PT.ASURANSI JIWASRAYA
Reputasi Perusahaan
Manajemen Keandalan
yang efektif memiliki potensi
bagi perusahaan untuk
Kepuasan Pelanggan membangun reputasi yang Efisiensi Fungsional
kokoh untuk kualitas
layanan dan keandalan.
Manajemen Keandalan Dengan manajemen keandalan yang
membantu dalam menyediakan baik, perusahaan jasa dapat
layanan yang andal dan andal mengidentifikasi dan mengelola resiko
secara konsisten kepada kegagalan secara lebih efektif. Hal ini
pelanggan, yang pada gilirannya dapat mengurangi malfungsi dan
meningkatkan kepuasan perawatan yang mahal serta
pelanggan. meningkatkan efisiensi operasional
secara keseluruhan.
Konsep dan Teori
Manajemen Keandalan
1) Keandalan analisis
2) Prediksi keandalan
3) Pencegahan ,pemeliharaan dan pemeliharaan terencana
4) Keandalan tes
5) Tingkatan keandalan
ISO 9001
Kerangka RAM
manajemen 2 Kerangka kerja ini mempertimbangkan aspek
keandalan ,kegunaan ,pemeliharaan ,dan
keandalan keamanan suatu system atau produk.
Perkelahian
Kerangka ini digunakan untuk memantau,
3 menganalisis, dan memperbaiki kesalahan pada
system atau produk.
Bank Syariah Indonesia
Kepuasan Nasabah
Bank Syariah Assurance
Nasabah yang menilai pengetahuan ,sopan
Indonesia
santun, dan kemampuan pegawai BSI untuk
menumbuhkan kepercayaan
Reliability
Keandalan dalam memberikan informasi yang
akurat ,tanggap dalam memberikan solusi
,menyediakan produk sesuai kebutuhan
pelanggan dan memberikan pelayanan sesuai
yang dijanjikan.
Tangible
BSI memiliki fasilitas kantor luas yang
terjangkau dan nyaman dengan teknologi
terkini.
Kepuasan Nasabah
Bank Syariah Emphaty
Memberikan perhatian kepada nasabah seperti
Indonesia
ucapan kepada nasabah Ketika berulang tahun
,memberikan makan atau minum kepada nasabah
yang mengantri ,dan mendengarkan keluh kesah
nasabah.
Responsivness
BSI tanggap terhadap pertanyaan nasabah,
memberikan informasi terbaru mengenai aturan
atau produk perbankan.
Kelebihan dan Kelemahan BSI
Kelebihan Kelemahan
1) Penetrasi pasar
2) Pengembangan produk-produk bank syariah yang kompetitif dan inovatif
3) Peningkatan kualitas pelayanan
4) Peningkatan promosi dan sosialiasasi
5) Peningkatan Kerjasama dengan institusi lain
6) Sebagai sponsor sosialisasi perbankan syariah
7) Peningkatan jaringan kantor bank syariah
8) Peningkatan cakupan pasar melalui aliansi strategis
9) Peningkatan kualitas SDM
10)Peningkatan efisiensi internal
Mencegah
Jangan sampai terjadi kecurangan di dalam bank
1
Monitor
4 Konsistensi dan komitmen untuk menindaklanjuti
insiden penipuan
Analisis Perbandingan
Tantangan Rekomendasi
kelebihan Kelemahan
Tantangan Rekomendasi
Disusun Oleh :
i
A. Manajemen keandalan adalah metode sistematis untuk mengidentifikasi, menganalisis,
dan mengendalikan risiko kegagalan suatu sistem, produk, atau layanan. Tujuan mereka
adalah untuk memastikan ketersediaan, keandalan, dan kinerja sistem atau produk.
Dalam industri jasa, manajemen kehandalan sangat penting karena kegagalan untuk
melakukan seperti yang diharapkan dapat berdampak negatif terhadap kepuasan
pelanggan, reputasi perusahaan dan kinerja keuangan.
Pentingnya manajemen keandalan dalam industri jasa:
1. Kepuasan Pelanggan:
Manajemen keandalan membantu dalam menyediakan layanan yang andal dan
konsisten kepada pelanggan, yang pada gilirannya meningkatkan kepuasan
pelanggan. Pelanggan yang puas biasanya pelanggan setia dan akan
merekomendasikan layanan tersebut kepada orang lain.
2. Reputasi Perusahaan:
Manajemen kehandalan yang efektif memungkinkan perusahaan untuk
membangun reputasi yang solid untuk kualitas layanan dan kehandalan.
Reputasi yang baik dapat membantu perusahaan mendapatkan kepercayaan dari
pelanggannya, mendapatkan keunggulan kompetitif dan meningkatkan pangsa
pasarnya.
3. Efisiensi fungsional:
Dengan manajemen keandalan yang baik, perusahaan jasa dapat
mengidentifikasi dan mengelola risiko kegagalan secara lebih efektif. Hal ini
dapat mengurangi malfungsi, downtime tak terduga, dan biaya perawatan yang
tinggi, serta meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan.
