27/iii/PPK/IV/2023 00 1/3 Tanggal terbit Ditetapkan oleh : Direktur RS PANDUAN PRAKTEK KLINIK
17 April 2023 dr. H. Badarul Muchtar WD, Sp. OG
1. PENGERTIAN Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah mekanisme (DEFINISI) refluks isi lambung secara berulang ke dalam esofagus melalui sfingter esofagus yang menyebabkan terjadinya gejala dan atau komplikasi yang mengganggu kualitas hidup pasien 2. ANAMNESIS 1. Anamnesis dengan kuesioner GERD-Q untuk skrining penderita GERD. Adapun kuesioner GERD-Q dapat dilihat pada tabel berikut ini :
2. Keluhan : rasa panas dan terbakar di retrosternal atau
epigastrik (heartburn) dan dapat menjalar ke leher disertai muntah, timbul rasa asam atau pahit di mulut (gejala regurgitasi), dan nyeri ulu hati. Keluhan ini terjadi terutama setelah makan dengan volume besar dan berlemak. Keluhan dapat diperberat dengan posisi berbaring terlentang dan sering muncul pada malam hari 3. Apakah terdapat alarm symptom: Berat badan menurun , hematemesis melena, disfagia (sulit menelan), odinofagia (sakit menelan), atau anemia 4. Faktor risiko : usia lebih dari 40 tahun, obesitas, kehamilan, merokok, konsumsi kopi, alkohol, coklat, dan makanan berlemak, penggunaan pakaian yang ketat, atau sering mengangkat barang berat 3. PEMERIKSAAN Tidak terdapat tanda spesifik untuk GERD, dapat ditemukan FISIK nyeri tekan epigastrium. Tindakan untuk pemeriksaan adalah dengan pengisian kuesioner GERD-Q. Bila hasilnya positif, maka dilakukan tes dengan pengobatan PPI (Proton Pump Inhibitor) 4. PEMERIKSAAN 1. Endoskopi PENUNJANG 2. EKG (Elektrokardiografi) 3. Radiologi : Foto thorax 5. KRITERIA 1. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yang cermat. DIAGNOSIS Kemudian untuk di pelayanan primer, pasien diterapi dengan PPI test, bila memberikan respon positif terhadap terapi, maka diagnosis definitif GERD dapat disimpulkan 2. Standar baku untuk diagnosis definitif GERD adalah dengan endoskopi saluran cerna bagian atas yaitu ditemukannya mucosal break di esophagus 6. DIAGNOSIS Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) KERJA 7. DIAGNOSIS 1. Angina pektoris BANDING 2. Dispepsia 3. Ulkus peptikum 4. Ulkus duodenum 5. Pankreatitis 8. TERAPI 1. Terapi dengan medika mentosa dengan cara memberikan Proton Pump Inhibitor (PPI) dosis tinggi selama 7 - 14 hari. Bila terdapat perbaikan gejala yang signifikan (50-75%) maka diagnosis dapat ditegakkan sebagai GERD. PPI dosis tinggi berupa Omeprazole 2x20 mg/hari dan Lansoprazole 2x30 mg/hari. 2. Setelah ditegakkan diagnosis GERD, obat dapat diteruskan sampai 4 minggu dan boleh ditambah dengan prokinetik seperti domperidone 3x10 mg 3. Pada kondisi tidak tersedianya PPI, maka penggunaan H2 Blocker 2x/hari: simetidin 400-800 mg atau ranitidin 150 mg atau famotidin 20 mg 9. EDUKASI Edukasi untuk melakukan modifikasi gaya hidup yaitu dengan mengurangi berat badan, berhenti merokok, tidak mengkonsumsi zat yang mengiritasi lambung seperti kafein, aspirin, dan alkohol. Posisi tidur sebaiknya dengan kepala yang lebih tinggi. Tidur minimal setelah 2 sampai 4 jam setelah makan, makan dengan porsi kecil dan kurangi makanan yang berlemak 10. PROGNOSIS Ad vitam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam 11. TINGKAT I EVIDENS 12. TINGKAT A REKOMENDASI 13. PENELAAH DPJP Spesialis Penyakit Dalam KRITIS Komite Medik 14. INDIKATOR ≥ 90% pasien dengan GERD terdiagnosis dan memulai terapi dalam 1 jam sejak tiba di RS 15. KEPUSTAKAAN Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal (GERD) di Indonesia. Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia, 2013.