Anda di halaman 1dari 2

 

REFLUKS GASTROESOFAGEAL
GASTROESOPHAGEAL REFLUX
DISEASE (GERD)
Nomor
:
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal
:
Terbit
Halaman : ½

PUSKESMAS ODIH
CIPEUNDEUY NIP.1966081119890111001

1. Pengertian GERD adalah salah satu penyakit saluran pencernaan yang


menyebabkan rasa panas dan terbakar di daerah epigastrik. GERD
disebabkan oleh refluks makanan melalui sfingter esofagus
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam mendiagnosis dan
menatalaksana GERD di Puskesmas Cipeundeuy
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Cipeundeuy No ………. Tentang Kebijakan
Layanan Klinis Puskesmas Cipeundeuy
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur / 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut pasien
Langkah – 2. Petugas mengidentifikasi pasien
Langkah 3. Petugas menganamnesis pasien. Keluhan berupa rasa panas
dan terbakar di daerah retrosternal atau epigastrik, dapat
menjalar ke leher disertai muntah, atau timbul rasa asam di
mulut. Hal ini terjadi terutama setelah makan dengan volume
besar dan berlemak. Keluhan ini diperberat dengan posisi
berbaring terlentang. Keluhan ini juga dapat timbul karena
makanan berupa saos tomat, peppermint, coklat, kopi, dan
alkohol. Keluhan sering muncul pada malam hari.
4. Petugas mencari faktor risiko GERD pada pasien, antara lain
a. Usia > 40 tahun
b. Obesitas
c. Kehamilan
d. Merokok
e. Konsumsi kopi, alkohol, coklat, makan berlemak, obat
(nitrat, teofilin, verapamil)
f. Pakaian yang ketat
g. Pekerjaan yang sering mengangkat beban berat
5. Petugas melakukan pemeriksaan tanda vital meliputi tekanan
darah, laju napas, nadi, dan suhu. Pada umumnya didapatkan
hasil dalam batas normal.
6. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pada pasien. Temuan
yang sering adalah nyeri tekan epigastrium. Namun, tidak
terdapat tanda spesifik untuk GERD. Tindakan untuk
pemeriksaan adalah dengan pengisian kuesioner GERD. Bila
hasilnya positif, maka dilakukan tes dengan pengobatan PPI
(Proton Pump Inhibitor)
7. Petugas menuliskan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
dalam rekam medik pasien
8. Petugas mendiagnosis pasien dan menuliskan di catatan medik
pasien
9. Petugas memberikan tata laksana pada pasien
a. Terapi dengan medikamentosa dengan cara memberikan
Proton Pump Inhibitor (PPI) dosis tinggi selama 7-14 hari.
Bila terdapat perbaikan gejala yang signifikan (50-75%)
maka diagnosis dapat ditegakkan sebagai GERD. PPI dosis
tinggi berupa omeprazol 2 x 20 mg/hari dan lansoprazol 2 x
30 mg/hari
b. Setelah ditegakkan diagnosis GERD, obat dapat diteruskan
sampai 4 minggu dan boleh ditambah dengan prokinetik
seperti domperidon 3 x 10 mg.
c. Pada kondisi tidak tersedianya PPI, maka penggunaan H2
Blocker 2 x / hari: simetidin 400-800 mg atau ranitidin 150
mg atau famotidin 20 mg.
10. Petugas melmberkan konseling dan edukasi pada pasien
a. Edukasi untuk melakukan modifikasi gaya hidup yaitu
dengan mengurangi berat badan, berhenti merokok, tidak
mengkonsumsi zat yang mengiritasi lambung seperti kafein,
aspirin, dan alkohol
b. Posisi tidur sebaiknya dengan kepala yang lebih tinggi
c. Tidur minimal setelah 2 sampai 4 jam setelah makanan,
makan dengan porsi kecil dan kurangi makanan yang
berlemak
11. Petugas melakukan rujukan apabila
a. Pengobatan empirik tidak menunjukkan hasil
b. Pengobatan empirik menunjukkan hasil namun kambuh
kembali
c. Adanya alarm symptom: berat badan menurun, hematemesis
melena, disfagia, odinofagia, anemia
12. Petugas menuliskan dan memberikan resep pada pasien untuk
mengambil obat di layanan kefarmasian Puskesmas
13. Petugas mencuci tangan 7 langkah
6. Bagan Alir -
(Jika
dibutuhkan)
7. Unit Terkait 1. Poli Umum
8. Rekaman
historis No Yang diubah Isi Tanggal mulai
perubahan Perubahan diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai