Anda di halaman 1dari 13

Efektivitas Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)

sebagai Penurun Kadar Asam Urat pada Tikus Putih


(Rattus norvegicus) Hiperurisemia.

TUGAS BIOKIMIA 2

Oleh:
NAMA : RONI GUSTIWA
NPM : 41204720122042

PROGRAM STUDI ANDA


FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
BOGOR
2023
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ……………………………………………………. i
DAFTAR TABEL ……………………………………………… ii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………… iii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………… iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………. 2
C. Tujuan Penelitian ………………………..…………........ 2
D. Ruang Lingkup ………………………………………… 2
E Kerangka Pemikiran …………………...………………. 3
F. Hipotesis ………...............................………………….. 3
G. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………… 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pokok bahasan ……………………………………..…… 4
1. Sub bab ……………………………………….……. 4
2. Sub bab ………………………………….…………. 5
B. Pokok bahasan ……………………………………..…… 6
1. Sub bab ……………………………..……….……… 6
2. Sub bab ………………………………….…………. 7
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
A. Bahan dan Alat …………..……………….….......………. 9
B. Metode Penelitian …….........….......….………………….. 9
C. Cara Kerja ……………………………………………….. 11
D. Analisis Data …………………………………………… 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

2
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asam urat (uric acid) merupakan produk akhir dari katabolisme purin, atau
pemecahan asam nukleat dalam sisa makanan. Purin adalah sekelompok struktur kimia
yang membentuk DNA. Ketika DNA dihancurkan, purin dipecah menjadi asam urat.
Sebagian besar asam urat diekskresikan melalui ginjal dan sisanya diekskresikan melalui
saluran cerna. Peningkatan kadar asam urat disebut hiperurisemia, penderita akan
mengalami asam urat (gout). Diet seperti makanan Kadar purin yang tinggi dapat
menyebabkan peningkatan kadar asam urat dalam darah, yang pada akhirnya akan
menyebabkan penumpukan kristal asam urat. Kadar normal asam urat dalam tubuh
adalah 3,5-7 mg/dL untuk pria dan 2,6-6 mg/dL dL untuk wanita.
Gout adalah bentuk radang sendi kronis, pembengkakan dan nyeri pada
persendian. Gout terjadi karena adanya endapan monosodium urate atau asam urat yang
menumpuk di persendian akibat tingginya kadar asam urat darah/hiperurisemia. Obat
yang digunakan untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah adalah penghambat
xanthine oxidase, seperti allopurinol atau febuxostat. Selain dengan obat-obatan,
menurunkan kadar asam urat dalam darah dapat dilakukan dengan cara; penurunan berat
badan, menghindari makanan yang berpotensi meningkatkan kadar asam urat,
menghindari konsumsi alkohol, menghindari obat-obatan yang berefek meningkatkan
kadar asam urat, dan memperbanyak asupan cairan.
Banyak tumbuhan asli Indonesia yang dipercaya dapat menurunkan kadar asam
urat, seperti sidaguri, seledri, dan jahe merah. Dipercayai bahwa kemampuan tumbuhan
tersebut dalam menurunkan konsentrasi asam urat disebabkan oleh adanya senyawa
flavonoid.
Sirsak (Annona muricata L.) merupakan tanaman yang mengandung flavonoid,
tanin, fitosterol, kalsium oksalat dan alkaloid. Banyak orang mengkonsumsi sirsak
karena banyaknya manfaat buah atau daun sirsak. Daun dan buah sirsak mengandung
fruktosa, lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A dan vitamin B.

B. Identifikasi Masalah
Allopurinol merupakan obat asam urat golongan urikostatik yang merupakan
inhibitor kuat dari XO yang dapat menurunkan kadar asam urat, tetapi allopurinol

3
memiliki efek samping seperti hepatitis, nefropati dan alergi sehingga perlu adanya
pencarian inhibitor XO yang baru dari sumber alam sebagai pengganti alternatif dari
allopurinol (Haidari et al., 2009). Salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai
pengganti alternatif dari allopurinol adalah daun kumis kucing.

