dan radar
Modem GSM. Modem GSM ini dihubungkan pada Station Manager LogoSens 2
yang ada di lokasi pengukuran dan komputer yang digunakan untuk mentransfer
data yang direkam oleh alat ukur. Kedua Modem GSM ini harus terhubung satu
sama lainnya, sehingga proses transfer data dapat dilakukan. Proses transfer data
yang diperoleh berupa data waktu (tanggal, bulan, tahun) yang diinginkan,
interval pengambilan data oleh alat ukur, dan tinggi muka laut.
Untuk pengolahan data tinggi muka laut hasil pengukuran ketiga alat ukur,
adalah analisis kualitas data, analisis statistik, uji kesesuaian komponen harmonik
utama pasang surut, dan penentuan elevasi penting kondisi muka air.
Data hasil pengukuran oleh alat sensor tekanan OTT PS 1 tersebut diolah dalam
bentuk grafik, dan dibandingkan dengan alat ukur lain dengan sistem pengukuran
yang berbeda, yaitu dengan menggunakan pelampung dan sistem radar. Grafik
hasil pengolahan ketiga alat ukur tersebut, juga dibandingkan terhadap grafik hasil
pasang surut air laut dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pada data-data
komponen pasang surut yang ada (BPPT, 1998). Artinya , software ini bekerja
dengan fungsi amplitudo dan fase (9 komponen pasang surut), serta fungsi waktu.
Ada dua jenis interval pengambilan data tinggi muka air yang dilakukan
pada pengolahan analisis kualitas data ini, yaitu interval per-menit dan interval
per-jam. Untuk data per-jam, diambil dengan membuang data per-menit yang ada
tanpa melakukan filtering data. Pengolahan data per-jam ini dilakukan untuk
perbandingan terhadap hasil pengolahan dari prediksi pasang surut yang hanya
dengan interval waktu 1 jam. Untuk data pengamatan dengan noise yang cukup
Analisis statistik yang digunakan dalam pengolahan data tinggi muka laut
pengukuran oleh alat sensor tekanan OTT PS 1 adalah analisis regresi linier dan
hasil pengukuran oleh OTT PS 1 dan OWK, serta OTT PS 1 dan Kalesto. Hal ini
terkait dengan ketepatan hasil pengukuran oleh alat ukur yang digunakan tersebut
(Walpole, 1992). Dalam analisis ini, penentuan akurasi dari alat ukur diperoleh
dengan melihat nilai simpangan baku dan error hasil pengukurannya. Semakin
kecil nilai simpangan baku dan error yang diperoleh, maka semakin bagus akurasi
29
pengukuran dari alat ukur. Rumus yang digunakan untuk menentukan simpangan
baku dan kesalahan baku rata-rata dari suatu data berjumlah n adalah:
2
n
⎛ n ⎞
n∑ x − ⎜ ∑ xi ⎟
2
i
s= i =1 ⎝ i =1 ⎠ ...................................... (3.3)
n(n − 1)
∑x 2
i
g= i =1
n(n − 1)
dimana,
s = simpangan baku
g = galat pengukuran
xi = nilai data ke-i
n = banyak data
dihitung dengan bantuan tabel. Untuk waktu pengamatan yang tidak ditabelkan
Admiralty ini akan menghasilkan beberapa nilai konstanta pasang surut yang
ditabelkan sehingga perhitungan pada metode ini akan menjadi efisien dan
memiliki keakuratan yang tinggi serta fleksibel untuk waktu kapanpun. Dari nilai
konstanta pasang surut yang diperoleh ini, dapat diketahui tipe pasang surut yang
Elevasi penting muka air yang ditentukan dalam melihat perbedaan hasil
pengukuran ketiga alat ukur yang digunakan adalah tinggi muka laut rata-rata atau
Mean Sea Level (MSL), tinggi muka laut pasang maksimum, tinggi muka laut
30
surut minimum, tinggi muka laut pasang primer, tinggi muka laut pasang
sekunder, tinggi muka laut surut primer, dan tinggi muka laut surut sekunder.
perubahan paras laut yang terekam pada suatu periode waktu tertentu. Tinggi
muka laut pasang primer adalah muka air tertinggi dari dua tinggi muka laut
pasang harian pada suatu periode waktu tertentu. Artinya akan ditentukan semua
nilai tinggi muka laut pasang yang diperoleh selama pengukuran. Jika hanya satu
muka laut pasang terjadi pada satu hari, maka air pasang tersebut diambil sebagai
air pasang primer. Tinggi muka laut pasang sekunder adalah muka air terendah
dari dua tinggi muka laut pasang harian, yang mana nilainya lebih rendah dari air
pasang primer dalam satu hari. Hal ini tidak akan terjadi untuk pasang surut
harian tunggal. Tinggi muka laut surut primer adalah muka air terendah dari dua
muka laut surut harian pada suatu periode waktu tertentu. Jika hanya satu air
surut terjadi pada satu hari, maka nilai air surut tersebut diambil sebagai air surut
primer. Serta, tinggi muka laut surut sekunder adalah muka air tertinggi dari dua
muka air surut harian, yang mana nilainya lebih tinggi dari air surut primer dalam
satu hari.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis kualitas data hasil pengukuran tinggi muka laut oleh alat ukur
sensor tekanan OTT PS 1, pelampung OWK, dan radar Kalesto dapat dilihat dari
grafik hasil pengolahannya pada Gambar 10-13 (data per-menit), Gambar 14-17
(data per-jam), dan Gambar 18-21 (hasil prediksi pasang surut). Berikut adalah
adalah:
180
160
140
Tingi muka air (cm)
120
100
80
60
40
20
0
1 2088 4175 6262 8349 10436 12523 14610 16697 18784 20871
Menit ke-
Hasil pengolahan data pengukuran dengan alat OWK (data per-menit) adalah:
31
32
180
160
140
100
80
60
40
20
0
1 2076 4151 6226 8301 10376 12451 14526 16601 18676 20751
Menit ke-
Hasil pengolahan data pengukuran dengan alat Kalesto (data per-menit) adalah:
180
160
140
Tinggi muka air (cm)
120
100
80
60
40
20
0
1 2106 4211 6316 8421 10526 12631 14736 16841 18946 21051
Menit ke-
Hasil pengolahan data pengukuran dari ketiga alat ukur yang digunakan (data per-
menit) adalah:
Terlihat dari grafik gabungan data hasil pengukuran oleh ketiga alat ukur pada
Gambar 13, bahwa grafik hasil pengukuran oleh alat radar Kalesto menutupi
grafik hasil pengukuran oleh alat sensor tekanan OTT PS 1 dan pelampung OWK.
