Cici Yulianti Laporan PKL
Cici Yulianti Laporan PKL
Disusun oleh:
Cici Yulianti
10303005
ii
LEMBAR PERNYATAAN PENULIS LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
“Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan Praktik Kerja
Lapangan ini adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan.
Materi dalam laporan Praktik Kerja Lapangan ini tidak/belum pernah digunakan
sebagai bahan untuk makalah/Tugas Akhir/Laporan Kerja Praktek Lapangan lain.
Apabila dikemudian hari saya diduga dan ada ketidaksesuaian antara fakta dengan
laporan yang dibuat, saya bersedia menerima sanksi berupa penulisan ulang
laporan Praktik Kerja Lapangan ini. Demikian surat pernyataan ini saya buat
dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak lain.”
Cici Yulianti
NIM. 10303005
iii
ABSTRAK
ABSTRACT
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan PKL di Griin.id
Lentera I-Farm sekaligus menyelesaikan Laporan PKL ini. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kegiatan PKL dan
pengerjaan Laporan PKL ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Kedua orang tua, keluarga dan rekan-rekan yang telah memberikan do’a,
dukungan dan semangat
2. Griin.id Lentera I-Farm selaku pihak yang telah memberi kesempatan untuk
penulis dan rekan-rekan melaksanakan PKL
3. Bapak Ifan Irsyad Arrahmani, Ibu Cytta Anindita P. dan Bapak Agung K.
H. selaku pembimbing lapangan yang telah membimbing dan mengarahkan
penulis dan rekan-rekan selama melaksanakan PKL di Griin.id
4. Ibu Nurul Mukminah, S.Pt., M.Si. selaku dosen pembimbing yang banyak
membantu dan mengarahkan penulis dalam menyusun laporan PKL ini
5. Seluruh keluarga besar Griin.id yang telah menyambut baik dan
memberikan banyak informasi selama PKL dilaksanakan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun untuk melengkapi Laporan PKL ini. Akhir kata penulis berharap,
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Cici Yulianti
v
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
n.d.). Daun mint merupakan daun yang biasa ditambahkan dalam pembuatan
makanan dengan tujuan makanan yang dihasilkan berbau khas dan segar. Daun
mint dalam bentuk ekstrak mempunyai berbagai macam ester terutama menthyl
asetat dan monoterpene yang menghasilkan aroma dan flavour minty yang khas
(Alankar, 2009).
Sehubungan dengan hal tersebut, maka disusunlah laporan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) ini untuk melaporkan apa yang telah dipelajari mengenai proses
pembuatan seasonal honey dengan penambahan ekstrak daun mint di Griin.id
Lentera I-Farm.
1.2. Tujuan
Tujuan umum dilaksanakannya PKL di Griin.id adalah untuk mendapatkan
pengalaman kerja sebelum terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya. Adapun tujuan
khusus dilaksanakannya kegiatan ini yaitu untuk mengetahui proses pembuatan
seasonal honey daun mint dan mengetahui karakteristik produk tersebut.
1.3. Manfaat
Manfaat pelaksanaan PKL di Griin.id yaitu sebagai berikut :
a. Mahasiswa mampu mengetahui proses pembuatan seasonal honey daun mint.
b. Mahasiswa mampu mengetahui karakteristik seasonal honey daun mint.
c. Terjalinnya kerjasama antara pihak Kampus dengan Perusahaan.
2
adapula kegiatan yang dilakukan di luar ruangan seperti pemanenan daun mint dan
edible flowers. Berikut uraian kegiatan yang dilakukan selama PKL di Griin.id :
Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan PKL di Griin.id
Minggu ke-
No Kegiatan
1 2 3 4
1. Orientasi Griin.id
2. Panen dan Pengeringan bunga, daun mint
3. Persiapan dan setting alat ekstraksi
4. Pembuatan ekstrak
5. Mixing madu dan organoleptic
Sumber: Data Primer PKL
Alokasi waktu Praktik Kerja Lapangan di Griin.id tertera pada Tabel 1.2. Berikut
uraian kegiatan dan sistem kerja yang dilakukan selama PKL di Griin.id :
Tabel 1.2 Aloksi Waktu PKL di Griin.id
3
diakumulasi dan
diganti di hari lain
4. Proses pembuatan seasonal honey 5 hari kerja dan 2 08.00 WIB s/d
atau pencampuran madu dengan hari libur dalam 16.00 WIB
ekstrak daun mint dan daun mint seminggu, setiap
kering. (Laboratorium 2) jam lembur
diakumulasi dan
diganti di hari lain
Sumber: Data Primer PKL
4
BAB II
TINJAUAN UMUM
5
2.2. Kegiatan di Griin.id
Griin.id memiliki beberapa kegiatan yang dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu sebagai berikut :
a. Agrotech/Agroteknologi
Agrotech merupakan salah satu usaha yang dikembangkan oleh Griin.id yang
berfokus pada teknologi pertanian. Pengembangan teknologi pertanian seperti
sensor digital farming, system hidroponik dan akuaponik modular, sensor quality
control, serta waste management system.