C. Tujuan
Untuk mengetahui bahwa ekstrak daun Kumis Kucing (Orthosiphon mineus Bth.)
dapat menurunkan kadar asam urat darah tikus putih jantan, dan untuk mengetahui hun
peningkatan dosis ekstrak daun Kumis Kucing (Orthosiphon mineus Bth.) dengan
pertumbuhan sebagai efek reduksi terhadap penurunan konsentrasi asam urat darah pada
tikus putih jantan

D. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa ekstrak gum catnip (Orthosiphon
stamineus .Bth) yang diberikan secara oral mengurangi kadar asam urat darah pada tikus
putih jantan, dan ada korelasi dengan peningkatan efek catnip (Orthosiphon
stamineus .Bth) pada darah. keasaman asam urat pada tikus putih jantan

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmasi PT SUCOFINDO SBU


Laboratorium Jalan Arteri Tol Cibitung No.1, Sukadanau, Cibitung, Gandasari, Kec.
Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat 17530.

Rencana jadwal penelitian.

Kegiatan Minggu 1

Persiapan 055
Alat dan
Bahan

4
5
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembentukan Asam Urat

Sehari-hari manusia mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat,


protein, lemak, termasuk purin. Asam urat adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari
proses katabolisme purin atau degradasi asam nukleat dari sisa-sisa makanan.
Makanan-makanan mengandung purin digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Kelompok 1/Kandungan Purin Tinggi (100-1000 mg/100 g)
Contoh makanan: otak sapi, hati sapi, jeroan, ekstrak daging/kaldu, daging
bebek, ikan sarden, makarel, kerang.
b. Kelompok 2/Kandungan Purin Sedang (9-100 mg/100 g)
Contoh makanan: daging sapi dan ikan (kecuali yang terdapat pada kelompok
1), ayam, udang, tahu, tempe, asparagus, bayam, daun singkong, kangkung,
daun dan biji melinjo.
c. Kelompok 3/Kandungan Purin Rendah (<9 mg/100 g)
Contoh makanan: nasi, ubi, singkong, jagung, roti, mie, kue kering, puding,
susu, keju, telur, sayuran dan buah (kecuali sayuran dalam kelompok 2).
Untuk mencegah terjadinya peningkatan kadar asam urat, makanan yang tergolong
dalam kelompok 1 sebaiknya dihindari. Makanan yang tergolong dalam kelompok 2
dapat dikonsumsi namun jumlahnya harus dibatasi. Untuk makanan yang tergolong
dalam kelompok 3 atau kandungan purin rendah, dapat dikonsumsi setiap hari sesuai
kebutuhan.

B. Sintesis Asam Urat

Sintesis asam urat dimulai dari terbentuknya 5-phosphoribosyl-1-pirophosphat


(PRPP) dari ribose 5-fosfat yang disintesis dengan ATP dan merupakan sumber gugus
ribosa. PRPP bereaksi dengan glutamin membentuk fosforibosilamin. Reaksi tersebut
dikatalisis oleh PRPP glutamil amidotranferase, yaitu suatu enzim yang dihambat oleh
inosinemonophosphat (IMP), adenine monophosphat (AMP), dan guanine monophosphat
(GMP), yang juga menghambat sintesis PRPP yang menyebabkan lambatnya produksi
nukleotida purin.
Inosine-monophosphat (IMP) mengandung basa hipoxanthine. IMP berfungsi
sebagai titik cabang dari nukleotida adenin dan guanin. Penambahan satu gugus amino
6
aspartat ke karbon enam cincin purin membentuk AMP. Guanosinemonophosphat
(GMP) berasal dari IMP melalui pemindahan satu gugus amino dari amino glutamin ke
karbon dua cincin purin.
Inosinemonophosphat (IMP) dan GMP akan menjadi inosin dan guanosin melalui
proses defosforilasi. AMP menjadi inosin dengan deaminasi. Basa hipoxanthine pada
IMP akan mengalami oksidasi dengan bantuan xhantine oxsidase menjadi xhantine,
guanin juga akan mengalami deaminasi menghasilkan xhantine. Selanjutnya xhantine
akan diubah oleh xhantine oxsidase menjadi asam urat.
Hiperurisemia adalah keadaan dimana kadar asam urat dalam serum berada diatas
batas normal. Hiperurisemia disebabkan oleh sintesis atau pembentukan asam urat
berlebih yang salah satu penyebabnya adalah terapi sitostatika pada penderita leukemia.
Selain itu dapat juga disebabkan oleh kurangnya pembuangan asam urat melalui ginjal
misalnya pada keadaan glomerulonefritis kronis dan gagal ginjal kronis. Manifestasi
hiperurisemia pada sendi disebut arthritis gout.