adalah:
34
180
160
120
100
80
60
40
20
0
1 24 47 70 93 116 139 162 185 208 231 254 277 300 323 346
Jam ke-
Hasil pengolahan data pengukuran dengan alat OWK (data per-jam) adalah:
180
160
Tinggi muka air (cm)
140
120
100
80
60
40
20
0
1 24 47 70 93 116 139 162 185 208 231 254 277 300 323 346
Jam ke-
Hasil pengolahan data pengukuran dengan alat Kalesto (data per-jam) adalah:
35
180
160
120
100
80
60
40
20
0
1 24 47 70 93 116 139 162 185 208 231 254 277 300 323 346
Jam ke-
Hasil pengolahan data pengukuran dari ketiga alat ukur (data per-jam) adalah:
Hasil pengolahan data dari prediksi pasang surut pengukuran dengan alat
OTT PS 1 adalah:
180
160
140
Tinggi muka air (cm)
120
100
80
60
40
20
0
1 24 47 70 93 116 139 162 185 208 231 254 277 300 323 346
Jam ke-
Hasil pengolahan data dari prediksi pasang surut pengukuran dengan alat OWK:
180
160
140
Tinggi muka air (cm)
120
100
80
60
40
20
0
1 24 47 70 93 116 139 162 185 208 231 254 277 300 323 346
Jam ke-
Hasil pengolahan data dari prediksi pasang surut pengukuran dengan alat Kalesto
adalah:
180
160
140
Tinggi muka air (cm)
120
100
80
60
40
20
0
1 24 47 70 93 116 139 162 185 208 231 254 277 300 323 346
Jam ke-
Untuk data tinggi muka laut pengukuran dari ketiga alat ukur yang diperoleh dari
Penggabungan grafik data tinggi muka laut ketiga alat ukur tersebut dilakukan
pengolahan data pengukuran dari ketiga alat ukur yang digunakan tersebut
(Gambar 21).
38
tekanan OTT PS 1, memiliki hasil yang relatif sama bila dibandingkan dengan dua
alat ukur lainnya, yaitu pelampung OWK dan radar Kalesto. Hasil pengolahan
data yang diperoleh menunjukkan bahwa tipe pasang surut yang terjadi di Muara
Binuangeun Provinsi Banten berupa pasang surut campuran dominan ganda, yaitu
terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari dengan ketinggian yang
berbeda.
Berikut adalah perbedaan nilai tinggi muka laut pengukuran oleh alat ukur
sensor tekanan OTT PS 1, pelampung OWK, dan radar Kalesto (Tabel 1).
39
Tabel 1. Tinggi muka air hasil pengukuran dari ketiga alat ukur
Tinggi muka air (cm)
diukur dengan alat ukur
OTT PS 1 OWK Kalesto
Data per-menit
MSL 79.49 76.86 82.75
Pasang maksimum 159.00 156.00 172.00
Surut minimum 16.00 18.00 0.00
Data per-jam
MSL 79.09 76.61 82.43
Pasang maksimum 152.00 147.00 162.00
Surut minimum 17.00 18.00 0.00
Prediksi pasang surut
MSL 79.11 76.66 82.49
Pasang maksimum 156.00 150.00 158.00
Surut minimum 14.00 14.00 18.00
Perbedaan hasil pengukuran ketiga alat ukur (data per-menit) cukup jelas
terlihat pada nilai Mean Sea Level (MSL), pasang maksimum, dan surut
sea level sebesar 79.49 cm, pasang maksimum sebesar 159 cm, dan surut
nilai mean sea level sebesar 76.86 cm, pasang maksimum sebesar 156 cm, dan
surut minimum sebesar 18 cm. Hasil pengukuran dengan radar Kalesto diperoleh
nilai mean sea level sebesar 82.75 cm, pasang maksimum sebesar 172 cm, dan
surut minimum sebesar 0 cm. Dari nilai tersebut, dapat diketahui bahwa
perbedaan nilai mean sea level alat OTT PS 1 dengan OWK dan Kalesto adalah
sebesar 2.63 cm dan 3.26 cm. Terlihat error cukup besar terjadi pada alat radar
Kalesto dengan adanya nilai terukur sebesar 0 cm. Hal ini dapat terjadi karena
alat radar Kalesto sangat sensitif terhadap lingkungan sekitar, sehingga rekaman
Untuk pengukuran tinggi muka air ketiga alat ukur dengan interval waktu
per-jam (Gambar 14-17), diperoleh hasil pengukuran dengan alat sensor tekanan
OTT PS 1 dengan nilai mean sea level sebesar 79.09 cm, pasang maksimum
sebesar 152 cm, dan surut minimum sebesar 17 cm. Pengukuran dengan alat
pelampung OWK, didapatkan nilai mean sea level sebesar 76.61 cm, pasang
maksimum sebesar 147 cm, dan surut minimum sebesar 18 cm. Hasil pengukuran
dengan alat radar Kalesto diperoleh nilai mean sea level sebesar 82.43 cm, pasang
maksimum sebesar 162 cm, dan surut minimum sebesar 0 cm. Perbedaan nilai
mean sea level alat OTT PS 1 dengan OWK dan Kalesto adalah sebesar 2.48 cm
dan 3.34 cm. Pada pengukuran tinggi muka air dengan interval waktu per-jam,
juga terlihat error cukup besar terjadi pada alat radar Kalesto dengan adanya nilai
terukur sebesar 0 cm. Hal ini terjadi karena tidak dilakukannya filtering data dari
interval per-menit menjadi per-jam, sehingga masih terdapat data terukur oleh alat
perbedaan antara pengukuran dengan OTT PS 1 terhadap OWK dan Kalesto. Pada
pengolahan ini, diperoleh hasil ramalan alat OTT PS 1 dengan nilai mean sea level
sebesar 79.11 cm, pasang maksimum sebesar 156 cm, dan surut minimum sebesar
14 cm. Hasil ramalan dengan alat pelampung OWK, didapatkan nilai mean sea
level sebesar 76.66 cm, pasang maksimum sebesar 150 cm, dan surut minimum
sebesar 14 cm. Hasil ramalan dengan alat radar Kalesto diperoleh nilai mean sea
level sebesar 82.49 cm, pasang maksimum sebesar 158 cm, dan surut minimum
sebesar 18 cm. Perbedaan nilai mean sea level alat OTT PS 1 dengan OWK dan
Kalesto hasil ramalan ini adalah sebesar 2.45 cm dan 3.38 cm. Untuk hasil
41
pengolahan dengan menggunakan prediksi pasang surut ini, tidak terlihat adanya
nilai terukur ketiga alat ukur dengan nilai yang jauh berbeda, namun perbedaan
masih terlihat dari nilai mean sea level masing-masing alat ukur.
Terjadinya perbedaan nilai mean sea level dari ketiga alat ukur yang
alat ukur dalam mengukur tinggi muka laut. OTT PS 1 bekerja dengan sistem
sensor tekanan, seberapa besar tekanan yang diterima oleh sensor akan diubah
tinggi muka laut dari nilai ini dengan mempertimbangkan nilai densitas dan
dilakukan dengan mendeteksi pergerakan naik turun dari air. Perubahan tinggi
pada permukaan air akan menyebabkan pelampung begerak vertikal (naik turun),
sehingga diperoleh suatu nilai yang terukur oleh alat ini berupa nilai tinggi muka
laut. Pengukuran tinggi muka laut oleh radar Kalesto yaitu dengan sistem
dapat diketahui waktu yang diperlukan gelombang untuk dapat kembali setelah
mengenai media. Tinggi muka laut ini dapat diperoleh dengan mengetahui jarak
antara radar dan permukaan air. Perbedaan cara kerja masing-masing alat ukur
yang digunakan ini, dapat diketahui bahwa faktor yang berpengaruh pada masing-
masing alat juga berbeda sehingga diperoleh tinggi muka laut yang juga berbeda.
Kalesto dan pelampung OWK, maka dilakukan analisis regresi linier. Berikut
42
adalah hasil pengolahan data pengukuran oleh alat OTT PS 1 dengan analisis
Pengolahan regresi linier data tinggi muka laut antara alat ukur sensor
tekanan OTT PS 1 dan radar Kalesto menghasilkan konstanta sebesar 4.96 yang
sesuai dengan perkiraan selisih skala tersebut untuk sensor tekanan OTT PS 1.
Artinya, jika selisih skala seluruhnya disebabkan oleh sensor tekanan OTT PS 1,
untuk masing-masing nilai dari variasi muka laut yang terukur oleh radar Kalesto,
sensor tekanan OTT PS 1 akan memiliki nilai terukur kurang dari 4.96. Hal ini
dengan jelas tidak bisa meniadakan kemungkinan sensor tekanan OTT PS 1 yang
mempunyai error sebesar 0.13 cm. Berikut adalah grafik persamaan regresi
y = 0.98x + 4.96
160
120
80
40
0
0 40 80 120 160
Gambar 22. Grafik persamaan regresi antara alat OTT PS 1 dan Kalesto
43
OWK, diperoleh hasil pengolahan datanya dengan konstanta sebesar 0.17. Nilai
konstanta perbandingan ini lebih kecil dari nilai konstanta perbandingan antara
sensor tekanan OTT PS 1 dan radar Kalesto. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
terukur alat sensor tekanan OTT PS 1 lebih berdekatan dengan nilai terukur alat
pelampung OWK dibandingkan dari nilai terukur alat radar Kalesto. Dari nilai
perbandingan yang diperoleh tersebut, dapat diketahui nilai error dari sensor
tekanan OTT PS 1 adalah sebesar 0.07 cm. Grafik persamaan regresi linier antara
alat sensor tekanan OTT PS 1 dan pelampung OWK disajikan pada Gambar 23.
y = 1.03x + 0.17
Pengukuran denganOTT PS 1 (cm)
160
120
80
40
0
0 40 80 120 160
Gambar 23. Grafik persamaan regresi antara alat OTT PS 1 dan OWK
muka air laut oleh alat sensor tekanan OTT PS 1 adalah analisis statistika
deskriptif, yang dibandingkan dengan alat pelampung OWK dan radar Kalesto.
Akurasi dari alat dapat dilihat dari simpangan baku (standard deviation) dan
kesalahan (standard error) dari data yang diperoleh. Hasil pengolahan data
44
pengukuran oleh alat ukur sensor tekanan OTT PS 1, pelampung OWK, dan radar
Minimum 16 18 0
Standar deviasi dan error data hasil pengukuran oleh alat sensor tekanan
OTT PS 1, tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan pengukuran oleh alat
pelampung OWK dan radar Kalesto. Nilai standar deviasi dan error data
pengukuran oleh alat sensor tekanan OTT PS 1 adalah 33.63 cm dan 0.23 cm.
Untuk data pengukuran oleh alat pelampung OWK, memiliki nilai standar deviasi
sebesar 32.37 cm dan error 0.22 cm, dan oleh alat radar Kalesto memiliki standar
deviasi data pengukuran sebesar 33.71 cm dan error 0.23 cm. Nilai standar
deviasi dan error terkecil terdapat pada alat pelampung OWK, sedangkan standar
deviasi dan error terbesar terdapat pada alat radar Kalesto. Hal ini dapat terjadi
karena pengukuran oleh alat pelampung dipengaruhi oleh riak air sekitar
menghindarinya dari pengaruh air di luarnya. Riak yang terjadi pada perairan
tidak berpengaruh nyata terhadap pelampung yang ada di dalam paralon tersebut,
45
sehingga hasil pengukuran oleh alat ini tidak mengalami kesalahan yang
signifikan. Kesalahan pengukuran oleh radar Kalesto lebih jelas terlihat dengan
adanya nilai terukur yang out layer dengan nilai sebesar 0 cm. Kesalahan tersebut
dapat terjadi karena alat ini sangat sensitif terhadap lingkungan sekitarnya, terkait
ukur. Jika sampah-sampah ini berada tepat di bawah radar, maka akan dianggap
sebagai air permukaan yang naik, sehingga tinggi muka air tidak sesuai dengan
sebenarnya.
Untuk alat sensor tekanan OTT PS 1, memiliki standar deviasi dan error
pengukuran yang berada diantara kedua alat pembandingnya. Hasil ini masih
dalam kisaran nilai yang berdekatan, artinya bahwa alat OTT PS 1 dengan prinsip
kerja sensor tekanan dapat digunakan sebagai alat pengukur tinggi muka laut,
dengan tingkat resiko kesalahan yang relatif kecil. Dalam hal ini, kesalahan
pengukuran tinggi muka laut oleh alat sensor tekanan OTT PS 1 dapat terjadi
karena pengaruh suhu. Semakin besar perubahan suhu yang terjadi maka tekanan
yang dihasilkan akan menjadi lebih kecil, sehingga kedalaman yang terbaca oleh
sensor akan semakin rendah. Alat sensor tekanan OTT PS 1 tidak dipasang sensor
sebesar 0.5-2.2°C.
Pada suhu kamar (ρ = 1025 kg/m3, P0 = 101325 Pa, Pudara (dalam tabung)
= 1 atm = 101325 Pa, Pair = 111370 Pa dan g = 9.8 m/s2), maka dapat diketahui
kedalaman air yang dibaca oleh alat ukur adalah 1 m. Jika pada kedalaman
tersebut, suhu air laut kita ubah sesuai perubahan suhu muka laut Indonesia maka
46
perubahan suhu maka tekanan air yang dihasilkan menjadi lebih kecil. Perubahan
perubahan kedalaman yang terbaca oleh alat ukur sensor tekanan OTT PS 1.
Berikut adalah kesalahan pembacaan oleh alat ukur sensor tekanan OTT
terjadi maka kedalaman yang terdeteksi menjadi lebih kecil, sehingga kesalahan
pengukuran yang terjadi pada alat ukur sensor tekanan OTT PS 1 menjadi lebih
besar.
0.12
1m
0.06
5m
10 m
0.03
0.00
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Perubahan suhu (°C)
Dapat dilihat dari persentase kesalahan yang terjadi pada pengukuran oleh
alat sensor tekanan OTT PS 1, bahwa perubahan suhu di sekitar pengukuran oleh
alat dapat berpengaruh terhadap hasil pengukuran. Untuk perubahan suhu sebesar
tekanan OTT PS 1 sebesar 0.010- 0.044%. Semakin tinggi perubahan suhu yang
terjadi di sekitar lokasi pengukuran alat ini, maka semakin besar pula error
pengukuran yang terjadi. Persentase kesalahan oleh pengaruh perubahan suhu ini
Untuk penempatan yang aman dari alat ukur ini adalah harus berada di
maksimum dan posisi sensor harus lebih kecil dari batas ukur sensor pada 20 m.
Analisis konstanta pasang surut yang diperoleh dari tabel Admiralty, akan
untuk menentukan tipe pasang surut yang terjadi. Berikut nilai komponen
harmonik utama pasang surut yang diperoleh dari tabel Admiralty selama 15 hari
pengambilan data dari ketiga alat ukur yang digunakan (Tabel 6).
Tabel 6. Komponen harmonik utama pasang surut yang diperoleh dari tabel
Admiralty pengukuran dari alat OTT PS 1, OWK, dan Kalesto di
Muara Binuangeun Provinsi Banten
Konstanta Pasang surut Bilangan
Alat ukur
K1 O1 M2 S2 Formzahl (F)
tekanan OTT PS 1, yaitu sebesar 0.50 memiliki nilai yang hampir sama bila
dibandingkan dengan alat pelampung OWK, yaitu sebesar 0.48 dan dengan alat
radar Kalesto memiliki nilai sebesar 0.49. Nilai bilangan Formzahl ketiga alat
ukur berkisar antara 0.25 sampai 1.50. Sesuai dengan penentuan tipe pasang surut
tipe pasang surut yang terjadi di Muara Binuangeun adalah pasang surut campuran
dominan ganda.
bahwa penggunaan alat sensor tekanan OTT PS 1 memiliki nilai pengukuran yang
relatif sama bila dibandingkan dengan alat pelampung OWK dan radar Kalesto.
Artinya alat sensor tekanan OTT PS 1 ini dapat digunakan untuk mengukur tinggi
muka laut dengan kinerja yang tidak kalah dengan alat pengukur lainnya.
Untuk konstanta pasang surut diurnal utama (K1 dan O1) yang diperoleh
dari ketiga alat memiliki pola yang sama, yaitu dengan nilai terbesar terdapat pada
50
pengukuran oleh alat sensor tekanan OTT PS 1 dan nilai terkecil terdapat pada alat
pelampung OWK, serta untuk alat radar Kalesto berada di antaranya. Artinya
untuk pengaruh bulan ataupun matahari pada pengukuran selama 24 jam 50 menit,
nilai terukur oleh alat sensor tekanan OTT PS 1 lebih tinggi dan nilai terukur oleh
alat pelampung OWK lebih rendah. Terdapat perbedaan pada konstanta pasang
surut semidiurnal utama (M2 dan S2) yang diperoleh dari ketiga alat ukur. Untuk
konstanta M2, nilai terbesar terdapat pada alat radar Kalesto dan nilai terkecil pada
alat pelampung OWK, sedangkan nilai konstanta S2 terbesar terdapat pada alat
sensor tekanan OTT PS 1 dan nilai terkecil terdapat pada alat radar Kalesto.
Perbedaan pola yang terjadi pada konstanta pasang surut semidiurnal utama ini,
dan error pengukuran lebih mungkin terjadi pada alat radar Kalesto dengan
adanya nilai terukur yang jauh berbeda (out layer). Belum adanya kepastian
penyebab perbedaan pola pada konstanta pasang surut semidiurnal utama ini,
Nilai elevasi penting kondisi muka air dapat digunakan untuk melihat
perbedaan nilai tinggi muka air pada waktu tertentu yang diukur dari alat sensor
tekanan OTT PS 1, pelampung OWK, dan radar Kalesto. Berikut grafik hasil
penentuan elevasi penting kondisi muka air ketiga alat ukur yang digunakan.
Grafik air pasang primer pengukuran dari alat sensor tekanan OTT PS 1,
180
160
39
14
66
5
41
98
97
03
33
63
92
12
15
19
Menit ke-
Grafik air pasang sekunder pengukuran dari ketiga alat ukur (data per-menit)
adalah:
180
160
Tinggi muka air (cm)
140
120
OTT PS 1
100
OWK
80
Kalesto
60
40
20
0
39
24
86
7
00
19
73
29
32
12
41
70
10
12
16
18
21
Menit ke-
Grafik air surut primer pengukuran dari ketiga alat ukur (data per-menit) adalah:
180
Tinggi muka air (cm) 160
140
120
100 OTT PS 1
80 OWK
60 Kalesto
40
20
0
3
22
56
64
9
84
63
50
96
97
37
66
96
12
15
17
20
Menit ke-
Grafik air surut sekunder pengukuran ketiga alat ukur (data per-menit) adalah:
180
160
Tinggi muka air (cm)
140
120
100 OTT PS 1
OWK
80
Kalesto
60
40
20
0
36
68
17
5
35
36
05
12
14
44
74
10
13
17
20
Menit ke-
Grafik air pasang primer pengukuran ketiga alat ukur (data per-jam) adalah:
180
Tinggi m uka air (cm ) 160
140
120
100 OTT PS 1
80 OWK
60 Kalesto
40
20
0
7 58 106 130 155 180 204 242 292 343
Jam ke-
Grafik air pasang sekunder pengukuran ketiga alat ukur (data per-jam) adalah:
180
160
Tinggi m uka air (cm )
140
120
100 OTT PS 1
80 OWK
60 Kalesto
40
20
0
20 44 71 95 230 255 279 304 330 356
Jam ke-
Grafik air surut primer pengukuran dari ketiga alat ukur (data per-jam) adalah:
180
120 OTT PS 1
100 OWK
80 Kalesto
60
40
20
0
16 40 63 88 112 137 162 186 211 351
Jam ke-
Grafik air surut sekunder pengukuran dari ketiga alat ukur (data per-jam) adalah:
180
160
Tinggi m uka air (cm )
140
120
100 OTT PS 1
80 OWK
60 Kalesto
40
20
0
26 75 125 173 223 248 276 299 326
Jam ke-
Dari nilai elevasi penting kondisi muka air yang ditentukan, cukup jelas
dibandingkan dengan alat pelampung OWK dan radar Kalesto. Nilai elevasi
penting kondisi muka air tersebut, terukur oleh ketiga alat ukur pada waktu yang
relatif sama namun dengan nilai yang berbeda nyata. Hal ini terjadi pada data
Nilai tinggi muka laut yang terukur oleh alat pelampung OWK umumnya
dengan nilai yang lebih rendah, sedangkan nilai tinggi muka laut yang terukur
oleh alat radar Kalesto umumnya dengan nilai yang lebih tinggi. Untuk nilai
tinggi muka laut yang terukur oleh alat sensor tekanan OTT PS 1, berada diantara
nilai terukur kedua alat pembandingnya. Hal ini terlihat pada data pengukuran
tinggi muka laut dengan interval per-jam, pada semua nilai elevasi penting kondisi
muka air yang ditentukan, dan juga interval per-menit pada tinggi muka air pasang
primer dan tinggi muka air pasang sekunder. Untuk data pengukuran tinggi muka
laut dengan interval per-menit, pada tinggi muka air surut primer dan tinggi muka
air surut sekunder terlihat perbedaan. Terlihat pada elevasi penting kondisi muka
air ini, nilai terukur oleh alat radar Kalesto umumnya dengan nilai yang lebih
rendah, dan nilai terukur oleh alat sensor tekanan OTT PS 1 umumnya dengan
nilai yang lebih tinggi, serta nilai terukur oleh pelampung OWK umumnya berada
ditengah-tengah. Hal ini dapat terjadi karena beberapa bias tinggi muka laut pada
rekaman sensor tekanan OTT PS 1 akan lebih mungkin terjadi pada permukaan air
minimum, ketika kedalaman air lebih sedikit (Pugh, 1972 dalam Woodworth,
2003). Untuk alat radar Kalesto, pengukurannya juga dapat dibiaskan selama
kondisi muka air maksimum jika pemantulan radar berlangsung pada suatu luasan
56
seperti itu diketahui pada pengukuran tinggi muka laut dari satelit radar altimeter
(e.g. Chelton et.al., 2001 dalam Woodworth, 2003), walaupun bentuk keduanya
Adanya perbedaan nilai tinggi muka laut yang terukur dari ketiga alat ukur
yang digunakan namun dalam waktu yang relatif bersamaan, menandakan adanya
perbedaan sistematik (systematic difference) yang terjadi pada alat ukur yang
display datanya juga berbeda. Perbedaan sistem kerja masing-masing alat ukur
juga dapat menyebabkan terjadinya perbedaan pembacaan tinggi muka laut oleh
sistematik lebih terlihat pada hasil pengukuran oleh radar Kalesto, yang mana
terdapat hasil pengukuran yang berbeda sangat jauh, yaitu sebesar 0 cm. Untuk
alat radar Kalesto, perlu tambahan pemantauan lokasi pengukuran dari benda-
mempengaruhi hasil pengukuran. Hal ini dapat mengatasi error yang besar dari
dengan asumsi untuk nilai rata-rata densitas efektif air laut dan percepatan
tinggi muka laut (Woodworth, 2003). Untuk itu perlu pengambilan data densitas
air laut setiap interval pengambilan data tinggi muka laut yang dilakukan.
57
Sebagai tambahan, suatu 'koreksi tetap' secara normal diperlukan untuk data
tunggang pasut. Peristiwa pasang purnama ditandai dengan tunggang pasut yang
lebih besar, juga dikenal dengan pasang besar karena pada saat kejadian itu akan
dihasilkan pasang maksimum yang sangat tinggi dan pasang minimum yang
sangat rendah (Surbakti, 2007). Berikut data tinggi muka laut saat terjadinya
Tabel 7. Data tinggi muka laut saat terjadinya pasang purnama di Muara
Binuangeun Provinsi Banten, dari hasil pengukuran tanggal 17 Juli
2008 sampai dengan tanggal 31 Juli 2008
Tinggi muka Laut
Tunggang pasut
Alat ukur Pasang maksimum Surut minimum (cm)
(cm) (cm)
OTT PS 1 156 24 132
Dari hasil pengukuran oleh alat sensor tekanan OTT PS 1, diperoleh nilai
tunggang pasut terbesar adalah sebesar 132 cm. Pada waktu itu, tinggi muka laut
pasang maksimum sebesar 156 cm dan tinggi muka laut surut minimum sebesar
24 cm. Sedikit perbedaan dengan data hasil pengukuran oleh alat pelampung
OWK, diperoleh nilai tunggang pasut terbesar sebesar 122 cm, dengan tinggi
muka laut pasang maksimum sebesar 140 cm dan tinggi muka laut surut minimum
sebesar 18 cm. Untuk data hasil pengukuran oleh alat radar Kalesto, diperoleh
58
nilai tunggang pasut terbesar sebesar 161 cm, dengan tinggi muka laut pasang
maksimum sebesar 162 cm dan tinggi muka laut surut minimum sebesar 1 cm.
Dari data yang diperoleh ini, terlihat perbedaan nilai tinggi muka laut yang
tercatat oleh ketiga alat ukur saat terjadinya peristiwa pasang purnama, dan
perbedaan signifikan terlihat pada alat radar Kalesto. Artinya error pengukuran
lebih terlihat pada alat radar Kalesto. Karena semua nilai tinggi muka laut yang
tercatat tersebut terjadi pada waktu yang bersamaan, sehingga perbedaan nilai
tinggi muka laut yang diperoleh dari ketiga alat ukur tersebut tidak berpengaruh
Analisis data tinggi muka laut ketiga alat ukur, didapatkan hasil bahwa waktu
Sedikit berbeda dari teori, tidak terbukti bahwa saat terjadinya pasang
purnama dihasilkan pasang maksimum yang sangat tinggi dan surut minimum
yang sangat rendah. Nilai pasang maksimum dari pengukuran ketiga alat saat
peristiwa tersebut bukan merupakan pasang yang sangat tinggi dari semua data
pasang maksimum yang ada dan nilai surut minimumnya juga bukan merupakan
surut yang sangat rendah dari semua data surut minimum yang ada. Hanya surut
minimum yang tercatat oleh alat pelampung OWK saja yang merupakan surut
yang sangat rendah dari semua data surut minimum yang ada. Hal ini
sedangkan perbedaan yang jauh dari data tinggi muka laut yang tercatat oleh radar
Kalesto, menandakan terjadinya error cukup besar pada alat radar Kalesto saat
Peristiwa pasang perbani ditandai dengan tunggang pasut yang lebih kecil,
dikenal dengan pasang kecil karena pada saat peristiwa tersebut akan dihasilkan
pasang maksimum yang rendah dan surut minimum yang tinggi (Surbakti, 2007).
Berikut data tinggi muka laut saat terjadinya pasang perbani (Tabel 8).
Tabel 8. Data tinggi muka laut saat terjadinya pasang perbani di Muara
Binuangeun Provinsi Banten, dari hasil pengukuran tanggal 17 Juli
2008 sampai dengan tanggal 31 Juli 2008
OWK 140 48 92
Dari data hasil pengukuran yang dilakukan, diperoleh nilai tunggang pasut
terkecil yang diperoleh dari alat sensor tekanan OTT PS 1 adalah sebesar 81 cm.
Pada saat itu, tinggi muka laut pasang maksimum sebesar 139 cm dan tinggi muka
laut surut minimum sebesar 51 cm. Nilai tinggi muka laut yang diperoleh dari
alat sensor tekanan OTT PS 1 ini memiliki sedikit perbedaan jika dibandingkan
dengan alat ukur pelampung OWK dan radar Kalesto. Pengukuran dengan alat
pelampung OWK diperoleh nilai tunggang pasut terkecil sebesar 92 cm, dengan
tinggi muka laut pasang maksimum sebesar 140 cm dan tinggi muka laut surut
minimum sebesar 48 cm. Untuk pengukuran dengan alat radar Kalesto diperoleh
nilai tunggang pasut terkecil sebesar 101 cm, dengan tinggi muka laut pasang
maksimum sebesar 150 cm dan tingi muka laut surut minimum sebesar 49 cm.