b. Agroindustri
Kegiatan agroindustri mencakup pengembangan dan inovasi tentang produk
pasca panen dan sistem manajemen limbah hasil pengolahan. Kegiatan agroindustri
dilakukan di Laboratorium 1 dan 2. Kegiatan di Laboratorium 1 meliputi
pengolahan pengemasan teh dan pencampuran seasonal honey, dan pengeringan
bahan dengan dehydrator. Kegiatan yang dilakukan di Laboratorium 2 meliputi
ekstraksi bahan dan pengeringan bahan dengan oven.
c. Education
Education terdiri dari kegiatan workshop dan training seputar aktivitas yang
dilakukan di Griin.id. Training dan workshop yang dilakukan meliputi pelatihan
persiapan masa pra pensiun sebagai gambaran usaha yang dapat dilakukan setelah
pensiun. Workshop mengenai pelatihan membuat produk yang diproduksi oleh
Griin.id, serta workshop digital farming kepada pelajar, mahasiswa, atau
masyarakat yang tertarik untuk mempelajari digital farming.
d. Commercialization
Commercialization merupakan salah satu divisi support yang bertugas untuk
memasarkan produk dari Griin.id dan menjual solusi-solusi yang dimiliki Griin.id.
Kegiatan di divisi ini yaitu memasarkan dan menjual produk yang dihasilkan oleh
Griin.id sehingga perputaran usaha tetap berlanjut.
6
2.3. Struktur Organisasi Griin.id
Struktur organisasi yang digunakan oleh Griin.id adalah struktur datar.
Griin.id memiliki karyawan sebanyak 9 orang dengan 1 orang sebagai CEO (Chief
Executive Officer). CEO adalah orang yang bertanggung jawab secara keseluruhan.
Berikut struktur organisasi di Griin.id :
7
4. CPO (Chief Product Officer)
CPO bertanggung jawab untuk mengatur semua aktivitas produksi
perusahaan dan pengembangan produk perusahaan serta mengatur alur
produksi dari hulu ke hilir agar dapat terkendali dengan baik.
5. CTO (Chief Technology Officer)
CTO bertanggung jawab untuk memantau dan menggabungkan
pengembangan produk, memilih, mengadopsi, dan mengimplementasikan
teknologi yang sesuai dengan produk yang dikembangkan perusahaan, serta
mengelola pengembangan produk menggunakan teknologi.
6. Head of Postharvest Processing
Head of Postharvest Processing bertanggung jawab dalam proses
penanganan pasca panen bahan baku yang digunakan oleh perusahaan,
meliputi cara penyimpanan bahan baku dan cara pengolahan yang baik dan
benar tepat sehingga dapat mengoptimalkan penggunaan bahan baku yang ada.
7. Head of Quality Control/Quality Assurance
Head of QC/QA bertanggung jawab untuk menghasilkan produk dengan
kualitas tinggi, menghindari pemborosan bahan baku, meningkatkan efisiensi
operasional perusahaan, dan mengurangi pekerjaan mengulang yang akan
merugikan perusahaan dalam segi finansial maupun waktu.
8. Head of Community Engagement
Head of Community Engagement bertanggung jawab untuk menganalisis
produk perusahaan yang bermasalah dan menerapkan strategi untuk menangani
keluhan konsumen sehingga hubungan perusahaan dengan konsumen tetap
bejalan dengan baik.
9. Technology Commercialization
Technology Commercialization bertanggung jawab untuk
mengidentifikasi materi penelitian yang memiliki potensi komersialisasi dan
membuat strategi untuk memanfaatkan materi tersebut sehingga dapat
digunakan oleh perusahaan.
8
EXCECUTIVE TEAM
CEO
Irfan Irsyad
9
2.5. Sistem Kerja
Sistem kerja di Griin.id mengikuti aturan kerja dan koordinasi yang sudah
ditetapkan. Waktu kerja yang sudah ditetapkan yaitu full time. Jam masuk pada
pukul 08.00 WIB biasa digunakan untuk briefing pagi, jam kerja dimulai pada
pukul 09.00 WIB dan berakhir pada pukul 16.00 WIB, total waktu kerja yaitu
selama 8 jam termasuk waktu istirahat. Hari kerja berlangsung 5 hari dalam
seminggu yang dimulai dari hari Senin sampai Jumat. Waktu dan hari kerja bagi
yang sedang menjalankan PKL mengikuti waktu kerja karyawan di Griin.id.
Penerimaan karyawan di Griin.id berdasarkan kebutuhan dari setiap divisi
yang ada di perusahaan. Karyawan yang diterima di Griin.id adalah orang yang
mempunyai kompetensi, pengalaman, dan sikap individu yang baik. Setiap
karyawan berhak mendapat fasilitas yang diberikan perusahaan berupa pendapatan
setiap bulan,, tempat tinggal, makan, dan akses internet.
10
BAB III
HASIL PELAKSANAAN
Mulai
Penimbangan
peppermint 1
Pengeringan (dehydrator), t :
45°C, T : 2-3 jam
Penimbangan kering
Grinding
Pelarut etanol
1:5 (b/v) Maserasi, T : 48 jam
Filtrasi/vacuum Ampas
Filtrat
Evaporasi
Ekstrak peppermint
11
a. Tahap Persiapan Bahan Baku
Persiapan bahan baku yaitu diawali dengan pemanenan daun mint yang
tersedia di Griin.id. (Gambar 3.2 (a)). Daun mint yang dipilih adalah daun yang
masih dalam keadaan segar dan tidak layu, kemudian dipisahkan dari tanah atau
kotoran lainnya yang ikut terbawa. Daun mint yang telah dipanen kemudian
disortasi, tujuannya agar daun mint yang digunakan berkualitas baik dan tidak
mempengaruhi hasil akhir dari ekstrak daun mint. Pembuatan ekstrak yang berasal
dari bahan yang segar merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan aroma
khas bahan (Fauzana, 2010).
Daun mint yang dipilih selanjutnya ditimbang (Gambar 3.2 (b)). Tujuan
penimbangan ini adalah untuk menghitung atau mengetahui rendemen yang
dihasilkan. Tahap selanjutnya yaitu proses pencucian daun mint, bertujuan untuk
menghilangkan kotoran pada daun mint yang masih tersisa.
(a) (b)
Gambar 3.2 (a) Panen Daun Mint, (b) Penimbangan Daun Mint Basah
12
2015). Selain itu tujuan proses pengeringan ini adalah untuk mempersiapkan proses
selanjutnya yaitu proses ekstraksi. Pada proses ekstraksi, sampel yang digunakan
dalam bentuk simplisia, oleh karena itu perlu adanya proses pengeringan. Proses
pengeringan dapat mengakibatkan perubahan-perubahan hidrolisa enzimatis,
pencoklatan, fermentasi dan oksidasi sehingga suhu perlu diperhatikan (Manoi,
2015).
(a) (b)
Gambar 3.3 (a) Penataan Daun Mint diatas Tray, (b) Dehydrator Daun Mint
Metode pengerigan daun mint yang dilakukan di Griin.id yaitu dengan cara
menata daun mint yang telah bersih diatas tray kemudian dimasukan kedalam
dehydrator (Gambar 3.3). Pengeringan menggunakan food dehydrator
menghasilkan daun dengan kadar air yang lebih rendah dibandingkan pengeringan
dengan oven dan penampakan daun yang masih hijau. Hal tersebut disebabkan
karena perbedaan laju alir udara pengering dan pola alirnya (Chandra & Witono,
2018). Laju alir udara pada dehydrator lebih besar daripada oven, dengan pola
sirkulasi di dalam chamber menyebabkan driving force udara pengering menjadi
lebih besar untuk mengeluarkan air yang terkandung di dalam bahan serta kontak
yang lebih sering karena udara pengering yang berputar dari bawah ke atas dan dari
arah pinggir ke tengah alat (Chandra & Witono, 2018). Proses pengeringan juga
dipengaruhi oleh RH (relative humidity) atau kelembaban relatif. Dehydrator
memiliki nilai RH yang lebih rendah dibandingkan dengan oven, maka kadar airnya
menjadi lebih rendah. Semakin rendah nilai RH menyebabkan semakin cepat atau
13
banyak perpindahan massa kelembaban dalam bahan ke udara sampai terjadi
kesetimbangan di udara (Chandra & Witono, 2018)
Suhu yang digunakan pada tahap ini yaitu 45oC selama 2 sampai 3 jam dan
dilakukan pengecekan selama pengeringan berlangsung. Menurut (Nuraeni et al.,
2019), pengeringan bahan hasil pertanian menggunakan aliran udara pada suhu
45oC - 75oC. Pengeringan dengan suhu dibawah 45oC menyebabkan mikroba dan
jamur yang dapat merusak bahan masih hidup, sehingga umur simpan dan mutu
produk menjadi rendah. Jika suhu pengeringan lebih dari 75oC, maka akan merusak
struktur kimia dan fisik produk karena perpindahan panas dan massa air yang dapat
merubah struktur sel. Pengeringan daun dengan suhu di atas 80oC menghasilkan
warna hijau kecoklatan. Perubahan warna disebabkan adanya reaksi pencoklatan
(maillard) yaitu reaksi antara gula pereduksi dengan asam amino (Chandra &
Witono, 2018). Daun mint yang sudah kering kemudian ditimbang kembali agar
diketahui berat kering daun mint yang dihasilkan. Daun mint kering digunakan
sebagai bahan baku pembuatan ekstrak dan daun kering untuk ditambahkan pada
madu. Daun kering yang akan ditambahkan kedalam madu dipisahkan terlebih
dahulu.
c. Penghalusan Bahan
Tahapan selanjutnya adalah proses penghalusan bahan atau pembuatan
simplisia daun mint. Proses penghalusan dilakukan dengan cara menggiling daun
mint kering menjadi simplisia halus. Daun mint kering dihaluskan sekitar 20-30
mesh menggunakan grinder dengan energi listrik. Tujuannya adalah untuk
14
mengecilkan ukuran agar memudahkan pelarut mengekstrak zat yang terkandung
dalam bahan saat proses maserasi. Semakin kecil ukuran bahan, maka semakin
cepat pelarut mengekstrak zat yang ada dalam bahan. Menurut (Sembiring,
Ma'mun, & Ginting, 2006) mengatakan bahwa semakin halus bahan yang
digunakan semakin tinggi rendemen ekstrak yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan
permukaan bahan yang semakin luas sehingga memperbesar terjadinya kontak
antara partikel serbuk dengan pelarut. Bahan atau simplisia dapat mempengaruhi
proses ekstraksi, ukuran bahan yang sesuai akan membuat proses ekstraksi
berlangsung dengan cepat (Manoi, 2015).
(a) (b)
Gambar 3.5 (a) Sebelum Grinding Daun Mint, (b) Setelah Grinding Daun Mint
Simplisia daun mint halus yang telah dibuat kemudian ditimbang kembali
untuk mengetahui seberapa banyak pelarut yang dibutuhkan dalam proses maserasi.
Hasil penimbangan berat simplisia halus diperoleh sebanyak 44,34 gram.
15
d. Proses Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut tertentu (Sitepu,
2010). Proses ini menghasilkan ekstrak dengan viskositas kental dan dapat bersifat
polar atau non polar. Proses ekstraksi daun mint dilakukan dengan menggunakan
metode maserasi. Maserasi merupakan metode ekstraksi sederhana yang banyak
digunakan. Maserasi dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman atau simplisia
dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah yang tertutup rapat pada suhu kamar
(Mukhriani, 2014). Kelebihan ekstraksi dengan metode maserasi adalah cara
pengerjaannya sederhana, dan mudah diusahakan (Sitepu, 2010). Menurut Fauzana
(2010), keuntungan dari metode maserasi karena sederhana, lebih murah, dan
praktis diaplikasikan pada industri, serta meminimalkan kemungkinan rusaknya
senyawa yang akan diekstrak karena tidak menggunakan pemanasan. Perendaman
suatu bahan dalam pelarut dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel dalam tiga
tahapan, dimulai dari masuknya pelarut kedalam dinding sel tanaman atau
pembengkakan sel, kemudian senyawa yang terdapat dalam dinding sel akan
terlepas dan masuk ke dalam pelarut, diikuti oleh difusi senyawa terekstraksi oleh
pelarut keluar dari dinding sel (Fauzana, 2010).
Pelarut yang digunakan dalam proses maserasi yaitu etanol 96% dengan
ketentuan food grade. Etanol merupakan pelarut yang sering digunakan untuk
maserasi dan bersifat universal karena mampu mengekstraksi senyawa polar dan
non polar, serta etanol dapat mengeluarkan sebagian besar zat aktif yang
terkandung dalam tanaman (Verawati, Nofiandi, & Petmawati, 2017). Etanol juga
tidak bersifat toksik sehingga aman digunakan. Perbandingan antara sampel dan
pelarut etanol yaitu 1:5, perbandingan tersebut mengacu penelitian yang dilakukan
(Setiawan, Bambang, & Sani). Perhitungan pelarut dapat dilakuan dengan
menggunakan persamaan massa jenis.
Simplisia daun mint dimasukan ke dalam toples kaca dan dicampur etanol
96% dengan perbandingan 1:5. Berat daun mint yang digunakan pada saat maserasi
sebanyak 44,34 gram dengan penambahan pelarut 281 ml. Toples kaca yang berisi
simplisia daun mint dan etanol kemudian disimpan pada suhu ruang. Maserasi
dilakukan selama 2 hari atau 48 jam berdasarkan prosedur yang ada di perusahaan.
16
Selama proses maserasi berlangsung dilakukan pengadukan yang berdurasi 5 menit,
pengadukan dilakukan 2 kali pengadukan dalam sehari di pagi dan sore hari.
Pengadukan yang baik akan meningkatkan kecepatan pelarutan dan meningkatkan
intensitas kontak partikel bahan dengan pelarut (Fauzana, 2010).
e. Filtrasi/Vacuum
Proses filtrasi merupakan proses pemisahan zat padat dengan zat cair dengan
cara penyaringan. Filtrasi merupakan metode pemisahan suatu zat dari campuran
homogen dengan zat lain menggunakan membran (Samsudin & Khoiruddin).
Filtrasi dilakukan dengan metode vacuum yang terhubung dengan rangkaian alat
filtrasi. Fungsi vacuum yaitu untuk menarik cairan melewati media penyaring
(kertas saring) sehingga proses pemisahan lebih cepat (Pinalia, 2011). Proses filtrasi
diawali dengan memastikan bahwa alat filtrasi sudah terpasang dengan benar.
Ukuran kertas saring harus sesuai dengan mulut corong buchner agar filtrat yang
dihasilkan benar-benar jernih. Daun mint yang sudah dimaserasi kemudian di
vacuum menggunakan alat vacuum selama ±1 jam sampai tidak ada filtrat yang
menetes. Filtrasi dengan cara di vacuum bertujuan untuk memisahkan zat yang
sudah diekstrak dalam bentuk cair dengan ampas daun mint. Filtrat daun mint yang
diperoleh adalah sebanyak 175,93 gram.
17
Gambar 3.8 Proses Filtrasi Daun Mint dengan Vacuum
f. Evaporasi
Proses selanjutnya adalah proses evaporasi. Evaporasi atau penguapan
merupakan proses yang melibatkan pindah panas dan pindah massa secara
bersamaan (Joharman, 2006). Tujuan dari proses evaporasi adalah untuk
memisahkan ekstrak daun mint dengan pelarutnya, sehingga didapat hasil ekstrak
kental daun mint. Prinsip dari evaporasi adalah menguapkan pelarut dari suatu
bahan yang sudah di ekstraksi (Istianah, 2017). Proses pemisahan pelarut
merupakan tahapan yang penting dalam proses ekstraksi. Teknik pemisahan pelarut
menentukan kandungan sisa pelarut yang dapat memengaruhi mutu ekstrak yang
dihasilkan. Pelarut yang memiliki titik didih yang rendah beresiko kehilangan
pelarut yang lebih besar akibat proses penguapan, sedangkan pelarut yang memiliki
titik didih tinggi harus dipisahkan pada suhu yang lebih tinggi (Fauzana, 2010).
Rangkaian alat evaporasi yang digunakan terdiri dari tabung evaporasi
spiral/kondensor, labu leher tiga ukuran 1000 ml, mesin vacuum, thermometer
suhu, panci sebagai penangas air, hot plate sebagai sumber panas, dan selang in dan
out untuk jalannya air yang digerakkan oleh pompa. Proses evaporasi diawali
dengan memastikan bahwa semua alat sudah terpasang dengan baik, ditandai
dengan aliran air yang keluar masuk lancar. Selanjutnya filtrat daun mint
dituangkan ke dalam labu melalui leher bagian samping, alat vacuum digunakan
untuk mempercepat proses evaporasi. Evaporasi dilakukan selama 1 - 2 jam dengan
memperhatikan suhu pemanasan tidak melebihi titik didih pelarut etanol. Nilai titik
etanol adalah 78,4°C (Oktora, Aylianawati, & Sudaryanto, 2007). Jika suhu
pemanasan melebihi titik didih pelarut, dikhawatirkan ekstrak mint akan ikut
diuapkan. Selanjutnya hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi air yang
18
digunakan. Suhu air yang digunakan harus rendah atau dalam keadaan dingin,
biasanya ditambahkan dengan es batu. Air es berfungsi untuk menjaga kelembaban
pada kondensor selama evaporasi berlangsung, etanol akan menguap dan kembali
menjadi ke bentuk cair atau dikenal dengan proses kondensasi. Jika suhu air
meningkat maka proses kondensasi etanol akan melambat.
