PROFESI PENDIDIKAN
SUPERVISI PENDIDIKAN
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu:
Ferdino Wedi Sanjaya, M.Pd
Dalam makalah ini penulis menyadari masih ada saja kekurangan, oleh sebab itu,
penulis benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat penulis revisi dan
tulis dimasa selanjutnya. Penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa disertai saran yang bersifat membangun.
Kelompok 7
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................................
A. Pengertian Bimbingan Dan Konseling...............................................................................................
B. Supervisi Manajerial dan Supervisi Akademik...........................................................................
C. Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik.............................................................................................
D. Metode dan Teknik Supervisi Pendidikan....................................................................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah supervisi baru muncul kurang lebih tiga dasawarsa terakhir ini (Suharsimi
Arikunto,2004). Kegiatan serupa yang dahulu banyak dilakukan adalah Inspeksi,
pemeriksaan, pengawasan atau penilikan. Dalam konteks sekolah sebagai sebuah
organisasi pendidikan, supervisi merupaka bagian dari proses administrasi dan
manajemen. Kegiaan supervisi melengkapi fungsi-fungsi administrasi yang ada di
sekolah sebagai fungsi terakhir, yaitu penilaian terhadap semua kegiatan dalam mencapai
tujuan. Dengan supervisi, akan memberikan inspirasi untuk bersama-sama menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan dengan jumlah lebih banyak, waktu lebih cepat, cara lebih mudah,
dan hasil yang lebih baik daripada jika dikerjakan sendiri. Supervisi mempunyai peran
mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program. Supervisi bersangkut paut dengan
semua upaya penelitian yang tertuju pada semua aspek yang merupakan factor penentu
keberhasilan. (Oktafiani, 2008)
Supervisi pengajaran ialah kegaiatan kepengawasan yang ditujukan untuk
memperbaiki kondisi-kondisi, baik personal maupun material, yang memungkinkan
terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan
(Purwanto, 2009: 89).
Pembelajaran haruslah diawasi atau disupervisi mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan umpan balik oleh supervisor yang dapat disebut sebagai kepala sekolah
dan pengawas-pengawas lain yang ada di institusi pendidikan. Pengawasan di sini adalah
pengawasan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja para pendidik dan pegawai
sekolah lainnya dengan cara memberikan pengarahan-pengarahan yang baik dan
bimbingan serta masukan tentang cara atau metode mendidik yang baik dan profesional.
(helio duvaizem, 2009)
Supervisi akademik terdapat dua dimensi kegiatan yang dapat disupervisi yaitu
dimensi manajerial dan pedagogis. Pada dimensi manajerial, kegiatan pemantauan,
pembinaan, dan penilaian penerapan delapan standar nasional pendidikan berurusan
dengan langkah perencanaan, pelaksanaan, pemantauan mutu pelaksanaan, dan perbaikan
kegiatan berkelanjutan mengenai kegiatan pembelajaran. Pemantauan, pembinaan, dan
penilaian dalam menerapkan delapan standar pendidikan nasional dari sisi akademik
menyangkut bagaimana pendidik memfasilitasi siswa belajar. Hal ini berkaitan dengan
pemahaman dan keterampilan pendidik dalam memfasilitasi siswa belajar. Mengukur
pemahaman konsep pedagogis dalam perencanaan belajar, pelaksanaan, dan umpan balik
(Rahmat, 2010: 2)
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Supervisi Pendidikan ?
2. Supervisi Manajerial dan Supervisi Akademik ?
3. Apa Saja Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik ?
4. Apa Saja Metode dan Teknik Supervisi Pendidikan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Supervisi Pendidikan
2. Mengetahui Supervisi Manajerial dan Supervisi Akademik
3. Mengetahui Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik
4. Mengetahui Metode dan Teknik Supervisi Pendidikan
5.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Swearingen dalam Piet A Sahertian (2010: 21), terdapat 8 hal yang
menjadi fungsi supervisi yakni sebagai berikut:
1) Mengkoordinasikan semua usaha sekolah,
2) Memperlengkapi kepemimpinan sekolah,
3) Memperluas pengalaman guru-guru,
4) Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif,
5) Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus,
6) Menganalisis situasi belajar mengajar,
7) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf
8) Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan mengajar guru-
guru.
a. standar isi,
b. standar kompetensi lulusan,
c. standar proses,
d. standar pendidik dan tenaga kependidikan,
e. standar sarana dan prasarana,
f. standar pengelolaan,
g. standar pembiayaan, dan
h. standar penilaian.
2. Supervisi Akademik
Glickman (1981), mendefinisikan supervisi akademik adalah serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses
pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi akademik merupakan
upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan
pembelajaran. (Daresh, 1989). Dengan demikian, berarti, esensi supervisi akademik
itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses
pembelajaran, melainkan membantu guru mengem- bangkan kemampuan
profesionalismenya.
Apabila dikatakan bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya, maka dalam
pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga
bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara mengembangkannya.
Menurut Alfonso, Firth, dan Neville, ada tiga konsep pokok (kunci) dalam pengertian
supervisiakademik:
1. Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan
perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran. Inilah karakteristik esensial
supervisi akademik. Sehubungan dengan ini, janganlah diasumsikan secara sempit,
bahwa hanya ada satu cara terbaik yang bisa diaplikasikan dalam semua kegiatan
pengembangan perilaku guru. Tidak ada satupun perilaku supervisi akademik yang
baik dan cocok bagi semua guru (Glickman, 1981). Tegasnya, tingkat kemampuan,
kebutuhan, minat, dan kematangan profesional serta karakteristik personal guru
lainnya harus dijadikan dasar pertimbangan dalam mengembangkan dan
mengimplementasikan program supervisi akademik (Sergiovanni, 1987 dan Daresh,
1989).
2. Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya
harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program
pengembangan tersebut. Desain tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi
akademik yang mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena supervisi akademik
merupakan tanggung jawab bersama antara supervisor dan guru, maka alangkah baik
jika programnya didesain bersama oleh supervisor dan guru.
3. Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi
belajar bagi murid-muridnya. Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru
mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan
bagi murid-muridnya (Glickman, 1981). Melalui supervisi akademik diharapkan
kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat (Neagley, 1980).
Sedangkan menurut Sergiovanni (1987) ada tiga tujuan supervisi akademik
adalah tiga tujuan supervisi ada pengembangan profesionalisme, pengawasan
kualitas dan penumbuhan motivasi, berikut penjelasannya:
1. Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru
mengembangkan kemampuannya profesionalnnya dalam memahami aka demik,
kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan
kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu.
2. Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud untuk memonitor kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dila-kukan melalui
kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan
pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian murid-muridnya.
3. Supervisi akademik diselenggarakan untuk mendorong guru menerapkan
kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendo- rong guru
mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki
perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung
jawabnya.
7. Kooperatif, artinya ada kerjasama yang baik antara supervisor dan pendidik dalam
mengembangkan pembelajaran.
Berikut ini ada beberapa prinsip lain yang harus diperhatikan dan direalisasikan
oleh supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik, yaitu :
1. Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis.
Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan,
dan informal. Hubungan demikian ini bukan saja antara supervisor dengan guru,
melainkan juga antara supervisor dengan pihak lain yang terkait dengan program
supervisi akademik. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya supervisor harus memiliki
sifat-sifat, seperti sikap membantu, memahami, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan
penuh humor (Dodd, 1972).
4. Program supervisi akademik harus integral dengan program pendidikan. Di dalam setiap
organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam sistem perilaku dengan tujuan sama,
yaitu tujuan pendidikan. Sistem perilaku tersebut antara lain berupa sistem perilaku
administratif, sistem perilaku akademik, sistem perilaku kesiswaan, sistem perilaku
pengembangan konseling, sistem perilaku supervisi akademik (Alfonso, dkk., 1981).
Antara satu sistem dengan sistem lainnya harus dilaksanakan secara integral. Dengan
demikian, maka program supervisi akademik integral dengan program pendidikan secara
keseluruhan. Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan yang baik dan
harmonis antara supervisor dengan semua pihak pelaksana program pendidikan (Dodd,
1972).
c. Metode Delphi
Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak
sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS, dalam
merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) sebuah sekolah harus
memiliki rumusan visi, misi dan tujuan yang jelas dan realistis yang digali dari
kondisi sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta pandangan seluruh
stakeholder.
Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak
stakeholder sekolah tanpa memandang faktor-faktor status yang sering menjadi
kendala dalam sebuah diskusi atau musyawarah. Misalnya sekolah mengadakan
pertemuan bersama antara sekolah, dinas pendidikan, tokoh masyarakat, orang
murid dan guru, maka biasanya pembicaraan hanya didominasi oleh orang-orang
tertentu yang percaya diri untuk berbicara dalam forum. Selebihnya peserta hanya
akan menjadi pendengar yang pasif.
Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada kepala sekolah
ketika hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak. Langkah-
langkahnya menurut Gorton adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan
dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan sekolah;
2. Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa
disertai nama/identitas;
3. Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai
dengan jumlah orang yang berpendapat sama;
4. Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut
untuk diberikan urutan prioritasnya.
5. Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan
hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta yang dimintai pendapatnya.
d. Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat
ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini tentunya
bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala
sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu
disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama
dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai
contoh, pengawas dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop tentang
pengembangan KTSP, peran serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.
2. Supervisi Akademik
a. Supervisi Individual
Supervisi individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru
tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor di sini
hanya berhadapan dengan seorang guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu.
Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi :
1. Kunjungan kelas.
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, pengawas,
dan pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar
sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Tujuan
kunjungan ini adalah semata-mata untuk menolong guru dalam mengatasi kesulitan
atau masalah mereka di dalam kelas.
2. Observasi Kelas.
Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan memperhatikan
secara teliti terhadap gejala yang nampak. Observasi kelas adalah teknik observasi
yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang
berlangsung. Tujuannya adalah untuk memperoleh data seobyektif mungkin
mengenai aspek-aspek dalam situasi belajar mengajar, kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh guru dalam usaha memperbaiki proses belajar mengajar.
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui beberapa tahap, yaitu: (1) persiapan
observasi kelas; (2) pelaksanaan observasi kelas; (3) penutupan pelaksanaan
observasi kelas; (4) penilaian hasil observasi; dan (5) tindak lanjut. Dalam
melaksanakan observasi kelas ini, sebaiknya supervisor menggunakan instrumen
observasi tertentu, antara lain berupa evaluative check-list, activity check-list.
3. Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar
pikiran antara pembina atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha
meningkatkan kemampuan profesional guru. Tujuannya adalah:
(1) memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan
kesulitan yang dihadapi;
(2) mengembangkan hal mengajar yang lebih baik;
(3) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan
(4) menghilangkan atau menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.
Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi pendidikan.
Penilaian diri sendiri merupakan satu teknik pengembangan profesional guru.
Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara obyektif kepada guru tentang
peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metoda
pengajarannya dalam mempengaruhi murid. Semua ini akan mendorong guru untuk
mengembangkan kemampuan profesionalnya. Nilai diri sendiri merupakan tugas
yang tidak mudah bagi guru. Untuk mengukur kemampuan mengajarnya, di samping
menilai murid-muridnya, juga menilai dirinya sendiri
b. Supervisi Kelompok
Supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan
pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan,
memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan
atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Teknik-teknik supervisi yang
dikelompokkan sebagai supervisi kelompok meliputi :
1. Rapat Guru
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru yang dilakukan
untuk membicarakan proses pembelajaan, dan upaya atau cara meningkatkan profesi
guru. Pada saat rapat guru berlangsung, kepala sekolah diharapkan memiliki
kemampuan yang tinggi dalam:
a) menciptakan situasi yang baik dan menjadi pendengar yang baik terhadap
pendapat atau saran dari peserta;
b) menguasai ruang lingkup masalah atau materi yang dibicarakan dalam rapat
dan menghadapkan masalah yang sudah direncanakan kepada peserta untuk
dibahas serta dicari alternatif pemecahannya;
c) menumbuhkembangkan motivasi pada diri peserta untuk berpartisipasi secara
aktif selama rapat berlangsung, dan berusaha membantu mereka, terutama yang
kurang berpengalaman dalam mengemukakan ide dan pendapat.
Pertemuan orientasi adalah pertemuan kepala sekolah dengan guru yang bertujuan
menghantar guru tersebut memasuki suasana kerja yang baru. Pada pertemuan orientasi,
kepala sekolah memberikan penjelasan mengenai hal-hal penting yang perlu dilakukan
dalam rangka meningkatkan kualitas profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas
pengajaran. Setelah kepala sekolah memberikan penjelasan yang penting, selanjutnya
kepala sekolah meminta masukan dari guru mengenai apa saja yang perlu dilakukan
unstuck memperbaiki kinerjanya.
Dengan adanya pertemuan orientasi, diharapkan secara dini, guru terhindar dari
berbagai masalah yang mungkin dihadapi dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini dapat
tercapai mengingat pertemuan orientasi akan memberikan kesempatan bagi guru unstuck
mengemban tugas dan tanggungjawabnya dalam melaksanakan peranannya sebagai
tenaga pendidikan.
Diskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu percakapan tentang
suatu masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Diskusi merupakan salah satu
teknik supervisi kelompok yang digunakan supervisor untuk mengembangkan berbagai
ketrampilan pada diri para guru dalam mengatasi berbagai masalah atau kesulitan dengan
cara melakukan tukar pikiran antara satu dengan yang lain.
Melalui teknik ini supervisor dapat membantu para guru untuk saling
mengetahui, memahami, atau mendalami suatu permasalahan, sehingga secara bersama-
sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan masalah tersebut.Tujuan pelaksanaan
supervisi diskusi adalah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam
pekerjaannya sehari-hari dan upaya meningkatkan profesi melalui diskusi.
5. Workshop
Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah
pendidik yang sedang memecahkan masalah melalui percakapan dan bekerja secara
kelompok. Ciri workshop adalah:
a) menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik dalam kegiatannya, sehingga
tercapai taraf pertumbuhan profesi yang lebih tinggi dan lebih baik dari semula atau
terjadi perubahan yang berarti setelah mengikuti workshop,
c) menggunakan narasumber yang memberi bantuan yang besar dalam mencapai hasil,
PENUTUP
a. Kesimpulan
Supervisi pendidikan adalah suatu aktifitas pembinaan dan pengawasan yang
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam
memperbaiki pengajaran dan peningkatan proses belajar mengajar guru di sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
.Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran. Tujuan umum supervisi
adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil
tersebut mampu meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan
melaksanakan proses belajar mengajar
Supervisi manajerial adalah pemantauan dan pembinaan terhadap pengelolaan dan
administrasi sekolah. Glickman (1981), mendefinisikan supervisi akademik adalah
serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola
proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.
Prinsip-prinsip supervisi pendidikan yaitu:
1. Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi Madrasah.
2. Sistematis, artinya dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi ayang
matang dan tujuan pembelajaran
3. Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrument
4. Realistis, artinya berdasrkan kenyataan sebenarnya
5. Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-maslaha yang mungkin akan
terjadi
6. Konstruktif, artinya mengembangkan kreatifitas dan inovasi pendidik dalam
mengembangkan pembelajaran
7. Kooperatif, artinya ada kerjasama yang baik antara supervisor dan pendidik dalam
mengembangkan pembelajaran
beberapa metode dan teknik supervisi diantaranya :
1. Metode Supervisi Manajerial, terdiri dari :
Monitoring dan Evaluasi, Refleksi dan Focused Group Discussion, metode
Delphi, Workshop.
2. Supervisi Akademik , tekniknya terdiri dari :
a. Supervisi Individual, teknik dan metodenya adalah Kunjungan kelas,
observassi kelas, pertemuan individual, Kunjungan Antar Kelas, dan Menilai
Diri Sendiri.
b. Supervisi kelompok , tekniknya terdiri dari rapat guru, pertemuan orientasi,
studi kelompok antar guru, diskusi, workshop, dan tukar menukar
pengalaman.
b. Saran
Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah ini masih
banyak terdapat kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Penulis mengharapan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca dalam penyusunan makalah dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.rikaariyani.com/2018/03/the-system-is-born-and-suggested-best.html?m=1 diakses
pada 17 Desember 2022, pukul 21:31 WIB
https://www.gurusiana.id/read/rikamaria141734/article/prinsip-prinsip-supervisi-akademik-0
diakses pada 17 Desember 2022, pukul 22:05 WIB