Perbedaan nilai tinggi muka laut yang terjadi pada ketiga alat ukur ini tidak
60
perbani, karena terjadi pada waktu yang bersamaan. Analisis data tinggi muka
laut ketiga alat ukur, didapatkan hasil bahwa waktu terjadinya surut perbani
Pada saat peristiwa pasang perbani tersebut, dari ketiga alat ukur diperoleh
nilai surut minimum yang tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang diberikan
sebelumnya, bahwa pada saat terjadinya pasang perbani akan dihasilkan pasang
maksimum yang rendah dan surut minimum yang tinggi. Sedikit berbeda dari
teori, bahwa pada peristiwa tersebut nilai pasang maksimumnya bukan merupakan
nilai yang terendah dari semua data pasang maksimum yang ada.
yang diperoleh saat terjadinya peristiwa pasang purnama dan pasang perbani.
Pada saat peristiwa pasang purnama, tarikkan massa air di bumi oleh matahari dan
bulan lebih besar, sehingga fluktuasi massa air di bumi juga semakin besar. Hal
ini menyebabkan perbedan tinggi muka air pasang maksimum dan surut minimum
lebih besar. Untuk peristiwa pasang perbani, gaya tarik menarik matahari dan
bulan terhadap massa air di bumi saling meniadakan, sehingga fluktuasi massa air
di bumi lebih kecil. Dalam hal ini, pengaruh posisi bulan ditentukan dari nilai
standar deviasi dan error pengukuran saat peristiwa tersebut. Hasil pengolahan
data tinggi muka laut saat terjadinya pasang purnama dan pasang perbani adalah
Dari analisis data yang dilakukan tersebut, dapat diketahui bahwa pasang
purnama dan pasang perbani dapat mempengaruhi data hasil pengukuran tinggi
muka laut oleh alat ukur yang digunakan. Standar deviasi dan error data hasil
pengukuran ketiga alat ukur saat terjadinya pasang purnama lebih besar. Hal ini
dapat terjadi karena saat terjadinya purnama, fluktuasi massa air semakin besar
sehingga data tinggi muka air yang terukur oleh alat lebih beragam dan memiliki
perbedaan yang besar. Untuk nilai standar deviasi dan error data hasil
pengukuran saat terjadinya pasang perbani lebih kecil dari nilai standar deviasi
dan error data hasil pengukuran lainnya. Hasil analisis ini didapat karena pada
62
saat peristiwa tersebut tidak terjadi fluktuasi massa air yang besar. Hal ini
menyebabkan data tinggi muka air yang terukur oleh alat tidak memiliki nilai
yang beragam, sehingga menghasilkan nilai standar deviasi dan error pengukuran
Untuk melihat pengaruh cuaca terhadap hasil pengukuran oleh alat ukur,
dapat dilakukan dengan melihat standar deviasi dan error pengukuran oleh alat
yang terjadi setiap hari pengambilan datanya. Nilai analisis yang diperoleh dapat
Provinsi Banten pada tanggal 17 Juli 2008 sampai dengan 31 Juli 2008 (Tabel 10).
terjadi selama 10 hari pengambilan data dan selama 5 hari dalam kondisi hujan.
Suhu permukaan laut berkisar antara 25.4-28.2°C, arah angin dari Timur -
Tenggara dan Timur - Selatan dengan kecepatan antara 5-21 knot. Nilai standar
deviasi dan error data pengukuran tinggi muka laut yang diperoleh saat
pengukuran tersebut beragam setiap hari pengukurannya dan tidak ada nilai
analisis yang terlalu jauh berbeda (out layer), baik pada kondisi hujan ataupun
berawan. Hasil ini juga beragam pada setiap nilai suhu permukaan laut dan
kondisi angin yang terjadi di Muara Binuangeun saat pengukuran. Dari analisis
yang diperoleh tersebut, dapat dikatakan bahwa keadaan cuaca dan suhu
permukaan laut, serta kondisi angin tidak berpengaruh nyata terhadap hasil
laut oleh alat ukur yang digunakan tersebut dapat dilakukan tanpa adanya
5.1. Kesimpulan
1. Hasil pengukuran tinggi muka laut dengan menggunakan alat sensor tekanan
pasang surut yang terjadi pada suatu perairan dengan nilai standar deviasi
sebesar 33.63 cm dan error sebesar 0.23 cm, tunggang pasut di Muara
Binuangeun adalah sebesar 143 cm. Kesalahan pengukuran oleh alat sensor
tekanan OTT PS 1 ini dapat terjadi oleh pengaruh suhu, namun persentase
2. Uji kesesuaian komponen harmonik utama pasang surut dari tabel Admiralty
yang diperoleh dari alat sensor tekanan OTT PS 1, pelampung OWK, dan radar
3. Posisi bulan dapat berpengaruh pada hasil pengukuran tinggi muka air yang
deviasi dan error yang lebih besar dan pada saat pasang perbani dihasilkan
bagus dengan kesalahan yang relatif kecil. Radar Kalesto memiliki nilai
terlihat pada data hasil pengukuran oleh alat ini. Untuk sensor tekanan OTT
64
65
pembandingnya.
5. Keadaan cuaca tidak berpengaruh nyata terhadap hasil pengukuran oleh alat
pengukuran tinggi muka laut dapat dilakukan tanpa adanya kesalahan yang
signifikan.
5.2. Saran
sensor tekanan OTT PS 1 yang lebih tepat, perlu pemasangan sensor suhu
pada alat sehingga diperoleh data suhu pada kedalaman dan waktu yang
2) Untuk hasil analisis yang lebih lanjut, perlu pengambilan data acuan dari
alat ukur Palem (papan berskala) dalam interval pengambilan data yang
diketahui alat ukur mana yang memiliki nilai pengukuran yang lebih tepat.
filtering data.
4) Untuk analisis uji kesesuaian komponen harmonik utama pasang surut dari
Pugh, D.T., 1987. Tides, Surges, and Mean Sea Level: a handbook for engineers
and scientists. Chichester: Wiley. 472pp.
66
67
Sjachulie, D., 1999. Penerapan Metode Admiralty dalam Analisa Pasang Surut
Jangka Pendek tanpa Menggunakan Tabel. http://gdl.geoph.itb.ac.id
//go.php?id=jbptitbgeoph-gdl-s1-1999-dennysjach-283.htm [3 Juli 2007].
Walpole, R.E., 1992. Pengantar Statistika Edisi ke-3. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Weidner, R.T., 1989. Physics (Revised Version). Rutger University. New York:
Allyn dan Bacon, Inc.
Woodworth, P.L. dan Smith, D.E., 2003. A One Year Comparison of Radar and
Bubbler Tide Gauges at Liverpool. Proudman Oceanographic Laboratory,
Bidston Observatory, UK.
LAMPIRAN
69
Pada suhu kamar (ρair = 1025 kg/m3, Pair = 111370 Pa, Pudara (dalam tabung)
= 1 atm, dan g = 9.8 m/s2) (Talley, 2008), dapat diketahui bahwa kedalaman air
yang dibaca oleh alat ukur sebesar 1 m. Untuk perubahan suhu 0.5°C pada
kedalaman tersebut, maka dapat ditentukan tekanan dari air pada kedalaman
tersebut,
Vt = V0 (1 + γΔt )
⎛⎛ m ⎞ ⎞
Pair = P0 + ⎜⎜ ⎜⎜ ⎟⎟ gh ⎟⎟ Vt = 1(1 + (0.0002 * 2))
⎝ ⎝ Vt ⎠ ⎠ Vt = 1.0004
⎛ ⎛ 1025 ⎞ ⎞
= 101325 + ⎜⎜ ⎜ ⎟9.8 *1⎟⎟
⎝ ⎝ 1.0004 ⎠ ⎠
= 111369 Pa
Kedalaman yang terbaca oleh alat ukur pada kedalaman 1 m dengan perubahan
h = (Pair − P0 ) / (ρ air ∗ g )
= 99.99*10-2 m
Persentase kesalahan yang terjadi akibat perubahan suhu sebesar 0.5°C adalah:
= 0.10*10-1%
70
pengukuran dari alat sensor tekanan OTT PS 1 adalah nilai AK1 sebesar 16.46,
nilai AO1 sebesar 10.76, nilai AM2 sebesar 35.89, dan nilai AS2 sebesar 18.58.
AK 1 + AO 1
F =
AM 2 + AS 2
16.46 + 10.76
=
35.89 + 18.58
= 0.50
71
Lampiran 3. Lanjutan
Nilai muka air surut primer
OTT PS 1 OWK Kalesto
Menit ke- Nilai (cm) Menit ke- Nilai (cm) Menit ke- Nilai (cm)
835 24 834 18 843 1
2345 22 2357 18 2318 0
3797 17 3798 18 3722 1
5296 17 5295 18 5253 7
6710 24 6720 18 6656 2
8184 21 8163 18 8172 6
9649 21 9655 18 9664 6
11098 22 11101 20 11129 12
12602 25 12602 25 12630 18
14044 31 14069 36 14068 31
15524 44 15508 41 15505 36
16402 51 16398 48 16461 49
17995 45 17990 43 17964 45
19471 34 19471 33 19470 26
20979 25 20971 28 20979 20
73
yang tersedia sebesar 24 volt dan maksimum muatan hambatan sebesar 800 ohm.
Sampai pada muatan resistansi 800 ohm, sensor akan menghasilkan nilai yang
Kabel sensor terdiri dari 4 kode warna, dengan suatu saluran kapiler pusat
pelindung bagian luar dapat berupa berbagai material, tergantung aplikasi dan
suhu penggunaan. Sarung pelindung standar yang paling sesuai bagi kebanyakan
+50°C). Kabel lain juga tersedia atas permintaan untuk pengoperasian pada
temperatur yang lebih tinggi atau pada media yang korosif. Kabel harus berakhir
pada suatu lingkungan yang kering untuk menghindari pengaruh uap air yang
dapat memasuki saluran pengubah tekanan. Jika air masuk pada saluran ini, maka
Misalkan didapat nilai ukur dari alat ini 2.5 m, sehingga pengaturan yang
a = skala perkalian = 1,
b = faktor kalibrasi
= y – ax
= 4 – 1(2.5)
= 1.5
82
OWK Kalesto
Seperti terlihat pada gambar di atas, bahwa alat ukur pasang surut yang
digunakan pada stasiun pasang surut real time di Muara Binuangeun Provinsi
Banten adalah Palem (papan ukur berskala) sebagai alat acuan, sensor tekanan
Lampiran 12. Gambar stasiun pengambilan data pasang surut real time di
Muara Binuangeun, Provinsi Banten
Gambar di atas merupakan lokasi stasiun pasang surut yang ada di Muara
Binuangeun Provinsi Banten. Pada lokasi stasiun terdapat alat komunikasi data
VSAT berupa antena. Lokasi stasiun berada dekat dengan lokasi para nelayan.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
tahun 2004, penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk Institut (USMI) dengan pilihan Program Studi Ilmu Kelautan, Departemen
kuliah Oseanografi Umum tahun ajaran 2006/2007 dan 2007/2008, dan asisten
mata kuliah Persamaan Differensial Biasa (PDB) tahun ajaran 2006/2007. Penulis
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (2005/2006). Penulis juga aktif dalam