No Pengamatan Keterangan
1. Berat daun mint basah (g) 58
2. Lama pengeringan (jam) 3
3. Berat daun mint kering (g) 10,4
4. Rendemen pengeringan (%) 18
5. Berat awal simplisia (g) 44,34
6. Metode ekstraksi Maserasi
7. Pelarut Etanol
8. Lama ekstraksi (jam) 48
9. Lama evaporasi (jam) 1
10. Berat akhir hasil ekstraksi (g) 2,08
11. Rendemen ekstraksi (%) 4,69
Keterangan : Hasil pengamatan seasonal honey daun mint
19
Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 3.1) yang telah dilakukan selama
pembuatan ekstraksi daun mint. Proses ekstraksi dilakukan dengan metode
maserasi. Bahan yang digunakan adalah daun mint dengan berat awal 58 gram dan
berat kering yang dihasilkan 10,4 gram. Penurunan berat tersebut dikarenakan
adanya penurunan kadar air yang terkandung dalam daun mint akibat proses
pengeringan. Prinsip dari pengeringan yaitu memberi energi panas pada bahan
pangan. Energi panas akan masuk ke dalam bahan pangan, membuat tekanan dan
suhu air bahan pangan meningkat dan terjadi proses perpindahan air ke luar dari
bahan pangan (Chandra & Witono, 2018). Metode pengeringan daun mint
menggunakan dehydrator.
Perbandingan pelarut yang digunakan 1:5 yaitu sebanyak 281 ml etanol 96%.
Pelarut dan bahan sama-sama memiliki sifat polar. Pada dasarnya proses ekstraksi
melarutkan senyawa bahan dan pelarut yang memiliki sifat sama. Banyak tidaknya
komponen yang terekstrak dipengaruhi dari jenis pelarut yang digunakan. Syarat
pelarut yang perlu diperhatikan dalam proses ekstraksi menurut Oktora (2007)
dilihat dari keamanan dan ekonominya yaitu :
a. Pelarut mempunyai kelarutan tinggi pada suhu tinggi, dan kelarutan yang
rendah pada suhu ruang, karena saat evaporasi harus terjadi pemisahan.
b. Tidak beracun ketika diproses
c. Keefektifan melarutkan bahan dengan cepat dan baik
d. Mudah menguap
e. Bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan ekstrak
f. Tidak bereaksi dengan peralatan
g. Tidak mudah meledak
h. Harganya murah.
Rendemen ekstrak daun mint yang dihasilkan sebesar 4,69%. Nilai rendemen
diperoleh dari perhitungan berat simplisia (daun mint kering) dan berat akhir
ekstrak yang diperoleh. Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan
menandakan bahwa nilai ekstrak yang dihasilkan semakin banyak. Kualitas ekstrak
yang dihasilkan berbanding terbalik dengan jumlah rendemen yang dihasilkan,
semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan maka semakin rendah mutu yang
didapatkan (Setiawan, Bambang, & Sani). Hasil rendemen dapat dipengaruhi dari
20
lamanya maserasi. Hal tersebut disebabkan karena semakin lama waktu ekstraksi
semakin banyak pula rendemen yang dihasilkan, dikarenakan akan semakin banyak
dinding sel yang pecah dan senyawa akan larut dengan pelarutnya (Setiawan,
Bambang, & Sani). Lama ekstraksi memberikan waktu yang cukup banyak untuk
pelarut menembus dinding sel dan menarik keluar senyawa-senyawa yang
terkandung dalam bahan, sehingga dihasilkan rendemen yang tinggi (Wahyuni &
Widjanarko, 2015).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi diantaranya : (Oktora,
Aylianawati, & Sudaryanto, 2007)
a. Pengadukan yang semakin kuat, difusi dan kecepatan perpindahan massa
dari permukaan bahan ke dalam larutan akan semakin meningkat, serta
mencegah terjadinya endapan.
b. Jenis pelarut yang digunakan cukup baik, tidak merusak bahan.
c. Waktu perendaman yang lama, maka semakin banyak pula bahan yang
terekstrak
d. Ukuran partikel yang sesuai menghasilkam ekstraksi yang efektif dalam
waktu singkat
e. Lama ekstraksi.
Ekstrak daun mint memiliki kandungan utama, diantaranya menthone, α-
pinene, β-pinene, iso-menthone dan neo-menthone. Komponen-komponen tersebut
sangat baik digunakan untuk tambahan flavour makanan, kosmetika dan penyegar
ruangan (Sukardi, Pulungan, & Kurniawan, 2009).
21
Mulai
Madu, ekstrak
peppermint, Mixing
peppermint kering
Selesai
22
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Seasonal Honey Daun mint
No Pengamatan Keterangan
1. Berat madu (g) 50
2. Berat bunga kering (g) 0,1-0,2
3. Jumlah tetesan (tetes) 3-4
4. Viskositas Kental
5. Warna Orange keemasan, semburat
hijau
6. Aroma Aroma mint kuat dan segar
7. Rasa Manis, rasa mint kuat dan
sensasi hangat (minty), ada
after taste pahit
Keterangan : Hasil pengamatan seasonal honey daun mint
23
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Berdasarkan hasil praktik kerja lapangan dan pengamatan yang dilaksanakan
di Griin.id Lentera I-Farm dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Proses pembuatan seasonal honey daun mint terdiri dari dua tahapan. Pertama
yaitu pembuatan ekstrak daun mint yang meliputi panen dan sortasi,
pengeringan, penghalusan bahan, maserasi, filtrasi dan evaporasi. Kedua yaitu
proses pecampuran madu dengan ekstrak dan daun mint kering.
b. Karakteristik dari Seasonal honey daun mint yaitu kenampakan dengan
viskositas yang kental, berwarna orange keemasan dan semburat hijau, aroma
mint kuat dan segar, rasa mint kuat dan sensasi hangat (minty), after taste pahit.
Penambahan ekstrak daun mint sangat memengaruhi hasil akhir seosanal honey
disebabkan kandungan menthol yang dimiliki daun mint.
4.2. Saran
Saran yang diberikan pada proses pembuatan seasonal honey yaitu harus
memerhatikan setiap tahapan ekstraksi dan pada saat pencampuran madu.
Sebaiknya pada saat pencampuran madu jumlah penambahan ekstrak harus baku
karena saat pelaksanaannya masih menggunakan pipet.
24
DAFTAR PUSTAKA
Alankar, S. (2009). A Review on Peppermint Oil. Asian Journal of Pharmaceutical
and Clinical Research, 2(2), 27-33.
Anggraini, T., Silvy, D., Ismanto, S. D., & Azhar, F. (2014). Pengaruh Penambahan
Peppermint (Mentha piperita L.) Terhadap Kualitas Teh Daun Pegangan
(Centella asiatica, L. Urban). Jurnal Litbang Industri, 4(2), 79-88.
Chandra, A., & Witono, J. R. (2018). Pengaruh Berbagai Proses dehidrasi Pada
Pengeringan Daun Stevia Rebaudiana. Prosiding Seminar Naisonal Teknik
Kimia (pp. 1-6). Yogyakarta: UPN Veteran Yogyakarta.
Fauzana, D. L. (2010). Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi, Perkolasi dan
Reperkolasi Terhadap Rendemen Ekstrak Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb.). Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Istianah, N. (2017, November). Evaporasi Multi-Tahap Menggunakan Falling Film
Evaporator (FFE) untuk Meningkatkan Efisiensi Produksi Konsentrat
Nanas Madu. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, 1-5.
Joharman, T. (2006). Studi Pengaruh Suhu dan Lama Evaporasi Pada Proses
Pemekatan Gelatin. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Kamil, M. I., Prawiradilaga, R. S., & Sumantri, A. F. (2014). Pengaruh Pemberian
Madu Randu Terhadap Peningkatan Status Gizi pada Petugas Kebersihan di
Universitas Islam Bandung. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba
(Kesehatan) (pp. 35-42). Bandung: Fakultas Kedokteran UIN Bandung.
Manoi, F. (2015). Pengaruh Kehalusan Bahan dan Lama Ekstraksi Terhadap Mutu
Ekstrak Tempuyung (Sonchus arvensis L.). Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan, 15(2), 156-161.
Mukhriani. (2014). Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.
Jurnal Kesehatan, 7(2), 361-367.
Oktora, R. D., Aylianawati, & Sudaryanto, Y. (2007). Ekstraksi Oleoresin Jahe.
Widya Teknik, 6(2), 131-141.
Pinalia, A. (2011). Kajian Metode Filtrasi Gravitasi dan Filtrasi Sistem Vakum
Untuk Proses Penyempurnaan Rekristalisasi Amonium Perklorat. Majalah
Sains dan Teknologi Dirgantara, 6(3), 113-121.
Samsudin, A. M., & Khoiruddin. (n.d.). Ekstraksi, Filtrasi Membran dan Uji
Stabilitas Zat Warna Dari Kulit Manggis (Garcinia mangostana). 1-8.
Sembiring, B. B., Ma'mun, & Ginting, E. I. (2006). Pengaruh Kehalusan Bahan dan
Lama Ekstraksi Terhadap Mutu Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorriza
Roxb). Bul. Littro, 17(2), 53-58.
Setiawan, A., Bambang, K., & Sani, E. Y. (n.d.). Ekstraksi Daun Peppermint
(Mentha Piperita L.) Menggunakan Metode Microwave Assisted Extraction
Terhadap Total Fenolik, Tanin, Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan.
25
Sitepu, J. S. (2010). Pengaruh Variasi Metode Ekstraksi Secara Maserasi dan
Dengan Alat Soxhlet Terhadap Kandungan Kurkuminoid dan Minyak Atsiri
Dalam Ekstrak Etanolik Kunyit (Curcuma domestica Val.). Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Sukardi, Pulungan, M. H., & Kurniawan, K. (2009). Perencanaan Produksi Teh
Instan Dengan Flavor Peppermint Skala Rumah Tangga. Jurnal Teknologi
Pertanian, 10(2), 106-114.
Verawati, Nofiandi, D., & Petmawati. (2017). Pengaruh Metode Ekstraksi
Terhadap Kadar Fenolat Total dan Aktivitas Antioksidan Daun Salam
(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.). Jurnal Katalisator, 2(2), 53-60.
doi:http://doi.org/10.22216/jk.v2i2.1744
Wahyuni, D. T., & Widjanarko, S. B. (2015, April). Pengaruh Jenis Pelarut dan
Lama Ekstraksi Terhadap Ekstrak Karatenoid Labu Kuning dengan Metode
Gelombang Ultrasonik. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(2), 390-401.
26
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan
a. Rendemen Pengeringan
Berat daun mint kering (g)
Rendemen Pengeringan (%) = × 100%
Berat daun mint basah (g)
10,4 g
= × 100% = 18%
58 g
b. Rendemen Ekstrak
Berat ekstrak (g)
Rendemen Ekstrak (%) = × 100%
Berat simplisia daun mint (g)
2,08 g
= × 100% = 4,69 %
44,34 g
c. Jumlah Pelarut
Berat bahan = 44,33 g
Massa jenis etanol = 0,7893 g/cm3
Rasio perbandingan = 1:5
= 5 x 44,34 = 221,7 g
Perhitungan Pelarut :
m
ρ=
V
m 221,7 g
V= = 3
= 280,88 cm3 ≈ 281 cm3
ρ 0,7893 g/cm
27
Lampiran 2. Surat Penerimaan PKL
28
Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Mengikuti PKL
29
Lampiran 4. Jurnal Harian PKL
Nama : Cici Yulianti
NIM : 10303005
Topik PKL : Studi Literasi Ekstraksi
Pembimbing : Nurul Mukminah, S.Pt., M.Si.
Kegiatann (prosentase Target PKL,
Tanda Tangan
No. Tanggal hasil, masalah, ide/pemikiran baru,
Pembimbing
keluaran)
1. 3 Februari 2020 - Belajar materi tentang proses
ekstraksi secara umum
- Mempersiapkan alat yang akan
digunakan untuk pengujian kadar
kemanisan buah nanas
2. 4 Februari 2020 - Belajar materi tentang jenis metode
ekstraksi termasuk keuntungan dan
kekurangan disetiap metodenya
- Melakukan pengujian kadar
kemanisan buah nanas dengan
menggunakan refraktometer
3. 5 Februari 2020 Belajar tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi laju proses ekstraksi
Catatan
Minggu ke-1
30
Subang, Februari 2020
Pembimbing Lapangan
(Nurul Mukminah)
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
Lampiran 5. Jurnal Bimbingan PKL
Pembimbing PKL
Nama : Cici Yulianti
NIM : 10303005
Topik PKL : Pembuatan Seasonal Honey Daun Mint di Griin.id
Pembimbing : Nurul Mukminah, S.Pt., M.Si.
Hari,
Bimb. Paraf
Tanggal Materi Bimbingan dan Arahan
Ke Pembimbing
Bimbingan
1 Jumat, 6 Konsultasi judul PKL
Maret 2020 Arahannya yaitu judul disesuaikan
dengan apa yang dilakukan selama
PKL
2 Senin, 13 Konsultasi dan pengiriman draft 1
April 2020 laporan PKL
Arahannya yaitu lengkapi sitasi,
perbaikan isi bab 3, dan perbaiki
penulisan, perbaiki tujuan
3 Kamis, 23 Konsultasi dan pengiriman draft 2
April 2020 laporan PKL
Arahannya yaitu lengkapi bagian
yang belum, sinkronkan bab 3
dengan tujuan
4 Rabu, 29 Konsultasi mengenai draft 2 laporan
April 2020 PKL melalui ms.teams
Arahannya yaitu pengelompokan
hasil pelaksanaan sesuai tujuan,
5 Kamis, 30 Konsultasi dan pengiriman draft 3
April 2020 laporan PKL
44
Pembimbing Lapangan
Nama : Cici Yulianti
NIM : 10303005
Topik PKL : Pembuatan Seasonal Honey Daun Mint di Griin.id
Pembimbing : Cytta Anindita Priyanto
45
46
Lampiran 6. Surat Penilaian
47
Lampiran 7. Curriculum Vitae (CV)
CURRICULUM VITAE (CV)
(Cici Yulianti)
NIM. 10303003
48