Anda di halaman 1dari 10

TATALAKSANA PEYRONIE DISEASE

Definisi
Peyronie Disease (PD) adalah gangguan jaringan ikat yang ditandai dengan
pembentukan lesi fibrotik atau plak di tunika albuginea, yang menyebabkan kelainan
bentuk penis. (EAU Guidelines on Penile Curvature 2015)

Gambar 1. Peyronie’s Disease

Evaluasi pasien
Pada pasien dengan PD, anamnesis awal yang perlu ditanyakan pada pasien adalah
nyeri pada penis, deformitas (kelainan bentuk) penis serta adanya plak yang teraba
pada penis. Penilaian awal juga harus melibatkan apakah onsetnya terjadi secara
mendadak ataukah perlahan, juga harus ditanyakan apakah ada kejadian yang memicu
seperti adanya trauma eksternal pada penis ataukah ada riwayat instrumentasi atau
operasi. Pasien juga harus ditanyakan riwayat penyakit personal atau keluarga yang
menderita penyakit gangguan jaringan fibrosis seperti Dupuytren disease (DD) atau
Ledderhose disease. (Partin Alan, et al. 2021)

Pemeriksaan harus dimulai dengan penilaian traktus genitourinaria rutin, yang


kemudian diperluas ke tangan dan kaki untuk mendeteksi kemungkinan adanya
kontraktur Dupuytren atau jaringan parut Ledderhose pada plantar fascia. Pada penis,
pemeriksaan umumnya terdiri dari perabaan nodus atau plak. Tidak ada korelasi antara
ukuran plak dan derajat curvature penis. Pengukuran panjang pada saat ereksi penting
karena bisa berdampak pada keputusan pengobatan. Penilaian objektif terhadap
curvature penis saat ereksi adalah wajib. Hal ini dapat diperoleh dengan foto rumah (diri
sendiri) saat ereksi atau menggunakan tes ereksi dengan bantuan vakum atau injeksi
intracavernosal menggunakan agen vasoaktif. (EAU Guidelines on Penile Curvature
2015).
Gambar 2. Pasien dengan Dupuytren dan Ladderhose serta Peyronie Disease

Disfungsi ereksi (ED) sering terjadi pada pasien dengan Peyronie Disease (>50%)
tetapi penting untuk menentukan apakah ED terjadi sebelum atau sesudah timbulnya
Peyronie Disease. (EAU Guidelines on Penile Curvature 2015).
Pengukuran ukuran plak dengan USG tidak akurat dan tidak direkomendasikan dalam
praktek klinis sehari-hari. US Doppler mungkin diperlukan untuk penilaian parameter
vaskular penis. (EAU Guidelines on Penile Curvature 2015).

Gambar 3. Pengukuran derajat curvature dengan geniometer


Gambar 4. Kelainan bentuk hourglass pada PD

Gambar 5. Efek hinge pada PD

Tata laksana
a. Tata laksana non operatif
Tata laksana konservatif pada PD terutama ditujukan pada fase awal PD.
Beberapa pilihan terapi diusulkan seperti terapi oral, injeksi intralesi, serta terapi
topikal lainnya. Terapi lainnya seperti terapi Shockwave serta injeksi Clostridial
Collagenase juga telah diusulkan. Clostridial Collagenase adalah satu-satunya
obat yang telah disetujui oleh FDA untuk mengobati PD. (EAU Guidelines on
Penile Curvature 2015).
1. Terapi oral
- Vitamin E
Banyak urologis yang memberikan vitamin E pada pasien PD, karena biaya
yang rendah, ketersediaan obat serta aspek keamanan. Vitamin E diberikan
dalam dosis 1-2x sehari 400IU
- Potassium para-aminobenzoate (Potaba)
Mekanisme Potaba diperkirakan melalui efek antifibrotik melalui peningkatan
penyerapan oksigen oleh jaringan, peningkatan sekresi glikosaminoglikan,
dan peningkatan aktivitas monoamina oksidase. Dosis Potaba diberikan
12gr/hari selama 12 bulan
- Tamoxifen
Tamoxifen adalah antagonis reseptor estrogen non-steroid yang memodulasi
transformasi sekresi faktor pertumbuhanβ1 (TGFβ1) oleh fibroblas. Dosis
yang diberikan adalah 2 x 20 mg selama 3 bulan.
- Colchicine
Colchicine digunakan dalam terapi PD berdasarkan efek anti inflamasinya.
Dosis yang diberikan adalah colchicine 0.5-1 mg/hari selama 3-5 bulan.
- Acetyl-L carnitine
Asetil-L-karnitin menghambat asetil koenzim-A dan menghasilkan
efek antiproliferatif pada sel endotel. Hal ini pada akhirnya dapat menekan
proliferasi fibroblas dan produksi kolagen, sehingga mengurangi fibrosis
penis. Dosis yang digunakan adalah 1gr 2x sehari.
- Pentoxifyline
Pentoxifylline adalah penghambat fosfodiesterase non-spesifik yang
menurunkan pengaturan TGFβ1 dan meningkatkan aktivitas fibrinolitik. Selain
itu, peningkatan kadar nitrit oksida mungkin efektif dalam mencegah
perkembangan Peyronie Disease atau mencegah fibrosis.
Dosis yang diberikan adalah 3x400mg selama 6 bulan.
- Phosphodiesterase type 5 inhibitors (PDE5 Inhibitor)
Alasan penggunaan PDE5I pada PD berasal dari
penelitian pada hewan yang menunjukkan bahwa PDE5I dapat mengurangi
rasio kolagen/otot polos dan kolagen III/I dan meningkatkan indeks apoptosis
pada plak yang mirip penyakit Peyronie. PDE5I yang digunakan adalah
tadalafil 2.5 mg selama 6 bulan.

2. Terapi injeksi intralesi


- Steroid
Steroid intralesi diberikan untuk melawa inflamasi yang bertanggung
jawab atas plak Peyronie melalui penghambatan fosfolipase A2,
penekanan respon imun dan penurunan sintesis kolagen. Injeksi steroid
intralesi tidak berhubungan dengan penurunan signifikan kelengkungan
penis, ukuran plak atau nyeri penis. Oleh karena itu, pengobatan intralesi
dengan steroid tidak direkomendasikan.
- Verapamil
Alasan untuk penggunaan intralesi verapamil (antagonis saluran kalsium)
pada pasien dengan PD didasarkan pada sejumlah penelitian yang
melaporkan bahwa injeksi verapamil intralesi dapat menyebabkan
penurunan yang signifikan pada kelengkungan penis dan volume plak.
- Clostridium collagenase
Clostridium collagenase (CCH) adalah enzim bakteri yang dimurnikan
yang menyerang secara selektif kolagen, yang dikenal sebagai komponen
utama plak PD. Clostridium collagenase sekarang disetujui oleh Food and
Drug Administration (FDA) untuk PD pada pria dewasa dengan palpable
plak dan deformitas kelengkungan minimal 30° pada awal terapi. (EAU
guidelines on penile curvature, 2015)
Terapi injeksi Clostridium collagenase hanya tepat diberikan pada pasien
dengan penyakit stabil dengan kelengkungan > 30 derajat dan < 90
derajat yang memiliki fungsi ereksi utuh dengan atau tanpa
medikamentosa. (AUA Guidelines on Peyronie’s Disease, 2015)
- Interferon
Interferon α-2b telah terbukti menurunkan proliferasi fibroblas, produksi
matriks ekstraseluler dan produksi kolagen dari fibroblas dan
meningkatkan proses penyembuhan luka dari plak PD in-vitro. Injeksi
intralesi (5 x 106 unit interferon α-2b dalam 10 mL saline, dua kali per
minggu selama 12 minggu) secara signifikan mengurangi kelengkungan
penis, ukuran dan kepadatan plak, dan rasa nyeri dibandingkan dengan
plasebo.

3. Terapi topikal
- Verapamil topikal
Gel verapamil topikal 15% dapat memperbaiki kelengkungan penis dan
ukuran plak
- Topical liposomal recombinant human superoxide dismutase (LrhSOD)
Dua studi meneliti efek LrhSOD topikal. LrhSOD topikal selama empat
minggu secara signifikan mengurangi nyeri dibandingkan dengan plasebo.
(AUA guidelines on Peyronie’s Disease, 2015)
- Extracorporeal Shock Wave Treatment (ESWT)
Extracorporeal shock wave treatment mungkin bermanfaat untuk nyeri
penis, tetapi terbukti gagal memperbaiki kelengkungan penis dan ukuran
plak.
- Penile traction devices and vacuum devices
Dapat mengurangi deformitas penis dan meningkatkan panjang penis.

b. Tata laksana operatif


Tindakan operatif diindikasikan pada pasien dengan kelengkungan penis yang
tidak memungkinkan hubungan seksual, dan yang berhubungan dengan
gangguan seksual. Pasien harus memiliki penyakit yang stabil selama minimal 3
bulan (disarankan 6-12 bulan). Lebih jauh, adanya pertimbangan untuk dilakukan
tindakan adalah gagalnya terapi konservatif atau terapi medikamentosa, ukuran
plak yang ekstensif serta preferensi pasien yang menginginkan hasil cepat, pada
saat kondisi plak telah stabil. (Bella Anthony, et al. 2018)
Gambar 6. Algoritma tatalaksana PD dari EAU

1. Prosedur pemendekan penis


Dilakukan pada PD dengan penis yang memiliki panjang memadai, fungsi ereksi
yang normal dengan atau tanpa farmakoterapi, derajat kelengkungan <60 ° dan
tidak adanya kelainan bentuk khusus (hourglass atau hinge). (Partin Alan, et al.
2021)
- Teknik Nesbit
Eksisi secara elips pada tunika albuginea kontralateral dari area dengan
kurvatura maksimal
Gambar 7. (A) Prosedur Nesbit dengan insisi elips melintang dari tunika albuginea. (B)
insisi dilakukan kontralateral dari area dengan derajat kurvatura terbesar (C) defek
ditutup melintang dengan jahitan permanen atau tanpa penambahan jahitan absorbable

- Teknik Yachia
Insisi tunika vertikal, ditutup secara transversal dengan cara Heineke-
Michulicz tanpa menghilangkan jaringan tunika albuginea.

Gambar 8. (A) Prosedur Yachia menggunakan insisi vertikal dengan ketebalan penuh
(B) di tunika albuginea kontralateral dari daerah dengan kurvatura terbesar dan
ditutup transversal (C) tanpa pengangkatan tunica albuginea.

- Tunica Albuginea Plication (TAP)


Insisi dilakukan sepanjang tunika albuguinea longitudinal eksternal yang
dipisahkan 0,5-1 cm tanpa merusak serat sirkular internal. Kemudian serat
tunika albuginea longitudinal antara 2 insisi diangkat untuk mengurangi
lipatan plikasi
Gambar 9. (A) dibuat sepasang insisi melintang pararel (B) dipisahkan oleh 0,5-1,0 cm.
Sayatan dibuat melalui serat longitudinal tetapi tidak tidak melewati serat sirkuler bagian
dalam tunika. (C) Serat longitudinal antara dua insisi dihilangkan untuk mengurangi
sebagian besar lipatan. (D) defek kemudian disatukan secara transversal.

- Plikasi tanpa insisi dengan teknik 16-dot


Tunika albuginea tidak dinsisi tetapi dilakukan plikasi dengan benang
permanen menggunakan jahitan tipe Lembert yang diperluas (CUA
guideline for Peyronie Disease and penile curvature, 2018)

Gambar 10. Prosedur dot tidak menggunakan insisi. Tunika albuginea diplikasi permanen
menggunakan penempatan jahitan tipe Lembert yang diperpanjang mengikuti empat titik
per plikasi. (A) Jahitan untuk kurvatura dorsal. (B) Jahitan untuk kurvatura ventral.

2. Prosedur pemanjangan penis (Insisi dan dermal graft)


Dilakukan pada penis dengan fungsi ereksi normal dengan atau tanpa
farmakoterapi, tanpa panjang penis yang memadai, kelengkungan > 60º
dan adanya kelainan bentuk khusus (hourglass atau hinge)
- Partial incision and grafting (PIG) / Lue’s procedure
Meskipun ada banyak variasi teknik, PI dan graft, secara umum, terdiri
dari insisi tunika pada area kurvatura dari titik kelengkungan maksimum
dengan dilakukan grafting pada defek, dan eksisi parsial terdiri dari
diseksi plak dari tunika dengan grafting yang seringkali membuat defek
yang lebih besar (Gaffney Christopher et al, 2016)
Gambar 11. Prosedur Lue

- Edygio’s technique
sebuah teknik untuk restorasi kelengkungan penis di mana satu insisi
dibuat pada tunika albuginea pada titik kelengkungan maksimum diikuti
dengan penutupan defek tunika yang baru dibuat dengan graft. Teknik ini
didasarkan pada prinsip geometris sederhana, yang membuat defek
tunika persegi panjang mudah dicangkokkan di hampir semua kasus
kurvatura penis. (Sansalone S, et al. 2011)

Gambar 12. Prinsip geometris pada teknik Egydio

3. Penile prosthesis
Implant prostesis penis biasanya dilakukan untuk pengobatan PD pada pasien
dengan ED, terutama ketika gagal terhadap terapi PDE5I. (Partin Alan, et al.
2021)

4. Manajemen postoperative
Masa rehabilitasi pasca operasi sangat penting untuk mengurangi
risiko ED pasca operasi dan kehilangan panjang dan untuk mengoptimalkan
penyembuhan. Terapi peregangan dimulai 2 minggu setelah operasi. Pasien
diinstruksikan untuk memegang penis pada glans dan dengan lembut
meregangkannya dari tubuh dan kemudian dengan tangan lainnya memijat
batang penis selama 5 menit dua kali sehari selama 2 sampai 4 minggu. (Partin
Alan, et al. 2021)
Gambar 13. Algoritma tatalaksana PD menurut CUA

Referensi :

1. Bella Anthony, et al. 2018 Canadian Urological Association guideline for Peyronie’s disease and
congenital penile curvature. Can Urol Assoc J 2018;12(5):E197-209.
http://dx.doi.org/10.5489/cuaj.5255
2. Hatzimouratidis, Giuliano Eardley, Salonia Moncada. EAU guidelines on penile curvature.
European Association of Urology 2015.
3. Partin Alan, Dmochowski Roger, Kavoussi Louise, Peters Craigs. Campbell Walsh-Wein Urology
12th ed. Elsevier. p. 1588-626, 2021
4. Gaffney Christopher et al. Lengthening strategies for Peyronie’s disease. Transl Androl Urol
2016;5(3):351-362. Available at : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4893519/pdf/tau-
05-03-351.pdf
5. Sansalone S, Garaffa G, Djinovic R, Pecoraro S, Silvani M, Barbagli G, Zucchi A, Vespasiani G,
Loreto C. Long-term results of the surgical treatment of Peyronie's disease with Egydio's
technique: a European multicentre study. Asian J Androl. 2011 Nov;13(6):842-5.
6. Nehra Ajay, et al. AUA guidelines on Peyronie’s Disease. American Urological Association. 2015.

Anda mungkin juga menyukai