Konsep, teori, dan kerangka kerja utama yang terkait dengan manajemen keandalan:
1. Analisis Keandalan:
Analisis keandalan mengumpulkan dan menganalisis data keandalan yang relevan
untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kegagalan sistem
atau produk. Metode yang biasa digunakan dalam analisis reliabilitas antara lain
FMEA (Failure Mode and Effects Analysis), FTA (Fault Tree Analysis) dan RCM
(Reliability Centered Maintenance). 2. Prediksi Keandalan:
Peramalan keandalan menggunakan model matematika dan statistik untuk
memprediksi kinerja dan keandalan sistem atau produk di masa mendatang. Metode
yang umum digunakan untuk memprediksi reliabilitas adalah analisis regresi,
analisis probabilitas, dan penggunaan perangkat lunak simulasi.
2. Pemeliharaan Preventif dan Pemeliharaan Terjadwal:
3. Konsep ini melibatkan penggunaan pemeliharaan terencana dan preventif untuk
mencegah kegagalan sistem atau produk yang tidak diinginkan. Pemeliharaan
preventif melibatkan tindakan pencegahan yang diambil sebelum kegagalan terjadi
sementara pemeliharaan terencana melibatkan jadwal pemeliharaan terencana
berdasarkan analisis keandalan.
4. Uji reliabilitas:
Pengujian keandalan menguji kinerja dan keandalan suatu sistem atau produk dalam
kondisi yang sesuai. Metode pengujian yang andal meliputi pengujian akselerasi,
pengujian keandalan, dan pengujian stres.
2
5. Peningkatan keandalan:
Konsep ini mencakup upaya untuk meningkatkan keandalan sistem atau produk
dengan meningkatkan desain, meningkatkan proses manufaktur, memilih
komponen yang lebih andal, serta meningkatkan manajemen pemeliharaan dan
keandalan.
Kerangka kerja yang paling umum digunakan untuk manajemen keandalan adalah:
1. ISO 9001:
Kerangka kerja ini merupakan standar internasional untuk sistem manajemen mutu,
yang juga mencakup manajemen keandalan.
2. RAMS (keandalan, ketersediaan, pemeliharaan dan keamanan):
Kerangka kerja ini mempertimbangkan aspek keandalan, kegunaan, pemeliharaan,
dan keamanan suatu sistem atau produk.
3. FRACAS (Error Reporting, Analysis and Corrective Action System):
Kerangka kerja ini digunakan untuk memantau, menganalisis, dan memperbaiki
kesalahan pada sistem atau produk.
3
mayoritas responden menilai karyawan Bank Syariah Indonesia sangat baik
dalam bersikap sopan, ramah, teliti dan profesional.
c. Reability, sebagau dimensi keandalan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kepuasan nasabah. Karyawan Bank Syariah Indonesia yabg
memberikan informasi tepat, cepat tanggap memberikan solusi,
menyediakan produm sesuai kebutuhan nasabah daan memberikan layanan
sesuai dengan yang telah dijanjikan membuat nasabah merasa puas dan
senang.
d. Tangible, sebagai dimensi fisik memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kepuasan nasabah nasabah merasa puas dan senang jika bank
syariah Indonesia memiliki fasilitas kantor yang nyaman luas terjangkau dan
memiliki teknologi yang up to date pada dimensi tangible Ma mayoritas
responden menilai bank syariah sudah sangat baik dalam menyediakan
fasilitas kantor yang nyaman belum menyediakan tempat parkir yang
memadai dan lokasi ATM Bank Syariah Indonesia tidak mudah ditemukan
e. Emphaty, sebagai dimensi perhatian memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kepuasan nasabah nasabah merasa puas dan senang jika karyawan
Bank Syariah Indonesia memberikan perhatian kepada nasabah seperti
ucapan ketika nasabah berulang tahun memberikan makan atau minum
kepada nasabah yang menunggu antrian mendengar keluhan nasabah dan
memberikan biaya administrasi yang rendah kepada nasabah
f. Responsivness, sebagai dimensi kesiapan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kepuasan nasabah nasabah merasa puas dan senang jika
karyawan Bank Syariah Indonesia menunjukkan perilaku sikap dalam
melayani nasabah seperti menyambut ketika nasabah datang, responsif
terhadap pertanyaan nasabah memberikan informasi terbaru mengenai aturan
atau produk bank.
Kelebihan Bank Syariah Indonesia
a. Sistem perbankan syariah lebih adil
Transaksi yang dilakukan di perbankan konvensional berbasis pada bunga, di
mana peminjam harus mengembalikan pinjaman dan bunganya kepada bank. Di
dalam bisnis, hasil dari setiap perusahaan selalu tidak pasti, bisa untung dan
juga bisa rugi. Peminjam harus membayar tingkat bunga yang disetujui
walaupun perusahaannya mungkin rugi. Hal ini jelas bertentangan dengan
norma keadilan. Sedangkan di bank syariah, transaksi berdasarkan bagi hasil
atau bagi untung/rugi, sehingga jika perusahaan untung besar, bank dapat
untung besar, jika perusahaan rugi, bank juga ikut menanggung beban kerugian
tersebut.
b. Adanya lembaga pengontrol berupa dewan pengawas syariah
Fungsi dari dewan pengawas syariah adalah agar dalam menjalankan
aktivitasnya bank syariah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam dan
menjauhi hal-hal yang dilarang dalam agama Islam. Beberapa hal yang dilarang
dalam Islam yaitu menerima dan membayar bunga (riba), membiayai suatu
usaha yang diharamkan seperti minuman keras, kegiatan yang sangat dekat
dengan gambling (maisir), serta transaksi yang mengandung gharar.
4
Kelemahan Bank Syariah
a. Keterbatasan jaringan pemasaran bank syariah
Jaringan pemasaran bank syariah masih kalah jauh jika dibandingkan dengan bank
konvensional. Hal ini sangat mempengaruhi luasnya jangkauan pelayanan kepada
masyarakat dan luasnya jaringan kerjasama di antara bank syariah.
b. SDM bank syariah belum banyak memahami bisnis bank syariah secara total
Karena keterbatasan SDM yang ahli di bidang perbankan syariah, menyebabkan
bank syariah merekrut tenaga-tenaga yang kurang ahli di bidang perbankan syariah,
terutama di SDM pendukung (lapisan kedua).
c. Efisiensi operasional perbankan syariah yang masih belum optimal
Efisiensi perbankan syariah terlihat dengan adanya tingkat return yang lebih rendah
kepada nasabah dibandingkan dengan yang dapat diberikan oleh perbankan
konvensional. Peningkatan efisiensi operasional yang berdampak pada perbaikan
tingkat return kepada nasabah tentunya akan memacu para investor untuk bermitra
dengan bank syariah yang mana selain mengharapkan jasa keuangan yang sesuai
dengan syariah, juga tentunya mengharapkan tingkat return yang lebih baik.
5
bahwa faktor-faktor yang memotivasi untuk menggunakan perbankan syariah untuk
masyarakat Jawa Barat dan Jawa Timur lebih didominasi oleh faktor kualitas
pelayanan. Selain itu, nasabah bank syariah mempunyai kecenderungan untuk
berhenti menjadi nasabah karena faktor pelayanan yang kurang baik.
d. Peningkatan promosi dan sosialisasi terhadap produk-produk bank syariah secara
efektif
Promosi dilakukan dengan memanfaatkan potensi daerah yang ada secara efektif,
baik secara perorangan, kelompok maupun instansi yang meliputi unsur alim ulama,
penguasa negara/pemerintahan, cendekiawan dan lain-lain, yang memiliki
kemampuan dan akses yang besar dalam penyebarluasan informasi terhadap
masyarakat luas. Hasil survei BI yang dilakukan di Jawa Barat mengungkapkan
bahwa masyarakat yang belum menjadi nasabah bank syarih, kemudian diberi
penjelasan tentang produk/jasa bank syariah mempunyai kecenderungan yang kuat
untuk memilih bank syariah.
e. Peningkatan kerjasama dengan institusi lain
Kerjasama dengan institusi lain dapat dilakukan dengan institusi pendidikan dan
perusahaan sejenis. Kerjasama dengan institusi pendidikan dimaksudkan untuk
memberikan pelatihan karyawan bank syariah, mencari lulusan terbaik dari
lembaga tersebut yang ahli dalam perbankan syariah, ataupun bank syariah bisa
berperan
f. Sebagai sponsor sosialisasi perbankan syariah dalam rangka edukasi bank syariah
ke masyarakat.
Kerjasama yang dilakukan dengan perusahaan sejenis dimaksudkan agar terdapat
Forum Komunikasi Pengembangan Perbankan Syariah (yang mengkoordinasikan
upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang perbankan
syariah, mendorong pemerintah untuk membuat kerangka hukum dan peraturan
yang lebih sesuai dengan bank syariah), dan Pusat Informasi Keuangan Syariah.
g. Peningkatan jaringan kantor bank syariah
Pengembangan jaringan kantor bank syariah diperlukan dalam rangka perluasan
jangkauan pelayanan kepada masyarakat, peningkatan kerjasama antar bank
syariah, peningkatan efisiensi usaha serta peningkatan kompetisi ke arah
peningkatan kualitas pelayanan.
h. Peningkatan cakupan pasar melalui aliansi strategis.
Untuk memperluas cakupan pasar dapat dilakukan melalui aliansi strategi dengan
melakukan kerjasama dengan perusahaan lain. Aliansi strategis dilakukan sebagai
upaya untuk menambah jaringan pemasaran baru tanpa banyak mengeluarkan
modal, penambahan fasilitas seperti ATM yang bisa diakses di ATM semua bank,
penambahan fasilitas ATM untuk belanja, dan sebagainya.
i. Peningkatan kualitas SDM
Keberhasilan pengembangan bank syariah pada level mikro sangat ditentukan oleh
kualitas manajemen dan tingkat pengetahuan serta ketrampilan pengelola bank.
Oleh karena itu, kualitas sumber daya manusia harus terus ditingkatkan baik
pengetahuan tentang manajemen perbankan maupun pengetahun tentang syariah
perbankan melalui pelatiha. Pelatihan ini, tidak hanya diberikan kepada level
pimpinan saja, tetapi juga semua orang di lingkungan bank syariah mulai dari
operator, customer service, direksi sampai pemilik, sehingga mereka lebih ahli dan
6
bisa berfungsi sebagai sosialisator ataupun edukator yang baik tentang perbankan
syariah di masyarakat.
j. Peningkatan efisiensi internal
Efisiensi internal dapat dilakukan dengan meningkatkan cakupan pasar, menambah
kelengkapan instrumen transaksi syariah (termasuk dengan memanfaatkan
kemajuan dalam bidang teknologi informasi) sehingga lebih dapat meningkatkan
fleksibilitas penerapan jasa keuangan syariah bagi masyarakat, dan sebaginya.
7
f. Memantau dan mengevaluasi kejadian-kejadian fraud, serta penetapan tindak
lanjutnya.
g. Mengembangkan saluran komunikasi yang efektif di intern dan bagi ekstern
Bank agar seluruh pejabat dan pegawai Bank memahami dan mematuhi
kebijakan dan prosedur yang berlaku, termasuk kebijakan dan prosedur untuk
pengendalian Fraud.
h. Peran aktif Dewan Pengawas Syariah guna menegakan dan memastikan
pelaksanaan prinsip syariah (syariah compliance) pada aktivitas dan operasional
Bank, DPS perlu melaksanakan peran aktifnya pada penegakan Kebijakan Anti
Fraud terkait hal-hal sebagai berikut :
Melakukan pengawasan pelaksanaan Kebijakan Anti Fraud, khususnya
pada penyimpangan terkait dengan prinsip Syariah.
Melakukan pengawasan dan memastikan pengembangan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya terkait dengan peningkatan
awareness dan pengendalian fraud.
Melakukan pengawasan terhadap proses pemantauan dan evaluasi serta
pelaporan atas kejadian-kejadian fraud serta penetapan tindak lanjut
khususnya pada penyimpangan terkait dengan prinsip syariah.
Kebijakan Anti Fraud Bank (KAF) merupakan landasan pokok penerapan strategi
Anti Fraud. Melalui 4 (empat) pilar sistem pengendalian fraud, yaitu:
a. Pencegahan Fraud;
b. Deteksi Fraud;
c. Investigasi, Pelaporan dan Pengenaan Sanksi Fraud; dan
d. Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut Fraud.
Model Pertahanan Tiga Lini (The Three Lines of Defense Model)
Bank Syariah Indonesia menerapkan prinsip three lines of defense dalam
memitigasi terjadinya fraud. Penerapan three lines of defense dengan membedakan
antara fungsi bisnis sebagai fungsi pemilik risiko (risk owner), fungsi yang
mengawasi risiko (overseeing risk), dan fungsi yang menyediakan keyakinan
independen (independent assurance). Model pertahanan tiga lini (three lines of
defense) sebagai berikut:
a. Pertahanan Lini Pertama (1st Line of Defense)
Pertahanan Lini Pertama adalah fungsi di level operasional yang merupakan
pemilik proses, tanggung jawab, dan kewajiban untuk menilai, mengendalikan,
serta memitigasi risiko sekaligus memelihara pengendalian internal yang
efektif.
b. Pertahanan Lini Kedua (2nd Line of Defense)
Pertahanan Lini Kedua adalah fungsi kontrol, manajemen risiko, kepatuhan dan
fungsi lain sejenis, yang memfasilitasi, serta memonitor keefektifan
implementasi dari praktik manajemen risiko yang dilakukan oleh fungsi di level
operasional sekaligus membantu pemilik risiko untuk melaporkan secara
memadai semua informasi yang menyangkut mengenai risiko tersebut.
c. Pertahanan Lini Ketiga (3rd Line of Defense)
8
Pertahanan Lini Ketiga merupakan fungsi internal audit yaitu melalui
pendekatan berbasis risiko, memberikan keyakinan (assurance) atas keefektifan
tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian internal kepada fungsi
pengelola dalam organisasi (Senior Management/Board of Director dan Board
of Commisioner) termasuk bagaimana pertahanan lini pertama dan kedua
beroperasi.
Pencegahan
a. Anti Fraud Awareness
Bank mengupayakan untuk menumbuhkan kesadaran mengenai pentingnya
pencegahan fraud oleh seluruh pihak di lingkungan atau jajaran Bank melalui
kepemimpinan yang baik. Moral dan awareness pimpinan harus menjiwai setiap
kebijakan atau ketentuan yang berlaku. Bank perlu melakukan upaya menumbuhkan
anti Fraud awareness, antara lain:
Menyusun dan mensosialisasikan Anti Fraud Statement.
Menyusun program employee awareness berupa menyelenggarakan diskusi,
training dan publikasi mengenai pemahaman terhadap bentuk-bentuk fraud,
transparansi hasil investigasi, dan tindak lanjut terhadap fraud.
Menyusun program customer awareness berupa membuat brosur anti fraud,
penjelasan tertulis maupun melalui sarana lainnya untuk meningkatkan kepedulian
dan kewaspadaan nasabah terhadap kemungkinan terjadinya fraud.
b. Identifikasi Kerawanan
Identifikasi kerawanan merupakan proses manajemen Risiko untuk
mengidentifikasi, menganalisis, dan menilai potensi risiko terjadinya fraud. Bank wajib
melakukan klarifikasi kerawanan pada setiap aktivitas. Hasil identifikasi tersebut
didokumentasikan dan diinformasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
9
Mengidentifikasi tingkat kepuasan karyawan dan follow up
mengoptimalkan lingkungan kerja yang sehat.
Deteksi
Bank Syariah Indonesia telah menetapkan langkah-langkah untuk mengidentifikasi dan
menemukan fraud dalam kegiatan usaha Bank, mencakup:
a. Kebijakan dan Mekanisme Whistleblowing
Kebijakan ini menitikberatkan pada pengungkapan atau potensi fraud melalui
pengaduan, baik dari internal Bank maupun dari pihak eksternal. Bank merumuskan
kebijakan whistleblowing untuk memperjelas penanganan pengaduan adanya kejadian
fraud, mempermudah pemahaman dan penerapannya, serta memberikan dorongan atau
kesadaran kepada pegawai dan pejabat Bank untuk melaporkan kejadian fraud. Untuk
meningkatkan efektifitas penerapan kebijakan whistleblowing, maka kebijakan.
Whistleblowing minimal mencakup:
Perlindungan kepada whistleblower
Bank berkomitmen untuk memberikan dukungan dan perlindungan kepada setiap
pelapor fraud, serta menjamin kerahasiaan identitas pelapor fraud dan menjamin
kerahasiaan laporan fraud.
Regulasi yang terkait dengan pengaduan fraud.
Bank menetapkan mekanisme pengaduan fraud dengan mengacu pada ketentuan
dan perundang-undangan yang berlaku.
Sistem pelaporan dan mekanisme tindak lanjut laporan fraud
Bank menetapkan sistem pelaporan fraud dalam ketentuan tersendiri dengan
memuat kejelasan proses pelaporan, meliputi tata cara pelaporan, sarana, dan pihak
yang bertanggungjawab untuk menangani pelaporan. Untuk mendukung sistem
pelaporan, Bank menyusun mekanisme tindak lanjut terhadap laporan kejadian
fraud.
Penyusunan ketentuan whistleblower
Bank menyusun ketentuan whistleblowing dengan memerhatikan transparansi dan
konsisten agar dapat menimbulkan kepercayaan seluruh karyawan Bank terhadap
kehandalan dan kerahasiaan mekanisme whistleblowing.
Reward
Informasi dari whistleblower dapat menentukan perlu tidaknya mendapat apresiasi
dari Direksi/SEVP setelah SKAI (Satuan Kerja Audit Intern) melakukan audit
investigasi.
b. Surprise Audit
Bank menyusun mekanisme prosedur surprise audit terutama pada Unit Kerja yang
mempunyai profil risiko tinggi atau rawan terhadap terjadinya fraud. Pelaksanaan
surprise audit untuk meningkatkan kewaspadaan dari karyawan dalam melaksanakan
tugas dan dilakukan tanpa diketahui karyawan.
c. Surveillance System
Bank menyusun prosedur surveillance system yang merupakan suatu tindakan
pengujian atau pemeriksaan. Bank mengusahakan agar pihak yang mengalami
pengujian/pemeriksaan tidak mengetahui atau menyadari bahwa pelaksanaan
10
surveillance system dalam rangka memantau dan menguji efektifitas kebijakan anti
fraud sedang berlangsung. Pelaksanaan surveillance system dapat meminta bantuan
pihak independen dan/atau internal Bank.
d. Line Management
Dalam menjalankan operasional perbankan sehari-hari line management melakukan
fungsi pengawasan dalam bentuk pengawasan melekat guna menemukan
penyimpangan atau pelanggaran sebagai deteksi awal dalam pencegahan fraud.
Investigasi, Pelaporan dan Sanksi
Bank Syariah Indonesia telah menetapkan langkah-langkah untuk menggali informasi
(investigasi, sistem pelaporan dan pengenaan sanksi atas fraud dalam kegiatan usaha Bank,
mencakup:
a. Investigasi
Bank melakukan audit investigasi terhadap setiap adanya kejadian fraud atau terhadap
setiap indikasi atau dugaan fraud untuk mengumpulkan bukti-bukti yang terkait dengan
kejadian fraud. Audit investigasi mengacu pada standar investigasi yang berlaku dan
memproses pelaku sesuai ketentuan yang berlaku. Bank menyusun standar prosedur
audit investigasi, minimal mencakup:
b. Pelaporan
Bank menetapkan mekanisme pelaporan yang efektif atas pelaksanaan investigasi
dan temuan-temuan atas kejadian fraud, meliputi:
1) Mekanisme pelaporan mencakup pelaporan kepada pihak
Direksi/SEVP, Dekom dan kepada Regulator Perbankan.
11
Analisis Perbandingan
1. Laporan Keuangan
Secara umum, dari segi profitabilitas dan likuiditas kinerja keuangan bank syariah lebih
baik dibandingkan dengan bank konvensional. Akan tetapi, ada beberapa rasio yang
lebih rendah dari perbankan konvensional, yaitu rasio permodalan (CAR) dan rasio
rentabilitas (ROA). Untuk meningkatkan rasio-rasio tersebut, perbankan syariah perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Rasio permodalan (CAR) Bank Umum Syariah (BUS) dapat ditingkatkan
kualitasnya dengan penambahan modal. Hal ini dapat dilakukan dengan lebih
memperhatikan kebutuhan modal pada setiap ekspansi kredit. Usahakan setiap
asset yang berisiko tersebut menghasilkan pendapatan, sehingga tidak perlu
menekan permodalan.
b. Rasio rentabilitas (ROA) dapat ditingkatkan kualitasnya dengan meningkatkan
laba dan menekan biaya operasional. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan
pembiayaan dan menekan biaya-biaya yang seharusnya saja. Selain itu, bank
syariah juga perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat lebih
mengerti tentang produk-produk bank syariah dan memiliki ketertarikan untuk
menjadi nasabahnya.
