Tafsir Ilmiah Al-Tiin, Al-Falaq Dan Al-Naas - Revisi
Tafsir Ilmiah Al-Tiin, Al-Falaq Dan Al-Naas - Revisi
Hakikat Manusia :
Kemuliaan dan 5 Perlindungan dari Kehinaan
Tafsir Salman: Tafsir Ilmiah Al-Tiin , Al-Falaq dan Al-Naas
SAMSOE BASAROEDIN
Editor & Kontributor Tafsir Salman, DPS Rumah Amal & Badan Wakaf Salman
WaSekUm AMKI 2017 – 2023, Dewan Pakar MES Jabar
• * Surat 95 Al-Tiin : ayat 1 - 8.
Kejahatan Pertama
Kejahatan yang diungkapkan di dalam Surat Al-Naas adalah syirik.
Kata "waswasah" bermakna : suara desiran / gemerisik yang tak
terdengar.
Sedang "khannas" bermakna sesuatu yang kadang-kadang datang lalu
segera pergi lagi, dan merujuk kepada "syaithan" yang terjauh /
dijauhkan dari rahmat Allah SWT.
Makna ini sejalan dengan hadits shahih Bukhari dari Ibnu Abbas
:"Sesungguhnya syaithan itu bercokol di qalbu anak Adam. Apabila
dia berzikir, syaithan akan mundur dan menjauh, sedang bila dia
lalai (tidak berzikir), syaithan akan kembali muncul (merayu)".
Bisik rayuan ini pada level individu manusia yang ditakdirkan ragu-ragu
dan lemah pendirian (Q.S. 4 ayat 28).
Syaithan -- dalam bentuk jinn maupun manusia (ayat 6 QS 114) --
memang mampu masuk ke dalam " shadr " (pusat kesadaran)
manusia.
Keraguan waswas pada level individu ini, lama kelamaan potensial
menjadi syirik secara kolektif.
Bisikan syaithan ke dalam "shadr" manusia ini, hanya dapat dilawan
secara efektif oleh pemahaman & keyakinan "syahadatain" (2 kalimat
syahadat), terutama kalimat syahadat yang pertama (Kalimat Tauhid).
Pada titik ini, Al-Muawwidzatain bersinggungan dengan surat Al-Ikhlaas
yang memuat konsep Al-Shamad, yaitu Allah sebagai tempat
bergantung.(Juga ditegaskan oleh QS 3 ayat 139).
Selanjutnya, dalam surat Al-Falaq, disebutkan 4 kejahatan lain, yang
secara sistemik harus dilawan satu demi satu, dengan shalat, zakat,
shaum, dan haji .
Kejahatan Kedua
Pada tingkat individu, ada penyakit "gelisah" .
Gelisah, di dalam surat 70 ayat 19, disebut sebagai salah satu sifat bawaan
manusia. Kegelisahan ini terkait dengan keberadaan semua makhluq hidup
secara kolektif, yang dapat menjadi sumber kejahatan.
Ungkapan "min syarri maa khalaq" (dari kejahatan semua makhluq ciptaan-
Nya) bermakna bahwa bukan hanya syaithan dan manusia, namun segala
sesuatu (di luar syaithan dan manusia) bisa menjadi sumber kejahatan.
Kita dianjurkan untuk berlindung dari semua potensi kejahatan tersebut
lewat ibadah shalat.(Ditegaskan oleh QS 20 ayat 14 serta QS 13 ayat 28).
Kejahatan Ketiga
Kita juga acap "mementingkan diri sendiri" (egosentris), kikir
terhadap sesama. ( QS 70 ayat 21 ).
Sikap kikir ini, dalam relasi dengan sesama manusia (dalam sebuah
komunitas), akan berwujud menjadi "hasad" atau dengki.
Kejahatan kolektif ini direkam pada bagian akhir surat Al-Falaq :
"wa min syarri haasidin idzaa hasad" (dari kejahatan pendengki
apabila dia dengki".
Untuk meredamnya, kita diperintahkan untuk membayar zakat.
(QS 2 ayat 267 - 268).
Kejahatan Keempat
Penyakit individual lainnya adalah "tidak sabar" atau "tergesa-gesa", yang
diungkapkan dalam surat 17 ayat 11.
