Anda di halaman 1dari 21

Memahami HAKIKAT MANUSIA dari Tafsir Ilmiah Salman

Hakikat Manusia :
Kemuliaan dan 5 Perlindungan dari Kehinaan
Tafsir Salman: Tafsir Ilmiah Al-Tiin , Al-Falaq dan Al-Naas

SAMSOE BASAROEDIN
Editor & Kontributor Tafsir Salman, DPS Rumah Amal & Badan Wakaf Salman
WaSekUm AMKI 2017 – 2023, Dewan Pakar MES Jabar
• * Surat 95 Al-Tiin : ayat 1 - 8.

POKOK ISI :PARADIGMA


PENCIPTAAN MANUSIA DALAM
SEBAIK-BAIK BENTUK. (Ayat 4)
Kata Al-Insaan muncul dalam Al-
Quran sebanyak 65 kali.
14 kali di antaranya ihwal
penciptaan manusia." Sebaik-
baik bentuk " , tidak semata
merujuk wujud fisik yang indah
dan serasi.
• * Surat 95 Al-Tiin : ayat 1 - 8.
POKOK ISI :PARADIGMA PENCIPTAAN MANUSIA DALAM
SEBAIK-BAIK BENTUK. (Ayat 4
Kata Al-Insaan muncul dalam Al-Quran sebanyak 65 kali.
14 kali di antaranya ihwal penciptaan manusia.
" Sebaik-baik bentuk " , tidak semata merujuk wujud fisik yang indah
dan serasi.
Namun juga keistimewaan dalam dimensi non-fisikal, berupa:
• Tiupan ruh (QS 15 ayat 29 , QS 32 ayat 9)
• Dikarunia kemampuan berfikir & berakal
• Diajari al-quran dan al-bayaan (QS 55 ayat 2 , QS 55 ayat 4)
• Dimuliakan (QS 17 ayat 70)
• Bahkan secara dramatik metafor digambarkan : " makhluq yang Aku ciptakan
dengan ke 2 tangan-Ku sendiri " (QS 38 ayat 75).
Berbagai ayat kauniyah ihwal " kesempurnaan " spesies manusia ini bisa
dilihat di dalam berbagai literatur tulisan para ilmuwan khususnya para
dokter muslim. (Lihat dalam pustaka terlampir)
• Untuk menegaskan hakikat kesempurnaan manusia tersebut , Allah
SWT bersumpah dengan 3 tempat yg digambarkan sebagai 4 benda :
Al-Tiin , Al-Zaytuun , Thuurisiiniin, & Al-Balad Al-Amiin.
• 3 tempat penting tersebut , menggambarkan tempat diturunkan wahyu
& diutusnya 3 Rasul mulia yang tergolong Ulul Azmi : Nabi Isa bin
Maryam 'AS, Nabi Musa 'AS dan Nabi Muhammad S’AW.
• Potensi mental dan fakultas spiritual manusia yang luar biasa ini , tak
ada tolok bandingnya dibandingkan semua jenis makhluq yang lain.
Bahkan sampai level yang tak terbayangkan , digambarkan
dalam wujud manusia " biasa " , bukan Nabi besar atau Rasul
istimewa yg namanya tertulis di dalam Al-Quran :
1) Hamba Allah yang dikarunia-nya 'ilmu laduni berupa
kemampuan melihat ke depan, tidak lagi terikat oleh waktu
.(QS 18 ayat 65 - 82).
2) Hamba Allah (= manusia , bukan jinn) yang mampu
memindahkan singgasana ratu bilqis dalam sekejap mata
melewati jarak sejauh 2.400 kilometer .Kemampuan
mengatasi ruang (space), karena menguasai al-kitab .(QS 27
ayat 40).
Namun, fakultas kemanusiaan yang sangat dahsyat ini , bisa
runtuh seketika menuju derajat yang sehina-hinanya dan
serendah-rendahnya (= asfala saafiliin, yang lebih rendah dari
tempat-tempat yang rendah).
Makna terjelas dari ayat ini, adalah neraka jahanam serta
semua kesengsaraan di dalamnya.(Sesuai dengan QS 7 ayat
179).
Ayat 6 - 8 menegaskan bahwa ada segolongan manusia yang akan terbebas dari
kehinaan tersebut, dengan : beriman & beramal shalih.Iman, berarti membenarkan
semua yang dibawa oleh Rasulu-Llah Muhammad S'AW, baik berupa Al-Quran
maupun berwujud Sunnah Rasul.
Sedang amal shalih berarti amal yang benar, baik dan indah dalam perspektif Al-
Quran dan Sunnah Rasul.Juga bermakna amal yang selaras dengan ayat-ayat Allah,
baik yang Quraniyah maupun yang kauniyah.
Bagi mereka inilah, pahala dan ganjaran yang tiada henti-hentinya.Penutup surat
ini, selaras dengan pembukaannya :" Sesudah kejelasan paradigmatik tersebut,
mengapa kalian dustakan Isa bin Maryam 'AS , Musa 'AS dan Muhammad
S'AW ? Padahal kalian tahu : Allah SWT adalah hakim yang seadil-adilnya “

Wa-Llahu a'lam bi al-shawaab.


Hakikat 2 Perisai Bagi Manusia .
Surat 113 Al-Falaq dan Surat 114 Al-Naas

1 Surat 113 Al-Falaq 2 Surat 114 Al-Naas .


Surat Al-Falaq dan surat Al-Naas adalah Al-Mu'awwidzatain (= 2
Perisai ). Kekuatan 2 surat tersebut, in sya' Allah, akan menjadi
nyata bagi seseorang yang memiliki keyakinan Tawhid yang murni
dan kuat. Yaitu seseorang yang betul-betul menggantungkan diri
kepada Rabb Al-Falaq , Rabb Al-Naas , Malik Al-Naas , Ilaah Al-
Naas.

Al-Falaq, selain bermakna pagi hari atau cahaya subuh , juga


bermakna " sebuah sumur atau lembah di neraka Jahannam.
"Semua mufasir sepakat, bahwa frasa Rabb Al-Falaq (Pemilik Al-
Falaq atau Pemelihara Al-Falaq) adalah Allah SWT.
Tentu saja, makna tersebut menjadi terang benderang,
terkait dengan frasa Rabb Al-Naas (Pemilik Manusia),
Malik Al-Naas (Raja Manusia) dan Ilaah Al-Naas (Yang
Di-ibadati Manusia). Kata Al-Naas terulang sebanyak
241 kali di dalam Al-Quran, yang jelas dan tegas
bermakna "sekalian manusia" sebagaimana tertera pada
surat Al-Hujurat ayat 13 :"Wahai sekalian manusia,
Kami ciptakan kalian dari seorang lelaki dan seorang
wanita ......."
Surat Al-Falaq dan surat Al-Naas mengungkapkan 5 kejahatan atau
penyakit manusia dalam dimensi individual maupun kolektif .