2. Kepuasan Pelanggan
Menganalisis kepuasan nasabah dalam penggunaan produk Bank Syariah Indonesia
yaitu (BSI) Mobile di Kota Pontianak yang dilihat dari lima faktor. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif. Analisis data yang
digunakan dalam mengukur variabel kepuasan nasabah serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya menggunakan kuesioner skala likert. Teknik pengambilan sampel
yaitu purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Hasil analisis
menunjukkan bahwa faktor kemudahan penggunaan, keamanan dan kerahasiaan,
kemampuan akses, kecepatan transaksi, dan biaya memiliki hubungan yang kuat
terhadap kepuasan nasabah dimana 84,4% responden puas dengan kemudahan
penggunaan, sebesar 89,4% responden puas dengan keamanan dan kerahasiaan data,
sebesar 88,3% responden puas akan kemampuan aksesnya, sebesar 90,2% responden
puas bertransaksi dengan BSI karena cepat dan sebesar 82,6% responden puas dengan
faktor biaya.
12
b. Sosialisasi dan promosi. Di lapangan, cukup banyak masyarakat yang belum
memahami secara utuh ‘sosok’ banksyariah. Meminjam istilah Adiwarman A.
Karim, setidaknya ada 3 kategori nasabah, yakni loyalis syariah, loyalis
konvensional dan pasar mengambang (floating market). Potensi pasar mengambang
mencapai Rp 720 triliun. Persoalan pada pasar mengambang adalah ada yang sudah
tahu tapi belum paham, sudah paham tapi belum percaya, sudah percaya tapi belum
sepenuhnya berpartisipasi. Proses sosialisasi perlu dilakukan secara continue.
c. Perluasan jaringan kantor. Indnesia memiliki wilayah yang amat luas. Akan tetapi
jumlah kantor syariah yang beroperasi hingga ke pelosok masih kurang.
d. Peningkatan SDM. Harus diakui secara jujur, bahwa sumber daya insani perbankan
syariah yang profesional,amanah, dan berkualitas belum sepenuhnya tersedia.
e. Insan perbankan yang berkualifikasi syariah handal masih jarang. Nampaknya,
sebagian besar SDM terutama level menengah ke atas masih hasil didikan ekonomi
konvensional. Padahal, yang dibutuhkan bukan hanya menguasai
ekonomi/perbankan modern, tetapi sekaligus paham fiqih (syariah) serta mampu
berinovasi dalam menyelesaikan ‘pernak-pernik’ persoalan bank syariah yang
sistemnya masih baru. Training, workshop, seminar, studi banding, serta berbagai
pembinaan lain untuk meningkatkan kompetensi SDM harus mendapat perhatian
serius. Peningkatan modal, tantangan ini masih dirasakan oleh bank syariah di
Indonesia. Masih minimnya SDM merupakan fakta yang tidak bisa diingkari. Bank
syariah masih kekurangan tenaga yang menguasai aspek fiqh tentang perbankan
syariah dan pengetahuan manajemen perbankan praktis. Salah satu sebab minimnya
SDM adalah adanya jargon “how
to Islamize our banking system” dan melupakan wacana “how to Islamize the
people involved in the banking industry”.12
f. Peningkatan pelayanan. Perbankan syariah perlu terus meningkatkan kualitas
pelayanannya. Prinsip pelayanan yang ramah, mudah, cepat dan murah harus
menjadi trade mark bank syariah.
2. Rekomendasi
Setelah melihat peluang dan tantangan yang dihadapi Bank Syariah Indonesia, maka
alternatif solusinya dalam penelitian ini diberikan dengan tujuan agar Bank Syariah
Indonesia mengalami progress yang signifikan dan semakin berperan dalam
peningkatan perekonomian Indonesia. Solusi itu antara lain :
a. Pengembangan Kelembagaan dan Partisipasi Pemerintah. Pemerintah harus
ditingkatkan, terutama mengalokasikan sebagian dana APBN untuk Bank
Syariah Indonesia. Dengan demikian bank syariah tidak kekurangan dana untuk
meningkatkan kualitasnya, di samping dana bank sendiri harus terus
ditingkatkan. Kelembagaan juga harus terus dikembangkan seiring kemajuan
global.
b. Menggalakkan promosi dan edukasi serta sosialisasi Bank Syariah kepada
masyarakat, agar tidak terjadi misunder standing terhadap Bank Syari’ah,
memahami produk-produknya, serta manajemen dan cara mengaksesnya.
13
c. Penguatan Sumber Daya Manusia khususnya yang involved di Perbankan
Syariah, supaya bisa mengerti dan memahami secara teoritis dan praktis tentang
segala yang berkaitan dengan Perbankan Syariah.
d. Pemanfaatan teknologi modern dalam operasionalisasi Perbankan Syariah.
e. Menjalin kerjasama dengan semua pihak, guna memperluas jaringan, marketing
dan konsumen.
f. Peningkatan kualitas pelayanan, kenyamanan dan fasilitas kantor, produksi
yang bervariatif harus segera direalisasi. Termasuk memperbanyak jumlah
mesin ATM di seluruh pelosok Indonesia.
Jiwasraya
Tujuan perusahaan adalah berkembang dan maju sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan sehingga mampu bersaing dengan perusahaan lain. Perusahaan
yang dapat bersaing dengan para pesaingnya adalah perusahaan yang memiliki SDM yang
berkualitas. Sebaliknya, ketika sumber daya manusia rendah, tujuan perusahaan menjadi lebih
sulit tercapai.
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor terpenting dalam sebuah organisasi.
Tujuan setiap organisasi dipusatkan pada kesejahteraan rakyat dan perwujudan misinya
dipandu oleh sumber daya manusia yang unggul dan bertanggung jawab.
Karyawan adalah inti dari sumber daya manusia organisasi. Agar keragaman individu
atau karyawan dikelola dengan baik, supervisor atau manajer harus memahami bahwa dalam
peran kepemimpinan, kunci untuk membuat fungsi ini berjalan adalah motivasi dari setiap
individu. Karyawan dan kelompok dalam organisasi.
Motivasi kerja merupakan faktor yang penting, karena jika motivasi kerja tinggi maka
hal ini dapat didukung dengan meningkatnya kinerja atau kinerja pegawai. Oleh karena itu,
motivasi kerja sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja pegawai.
Prestasi kerja merupakan fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk melaksanakan
tugas dan pekerjaan, seseorang harus memiliki keinginan dan kemampuan. Kinerja mengacu
pada penyelesaian tugas yang berhasil dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik, barulah dilakukan
tindakan.Jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik, maka kegiatan tersebut
dianggap baik dan berhasil.Meningkatkan prestasi kerja memang tidak mudah karena
membutuhkan sikap mental, perbaikan dan tindakan nyata. Faktor yang paling penting dalam
peningkatan pekerjaan adalah tenaga kerja itu sendiri.
Sehubungan dengan pentingnya motivasi kerja, hal ini harus diperhatikan di PT.
Asuransi Jiwasraya (Persero) Cabang Pekanbaru, suatu perusahaan jasa asuransi dimana suatu
perusahaan yang menawarkan dan menjual polis asuransi kepada masyarakat dalam
menjalankan usahanya tidak terlepas dari keterlibatan petugas asuransi atau penjamin emisi
yang dipekerjakannya. Penanggung ini merupakan ujung tombak perusahaan penyelenggara
dalam akuisisi nasabah karena agen ini bersentuhan langsung dengan masyarakat dan
menawarkan serta menjelaskan asuransi dan produknya.
14
Gambar 1
Menunjukkan tanda-tanda buruknya kinerja broker bahwa sebenarnya premi asuransi
yang diterima tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh perusahaan, artinya hasil
broker tidak sesuai dengan harapan seperti terlihat pada data fee income penjualan tahun 2011
yang dilakukan tidak mencapai tujuan yang diinginkan, mulai dari Rp 67 000 000 000 Rp 64
317 695 620 yang berhasil diterima perusahaan, jadi kurang lebih 95%. Dan pada tahun 2012,
pendapatan premi jauh dari target: hanya Rp. 75.000.000.000. 46.581.372.358 atau sekitar
62,5% berhasil diterima. Hal ini perlu diklarifikasi lebih lanjut, apakah karena kurangnya
pengawasan senior atau karena manajer tidak mengetahui apa yang dibutuhkan agen untuk
membangkitkan semangat dan semangat dalam bekerja, khususnya dalam pemasaran penjualan
asuransi. Hal ini tentu akan menimbulkan konsekuensi dikarenakan adanya permasalahan yang
dihadapi perusahaan yaitu kinerja perusahaan asuransi yang masih lemah, hal ini terlihat dari
tidak tercapainya tujuan dalam penjualan produk asuransi. Oleh karena itu, dalam menghadapi
fenomena di atas, perusahaan harus memperhatikan dan memotivasi para agen. sebagai
penggerak untuk memberikan pelayanan yang optimal guna mencapai tujuan perusahaan yaitu
meningkatkan jumlah nasabah dan pendapatan dari jasa asuransi.
Upaya perusahaan tidak hanya dititikberatkan pada kondisi eksternal pekerjaan, tetapi
juga kondisi internal pekerjaan itu sendiri, dengan faktor internal yaitu motivasi yang berasal
dari dalam yang dapat meningkatkan efisiensi kerja para agen. perwakilan, ini merupakan
jaminan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya.
15
Keunggulan Jiwasraya
Menawarkan produk asuransi dengan masa tanggung Panjang
Salah satunya adalah produk JS Pro Mapan yang menawarkan masa tanggung hingga
usia 99 tahun
Menghadirkan produk asuransi yang mencakup investasi sekaligus
Premi yang nantinya didapatkan setelah masa tanggung habis dapat lebih banyak
Menghadirkan proteksi dalam bentuk dan Pendidikan anak
Manfaat ini tersedia dalam produk asuransi JP Prestasi
Kelemahan Jiwasraya
Masalah fundamental
Kurangnya GCG
Tekanan likjuiditas dari produk saving plan.
