Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Komunikasi Pasien Korban Pemerkosaan

Disusun oleh :
1. Dita Meilyn Utami 221100577
2. Aghni Amalia 221100547
3. Fina Rahma Putri 221100636
4. Siti Tanzilatul Lutfiah 221100635
5. Emisya Dwi Lestari 221100591
6. Nur Mutiara Sani 221100570
7. Nabilah 221100614
8. Nindia Oktiviani 221100575
9. Aprilia R Luturyali 221100638
10. Efron Eliyezer Djami 221100612
11. Kristo Selalurin 221100627
12. Diyas Arya Bagus Prakoso 221100554
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat dan karunia kepada kami sehingg
a kami senantiasa dapat menyelesaikan makalah berjudul KOMUNIKASI PADA KORBAN PEMERKOSAAN. Makalah ini kami s
usun guna memenuhi tugas mata kuliah komunikasi keperawatan yang diberikan oleh Bapak Yafi selaku dosen mata kuliah
Komunikasi keperawatan .Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Bapak Yafi Sabila Rosyad selaku dosen mata kuliah
Komunikasi keperawatan yang telah memberikan pengajaran kepada kami, serta kepada teman-teman yang membantu d
alam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini disajikan terutama kepada mahasiswa yang mengambil mata kuliah
Komunikasi keperawatan baik yang ada di luar maupun di dalam lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta. M
akalah ini juga dapat digunakan sebagai referensi tambahan bagi kalangan pelajar dan mahasiswa. Namun, makalah Komu
nikasi keperawatan tentang KOMUNIKASI PADA KORBAN PEMERKOSAAN ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena it
u, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………….
BAB 1………………………………………………………………………………………………………………………….
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………………..
A. LATAR BELAKANG………………………………………………………………………………………………
B. TUJUAN……………………………………………………………………………………………………………..
C. RUMUS MASALAH…………………………………………………………………………………………….
BAB II…………………………………………………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………………………..
A. Pengertian konseling……………………………………………………………………………………….
B. Konseling Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Korban Pemerkosaan ……………………………………………………………………
…………….………………
C. Hukum bagi pelaku pemerkosaan……………………………………………
D. Memberikan konseling pada korban pemerkosaan (metode konseling)………………….
E. Komunikasi upaya edukasi pada korban pemerkosaan…………………………………………………………
BAB III…………………………………………………………………………………………………………………………….
PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………………..
KESIMPULAN………………………………………………………………………………………………………………….
SARAN……………………………………………………………………………………………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Komunikasi yang berkualitas adalah komunikasi yang efektif. Maksudnya adalah bagaimana dalam sebuah pro
ses interaksi komunikasi, pesan oleh komunikator dapat tersampaikan dengan baik, dan memberi efek pada si
penerima pesan (komunikator). Komunikasi merupakan bentuk interaksi pertukaran pesan antar induvidu ata
u kelompok, baik komunikasi secara verbal maupun non verbal yang memiliki fungsi dalam hal menyampaika
n informasi mengenai organisasi, nilai- nilai,inti maupun hal-hal yang menjadi aturan-aturan.
Proses komunikasi antar individu di pengaruhi oleh latar kebudayaan yang berbeda seperti suku, agama, adat
istiadat dan lain sebagainya.

Komunikasi memiliki beberapa kajian yang mencakup komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya saat
ini menjadi kajian yang penting dalam bidang ilmu komunikasi. Sejak awal peradaban, manusia telah terlibat d
alam komunikasi lintas budaya dalam pemebntukan kelompok etnis. Hubungan ini muncul ketika orang-orang
dari satu kelompok etnis bertemu ddengan kelompok entis yang lain. Komunikasi antarbudaya adalah sumber
pesan dan penerimanya berasal dari budaya yang berbeda. Kita dapat mengartikan bentuk unik hubungan ko
munikatif dengan mempertimbangkan peran dan fungsi budaya dalam proses komunikasi.

Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa di masing-masing tempat terdapat cara komunikasi yang berbeda-beda
dan memiliki latar belakang yang berbeda pula, seperti di negara- negara timur tengah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat masalah-masalah (problem potensial) yang muncul dalam inter
aksi pasien dan perawat (Indonesia) di Arab Saudi yang dapat membawa implikasi adanya hambatan komunik
asi dalam interaksi antara pasien dengan perawat. Secara umum terdapat beberapa kesamaan hambatan ko
munikasi yang dialami oleh pasien dengan perawat yaitu ketika kali pertama bekerja sebagai perawat di Arab
Saudi adalah berupa perbedaan bahasa dan nada suara, perbedaan interpretasi nonverbal, ketidakpastian da
n kecemasan yang tinggi. Dalam penelitian ini, peneliti melihat bagaimana latar belakang pendidikan dan pen
galaman lamanya bekerja menyebabkan munculnya beberapa perbedaan pengalaman hambatan komunikasi
yang dialami perawat dengan pasiennya di Arab Saudi.

Komunikasi antar budaya yang terjadi di sini sangatlah nampak, dimana seseorang harus benar-benar menyes
uaikan diri ketika ia memasuki sebuah kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok asalnya. Bertemu k
edua budaya yang berbeda dalam kehidupan sosial dapat terjadi dua kemungkinan proses sosial (hubungan s
osial atau interaksi sosial), yaitu hubungan sosial positif dan hubungan sosial negatif.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul:
“Komunikasi antar budaya timur tengah”

B. TUJUAN

1) Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi


2) Untuk mengetahui jenis-jenis komunikasi
3) Untuk mengetahui kebudayaan Arab Saudi (Timur Tengah)
4) Untuk mengetahui bentuk komunikasi verbal dan Non-verbal Arab Saudi (Timur Tengah)
5) Untuk mengetahui gaya komunikasi Arab Saudi (Timur Tengah)

C. RUMUS MASALAH
1. Apa Pengertian konseling ?
2. Bagaimana cara meningkatkan Kepercayaan diri pada korban pemerkosaan?
3. Apakah hukum bagi pelaku pemerkosaan ?
4. Bagaimana memberikan metode konseling ?
5. Apa sajakah Upaya edukasi korban permerkosaan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian konseling
Konseling adalah profesi yang membantu orang, dan peran serta konsep konselor adalah membimbing mereka yang m
embutuhkan solusi atau solusi pada saat itu. Profesi penolong adalah profesi yang anggotanya memiliki keahlian unik d
an kualifikasi formal serta disertifikasi oleh psikolog dan konselor. 1 Menurut C. H. Patterson (1959), Abimanyu dan Ma
nriff (1996): 9) Konseling adalah proses dimana konselor dan klien melakukan terapi antara satu atau lebih individu, di
mana konselor menerapkan pendekatan psikologis terhadap karakter manusia untuk meningkatkan kesehatan mental
klien. . 2 Konselor memiliki cara yang berbeda dalam membangun hubungan dengan setiap klien. Tidak peduli berapa u
sia Anda, jenis kelamin, atau masalah apa yang Anda miliki. Berikut tahapan perkembangan manusia. Dimulai dengan
masa bayi dari usia 2 hingga 6 tahun, masa kanak-kanak dari usia 6 hingga 12 tahun, remaja dari usia 12 hingga 16 tahu
n, remaja dari usia 16 hingga 21 tahun (masa remaja), dan usia paruh baya awal (inisial). Dewasa) 21-40 tahun, paruh b
aya 40-60 tahun. Pasien yang terlihat termasuk bayi atau anak kecil berusia 2 hingga 6 tahun. Anak usia dini merupakan
masa dimana perhatian orang tua sangat penting, dan kedua orang tua dapat melihat perkembangan perkembangan
anak, mulai dari ketidakmampuan berjalan hingga kemampuan berjalan. Dan hari ini, bayi dan anak kecil sangat rentan
terhadap pelecehan. Salah satunya adalah pelecehan seksual. Anak kecil tidak tahu mana yang benar dan mana yang sa
lah. Oleh karena itu, pengawasan orang tua sangat penting saat anak jauh dari orang tua, seperti saat pergi ke sekolah
atau bermain. Anak-anak secara fisik dan mental rusak ketika mereka dilecehkan secara seksual. Jika demikian, anak An
da bisa kecanduan kebiasaan buruk ini. Jadi, sembuhkan luka fisik dan mental anak Anda secara profesional sebelum t
erlambat. Konseling untuk anak kecil memiliki tahapan yang sedikit berbeda dengan orang dewasa, dan perlu untuk da
pat mengontrol suasana hati anak agar anak dapat dengan bebas melakukan konseling. Di sini, tidak hanya konselor da
n klien, tetapi juga orang tua harus berpartisipasi dalam konseling dan orang tua harus memiliki kepercayaan penuh ke
pada konselor selama proses konseling. Jika orang tua tulus, anak akan dapat merasakan perasaan orang tua, yang aka
n memudahkan konseling selanjutnya. Konseling adalah profesi suportif, konselor fungsional yang konsepnya melayani
masyarakat yang membutuhkan solusi dan solusi. KELUAR. Profesi pendukung adalah profesi yang anggotanya memiliki
keahlian unik, kualifikasi formal, kualifikasi psikolog atau konselor. 1 Menurut C. H. Patterson (1959) dalam Abimanyu
dan Manrihu (1996:9), sebuah proses yang melibatkan antara konselor dan klien melakukan terapi antara satu orang at
au lebih, dimana konselor menggunakan metode psikologis tentang kepribadian untuk meningkatkan kesehatan menta
l klien. 2 Konselor memiliki berbagai cara untuk menjalin kedekatan dengan masing-masing klien. Entah itu tentang usia,
jenis kelamin atau masalah yang dihadapi. Berikut adalah tahapan perkembangan manusia dari embrio (bayi) 2-6 tahu
n, masa bayi akhir ( bayi) 6-12 tahun, pubertas 12-16 tahun, remaja tahun (remaja) 16-21 tahun , dewasa usia 21-40 ta
hun, paruh baya 40-60 tahun. Salah satu dari pasien yang akan menjadi pendamping adalah bayi ( bayi) atau anak usia
2-6 tahun. Masa kanak-kanak adalah masa dimana perhatian kedua orang tua lebih penting dan kedua orang tua dapat
melihat perkembangan anaknya dari balita menjadi balita. Dan sekarang, bayi atau anak kecil sangat rentan terhadap p
erilaku kasar. Salah satu dari itu adalah pelecehan seksual terhadap bayi yang tidak bisa membedakan yang benar dan y
ang salah. Oleh karena itu, pengawasan orang tua sangat penting saat anak tidak bersama orang tuanya, seperti saat a
nak pergi ke sekolah atau bermain. Ketika seorang anak dilecehkan secara seksual , anak tersebut dirugikan secara fisik
dan psikologis. Jika hal ini terjadi, anak Anda bisa jadi kecanduan dengan kebiasaan buruk tersebut, maka sebelum terla
mbat, cobalah sembuhkan luka fisik dan psikis anak Anda dari para profesional. Dalam melakukan proses konseling unt
uk anak di usia dini, ada tahapan yang berbeda, sedikit berbeda dengan orang dewasa, karena kita harus bisa mengatur
mood (suasana hati) anak kita agar mereka bisa melakukannya dengan bebas. . ke dewan. kemajuan. Bahkan disini, tid
ak hanya konselor dengan konseli, tetapi juga orang tua ketika proses konseling dilakukan dan kedua orang tua harus m
empercayai sepenuhnya dengan konseli selama proses konseling berlangsung. Dengan ketulusan kedua orang tua akan
membantu proses konseling ke depan lebih mudah, karena anak dapat merasakan kasih sayang orang tua.
B. Konseling Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Korban Pemerkosaan
Konseling dalam meningkatkan kepercayaan diri korban merupakan suatu cara yang telah disusun secara rinci untuk mem
bantu para korban kekerasan, terutama membantu dalam proses penyembuhan psikis korban, dilakukan dengan cara pen
dampingan bebagai pendampingan terutama pendampingan dalam bentuk rehabilitasi sosial dan pendampingan kesehata
n, pendampingan reintegrasi sosial dan lain sebagainya untuk menunjang proses pemulihan korban. Dan pendampingan y
ang paling difokuskan untuk klien adalah pendampingan rehabilitasi sosial dengan melaksanakan konseling bagi korban ka
rena korban sangat membutuhkannya untuk membantu memulihkan keadaan mentalnya. Untuk meningkatkan kepercaya
an diri korban diantaranya:

1. Pendampingan Korban

Pendampingan adalah proses pemberian konsultasi yang mencakup informasi hukum dan hak-hak korban mendampingi k
orban disetiap pemeriksaan dalam proses hukum, melakukan koordinasi yang terpadu dengan sesama penegak hukum ata
upun pihak pemberi layanan lainnya berdasarkan kebutuhan korban. Pendampingan yang dimaksud untuk meningkatkan
kepercayaan diri kepada anak korban pelecehan seksual, yakni pendampingan berupa: pendampingan rehabilitasi kesehat
an, pendampingan rehabilitasi sosial, pendampingan reintegrasi sosial, pendampingan bantuan hukum.
Sebelum melakukan pendampingan terhadap korban adapun prosedur yang dilakukan yaitu:

a. Klarifikasi
Klarifikasi adalah menjernihkan, mengembalikan sesuatu kepada apa yang sebenarkan, memastikan, menjelaskan. Klarifik
asi yang dilakukan tim pendamping setelah mendapat laporan dari korban sendiri maupun dari pihak terkait seperti polisi,
rumah sakit, atau aparat desa dengan mendatangi langsung ke tempat pelapor guna untuk memastikan apakah benar-ben
ar telah terjadi kasus yang dilaporkan tersebut. Setelah mendapat laporan ataupun rujukan kemudian tim pendamping me
lakukan investigasi.

b. Investigasi
Investigasi adalah penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta melakukan peninjauan, percobaan, dengan tujuan
memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang peristiwa.
Pendamping melakukan investigasi guna untuk menyelidiki apakah benar telah terjadi kasus sesuai yang dilaporkan denga
n langsung mendatangi rumah korban. Setelah mendapat keterangan dan ternyata telah terjadi kasus, maka tindakan sela
njutnya yaitu memediasi korban maupun orang tua. Tim pendamping mendatangi pihak pelapor (polisi, rumah sakit apara
t desa dan sebagainya) untuk memastikan apakah benar telah terjadi pelecehan seksual terhadap anak. Kemudian penda
mping dan pihak pelapor bersama- sama mendatangi keluarga korban untuk melakukan mediasi.

c. Mediasi
Mediasi adalah suatu cara untuk menyelesaikan masalah dengan bantuan pihak netral (pendamping) yang tidak memiliki k
ewenangan memutuskan dengan melalui perundingan atau cara mufakat. tim pendamping melakukan kunjungan rumah
(homevisit) dan setelah tiba di rumah korban, tim pendamping menjelaskan maksud dan tujuan untuk membantu menyele
saikan permasalahan korban melalui mediasi. Dalam proses mediasi ini korban maupun keluarga diminta menceritakan kr
onologis kejadian kemudian pendamping mengambil jalan tengah untuk menyelesaikan masalah apakah pihak keluarga in
gin berdamai atau tidak, setelah mendapat persetujuan dari keluarga maka tim pendamping merencanakan tindak lanjut u
ntuk korban terlebih dahulu, apakah perlu merujuk tenaga kesehatan untuk divisum (pendampingan dalam segi medis/kes
ehatan, kemudian pendampingan psikologis, pendampingan hukum) ataupun perlu ditempatkan dirumah aman.

2. Pendampingan Rehabilitasi Kesehatan/Medis.

Pendampingan medis ini dilakukan tim pendamping kepada korban untuk diantar ke rumah sakit, dokter memeriksa kondi
si fisik dan memberikan penanganan berupa obat dan perawatan jika terjadi luka, pendampinga medis ini dilakukan untuk
memperlancar pendampingan selanjutnya dan bisa berjalan dengan baik.

a. Pendampingan Rehabilitasi Sosial


Pendampingan rehabilitasi sosial adalah pendampingan untuk pemulihan mental maupun sosial korban agar dapat kembal
i melaksankan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat dengan baik dan bertanggung jawab. Rehabilitasi sosial merupak
an kegiatan yang terencana yang diberikan untuk pemulihan kondisi psikis korban akibat tindakan perlakuan salah secara s
eksual yang dialami anak agar anak dapat hidup bersosial masyarakat dengan baik.

Pendampingan ini sangat perlu diberikan karena melihat kondisi anak yang mendapat perlakukan salah secara seksual tent
ulah mengakibatkan psikis anak menjadi terganggu yang akan mengakibatkan pada lingkungan sosialnya yang kurang baik,
tidak dapat hidup bersosial dengan masayakarat dan jika tidak ditangani dengan baik dan tepat maka akan berdampak pad
a masa depan anak dikemudian hari.
b. Konseling Keluarga.
Konseling keluarga adalah dimana kegiatan konseling yang dilakuakan untuk membantu klien dalam menyelesaikan masal
ahnya dibantu dengan anggota keluarga terutama orang tua. Karena adanya rasa tidak percaya diri (malu) dari diri anak it
u sendiri maupun orang tua dan menganggap itu adalah sebuah aib maka pendamping melakukan konseling keluarga dan
memberikan pemahaman kepada orang tua untuk ikut serta membantu proses pemulihan psikis anak.

Pendamping dalam kegiatan ini memberi penguatan dan pemahaman tetang kondisi anak saat ini (pasca kejadian). Dan m
emberikan saran-saran berupa tindakan yang harus dilakukan orang tua kepada anak seperti memberi semangat kepada a
nak hal ini sangat membantu pemulihan kondisi anak. Dalam melakukan konseling keluarga ini dilakuan dua metode yaitu
pertama berkunjung ke rumah korban (homevisit) bersamaan dengan mediasi setelah mengetahui benar adanya telah terj
adi kasus, dan metode kedua setelah serangkaian kegiatan pendampingan telah selesai diadakan konseling keluarga kemb
ali bertujuan untuk mengantisipasi kepada keluarga agar benar benar mengawasi anak setelah kembali kerumah dan mela
kuan aktifitas seperti biasa.

c. Konseling individu
Konseling individu adalah suatu kegiatan pemberian bantuan secara perorangan untuk menyelesaikan masalah yang dihad
api korban, Kegiatan konseling ini dilakukan oleh pendamping maupun psikolog guna untuk mengembalikan kondisi korba
n keadaan yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Dalam memulihkan kondisi traumatik anak korban pelecehan seksual untu
k mengembalikan keadaan yang baik/normal sangat beragam macam kegiatan atau usaha yang dilakukan.
Pelaksanaan kegiatan konseling menjadi pokok kegiatan pendampingan, sebab setelah melakukan kegiatan konseling, kor
ban menjadi lebih tenang dan komunikatif dalam berinteraksi dengan orang lain dari sebelum diberikan konseling. Sebelu
m dilakukan konseling individu pendamping juga memberikan layanan berupa refreshing dengan mengunjungi tempat wis
ata, selain itu pendamping juga menyiapkan mainan atau sebagainya hal ini bertujuan untuk menurunkan ketegangana ko
rban.
Setelah korban merasa rileks pendamping bisa memulai kegiatan konseling individu.

3. Pendampingan Reintegrasi Sosial


Pendampingan ini adalah pendampingan dalam bentuk pemulangan atau penyerehan anak korban pelecehan seksual kep
ada orang tua. Kegiatan pendampingan ini dilakukan apabila dirasa anak sudah kembali normal dan sudah mampu berada
ptasi dengan baik dilingkungan masyarakat sekitar. Kegiatan pendampingan ini dilakukandengan disaksikan berbagai pihak
dan dinyatakan bahwa kasus telah selesai. Dalam kegiatan ini juga ada konseling keluarga yang diberikan pendamping ma
upun psikolog kepada orang tua dan anak, berupa pemberian nasihat agar setelah kembali kerumah harus tetap mengawa
si anak, seperti tidak memainkan hp terlebih dahulu untuk beberapa saat/waktu sampai benar-benar aman, harus lebih ha
ti-hati dalam bergaul dan sebagainya.

Dari hasil observasi yang dilakukan secara langsung. setelah wawancara yang dilakukan dengan anak korban pelecehan se
ksual tersebut, sudah terlihat bahwa kondisi anak sudah lebih baik dari sebelum diberikan konseling, anak tersebut menja
di komunikatif dan terbuka ketika diberi pertanyaan. Ini membukitkan bahwa konseling yang telah dilakukan sudah baik.
C. Hukum bagi pelaku pemerkosaan
Tindakan pidana pemerkosaan dapat dilihat pengaturannya dalam undang - undang hukum pidana lebih spesifik
nya pada pasal 285 kita undang - undang hukum pidana (KUHP ) yang berbunyi " bahwa siapa saja yang memaksa seor
ang wanita atau perempuan dengan bersetubuh dengannya tanpa adanya ikatan perwakilan dengan cara kekerasan da
pat dihukum pidana selama 12 tahun penjara" dan pasal 286 yang berbunyi " barang siapa yang bersetubuh dengan se
orang wanita di luar perkawinan , padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya , dian
cam dengan pidana penjara paling lama 9 tahun "

D. Kebudayaan Arab Saudi (Timur Tengah)

Kebudayaan Arab Saudi mementingkan keramahtamahan terhadap tamu, kemudahan hati, keberanian, kehormat
an dan harga-diri. Nilai kehormatan orang Arab terutama melekat pada anggota keluarganya, khususnya wanita, ya
ng tidak boleh di ganggu orang luar. Di Arab Saudi wanita adalah properti domestik.

Di Saudi, Adalah hal yang lazim jika seorang pria tidak pernah mengenal atau bahkan sekedar melihat wajah istri at
au anak perempuan dari sahabatnya, meskipun mereka telah lama bersahabat dan sering saling mengunjungi. Juga
tidak lazim bagi seorang pria untuk memberi bingkisan kepada sahabat prianya itu atau anak perempuannya yang s
udah dewasa. Karena itu saran saya, tak usahlah coba-coba sok ramah, beralama-lama memandang, apalagi mengg
oda atau menganggu.
E. gaya komunikasi Arab Saudi (Timur Tengah)

Gaya komunikasi di arab saudi (timur tengah)

Secara umum, pola komunikasi orang Arab termasuk tipe komunikasi yang sangat ekspresif. Tipe ini memadukan ba
hasa verbal dengan nonverbal sekaligus, seperti berbicara dengan mimik, gerak tubuh (gesture), dan pendukung no
nverbal lainnya untuk meyakinkan lawan bicaranya.

Meski pada umumnya warga Saudi beragama islam, tidak berarti cara dan etika mereka dalam berkomunikasi selalu
santun. Sebagian dari mereka berkomunikasi berdasarkan budaya, sama seperti di Indonesia. Hal ini penting dipaha
mi oleh orang-orang yang berziarah atau berkunjung ke Arab Saudi, baik untuk menunaikan ibadah haji atau umroh.
Hal ini berguna untuk mengatasi kesalahpahaman dan konflik yang mungkin muncul saat berhubungan dengan oran
g arab.

Gaya komunikasi orang arab tidak berbicara apa adanya, kurang jelas, dan kurang langsung. Umumnya orang Arab S
audi suka berbicara berlebihan dan banyak basa-basi. Sebagai contoh, jika seorang arab Saudi bertemu dengan tem
annya utuk sekadar tanya kabar, tidak cukup dengan satu kali ungkapan, tapi berkali-kali agar tidak terjadi kesalahp
ahaman dan meyakinkan. Jadi yang semestinya kata “iya” berarti ya, bukan sebaliknya.

Masih banyak isyarat nonverbal khas Arab lainnya yang berbeda dengan isyarat nonverbal khas Indonesia. Sebagai c
ontoh, sebagai pengganti kata-kata”tunggu sebentar” ketika dipanggil atau sedang menyebrangi jalan (sementara k
endaraan datang mendekat), orang Arab Saudi akan menguncupkan semua jari-jari tangannya dengan ujung-ujungn
ya menghadap ke atas.
Ketika bertemu dengan kawan akrab, mereka terbiasa saling merangkul seraya mencium pipi mitranya dengan bibir.
Bisa jadi ini dianggap perilaku nyeleneh oleh bangsa lain, termasuk orang Indonesia. Memang, orang lain yang tidak
memahami budaya Arab akan menganggap prilaku tersebut sebagai perilaku homoseksual.

Oleh sebab itu, jika bersama orang Arab kita harus tahan berdekatan dengan mereka. Jika menjauh, orang Arab aka
n tersinggung karena menyangka kehadiran fisiknya menjijikan kita atau kita dianggap orang dingin yang tidak berpe
rasaan. Begitu lazimnya orang Arab saling berdekatan dan bersentuhan sehingga senggol-menyenggol di mana pun
di Arab Saudi merupakan hal biasa yang tak perlu mereka iringi dengan permintaan maaf.

Sejak kanak-kanak, orang Arab Saudi dianjurkan untuk mengekspresikan perasaan mereka apa adanya. Sebagai cont
oh, berteriak atau menangis. Orang Arab terbiasa bersuara keras untuk mengekspresikan kekuatan dan ketulusan. A
palagi kepada orang yang mereka sukai. Bagi orang Arab, suara lemah dianggap sebagai kelemahan atau tipu daya. S
ementara bagi orang selain Arab, suara keras mereka boleh jadi ditafsirkan sebagai bentuk kemarahan.

BAB III
PENUTUP
C. KESIMPULAN
Komunikasi (communicare, latin) artinya berbicara atau menyampaikan pesan,informasi, pikiran, perasaan Komunik
asi bermula dari sebuah gagasan yang ada padadiri seseorang yang diolah menjadi sebuah pesan dan disampaikan a
tau dikirimkankepada orang lain. komunikasi terdiri dari komunikasi verbal dan non verbal. gayakomunikasi orang-o
rang Timur Tengah umumnya, berbeda dengan pembicaraorang-orang Barat (Eropa) orang Arab masih tidak berbica
ra apa adanya dan merekamenyukai berbica (berkomunikasi) dengan suara keras
D. SARAN

Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari tulisan maupun bahasan yang kami sajikan,
oleh karena itu mohon di berikan Saranya agar kami bisa membuat makalah lebih baik lagi, dan semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi wawasan kita dalam memahami komunikasi pada korban
pemerkosaan.

Anda mungkin juga menyukai