Kejahatan Pertama
Kejahatan yang diungkapkan di dalam Surat Al-Naas adalah syirik.
Kata "waswasah" bermakna : suara desiran / gemerisik yang tak
terdengar.
Sedang "khannas" bermakna sesuatu yang kadang-kadang datang lalu
segera pergi lagi, dan merujuk kepada "syaithan" yang terjauh /
dijauhkan dari rahmat Allah SWT.
Makna ini sejalan dengan hadits shahih Bukhari dari Ibnu Abbas
:"Sesungguhnya syaithan itu bercokol di qalbu anak Adam. Apabila
dia berzikir, syaithan akan mundur dan menjauh, sedang bila dia
lalai (tidak berzikir), syaithan akan kembali muncul (merayu)".
Bisik rayuan ini pada level individu manusia yang ditakdirkan ragu-ragu
dan lemah pendirian (Q.S. 4 ayat 28).
Syaithan -- dalam bentuk jinn maupun manusia (ayat 6 QS 114) --
memang mampu masuk ke dalam " shadr " (pusat kesadaran)
manusia.
Keraguan waswas pada level individu ini, lama kelamaan potensial
menjadi syirik secara kolektif.
Bisikan syaithan ke dalam "shadr" manusia ini, hanya dapat dilawan
secara efektif oleh pemahaman & keyakinan "syahadatain" (2 kalimat
syahadat), terutama kalimat syahadat yang pertama (Kalimat Tauhid).
Pada titik ini, Al-Muawwidzatain bersinggungan dengan surat Al-Ikhlaas
yang memuat konsep Al-Shamad, yaitu Allah sebagai tempat
bergantung.(Juga ditegaskan oleh QS 3 ayat 139).
Selanjutnya, dalam surat Al-Falaq, disebutkan 4 kejahatan lain, yang
secara sistemik harus dilawan satu demi satu, dengan shalat, zakat,
shaum, dan haji .
Kejahatan Kedua
Pada tingkat individu, ada penyakit "gelisah" .
Gelisah, di dalam surat 70 ayat 19, disebut sebagai salah satu sifat bawaan
manusia. Kegelisahan ini terkait dengan keberadaan semua makhluq hidup
secara kolektif, yang dapat menjadi sumber kejahatan.
Ungkapan "min syarri maa khalaq" (dari kejahatan semua makhluq ciptaan-
Nya) bermakna bahwa bukan hanya syaithan dan manusia, namun segala
sesuatu (di luar syaithan dan manusia) bisa menjadi sumber kejahatan.
Kita dianjurkan untuk berlindung dari semua potensi kejahatan tersebut
lewat ibadah shalat.(Ditegaskan oleh QS 20 ayat 14 serta QS 13 ayat 28).
Kejahatan Ketiga
Kita juga acap "mementingkan diri sendiri" (egosentris), kikir
terhadap sesama. ( QS 70 ayat 21 ).
Sikap kikir ini, dalam relasi dengan sesama manusia (dalam sebuah
komunitas), akan berwujud menjadi "hasad" atau dengki.
Kejahatan kolektif ini direkam pada bagian akhir surat Al-Falaq :
"wa min syarri haasidin idzaa hasad" (dari kejahatan pendengki
apabila dia dengki".
Untuk meredamnya, kita diperintahkan untuk membayar zakat.
(QS 2 ayat 267 - 268).
Kejahatan Keempat
Penyakit individual lainnya adalah "tidak sabar" atau "tergesa-gesa", yang
diungkapkan dalam surat 17 ayat 11.
Pada level kolektif, ketidaksabaran tersebut membuat manusia melakukan
aneka tindak kejahatan, terlebih pada waktu malam hari (dalam artian
denotatif), atau secara sembunyi-sembunyi (dalam artian konotatif).
Ayat ke 3 surat Al-Falaq, "wa min syarri ghaasiqin idzaa waqab" (dari
kejahatan malam apabila telah gelap gulita), secara harfiah menunjukkan
bahwa kejahatan memang marak terjadi pada malam hari.
Kegelapan (zhulumaat), secara metafora, memang merupakan simbol
kejahatan.
Untuk menangkal ketidaksabaran dan aneka kejahatan
"malam" tersebut, kita dilatih dengan ibadah shaum.
Sebagai latihan kesabaran pada siang hari, shaum --
terlebih shaum wajib Ramadhan -- merupakan
latihan efektif menuju kesabaran dan pengendalian
diri , sehingga kita akan mampu menjauhkan diri dari
kejahatan "kegelapan malam hari".
Kejahatan Kelima
Penyakit individual terakhir adalah "keluh kesah“, yang merupakan
sifat bawaan manusia. (QS 70 ayat 20).
Keluh kesah, dalam wujud kolektif adalah "provokasi". Provokasi, di
dalam surat Al-Falaq digambarkan sebagai "kejahatan si peniup",
yang sering digambarkan sebagai "nenek sihir" yang meniup-niup
“buhul-buhul tali sihir".
Secara metaforik, "provokasi" ini bisa bersifat global serta berwujud
konspirasi-konspirasi kejahatan kemanusiaan. Di dalam politik, bisa
berupa oligarki oleh segelintir kelompok kepentingan.
Pada dasarnya, ini hanya bisa diatasi secara global. Pada titik inilah relevansi ibadah
haji, yang merupakan puncak universalitas sekaligus simbol muktamar kaum
muslimin secara mondial.
Sebagai sebuah "kongres global" atau "muktamar internasional", haji seharusnya
menjadi momentum untuk menjernihkan serta menanggulangi aneka provokasi &
konspirasi kejahatan di permukaan bumi.
Sayangnya saat ini, dalam dimensi politik global kaum muslimin, urgensi sosial
politik ibadah haji ini justru acapkali terpinggirkan oleh "silent convention
message" (ijma' sukuti), bahwasannya : Haji ini semata-mata ibadah murni, jadi
jangan membawa-bawa kepentingan politik .
Na'udzu bi-Llahi min dzalika.
Jadilah ibadah haji hanya memberikan dampak individual terhadap sang Haji /
Hajjah.
Tabel : Lima Perlindungan dari Lima Kejahatan Individu dan Kolektif

RUKUN ISLAM INDIVIDU KOLEKTIF


1. Syahadatan (3: 139) Lemah Pendirian (4: 28) Kejahatan Bisikan was-was &
Syirik
(114: 4-5)
2. Shalat (13: 28) Gelisah (70: 19) Kejahatan segala sesuatu
Yang Diciptakan Nya (113: 2)
3. Zakat (2: 267 – 268) Kikir (70: 21) Kejahatan Dengki/ Hasad
(113: 5)
4. Shaum (2: 187) Terburu Nafsu/ Kejahatan Malam Hari
Tergesa-gesa(17: 11) (113: 3)
5. Hajji (2: 196 – 207) Keluh-kesah (70: 20) Provokasi Kejahatan Si Peniup
Sihir/ Provokator. (113: 4)
DAFTAR PUSTAKA :

1. Tim Tafsir Salman : TAFSIR SALMAN , Tafsir Ilmiah Atas Juz 'Amma , Penerbit Mizan , Bandung ,
2014.
2. Panitia Penyusun Tafsir Juz 'Amma , Unisba : TAFSIR Juz 'Amma , Penerbit Unisba , Bandung , 2008.
3. M. Quraish Shihab : TAFSIR Al-Qur'an Al-Karim , Tafsir atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan
Turunnya Wahyu , Pustaka Hidayah , Bandung , 1997.
4. Taufiq Pasiak : TUHAN dalam OTAK MANUSIA , Penerbit Mizan , Bandung , 2012.
5. Taufiq Pasiak : REVOLUSI IQ / EQ / SQ , Antara Neurosains dan Al-Quran , Penerbit Mizan ,
Bandung , 2002.
6. Tauhid Nur Azhar , dkk. : MISTERI LASKAR IMUN , Penerbit Tinta Medina , Solo, 2011.
7. Tauhid Nur Azhar : MISTERI DNA , Anak Saleh - Anak Cerdas , Penerbit Tinta Medina , Solo , 2011.
8. Ade Hasman : KARENA KITA BEGITU BERHARGA , Penerbit Republika , Jakarta , 2012.
9. Ade Hasman : KITAB AKHIR HAYAT , Penerbit Republika , Jakarta , 2016.
10. Anwar Sutoyo : MANUSIA dalam Perspektif AL-QUR'AN , Pustaka Pelajar , Yogyakarta , 2015.
11. Armahedi M. , Yustiono , Samsoe Basaroedin , Khoiril Arief : MISYKAT , Prosiding Lembaga
Pengkajian Islam Salman , YPM Salman ITB , Bandung , 2002.

Anda mungkin juga menyukai