Menurutnya Ketika terdapat masalah solvabilitas dan likuiditas yang terjadi sejak lama dan
tidak diselesaikan dengan solusi yang tepat. Perusahaan justru melakukan window dressing
laporan keuangan untuk melnyelesaikan masalah solvabilitas,dan mengeluarkan produk
asursansi investasi bergaransi bunga tinggi untuk mengatasi likuiditas. Kesalaha dalam tata
kelokal intelnal control yang buruk oleh jiwasraya mengakibatkan terjadinya negative spread
dan menimbulkan tekanan likuiditas pada PT Asuransi Jiwasraya yang berujung pada gagal
bayar.
16
Analisis Perbandingan
1. Laporan Keuangan
Berdasarkan data data analisis laporan keungan neraca dengan megunakan metode
common size pada tahun 2014 dan 2015 dapat disimpulkan bahwa kinerja dan
keuangan perusahaan dalam kondisi cukup data data neraca yang mengalami kenaikan
ada 13 sedangkan isi laporan laba rugi berdasarkan analisis common size yang telah
dilakukan, dapat di ketahui bahwa ada 26 pos yang mengalami kenaikan. Sehingga
kinerja keuangan PT. Asuransi jiwasraya periode 2014 dan 2015 adalah cukup karena
pendapatan operasoinal perusahaan mengalami peningkatan yang cukup Kinerja
keuangan pada PT. Asuransi jiwasraya setelah dilakukan analisis common size dapat
dikatakan cukup karena data data neraca yang mengalami kenaikan ada 13 sedangkan
isi laporan laba rugi berdasarkan analisis common size di ketahui 26 pos total nilai telah
di damaupun patkan dan kemudian di bagi dengan total pos pada laporan keuangan baik
laporan neraca maupun laba rugi di kali 100% dan jumlah dari perhitungan akan
dimasukan ke dalam kate gori untuk mendapat kan kesimpulan dan kategori yang
ditentukan 41-60 jadi perusahaan PT. Asuransi jiwasraya periode 2014 dan 2015
dinyatakan cukup baik.
2. Kepuasan Pelanggan
Tingkat kepuasan nasabah terhadap kinerja PT. Asuransi Jiwasraya secara rata-rataa
adalah memuaskan. Dimensi keandalan, atribut pertama yaitu pelayanan yang cepat dan
tepat mengenai proses penerbitan polis memiliki tingkat kepuasan cukup memuaskan
sedangkan ketiga atribut lain pembentuk dimensi keandalan dinilai oleh nasabah
memuaskan. Pada dimensi daya tanggap, kriteria cukup memuaskan ada dalam hal
penerimaan telepon dari nasabah dengan cepat dan baik oleh nasabah, sedangkan
atribut lain pembentuk dimensi daya tanggap ini dinilai memuaskan oleh nasabah.
Secara keseluruhan dimensi daya tanggap, menurut nasabah bahwa kinerja perusahaan
memuaskan.
17
demikian, tidak ada panduan yang mengatur nilai investasi maksimum pada aset
berisiko tinggi sehingga. Alhasil, mayoritas aset tak bisa diperjualbelikan saat kondisi
pasar tengah turun. Jiwasraya juga diketahui melakukan rekayasa harga saham
(window dressing) . Hal ini dilakukan dengan masif melakukan jual beli saham melalui
dressing reksa dana. Modusnya, saham yang overprice (kemahalan) dibeli oleh
Jiwasraya, kemudian dijual dengan harga negosiasi kepada manajer investasi untuk
kemudian dibeli kembali perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan aset investasi
Jiwasraya yang didominasi saham dan reksa dana saham yang memiliki underlying
asset saham dengan portofolio saham langsung. Akibat masalah yang membelit produk
saving plan, Jiwasraya mengalami masalah penurunan kepercayaan nasabah. Hal ini
berdampak pada kenaikan klaim yang kemudian menyebabkan tekanan likuiditas
2. Rekomendasi
Berangkat dari permasalahan tantangan tersebut, maka Kementerian BUMN
membentuk Holding asuransi dan penjaminan yang setelah itu akan ada sebuah anak
perusahaan baru yang dibentuk khusus untuk mewadahi hutang klaim polis nasabah PT
Asuransi Jiwasraya. Kementerian BUMN menyatakan anak perusahaan baru tersebut
bernama IFG Life. Nantinya, berdasarkan rencana, IFG Life akan diberikan suntikan
dana yang berasal dari perusahaan induknya yaitu PT Bahana Pembinaan Umum
Indonesia.13 Dana tersebut akan digunakan untuk membayar hutang klaim polis
nasabah akibat kasus PT Asuransi Jiwasraya.
18
Menganalis perbandingan perusahaan BSI dan PT.Asuransi Jiwasraya dalam
manajemen keandalan
Menganalisis potensi penyebab kegagalan layanan
Kurnia Wulan R. 22.0101.0026
Mengidentifikasi persamaan manajemen keandalan di dalam perusahaan BSI dan
PT.Asuransi Jiwasraya
Menganalisis pemulihan layanan perusahaan BSI dan PT.Asuransi Jiwasraya
Menganalisis dampal kepuasan dan loyalitas pelanggan
Ziddane Ferdianto 22.0101.0040
19