Gambar 1. Metabolisme asam urat.2

7
Gejala klinis gout ada 4 fase, yaitu:
a. Tanpa Gejala
Tidak terdapat adanya gejala, namun pada pemeriksaan darah didapatkan kadar
asam urat tinggi.
b. Gout Akut
Gejala muncul tiba-tiba dan biasanya menyerang satu atau dua persendian,
90% lokalisasi pada ibu jari. Sendi yang terkena akan bengkak, merah, nyeri
seperti ditusuk jarum. Gejala terutama muncul di malam hari. Gejala dapat
hilang tanpa pengobatan dalam 4 sampai 10 hari, namun dapat kambuh
kembali. Setelah gejala hilang, kulit akan mengelupas hingga normal kembali.
c. Interkritis
Pada tahap ini penderita mendapatkan serangan gout berulang dengan waktu
yang tidak menentu.
d. Kronis
Pada tahap ini penderita mengalami arthritis yang kronis dan terdapat
penumpukan kristal asam urat (tofus) di sekitar sendi. Keadaan ini dapat dipicu
oleh cidera ringan dan konsumsi makanan tinggi purin. Sendi-sendi dapat
mengalami destruksi yang berpotensi menyebabkan cacat sendi.

C. Tanaman Sirsak

Tanaman sirsak merupakan tanaman yang kaya akan antioksidan, yaitu suatu
molekul yang dapat memperlambat atau mencegah proses oksidasi dari molekul lain.1,9
Tanaman Sirsak (annona muricata linn) termasuk tanaman dengan klasifikasi sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotiledoneae
Ordo : Ranunculales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona Muricata L.
Daun sirsak memiliki kandungan asetogenin dan senyawa fenolik yang
bertanggung jawab sebagai antioksidan. Senyawa fenolik yang memiliki aktivitas

8
antioksidan yang tertinggi adalah flavonoid. Sifat antioksidan pada buah sirsak dapat
memperlambat ataupun mencegah pembentukan asam urat dengan cara menghambat
kerja enzim xhantine oxidase yang berperan dalam perubahan hypoxhantine menjadi
xhantine dan kemudian menjadi asam urat.

9
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. BAHAN

a. Tumbuhan kumis kucing

b. Ethanol

c. Asam Asetat

d. Asam sulfat

e. Allupinirol

f. Tikus Putih jantan

B. METODE PENELITIAN

a. Pembuatan ekstrak
Daun kumis kucing dilakukan perajangan dan dilakukan ekstraksi dengan etanol
70% (3 x 24 jam) secara maserasi pada suhu kamar. Untuk menguapkan pelarut
diuapkan dengan dengan rotary evaporator pada suhu 50°C hingga diperoleh ekstrak
kental.

b. Uji Bebas Etanol


Ekstrak kental dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan asam asetat serta
Asam Sulfat pekat kemudian dipanaskan dengan api alkohol selama beberapa menit. Jika
ekstrak tidak berbau ester, maka ekstrak tidak mengandung pelarut etanol (Schoorl,
1998).

c. Pembuatan Mikroenkapsulasi
Produksi sediaan mikroenkapsulasi menggunakan proses pembekuan. Maltodekstrin
dilarutkan dalam air suling. Ekstrak daun, dan kumis kucing juga dilarutkan dalam air
suling. Kedua larutan tersebut kemudian dicampur menjadi satu bagian, dicampur hingga
homogen dan dibuat menjadi 100 ml. Larutan yang telah disiapkan kemudian dibekukan
pada suhu -40 °C dan kemudian dikeringkan dengan pengering beku. Mikroenkapsulasi
yang terbentuk disimpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.  

d. Uji Hiperurisemia Mikroenkapsulasi Ekstrak Daun, dan Kumis


Kucing

10
Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok yang masing-masing berisi 5 hewan uji.
Kelompok negatif mendapat CMC Na 0,5%, kelompok positif mendapat allopurinol
dengan dosis 12,6 mg/kg berat badan, kelompok mikroenkapsulasi daun, dan masing-
masing mendapat 100 mg/kg berat badan, kelompok dosis mendapat 200 mg/ kg kg berat
badan dan kelompok dosis 300 mg/kg berat badan. Sebelumnya, hewan uji dipuasakan
selama kurang lebih 18 jam sebelum pengujian, namun tetap diberi air minum. Sebelum
pemberian perlakuan, semua hewan uji diukur kadar asam urat darahnya sebagai baseline
(nilai normal).
Hewan uji kemudian diberikan hiperurisemia dengan pemberian intraperitoneal 300 mg
kalium oksonat/kg berat badan dan pemberian 2,5 ml jus hati ayam secara oral. Satu jam
kemudian, hewan uji diambil darahnya untuk diukur kadar asam uratnya. Selain itu,
tergantung pada kelompok perlakuan, hewan uji menerima pengobatan oral. Kadar asam
urat dalam darah hewan uji diukur 2 dan 4 jam setelah perlakuan. Pengumpulan darah
melalui vena mata. Darah yang diperoleh diolah menjadi serum dan diukur
menggunakan alat Micro lab.  

Dari data kadar asam urat darah kemudian dihitung persentase penurunan :

% Penurunan = (𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑢𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 − 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑢𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ
𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛) / 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑢𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛

Dari persen penurunan dilakukan uji statsitsik SPSS. Dilakukan uji normalitas. jika data
tidak berditribusi normal dilakukan uji non parameterik kruskal walis dan diuji antar
kelompok dengan (Mann Whitney). Jika data berdistribusi normal dilakukan uji One
Way Anova.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ningtiyas, I. F., & Ramadhian, M. R. (2016). Efektivitas Ekstrak Daun Salam untuk
Menurunkan Kadar Asam Urat pada Penderita Artritis Gout. Jurnal
Majority, 5(3), 105-110.

Ohashi, K., Bohgaki, T., &#38; Shibuya, H. (2000). Antihypertensive substance in the
leaves of kumis kucing (Orthosiphon aristatus) in Java island. In Yakugaku
Zasshi(Vol. 120, Issue 5).

Almatsier, S 2013, Penuntun Diet, Edisi Baru : Instalasi Gizi Perjan RS. Dr.Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta

Syukri, M., (2007), Asam Urat dan Hiperurisemia, Majalah Kedokteran Nusantara,
40(1): 52-56

Salasa, A. M., Ratnah, St., Abdullah, T. (2021). Kandungan Total Flavonoid dan
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus B.).

Surahmaida, S., Umarudin, U.,; Junairiah, J. (2019). Senyawa Bioaktif Daun Kumis
Kucing (Orthosiphon stamineus). Jurnal Kimia Riset

Mustinda, L. (2019). 10 Manfaat Kumis Kucing dan cara Pengolahannya.

Mokalu, F. R., Bodhi, W., &#38; Lebang, J. S. (2021). UJI AKTIVITAS


ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK ETANOL DAUN KUMIS KUCING
(Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus
Norvegicus). PHARMACON

Dungga, E. F. (2022). Pola Makan dan Hunnya Terhadap Kadar Asam Urat. Jambura
Nursing Journal

12
Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian

Penyiapan Bahan Uji

Pembuatan ekstrak

Uji Bebas Etanol

Pembuatan Mikroenkapsulasi

Uji Hiperurisemia

Pengolahan data statistik

Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai