Anda di halaman 1dari 3

Refluksgastroesofageal

No. Dokumen : sop/pkmcp/pkm/104


No. Revisi : 01
SOP Tanggal Terbit : 2 Oktober 2018

PEMERINTAH
Halaman : 1/3
PROVINSI DKI
JAKARTA

PUSAT Drg. Endang Murdiati


KESEHATAN NIP.196505051992022001
MASYARAKAT
KECAMATAN
CEMPAKA PUTIH

1. Pengertian Mekanisme refluks melalui sfingter esofagus.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah petugas dalam


penatalaksanaan penyakit refluksgastroesofageal

3. Kebijakan Keputusan Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan


Cempaka Putih Nomor 081 Tahun 2017 Tentang Penyakit -
Penyakit Yang Dapat Ditangani di Pusat Kesehatan Masyarakat
Kecamatan Cempaka Putih

4. Referensi 1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004


Tentang Pelayanan Publik.
2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1186/2022 tahun 2022 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama.
5. Alat dan Bahan 1. Kuesioner GERD

6. Prosedur / 1. Dokter melakukan anamnesa keluhan pasien.


langkah- Rasa panas dan terbakar di retrosternal atau
langkah epigastrik dan dapat menjalar ke leher disertai
muntah, atau timbul rasa asam di mulut. Hal ini
terjadi terutama setelah makan dengan volume
besar dan berlemak. Keluhan ini diperberat
dengan posisi berbaring terlentang. Keluhan ini
juga dapat timbul oleh karena makanan berupa
saos tomat, peppermint, coklat, kopi, dan alkohol.
Keluhan sering muncul pada malam hari.

2. Dokter melakukan pemeriksaan fisik: Pemeriksaan Fisik


Patognomonis
Tidak terdapat tanda spesifik untuk GERD. Tindakan untuk
pemeriksaan adalah dengan kuesioner GERD. Bila hasil
positif, maka dilakukan tes dengan pengobatan PPI (Protein
Pump Inhibitor)
3. Dokter melakukan pemeriksaan penunjang
fasilitas layanan sekunder (rujukan) untuk endoskopi
dan bila perlu biopsi

4. Dokter Diagnosis ditegakkan berdasarkan


anamnesis yang cermat. Kemudian untuk
di fasilitas pelayanan tingkat pertama,
pasien diterapi dengan PPI test, bila
memberikan respon positif terhadap terapi,
maka diagnosis definitif GERD dapat
disimpulkan.

Standar baku untuk diagnosis definitif GERD


adalah dengan endoskopi saluran cerna bagian
atas yaitu ditemukannya mucosal break di
esophagus namun tindakan ini hanya dapat
dilakukan oleh dokter spesialis yang memiliki
kompetensi tersebut.

5. Dokter melakukan penatalaksanaan, yaitu:


a. Terapi medikamentosa dengan cara memberikan
Proton Pump Inhibitor (PPI) dosis tinggi selama 7-
14 hari. Bila terdapat perbaikan gejala yang
signifikan (50-75%) maka diagnosis dapat
ditegakkan sebagai GERD. PPI dosis tinggi berupa
omeprazole 2 x 20mg/ hari dan lansoprazole 2 x 30
mg/ hari.
b. Setelah ditegakkan diagnosis GERD, obat dapat
diteruskan sampai 4 minggu dan boleh ditambah
dengan prokinetic seperti domperidone 3 x 10 mg.
c. Pada kondisi tidak tersedianya PPI, maka
penggunaan H2 Blocker 2 x / hari : simetidin 400-

No. Dokumen : sop/pkmcp/pkm/104


No. Revisi : 01
Halaman : 2/3
800 mg atau ranitidine 150 mg atau famotidine 20
mg
7. Diagram
GEJALA KHAS GERD
Alir (jika
Gejala alarm
dibutuhkan) Umur > 40 th
Tanpa gejala alarm

Terapi empirik
Tes PPI
Respon menetap Respon baik
Endoskopi
Terapi min-4 minggu
kambuh
Konsensus Gerd ,2004 On demand therapy

8. Dokumen 1. Rekam medik elektronik (SIKDA)/ Rekam medik manual


Terkait 2. Formulir Laboratorium
3. Formulir Rujukan Ekternal (Umum/BPJS).
9. Unit Terkait Seluruh Unit Upaya Kesehatan Perorangan Pusat Kesehatan
Masyarakat Kecamatan Cempaka Putih

10. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.Terbit

1. Belum ada diagram alir Sudah ditambahkan diagram alir 2 Oktober 2018

No. Dokumen : sop/pkmcp/pkm/104


No. Revisi : 01
Halaman : 3/3

Anda mungkin juga menyukai