Pada level kolektif, ketidaksabaran tersebut membuat manusia melakukan
aneka tindak kejahatan, terlebih pada waktu malam hari (dalam artian
denotatif), atau secara sembunyi-sembunyi (dalam artian konotatif).
Ayat ke 3 surat Al-Falaq, "wa min syarri ghaasiqin idzaa waqab" (dari
kejahatan malam apabila telah gelap gulita), secara harfiah menunjukkan
bahwa kejahatan memang marak terjadi pada malam hari.
Kegelapan (zhulumaat), secara metafora, memang merupakan simbol
kejahatan.
Untuk menangkal ketidaksabaran dan aneka kejahatan
"malam" tersebut, kita dilatih dengan ibadah shaum.
Sebagai latihan kesabaran pada siang hari, shaum --
terlebih shaum wajib Ramadhan -- merupakan
latihan efektif menuju kesabaran dan pengendalian
diri , sehingga kita akan mampu menjauhkan diri dari
kejahatan "kegelapan malam hari".
Kejahatan Kelima
Penyakit individual terakhir adalah "keluh kesah“, yang merupakan
sifat bawaan manusia. (QS 70 ayat 20).
Keluh kesah, dalam wujud kolektif adalah "provokasi". Provokasi, di
dalam surat Al-Falaq digambarkan sebagai "kejahatan si peniup",
yang sering digambarkan sebagai "nenek sihir" yang meniup-niup
“buhul-buhul tali sihir".
Secara metaforik, "provokasi" ini bisa bersifat global serta berwujud
konspirasi-konspirasi kejahatan kemanusiaan. Di dalam politik, bisa
berupa oligarki oleh segelintir kelompok kepentingan.
Pada dasarnya, ini hanya bisa diatasi secara global. Pada titik inilah relevansi ibadah
haji, yang merupakan puncak universalitas sekaligus simbol muktamar kaum
muslimin secara mondial.
Sebagai sebuah "kongres global" atau "muktamar internasional", haji seharusnya
menjadi momentum untuk menjernihkan serta menanggulangi aneka provokasi &
konspirasi kejahatan di permukaan bumi.
Sayangnya saat ini, dalam dimensi politik global kaum muslimin, urgensi sosial
politik ibadah haji ini justru acapkali terpinggirkan oleh "silent convention
message" (ijma' sukuti), bahwasannya : Haji ini semata-mata ibadah murni, jadi
jangan membawa-bawa kepentingan politik .
Na'udzu bi-Llahi min dzalika.
Jadilah ibadah haji hanya memberikan dampak individual terhadap sang Haji /
Hajjah.
Tabel : Lima Perlindungan dari Lima Kejahatan Individu dan Kolektif
1. Tim Tafsir Salman : TAFSIR SALMAN , Tafsir Ilmiah Atas Juz 'Amma , Penerbit Mizan , Bandung ,
2014.
2. Panitia Penyusun Tafsir Juz 'Amma , Unisba : TAFSIR Juz 'Amma , Penerbit Unisba , Bandung , 2008.
3. M. Quraish Shihab : TAFSIR Al-Qur'an Al-Karim , Tafsir atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan
Turunnya Wahyu , Pustaka Hidayah , Bandung , 1997.
4. Taufiq Pasiak : TUHAN dalam OTAK MANUSIA , Penerbit Mizan , Bandung , 2012.
5. Taufiq Pasiak : REVOLUSI IQ / EQ / SQ , Antara Neurosains dan Al-Quran , Penerbit Mizan ,
Bandung , 2002.
6. Tauhid Nur Azhar , dkk. : MISTERI LASKAR IMUN , Penerbit Tinta Medina , Solo, 2011.
7. Tauhid Nur Azhar : MISTERI DNA , Anak Saleh - Anak Cerdas , Penerbit Tinta Medina , Solo , 2011.
8. Ade Hasman : KARENA KITA BEGITU BERHARGA , Penerbit Republika , Jakarta , 2012.
9. Ade Hasman : KITAB AKHIR HAYAT , Penerbit Republika , Jakarta , 2016.
10. Anwar Sutoyo : MANUSIA dalam Perspektif AL-QUR'AN , Pustaka Pelajar , Yogyakarta , 2015.
11. Armahedi M. , Yustiono , Samsoe Basaroedin , Khoiril Arief : MISYKAT , Prosiding Lembaga
Pengkajian Islam Salman , YPM Salman ITB , Bandung , 2002.