Anda di halaman 1dari 22

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis


2.1.1 Teori Permintaan
Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang
pada berbagai tingkat harga selama periode tertentu. Teori permintaan
menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga.
Dalam menganalisa permintaan perlu dibedakan antara permintaan dan
jumlah barang yang diminta. Permintaan menggambarkan keadaan
keseluruhan hubungan antara harga dan jumlah permintaan. Sedangkan
jumlah barang yang diminta merupakan banyaknya permintaan pada
tingkat harga tertentu. Hubungan antara jumlah permintaan dan harga ini
menimbulkan adanyanya hukum permintaan. Hukum permintaan pada
hakekatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan bahwa semakin
rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan atas barang
tersebut, begitupun sebaliknya. Berdasarkan ciri hubungan antara
permintaan dan harga dapat dilihat pada Gambar 2.1.

P0

P1
D

Q0 Q1 Q
Gambar 2.1 Kurva Permintaan
Untuk barang normal, pada harga yang sama bertambahnya
pendapatan konsumen dan meratanya pendapatan bisa menyebabkan
meningkatnya permintaan. Dengan demikian, kurva permintaan barang
yang arahnya negatif ini akan bergeser ke kanan, dengan syarat ceteris
paribus. Sebaliknya untuk barang inferior, bertambahnya pendapatan
justru mengakibatkan berkurangnya permintaan. Ini berarti dengan

9 Universitas Indonesia

Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.


10

naiknya pendapatan, kuva permintaan akan bergeser ke kiri, ceteris


paribus. Untuk barang netral, bertambah atau berkurangnya pendapatan
tidak akan mempengaruhi fungsi permintaan. Barang-barang normal,
seperti kacang kedelai, pakaian, dan sebagainya, selalu mengikuti hukum
permintaan yang menyatakan bahwa makin tinggi harga, makin berkurang
permintaan, atau sebaliknya. Sedangkan pada barang netral, seperti garam,
tinggi rendahnya harga tidak akan (sedikit sekali) mempengaruhi fluktuasi.
Sebab, walaupun harga garam turun, orang tidak akan menambah
konsumsi garam. Begitu juga sebaliknya bila harga garam naik, konsumen
tidak bisa mengurangi kebutuhannya akan garam, kecuali bagi konsumen
yang mengalami penyakit tertentu. (Daniel, M., 2001)

Menurut Sukirno (1994) ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi


permintaan, yaitu :
a. Pendapatan konsumen
Perubahan dalam pendapatan selalu menimbulkan perubahan
atas permintaan berbagai jenis barang. Berdasarkan sifat perubahan
permintaan yang akan berlaku apabila pendapatan berubah, berbagai
jenis barang dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

i. Barang normal, yaitu barang yang mengalami kenaikan dalam


permintaan sebagai akibat dai kenaikan pendapatan. Kebanyakan
barang yang ada dalam masyarakat termasuk dalam holongan ini.
Ada dua faktor yang menyebabkan barang-barang seperti itu,
permintaannya akan mengalami kenaikan jika pendapatan konsumen
bertambah, yaitu : pertambahan pendapatan menambah kemampuan
untuk membeli lebih banyak barang-barang, dan konsumen dapat
menukar konsumsinya dari barang yang kurang baik mutunya ke
barang-barang yang lebih baik.

ii. Barang inferior, yaitu barang yang banyak diminta oleh masyarakat
yang berpendapatan rendah. Jika pendapatan bertambah, maka
permintaan barang-barang inferior berkurang. Konsumen yang
mengalami kenaikan pendapatan akan mengurangi pengeluarannya

Universitas Indonesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.
11

untuk barang-barang inferior dan menggantinya dengan barang-


barang yang lebih baik mutunya.

b. Jumlah penduduk

Pertambahan jumlah penduduk tidak dengan sendirinya


menyebabkan bertambahnya permintaan. Akan tetapi biasanya
pertambahan penduduk akan diikuti oleh perkembangan dalam
kesempatan kerja. Dengan demikian akan lebih banyak orang yang
menerima pendapatan, sehingga menambah daya beli masyarakat.
Penambahan ini akan menambah jumlah permintaan.

c. Harga barang yang lain

Berkaitan diantara sesuatu barang dengan berbagai jenis barang


lainnya dapat dibedakan menjadi tiga golongan barang, yaitu :

i. Barang substitusi (pengganti), yaitu barang yang menggantikan


barang lainnya, jika barang tersebut dapat menggantikan fungsinya.
Harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang
yang dapat digantikannya. Sekiranya harga barang pengganti
bertambah murah, maka barang yang digantikannya akan mengalami
pengurangan dalam permintaan.

ii. Barang komplementer (pelengkap), yaitu barang yang dikonsumsi


bersama-sama atau berpasangan. Kenaikan atau penurunan
permintaan barang pelengkap selalu sejalan dengan perubahan
permintaan barang yang dilengkapinya. Jika permintaan barang yang
dilengkapi naik, maka permintaan barang pelengkap juga naik.

iii. Barang netral (barang yang tidak berkaitan), yaitu barang yang tidak
memiliki kaitan yang rapat. Perubahan permintaan salah satu barang
tidak akan mempengaruhi permintaan barang lainnya.

d. Selera konsumen

Semakin tinggi selera konsumen terhadap suatu barang, semakin


banyak barang yang diminta. Selera konsumen dapat dinyatakan dalam
indeks preferensi konsumen. Indeks ini dapat diperbaharui setiap saat

Universitas Indonesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.
12

dengan dasar survei mengenai tingkah laku konsumen terhadap barang


yang bersangkutan.

e. Ramalan mengenai masa datang

Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan di


masa yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan
konsumen bahwa harga-harga akan menjadi bertambah tinggi di msa
datang akan mendorong untuk lebih banyak membeli di masa sekarang.
Hal ini dimaksudkan untuk menghemat di masa mendatang.

Salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya permintaan


atas hasil produksi pertanian yaitu bertambahnya jumlah penduduk dan
perubahan perilaku konsumen. Disamping itu adanya kenaikan jumlah
pendapatan mengakibatkan konsumen cenderung untuk meningkatkan pola
konsumsinya. Faktor lain yang menentukan bertambahnya jumlah
permintaan adalah harga dari komoditas pertanian tersebut serta harga
barang substitusi dan harga barang komplementer.

2.1.2 Elastisitas

Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah


unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang
mempengaruhinya (ceteris paribus). Ada tiga faktor terpenting yang
mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang, yaitu harga barang itu
sendiri, harga barang lain dan pendapatan. Elastisitas yang dikaitkan
dengan harga barang itu sendiri disebut elastisitas harga. Sedangkan
elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang lain disebut elastisitas
silang, dan bila dikaitkan dengan pendapatan disebut elastisitas
pendapatan. Biasanya komoditas pertanian termasuk barang yang inelastis.
Semakin mudah faktor produksi disubstitusi oleh faktor produksi yang lain
sebagai reaksi perubahan harga faktor produksi tersebut maka makin besar
elastisitas faktor produksi tersebut.

Menurut Daniel, Moehar (2001), Elastisitas harga adalah besaran


perubahan jumlah barang yang diminta konsumen sebagai akibat

Universitas Indonesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.
13

perrubahan harrga. Konsepp ini menyaatakan perbbandingan aantara perseentase


perrubahan juumlah baranng yang diminta
d denngan persenntase perub
bahan
harrga.

Ed =

Elastissitas meruppakan rasio atau perbaandingan ddari dua uk


kuran.
Oleh karena itu, besaraa elastisitass tergantungg pada bessaran perseentase
perrubahan, baaik perubahaan barang yang
y dimintta maupun pperubahan harga.
h
Elaastisitas dinnyatakan dengan
d angk
ka dengan kisaran m
masksimum lebih
bessar dari 1 dan miniimum tidak
k terhingga. Berikut kisaran besara
b
elaastisitas perm
mintaan terhhadap hargaa barang.

a. Bila elastissitas perminntaan (Ed) lebih besarr dari angkka satu, Ed > 1),
dikatakan elastis maka
m setiap
p perubahhan harga mengakib
batkan
perubahan lebih besar dari jumlah
h yang dimiinta.

b. Bila Ed < 1, dikattakan inelaastis makaa setiap perubahan harga


h
mengakibaatkan perubaahan lebih kecil
k dalam jumlah yanng diminta.

c. Bila Ed = 1, dikatakann unitary elasticity


e maaka setiap pperubahan harga
h
mengakibaatkan perubaahan proporrsional dalam
m jumlah yyang dimintaa.

d. Bila Ed = 0,
0 dikatakann elastisitas sama denggan nol makka berapun harga
h
barang menngakibatkann jumlah yaang diminta tidak akan tterpengaruh
h.

e. Bila Ed = ~,
~ dikatakann elastisitas tidak terhinngga maka pperubahan harga
h
barang hannya mempuunyai dua akibat,
a yaituu jumlah yyang dimintta tak
terhingga atau sama dengan no
ol, dimana kurvanya berbentuk garis
horizontal.

Dengaan memperhhatikan bessaran elastiisitas, para perencanaa atau


penngambil keebijakan (m
maanjer peru
usahaan/pettani produssen dan lain
nnya)
dappat dengan mudah meerencanakan
n besarnya permintaann terhadap suatu
kom
moditas billa terjadi perubahan pada
p harga komoditas tersebut. Dalam
D
meenulis angkaa elastisitass ini sering kita melihaat tanda neggatif dimuk
kanya.

Unive
ersitas Indo
onesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.
14

Inii menunjukkkan bahwa apabila harrga naik diikkuti oleh peenurunan ju


umlah
yanng diminta, dan sebalikknya apabilla haraga tuurun diikuti kenaikan ju
umlah
yanng diminta.

Penguukuran angkka elastisitaas dapat diilakukan deengan dua cara,


yaiitu :

a. Elastisitas pada
p satu tiitik di dalam
m kurva perm
mintaan (pooint elasticity).

b. Elastistas di
d antara duaa titik pada kurva (arc elasticity)

Dalam
m praktek baanyak orang
g menghitunng elastisitass ini dengan
n cara
yanng kedua yang
y disebuutkan di atass, yaitu arcc elasticity/eelastisitas busur,
b
denngan mengggunakan rum
mus sebagai berikut :

∂Q ΣP/n
Ed p = x
∂P ΣQ/n
atau
∂Q (P1 + P2 ) / 2
Ed p = x
∂P (Q1 + Q 2 ) / 2

Elastissitas silang terhadap peermintaan adalah


a perubbahan hargaa satu
barrang tidak hanya
h berppengaruh terrhadap jum
mlah permintaan atas barang
ituu, tetapi jugga berpenggaruh pada jumlah peermintaan tterhadap barang
lainnnya. Conttoh di Jaw
wa Timur, beras dan jagung m
merupakan bahan
b
maakanan pokkok, bila teerjadi perub
bahan hargaa pada beraas maka ju
umlah
perrmintaan teerhadap beeras akan berubah, disamping
d itu terjadi pula
perrubahan peermintaan terhadap
t jaagung. Pernnyataan ini dapt ditulliskan
sebbagai berikuut :

Es=

Dengaan pengertiian bahwa perubahann jumlah bbarang X yang


dim
minta tersebbut adalah semata-maata diakibattkan oleh pperubahan harga
barrang Y. Daalam arti ekonomi,
e seelain besaraan angka eelastisitas siilang,
yanng lebih pennting lagi adalah
a tandaanya. Tandaa yang posittif berarti barang
X dan Y merrupakan baarang substiitusi, sedanngkan bila ttandanya neegatif

Unive
ersitas Indo
onesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.
15

maaka barang X dan Y adalah


a baran
ng komplem
menter. Maakin besar angka
a
elaastisitas ituu makin dekat hub
bungan anttara keduaa barang yang
berrsangkutan.

Elastissitas pendappatan atas permintaann adalah peerubahan ju


umlah
yanng dimintaa sebagai akibat perrubahan peendapatan dari konsu
umen.
Perrnyataan inii dapat dituliskan sebag
gai berikut :

Es =

Dengaan pengertian bahwa pendapatann merupakkan satu-sattunya


fakktor pengubbah, semenntar faktor-ffaktor lainnnya terutam
ma harga barang
yanng bersangkkutan tetap. Pada elasttisitas hargaa atas perm
mintaan tand
danya
ham n pada ellastisitas ppendapatan atas
mpir selaluu negatif, sedangkan
perrmintaan taandanya ham
mpir selalu positif. Konnsumen yanng menjadi lebih
kayya karena naik
n pendapaatannya, daaya belinya akan meninngkat dan iaa akan
meembeli baraang-barang konsumsi lebih banyyak menuruut kebutuhaannya,
palling tidak akkan terjadi peningkatan
p n kualitas.

2.2 Kebijaakan Pemeerintah terh


hadap Kom
moditi Kedeelai di Indoonesia

Melihat kebelakang
k sejarah keb
bijakan keddelai yang ppernah terjaadi di
Indonnesia, sebennarnya berrbagai keb
bijakan tenntang perkeedelaian pernah
dilakuukan oleh pemerintahh. Segala macam
m kebbijakan terrsebut dilak
kukan
dalam
m upaya meeningkatkann kualitas perkedelaian
p n di Indoneesia, yaitu untuk
u
peninngkatan prooduksi, perbbaikan tatan
niaga, perbbaikan hargga produsen
n dan
yang pasti
p menguurangi jumlah impor.

2.2.1 Haarga Dasarr Kedelai

Kebijaakan penetaapan harga dasar kedeelai dilakukkan selama lima


Pellita dan diilakukan peenyesuaian-penyesuaiann, yaitu paada tahun 1969,
1973, 1974, 1978,
1 19799, 1983, 1984, 1988 dan
d 1990. P
Pada tahun 1988
harrga dasar kedelai
k Rp 733/kg menjadi
m Rp 889/kg paada tahun 1990.
Keebijakan harrga dasar dimulai
d sejaak tahun 19979/80 sam
mpai akhir tahun
t
1991 dan setiaap tahun dittetapkan meelalui Inprees pada tangggal 1 Nopeember

Unive
ersitas Indo
onesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.
16

kecuali untuk tahun 1991 yang ditetapkan sebulan lebih awal. Seperti
terlihat pada Tabel 2.1 harga dasar kedelai dimulai pada tingkat Rp 210
per kg dan berakhir pada tingkat Rp 500 per kg selama kurun waktu 12
tahun tersebut. Kebijakan harga dasar telah dihentikan pemerintah sejak
tahun 1991 sampai sekarang.

Tabel 2.1 Kebijakan Harga Dasar Kedelai

Harga dasar kedelai (HDK)


Tahun Tanggal Berlaku
(Rp/kg)
1979/80 210 1/11/1979
1980/81 240 1/11/1980
1981/82 270 1/11/1981
1982/83 280 1/11/1982
1983/84 280 1/11/1983
1884/85 300 1/11/1984
1986 300 1/11/1986
1987 300 1/11/1987
1988 325 1/11/1988
1989 370 1/11/1989
1990 400 1/11/1990
1991 500 3/10/1991
Sumber : Departemen Pertanian

2.2.2 Bea Masuk Impor

Kebijaksanaan pengenaan bea masuk kedelai impor perlu


diterapkan agar dapat memberikan tingkat proteksi yang diperlukan untuk
melindungi produsen kedelai di dalam negeri. Dengan tingkat bea masuk
tertentu akan dapat dibentuk tingkat harga yang tidak akan menyaingi
harga kedelai lokal. Strategi ini sejalan dengan era tarifikasi yang
dikehendaki dalam globalisasi perdagangan untuk menggantikan segala
bentuk kebijaksanaan pengaturan tata niaga untuk melindungi produsen
dalam negeri. Pemerintah menunjuk Bulog untuk melaksanakan
kebijaksanaan tersebut dengan dukungan penuh.

Tarif bea masuk impor kedelai yang berlaku pada tahun 1983-1993
adalah sebesar sepuluh persen, kemudian pada tahun 1994-1996 tarif

Universitas Indonesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.
17

diturunkan menjadi lima persen, dimana Indonesia telah meratifikasi


kesepakatan World Trade Organization melalui UU No.7/1994.
Konsekuensinya adalah Indonesia dituntut untuk segera melakukan
penyesuaian kebijaksanaan pertanian dan kebijaksanaan perdagangannya.
Bentuk penyesuian tersebut antara lain adalah penurunan tarif impor
produk pertanian dan pengurangan subsidi input pertanian.

Terhitung 29 September 1998, tarif bea masuk kedelai impor yang


semula lima persen dihilangkan menjadi nol persen. Kebijakan tersebut
justru memperburuk kondisi petani kedelai dalam negeri. Berdasarkan
teori perdagangan Salvatore, kebijakan tersebut akan menyebabkan
turunnya harga kedelai pada tingkat petani. Sebaliknya, kebijakan tersebut
menguntungkan industri pengolahan kedelai, karena dapat menikmati
murahnya harga kedelai impor dengan kualitas dan pasokan yang lebih
menjamin kontinuitas produknya.

Berdasar Keputusan Menteri Keuangan Nomor 557/KMK.01/2003,


pada tahun 2003 tarif bea masuk impor kedelai menjadi 15 persen dan
diperbaharui lagi menjadi 10 persen pada tahun 2006 serta yang terakhir
yaitu tahun 2008 tarif bea masuk impor kedelai diubah menjadi nol persen
kembali, yang untuk kali ini bukan hanya melalui satu keputusan menteri
saja melainkan juga dengan dikeluarkannya Keppres. Hal tersebut
dilakukan karena terjadi sangat tingginya perubahan harga kedelai di
dalam negeri yang mencapai lebih dari 100 persen. Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 557 tersebut dilakukan untuk mengantisipasi
kekurangan stok kedelai di dalam negeri, peningkatan konsumsi dan
semakin tingginya harga dalam negeri.

2.2.3 Tata Niaga

Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan tataniaga kedelai


adalah Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 406/MPP/Kep/11/1997, yang berlaku mulai 1 Januari
1998. Kebijakan tersebut menerangkan bahwa impor kedelai yang semula
hanya dilakukan oleh Bulog diubah menjadi boleh dilakukan oleh importir

Universitas Indonesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.
18

umum. Kebijakan tersebut memberikan dampak memacu peningkatan


impor kedelai dari Amerika Serikat, China, Argentina dan Brazil dalam
jumlah besar. Sehingga hal tersebut akan memperngaruhi pasokan kedelai
di dalam negeri dan kestabilan harga domestik. Dampak yang lebih buruk
adalah akan mempengaruhi motivasi petani produsen secara negatif untuk
menanam kedelai. Pada akhirnya dampak kebijakan tersebut menurunkan
produksi kedelai nasional.

Berdasarkan penelitian Hadipurnomo (2000), dijelaskan bahwa


sebelum era perdagangan bebas, Bulog masih memonopoli kedelai impor.
Bulog menyalurkan kedelai impor ke KOPTI (Koperasi Tahu dan Tempe
Indonesia), KPKD (Kelompok Pedagang Kacang Kedelai) dan industri
pengolah pangan. Kopti belum dapat memenuhi kebutuhan industri tahu
dan tempe. Sebelum tahun 1997, pemerintah masih memberlakukan impor
terbatas (kuota), sehingga tidak semua industri dapat menggunakan kedelai
impor. Hal ini dilakukan agar produksi kedelai lokal dapat terlindungi,
mengingat harga kedelai lokal lebih mahal daripada kedelai impor. Dalam
hal ini Bulog menjual kedelai impor dengan harga lebih tertentu kepada
industri tahu dan tempe sehingga selisih harga kedelai lokal tidak terlalu
besar dengan kedelai impor. Harga impor yang ditetapkan telah
dipertimbangkan dari segi daya beli industri sehingga petani kedelai dapat
berproduksi. KOPTI dan KPKD yang mendapat jatah kedelai dari
pemerintah dapat beroperasi dengan baik karena mampu bersaing harga
dengan pedagang besar.

2.3 Perkembangan Komoditi Kedelai di Indonesia


2.3.1 Produksi

Dalam perekonomian nasional, peranan kedelai sangat penting,


tidak hanya sebagai bahan baku industri pakan ternak berupa bungkil
kedelai tetapi juga sebagai sumber protein nabati bagi masyarakat terutama
dalam bentuk produk olahan seperti tahu, tempe dan kecap. Kedelai telah
lama dikenal di Indonesia, diperkirakan dibawa oleh pedagang Cina.
Mengingat peranannya yang sangat penting dan permintaan terus

Universitas Indonesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.
19

ntahan Ordee Lama mauupun Orde Baru,


meeningkat, baaik pada maasa pemerin
telah mengupaayakan untuuk peningkaatan produkksi kedelai tterutama melalui
perrluasan areaal dan terfokkus di Pulau
u Jawa.

Peluanng peningkkatan produ


uksi kedelaai di dalam
m negeri masih
m
terrbuka lebar,, baik melaalui peningk
katan produuktivitas maupun perlu
uasan
areeal tanam. Saat ini, rata-rata
r pro
oduktivitas nasional kkedelai baru
u 1,3
tonn/ha dengann kisaran 0,6-2,0 ton
n/ha di tingkat petani, sedangkaan di
tinngkat peneliitian telah mencapai
m 1,,7-3,2 ton/hha, bergantuung pada ko
ondisi
lahhan dan tekknologi yaang diterapk
kan. Angkka-angka inni menunju
ukkan
bahhwa produkksi kedelai di tingkat petani
p masih bisa ditinngkatkan melalui
inoovasi teknoologi. Perluuasan areal tanam keddelai dapat diarahkan pada
lahhan sawah, lahan
l keringg, dan lahan
n pasang surrut.

Gamb
bar 2.2 Data Produksii Kedelai
Sum
mber : Departtemen Pertaniaan, 2008

Produkksi kedelaii Indonesiaa tertinggi dicapai paada tahun 1992


sebbesar 1.8699.713 Ton dengan
d luass panen 1.6665.706 Haa, luas paneen ini
terrtinggi sepaanjang perioode 1978 – 2008. Seetelah tahunn 1992 pro
oduksi
keddelai cendeerung menuurun, hal in
ni disebabkaan semakinn sedikitnyaa luas
lahhan yang dittanami kedeelai. Pening
gkatan produuksi juga terrlihat pada tahun
2008 sebesar 775.710 Ton
T sebelum
mnya menuurun sebesaar 592.534 Ton.
Penngembangaan kedelai di
d Indonesiia selain diitentukan oleh keterseediaan
lahhan, juga diitentukan oleh
o faktor lingkungann dan kondiisi sosial petani.

Unive
ersitas Indo
onesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.
20

Walaupun dibeberapa daerah, tanaman kedelai sudah mulai berkembang,


tetapi sampai saat ini produksi kedelai masih terpusat di pulau Jawa. Hal
ini secara implisit mencerminkan adanya perbedaan sumberdaya antar
daerah yang mempengaruhi petani dalam memilih usahatani kedelai.

Perbandingan luas tanam dan produksi di Indonesia pada tahun


2004 seperlima puluh bagian dari luas tanam dan produksi di Amerika
Serikat. Demikian juga produktivitas kedelai Indonesia seperdua dari
Amerika Serikat. Namun masa panen kedelai di negara subtropis selama 6
bulan. Sedangkan di Indonesia masa panen kedelai hanya 3 bulan,
sehingga Indonesia memungkinkan untuk tanam kedelai 2 kali setahun.
Pengelolaan usahatani, panen dan pasca panen di Amerika sudah
dilakukan secara modern dengan menggunakan alat dan mesin pertanian
dikarenakan kepemilikan lahan milik petani cukup luas. Berbeda dengan
usahatani di Indonesia yang masih secara tradisional dan kepemilikan
lahannya sempit. Ukuran benih kedelai Amerika berbiji besar. Secara
nasional, kita memiliki benih berbiji besar seperti varietas Argomulyo dan
Burangrang (untuk kebutuhan benih 50 kg/ha) tidak jauh berbeda dengan
benih kedelai Amerika (59,7 kg/ha), namun varietas ini masih belum lama
dilepas dan perlu banyak dikembangkan, sehingga sebagian besar petani
masih menggunakan benih berbiji kecil (40 kg/ha).

Total produksi kedelai dunia selama kurun waktu tahun 2000-2007


masih didominasi oleh produksi dari negara Amerika Serikat dan Brazil
yang menguasai 60% pangsa produksi. Masing-masing negara tersebut
telah mencapai produksi 72 juta dan 28 juta ton per tahun (FAO, 2007).
Selama 10 tahun terakhir, diketahui bahwa perkembangan luas areal tanam
kedelai di Indonesia di Tingkat dunia masih berada di bawah Amerika
Serikat, Brazil, dan India. Sementara dari aspek produktivitas per
hektarnya, Indonesia dan India selalu berada pada posisi sekitar 1,0 ton/ha.
Angka ini jauh dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Brazil yang
produktivitas per hektarnya sudah melebihi 2,0 ton/ha. Hanya saja India
terus mengupayakan penambahan luas areal panennya hingga 21,8% per

Universitas Indonesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.
21

tahun, dari sekitar 1 juta hektar pada tahun 1991 menjadi 5 juta hektar
pada tahun 2000.

Dengan demikian, dalam kurun waktu lima tahun terakhir India


telah berkembang menjadi salah satu negara eksportir kedelai dunia.
Peningkatan luas areal panen tersebut berasal dari 60% di lahan bukaan
baru dan 40% mengganti tanaman lain. Hal ini merupakan pelajaran
pelajaran yang berharga bagi Indonesia bahwa pendekatan penambahan
luas areal panen tersebut sangat memungkinkan untuk dilaksanakan
terutama di daerah di luar Pulau Jawa melalui pengembangan areal tanam
baru, serta tumpangsari dengan ubi kayu atau tanaman tahunan muda
(kelapa sawit dan karet). (Adisarwanto, 2008)

2.3.2 Harga Kedelai Dalam Negeri

Harga kedelai pada tingkat produsen dan konsumen dipengaruhi


oleh banyak faktor, antara lain: harga faktor produksi, dan kebijaksanaan
pemerintah dalam pemasaran kedelai. Faktor yang menyebabkan harga
kedelai lokal dan harga kedelai impor tidak menunjukkan fluktuasi yang
berarti, adalah karena pengaruh dari mekanisme pengendalian harga yang
dilakukan pemerintah melalui Bulog, terutama terhadap kedelai impor.

Pemilihan kedelai impor oleh industri tempe karena butiran


kedelainya cukup besar, sehingga volume kedelai impor yang diperlukan
lebih sedikit dibandingkan dengan kedelai lokal untuk membuat tempe
dengan ukuran yang sama. Sedangkan industri tahu memerlukan pati,
kedelai lokal mengandung pati yang lebih banyak dibandingkan dengan
kedelai impor. Di samping itu, karena rasio harga grosir di daerah
produsen dan konsumen cukup tinggi (0,8-0,9), maka di dalam pemasaran
kedelai akan terjadi kerjasama grosir di daerah konsumen dengan grosir di
daerah produsen. Hal ini harus dilakukan karena selisih harga grosir pada
daerah produsen dan konsumen cukup kecil. (Amang, et.al, 1996)

Universitas Indonesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.
22

Gambarr 2.3 Harga


a kedelai daalam negerii
Sum
mber : Departtemen Pertaniaan, 2008

Kenaikkan harga pangan do


omestik beerasal dari kenaikan harga
h
panngan dunia. Kenaikan harga pang
gan dunia ittu merupakkan akibat excess
e
dem
mand duniaa terhadap pangan. Excess
E demand terjadii karena paangan
dibbutuhkan bukan
b hanyya untuk kebutuhan
k perut mannusia, tapi juga
dibbutuhkan seebagai sumbber energi substitusi
s baahan bakar minyak. Deengan
meemberikan insentif yang
y tinggii kepada para
p imporrtir, pemerrintah
berrlogika bahhwa kekuranngan supplyy domestik akan dicukkupi dari im
mpor.
Deengan demikkian, harga pangan domestik bisaa ditekan. P
Penghilangan bea
maasuk impor baru akan efektif menurunkan harga
h pangaan domestik
k jika
harrga internaasionalnya lebih
l murah dibandinng harga paangan dom
mestik.
Keetika harga pangan intternasional dalam keaddaan tinggii, karena ad
danya
exccess demannd seperti saat
s ini, maasuknya panngan imporr ke negaraa kita
tiddak akan meenurunkan harga
h secaraa berarti.

Di sam
mping itu, karena
k struk
ktur pasar pangan
p dom
mestik di tin
ngkat
konnsumen (m
masyarakat) cenderung bersifat oliigopoli, bahhkan kartel,, para
peddagang dann importir dapat deng
gan mudahh menentukkan harga pasar.
p
Sallah satu carra yang biaasa mereka lakukan addalah menim
mbun komo
oditas
im
mpor tersebuut. Mereka baru mau menyalurkkan ke pasaar setelah harga
h
dinnilai akan memberikan
m superprofitt bagi merekka.

Unive
ersitas Indo
onesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.
23

2.3.3 Haarga Kedelai Internassional

Meninngkatnya peermintaan kedelai


k olehh Cina menndorong naiknya
harrga kedelaai internasional, sem
mentara prooduksi keddelai Argeentina
berrkurang. Diisamping ittu, adanya spekulasi
s pemotongan suku bung
ga AS
dann spekulassi pelemahaan nilai tu
ukar dolar AS telah mengakib
batkan
perrmintaan terhadap
t koomoditas kedelai
k di pasar gloobal mengalami
kennaikan. Keddua hal terrsebut menjjadi pemicuu naiknya hharga kedelai di
passar internaasional, sepperti yang terlihat paada Gambaar 2.4. Seebagai
dam
mpaknya, terjadi
t pulaa kenaikan
n harga keddelai dalam
m negeri karena
k
Inddonesia massih mengalaami ketergan
ntungan terhhadap kedeelai impor.

G
Gambar 2.4 Data harrga kedelai internasion
nal
Sum
mber : Departtemen Pertaniaan

Kenaikkan harga kedelai


k ini disebabkann kenaikan harga seju
umlah
barrang pangaan termasukk kedelai di
d tingkat innternasionaal sebagai akibat
a
dippindahkannyya sebagiann penggunaaan kacang--kacangan ddan ketela untuk
u
pem
mbuatan biiodiesel dann methanoll akibat haarga minyakk yang sem
makin
maahal. Salah satu
s upaya untuk
u meng
gendalikan lonjakan
l haarga pangan
n yang
terj
rjadi akhir-aakhir ini, khususnya
k kedelai,
k pem
merintah teelah meneraapkan
kebbijakan fiskkal. Kebijakkan ini han
nya akan effektif untukk jangka pendek.
Sedangkan unntuk jangka panjang, in
ntrumen ini dianggap tidak akan effektif.
Oleh sebab ittu, kita perrlu mencipttakan kemaandirian di bidang paangan,
anttara lain denngan meninngkatkan pro
oduktivitas di bidang ppertanian.

Unive
ersitas Indo
onesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.
24

2.3.4 Peendapatan Perkapita


P

BPS melalui
m Surrvei Sosial Ekonomi Nasional
N (S
SUSENAS) yang
dappat digunakkan untuk melihat
m gam
mbaran konnsumsi pendduduk Indo
onesia
dann pola k
konsumsiny
ya berkaitaan dengann perubahhan pendaapatan
maasyarakat, menemukaan fakta empiris baahwa rata-rata pend
duduk
Inddonesia lebih banyak mengalokas
m sikan pengeeluarannya untuk mak
kanan.
Perrubahan peendapatan penduduk
p selain mem
mpengaruhi pola konssumsi
anttar kelompook makanann dan bukan
n makanan juga dapatt mengubah
h pola
konnsumsi. Sem
makin tingggi pendapattan per kappita, pendudduk akan beeralih
darri makanan yang menggandung karrbohidrat kee komoditi non karboh
hidrat.
Haal ini terlihaat dari laju pertumbuha
p an pendapattan perkapita periode 1978-
2008 meninggkat sebesaar 18,09%, sedangkann permintaaan kedelai juga
meeningkat sebbesar 7,22%
%.

Gam
mbar 2.5 Data
D pendap
patan per kapita
k Indoonesia
Sum
mber : Badan Pusat Statistikk, 2008

2.3.5 Ju
umlah Pend
duduk

Persainngan hargaa pasar, dim


mana hargaa kedelai im
mpor jauh lebih
muurah daripadda kedelai lokal, menyebabkan aruus impor seemakin deraas dan
berrimplikasi pada
p menurrunnya harg
ga kedelai lokal,
l sehinngga petani tidak
berrgairah untuuk menanam
m kedelai. Sementara itu jumlahh penduduk terus
meengalami peeningkatan, dan ditam
mbah juga dengan
d sem
makin banyaaknya

Unive
ersitas Indo
onesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.
25

inddustri pengoolahan berbbahan baku


u kedelai, seperti induustri tahu, kecap,
k
tem
mpe, tauco dan lain-laain mengak
kibatkan peermintaan tterhadap keedelai
tiddak bisa terppenuhi olehh produksi domestik
d (Puuslitbang T
Tanaman Paangan,
2005).

Beberaapa faktor yang menyebabkan meningkaatnya kebutuhan


keddelai adalahh konsumssi yang teru
us meningkkat mengikuuti pertamb
bahan
jum
mlah penduuduk, meniingkatnya pendapatan
p per kapitaa, meningk
katnya
kessadaran maasyarakat akkan kecukup
pan gizi, daan berkembangnya berrbagai
inddustri yang menggunakkan bahan baku kedelaii.

G
Gambar 2.66 Data Jum
mlah Penduduk Indonesia
Sum
mber : Badan Pusat Statistikk, 2008

2.4 Karaakteristik Permintaan


P n Kedelai

Menurut Pratama daan Mandalaa (2002) peermintaan aadalah keinginan


konsuumen membbeli suatu barang pada berbagai tiingkat hargaa selama peeriode
tertenntu. Berdasaarkan pengertian terseebut, maka penulis inggin mempeelajari
faktorr-faktor yanng mempenngaruhi perm
mintaan keddelai. Moddel ekonomeetrika
yang digunakan peneliti
p adaalah berdasaarkan peneliitian-penelittian sebelum
mnya,
maupun dari tuliisan-tulisann lainnya. seesuai teori ekonomi, ppermintaan suatu
baranng dipengaruuhi oleh fakktor-faktor: harga baranng itu sendiri, harga barang
lain yang
y terkait,, tingkat peendapatan perkapita, seelera atau keebiasaan, ju
umlah

Unive
ersitas Indo
onesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.
26

penduduk, prakiraan harga dimasa mendatang, distribusi pendapatan, usaha-


usaha produsen meningkatkan penjualan. Menurut peneliti, maka permintaan
kedelai diduga dipengaruhi oleh harga kedelai dalam negeri, pendapatan
perkapita, dan jumlah penduduk. Seperti halnya teori, harga barang itu sendiri
dalam hal ini adalah harga kedelai dalam negeri. Jumlah penduduk Indonesia
mencerminkan besarnya kebutuhan kedelai di Indonesia. Sedangkan
pendapatan perkapita mencerminkan kemampuan atau daya beli masyarakat
dalam mengkonsumsi kedelai.

2.5 Karakteristik Harga Dalam Negeri

Pada saat perdagangan internasional dibuka, maka suatu negara


memiliki dua kemungkinan posisi. Misal apakah Indonesia akan menjual
kedelai ke pasar internasional, ataukah sebaliknya membeli kedelai dari pasar
internasional. Selanjutnya kita harus membandingkan harga kedelai yang
tengah berlaku di pasar dalam negeri dengan yang berlaku di negara-negara
lain atau pasar dunia. Jika harga internasional lebih tinggi daripada harga
dalam negeri, maka ketika hubungan dagang dibuka, Indonesia akan menjadi
pengekspor kedelai. Sebaiknya jika harga internasional kedelai lebih rendah
daripada harga dalam negri, maka ketika hubungan dagang dibuka, Indonesia
akan menjadi pengimpor kedelai. Berdasarkan keadaan tersebut, maka
peneliti menduga harga kedelai dalam negeri dipengaruhi oleh harga
internasional.

2.6 Karakteristik Impor Kedelai

Konsumsi kedelai di Indonesia semakin meningkat, sedangkan


produksi kedelai dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan kedelai
dalam negeri, hal ini mengakibatkan impor kedelai semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Impor kedelai di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1975.
Pemerintah terpaksa mengambil kebijakan impor untuk mengatasi
kesenjangan antara jumlah permintaan yang terus meningkat dari tahun ke
tahun dengan jumlah produksi kedelai nasional yang cenderung mengalami
penurunan. Menurut Swastika et. al. (2007), hambatan impor yang paling
sederhana dan mudah dilakukan adalah peningkatan bea masuk impor.

Universitas Indonesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.
27

Menurut Salvatore (1997), dampak pemberlakukan bea masuk impor


terhadap konsumsi yakni berkurangnya konsumsi domestik. Dampak
pengenaan bea masuk impor terhadap produksi adalah peningkatan produk
domestik (khususnya terhadap komoditi yang semula lebih banyak di impor).
Dampak pengenaan tarif terhadap perdagangan yaitu turunnya impor akibat
kenaikan harga di negara pengimpor. Dampak – dampak keseimbangan parsial
akibat pemberlakuan tarif impor dapat dilihat pada Gambar 2.7.

P
Sq

Sr + T
P2 G J H

T
P1 A C M N B Sr

Dq
Q
Q1 Q2 Q3 Q4

Gambar 2.7 Dampak Keseimbangan Parsial Akibat Pemberlakuan


Tarif

Pada Gambar 2.7, Dq dan Sq melambangkan kurva permintaan dan


penawaran komoditi (barang) Q di negara pengimpor atau diistilahkan dengan
Negara 2, dalam kondisi perdagangan bebas harga komoditi C adalah P1.
Negara 2 akan mengkonsumsinya sebanyak Q4 (AB); Q1 (AC) diantaranya
merupakan produksi domestik, sedangkan Q4-Q1 (CB) harus diimpor dari
negara lain. Jika Negara 2 memberlakukan bea masuk impor sebesar T persen
terhadap komoditi Q, maka Pq akan naik menjadi P2 yang sebelumnya di P1,
itulah harga yang harus ditanggung oleh konsumen di Negara 2, sedangkan
harga bagi konsumen dunia tidak berubah. Akibatnya, penduduk pada Negara
2 akan menurunkan tingkat konsumsinya sebanyak Q3 (GH), serta akan

Universitas Indonesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.
28

merubah seluruh komposisinya menjadi Q2 (GJ) merupakan produksi


domestik, sedangkan Q3-Q2 (JH) harus diimpor dari negara lain untuk
menutupi kekurangan kebutuhan domestik.

Dengan demikian, dampak pemberlakuan tarif terhadap konsumsi


domestik bersifat negatif, adalah sebesar (-(Q4-Q3)) (BN), dampak terhadap
produksi bersifat positif, yakni sebsar (Q2-Q1) (CM). Namun secara
keseluruhan, pemberlakuan bea masuk impor akan merugikan perdagangan,
yakni [-{(Q4-Q3) + (Q2-Q1)}] (BN + CM), meskipun bea masuk impor
memberikan penerimaan kepada pemerintah Negara 2 sebanyak [(Q4-Q3) +
(Q2-Q1)] (MJHN) dikali dengan kenaikan harga akibat adanya bea masuk
impor (P2-P1).

Adanya kebijakan bea masuk impor impor menyebabkan harga


kedelai yang berlaku di pasar dalam negeri (P2) lebih tinggi daripada harga
dunia (P1) dengan selisih T. Pada posisi ini, jumlah penawaran adalah QM1 =
Q3-Q2, dan penerimaan pemerintah dari pajak impor adalah sebesar daerah
segiempat (JHNM). Sedangkan jika tidak ada kebijakan tarif impor, harga
yang berlaku di pasar dalam negeri turun dari P2 menjadi P1, jumlah
permintaan naik menjadi Q4, jumlah impor meningkat menjadi QM2 = Q4-
Q1, dan penerimaan pemerintah dari pajak impor hilang (menjadi nol).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pada persamaan impor kedelai peneliti
memasukkan variabel bea masuk impor dan produksi kedelai. Variabel
tersebut diduga mempengaruhi impor kedelai di Indonesia.

2.7 Penelitian Terdahulu

Tidar Hadipurnomo (2000) dalam tesisnya yang berjudul ”Dampak


Kebijakan Produksi dan Perdagangan Terhadap Penawaran dan Permintaan
Kedelai”. Penelitian tersebut menggunakan data sekunder dalam bentuk times
series dari tahun 1969 dampai 1997. Model ekonometrik yang dirumuskan
merupakan suatu sistem persamaan simultan dan semua persamaan struktural
dalam model adalah over identified. Metode pendugaan yang digunakan
adalah Two Stage Least Square (2SLS). Hasil penelitiannya menyimpulkan
bahwa respon luas areal panen lebih besar daripada respon produktivitas

Universitas Indonesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.
29

terhadap perubahan harga produsen, harga benih, harga pupuk, upah tenaga
kerja dan harga pestisida. Baik luas areal panen maupun produktivitas bersifat
responsif terhadap intensifikasi produksi. Impor hanya responsif dalam
jangka panjang terhadap tarif impor, tetapi kurang responsif baik dalam
jangka panjang maupun jangka pendek terhadap harga pedagang besar, harga
impor, nilai tukar rupiah, GNP dan dalam jangka pendek terhadap tarif impor.
Permintaan kedelai untuk industri tahu, tempe dan kacang kurang responsif
terhadap harga pedang besar, harga kedelai impor, harga output, dan upah
tenaga kerja, kecuali permintaan kedelai untuk industri kecap responsif
terhadap harga pedagang besar dalam jangka panjang.

Surifani (2004) dalam penelitiannya membahas mengenai


”Permintaan Impor Kedelai Indonesia dari Amerika Serikat dan Aliran Impor
Kedelai Ke Indonesia”. Penelitiannya menggunakan data sekunder dalam
bentuk data time series dari tahun 1983-2002 dan data cross section tahun
2001, dengan menggunakan model permintaan impor yang diestimasi dengan
teknik kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square). Pada model
permintaan impor kedelai Indonesia dari Amerika Serikat, peubah yang
berpengaruh nyata adalah harga impor dan nilai tukar. Sementara sisanya
yaitu lag volume impor, pendapatan perkapita, penggunaan oleh industri,
harga kedelai domestik dan kebijakan kredit ekspor GSM 102 tidak
berpengaruh nyata terhadap model.

Widjajanti (2006) dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Komoditas
Gula di Indonesia Periode 1980-2004” menggunakan metode persamaan
simultan dengan pendekatan Two Stage Least Square (TSLS). Pada model
permintaan, variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah jumlah
penduduk dan harga gula, sedangkan pada persamaan impor gula, variabel
yang berpengaruh nyata adalah produksi gula, permintaan gula dan kebijakan
bea masuk impor, sementara variabel dummy kebijakan monopoli Bulog tidak
signifikan. Variabel permintaan gula, kebijakan harga provenue berpengaruh
positif terhadap harga gula dalam negeri.

Universitas Indonesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.
30

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maka penulis ingin


meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
kedelai di Indonesia. Sesuai teori ekonomi, permintaan suatu barang
dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, harga barang lain yang terkait,
tingkat pendapatan perkapita, selera atau kebiasaan, jumlah penduduk,
perkiraan harga di masa mendatang, distribusi pendapatan, dan usaha-usaha
produsen meningkatkan penjualan (Pratama Rahardja dan Mandala
Manurung, 2002). Model persamaan pada analisis permintaan kedelai ini
berbeda dengan penelitian sebelumnya, peneliti lebih memusatkan terhadap
permintaan dengan menggunakan persamaan simultan, penulis menggunakan
tiga persamaan yaitu persamaan permintaan kedelai, harga kedelai dalam
negeri, dan impor kedelai.

Menurut penulis, maka permintaan kedelai diduga dipengaruhi oleh


harga kedelai dalam negeri, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk.
Harga kedelai dalam negeri diduga dipengaruhi oleh harga kedelai
internasional. Impor kedelai juga diduga dipengaruhi permintaan kedelai,
produksi kedelai, dan kebijakan bea masuk impor. Impor kedelai akan
dilakukan bila produksi kedelai dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan
kedelai dalam negeri. Bea masuk impor juga menjadi salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap impor kedelai, hal ini dikarenakan bahwa setiap negara
dalam melakukan perdagangan dengan negara lain akan melakukan kebijakan
tertentu, seperti bea masuk impor. Hal ini dilakukan dalam upaya membatasi
jumlah impor kedelai, agar sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Sedangkan pada persamaan harga kedelai dalam negeri diduga dipengaruhi
oleh harga kedelai internasional.

Universitas Indonesia
Analisis permintaan..., Dwi Sartika Adetama, FE UI, 2011.

Anda mungkin juga menyukai