Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah

utama dalam bidang kesehatan saat ini yang terjadi di Negara

Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat

kesehatan bangsa, sebab anak merupakan sebagai generasi

penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembanglan

dalam meneruskan pembangunan bangsa. Namun, timbulnya

suatu penyakit merupakan ancaman terbesar yang berisiko

menurunkan derajat kesehatan pada masyarakat dunia ini.

Ancaman penyakit paling berbahaya dalam menurunkan derajat

kesehatan anak adalah penyakit menular. Penyakit menular yang

sering terjadi di Negara berkemabng adalah penyakit saluran

pencernaan. Salah satu penyakit saluran pencernaan adalah

demam Tifoid (Kemenkes RI, 2015).

Demam Tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usu

halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai

gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan

kesadaran yang disebabkan oleh infeksi bakteri salmonella typhi

(Lestari, 2016). Infeksi kuman salmonella typhi merupakan kuman

negative, dan tidak menghasilkan spora, hidup baik sekali pada

suhu tubuh manusia serta dapat mati pada suhu 70 0C dan

menggunakan antiseptic (Wulandari & Erawati, 2016). Dampak

demam tifoid sendiri terhadap tubuh manusia yaitu menimbulkan


perasaan tidak enak badan, lesu, pusing, dan tidak bersemangat

yang kemudian disusul dengan gejala-gejala klinik seperti nyeri

bagian perut, anoreksia, mual muntah, konstipasi, diare, dan

demam/hipetermia. Gejala klinis terbanyak adalah demam,

anoreksia diikuti oleh mual, muntah, dan nyeri perut (Homenta,

2016).

B. Pengertian Demam Tifoid

Demam tifoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut

yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala

demam lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan

gangguan kesadaran. Demam tifoid disebabkan oleh infeksi

salmonella typhi (Lestari, 2016).

Demam tifoid atau typus abdominalis adalah suatu penyakit


infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan
gejala demam yang lebih dari seminggu, gangguan pada
pencernaan dan juga kesadaran (Price & M.wilson 2015).

C. Anatomi Fisiologi
Menurut (Sodikin,2016), anatomi pada pasien typoid yaitu terjadi
melalui system pencernaan manusia yang terdiri dari :
1. Mulut
Mulut adalah bagian pertama dari system pencernaan
manusia,dinding kovum oris memiliki struktur untuk fungsi
mastikasi (penguyahan), dimana makanan akan di potong-
potong, atau di hancurkan oleh gigi.
2. Lidah
Lidah manusia tersusun atas otot yang pada bagian atas dan
sampingnya di lapisi dengan mukosa, lidah pada neonates
relative pendek dan lebar. Lidah juga berfungisi membantu
menelan makanan.
3. Gigi
Gigi manusia memiliki ukuran yang berbeda-beda, disetiap gigi
manusia mempunyai bagian yaitu mahkota,yang terlihat di atas
gusi, leher yang di tutupi oleh gusi dan akar yang di tahan oleh
soket tulang. Fungsi gigi untuk mengunyah makanan.
4. Esofagus/kerongkongan
Esofagus merupakan tuba otot dengan ukuran 8-10 cm dari
kartilago krikoid sampai bagian kardia lambung. Panjangnya
bertambah selama 3 tahun setalah kelahiran, selanjutnya
kecepatan pertumbuhan lebih lambat mencapai panjang
dewasa 23-30 cm. kerongkongan atau esofagus berfungsi
menyalurkan makanan dari mulut ke lambung. Secara anatomis
didepan esofagus adalah trakea dan kelenjar tiroid,jantung.serta
daifragma,sedangkan dibagian belakangnya adalah kolumna
vertebralis.
5. Lambung
Lambung berbentuk lebar dan merupakan bagian yang dapat
berdilatasi dari saluran cerna. Bentuk lambung bervariasi
tergantung dari jumlah makanan yang di dalamnya, adanya
gelombang peristaltic,tekanan dari organ lain,dan postur tubuh.
6. Usus kecil
Usus kecil terbagi menjadi duodenum,jejanum,dan ileum. Usus
kecil memiliki panjang sekitar 300-350cm saat lahir, mengalami
peningkatan sekitar 50% selama tahun pertama kehidupan, dan
berukuran kurang lebih 6 meter saat dewasa.
7. Pancreas
Pancreas merupakan suatu organ yang terdiri dari dua jaringan
besar yaitu asini yang menghasilkan enzim-enzim pencernaan
dan pancreas yang menghasilkan hormone.
8. Kandung dan saluran empedu
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kira dan
kanan, yang selanjutnya bergabung membentuk duktus
hepatikus umum. Saluran ini bergabung dengan sebuah saluran
yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus) untuk
membentuk saluran empedu umum,dan masuk kedalam
duodenum.
9. Usus besar
Usus besar terdiri dari :
a. Transversum
b. Kolon asadens (kanan)
c. Kolon desedens (kiri)
d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rectum)
10. Rectum dan anus
Rectum merupakan sebuah ruangan yang berawal di ujung
usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.
Biasanya rectum kososng karena tinja disimpan ditempat yang
lebih tinggi yaitu pada desendens. Jika kolon desendens penuh
maka tinja masuk kedalam rectum dan timbul keinginan untuk
buang air besar. Anus merupakan lubang di ujung
saluran,dimana bahan limbah berhentih di anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu
cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.
D. Etiologi
Penyebab utama demam tifoid ini adalah bakteri salmonella
typhi. Bakteri berupa basil gram negative, mempunyai flagella,
bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, dapat hidup di
dalam air, sampah dan debu mempunyai tiga macam antigen yaitu
antigen O (somatic yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida),
antigen H (flagella) dan antigen VI. Dalam serum penderita,
terdapat zat (agglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
Kuman tubuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada
suhu 15-14 C (optimum 37C) dan pH pertumbuhan 608. Bakteri ini
dapat mati dengan pemanasan suhu 70 C selama 15-20 menit.
Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, system imun yang
rendah,m feses, urin, makanan minuman yang terkontaminasi,
formalitas dan lain sebagainya (Lestari, 2016).
E. Patofisologi
Proses perjalanan penyakit kuman masuk kedalam mulut
melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh salmonella
(biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat
dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke
usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa usus kurang
baik, maka hasil salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel m)
dan selanjutnya menuju lam ina propia dan berkembang biak di
jaringan limofid plak peyeri di ileum distal dan kelenjar getah bening
mesenterika (Lestari,2016).
Jaringan limifoid plak peyeri dan kelenjar getah bening
mesenterika mengalami hyperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran
darah (bakterimia) melalui duktus thoracicus dan menyebar
keseluruh organ retikulo endotalial tubuh. Terutama hati, sumsum
tulang, dan limafa melalui sirkulasi portal dari usus (Lestari,2016).
Hati membesar (Hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat
plasma,dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan
pembesaran limfa (splenomegaly). Di organ ini, kuman slamonella
thypi berkembang biak dan masuk srikulasi darah lagi, sehingga
mengakibatkan bakterimia kedua yang di sertai tanda dan gejala
infeksi sistemik (demam,malaise,myalgia,sakit kepala,sakit
perut,instabilitas vaskuler dan gangguan mental koagulasi).
(Lestari,2016).
Perdarahan saluran cerna terajadi akibat erosi pembuluh darah
di sekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan
hyperplasia. Proses patalogis ini dapat berlangsung hingga ke
lapisan otot, serosa usus dan mengakibatkan peraforasi.

Pathway
Basil salmonella thypi

Menginfeksi saluran Demam Hipertemia

Tifus abdominalis

Mual,nafsu makan Diserap usus halus Tukak Nyeri akut


menurun di usus

Defisit Nutrisi Masuk kedalam peredaran darah


Perdarahan dan
Perforasi
Menyebar keseluruh tubuh

Resiko Hipovolemia
Badan lemah,lesu

Intoleransi Aktivitas

Tabel . 1.1 WOC Tifoid fefer


(Sumber.Hidayat,2016)
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
3. Pemeriksaan uji widal
4. Kultur
5. Anti salmonella typhi ig M
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada demam Tifoid yaitu (Lestari,2016)
1. Perawatan
a) Klien di istirahatkan 7 hari sampai-14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan usus.
b) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan
pulihnya transfuse bila ada komplikasi perdarahan.
2. Diet
a) Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein
b) Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur sering.
c) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari
lalu nasi lembut
d) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas
demam selama 7 hari.
3. Obat-obatan
a) Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari,
terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intervena,
selama 14 hari.
b) Bila mana terdapat kontra indikasi pemberian
kloramfenikol, diberikan ampisilin dengan dosis 200
mg/kgBB/hari, terbagi 3-4 kali. Pemberian intravena saat
belum dapat minum obat, selama 21 hari.
c) Amoxselin dengan dosis 100mg/kgBB/hari terbagi dalam
2-3 kali pemberian, oral,selama 14 hari.
d) Pada kasus berat,dapat diberi ceftriakson dengan dosis
50mg/kgBB/hari dan diberikan 2 kali sehari atau
80mg/kgBB/hari, sehari sekali, intervena selama 5-7 hari
e) Pada kasus yang di duga mengalaki MDR, maka pilihan
antibiotic adalah meropenen,azithromisin,dan
fluoroquinolon.
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata klien dan penanggung jawab
Biodata berupa nama, umur, jenis kelamin , alamat ,
pendidikan , nomor registrasi, status perkawinan, agama,
pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal masuk rumah
sakit.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya klien dirawat di rumah sakit dengan keluhan,
demam,muntah,nafsu makan menurun,dan diare
2) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh kepela tersa
sakit,demam,nyeri dan juga pusing, klien mengalami
mual, mubtah dan anoreksia, merasa sakit diperut dan
juga diare,dan mengeluh nyeri otot.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit lain/pernah menderita
penyakit seperti ini sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya keluarga yang menderita penyakit yang
sama (penularan)
c. Pola kebiasaan sehari-hari
Mengidentifikasi pola aktivitas klien sebelum dan sesudah
sakit yang meliputi nutrisi,eliminasi,personal
hygiene,istirahat tidur,dan aktivitas.
d. Riwayat psikososial dan spiritual
e. Meliputi informasi dan mengenai perilaku,perasaan dan
emosi yang di alami penderita sehubungan dengan
penyakitnya,serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
f. Pemeriksaan fisik
Pemeriksan fisik meliputi, keadaan umum,tingkat kesadaran
dan head toe to.
2. Analisa Data

MASALAH
N DATA ETIOLOGI KEPERAWATAN
o

1. DS : Basil salmonella thypi


-
DO : Menginfekasi saluran
- Suhu tubuh di
atas nilai normal Demam
Hipertermi b/d proses
DS :
penyakit (infeksi)
- Hipertermia

DO :

- Kulit merah
- Kejang
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa
hangat
2. DS : Basil salmonella thypi
- Mengeluh nyeri
DO : Demam Nyeri akut b/d agen
- Tampak meringis pencedera fisiologis
- Bersikap protektif Tifus abdominalis (infalamasi)
- Gelisa
- Frekuensi nadi Diserap usus halus
meningkat
- Sulit tidur
Tukak di usus
DS :
-
Nyeri akut
DO :
- Tekanan darah
meningkat
- Pola nafas
berubah
- Nafsu makan
berubah
- Proses berpikir
terganggu
- Menarik diri

3. DS : Basil salmonella thypi


-
DO : Demam
- Berat berat
menurun minimal Tifus abdominalis
10% dibawah
rentang ideal Diserap usus halus
Defisit nutrisi b/d
DS :
ketidakmampuan
- Cepat kenyang
Mual, nafsu makan menelan makan
menurun
setelah makan
- Kram/nyeri Defisit nutrisi
abdomen
- Nafsu makan
menurun
DO :
- Bising usus
hiperaktif
- Otot pengunyah
lemah
- Otot menelan
lemah
- Membrane
mukosa pucat
- Rambut rontok
berlebihan
- diare

4. DS : Basil salmonella thypi


- Hipovolemia b/d
DO : Demam kehilangan cairan aktif
- Frekuensi nadi
meningkat Tifus abdominalis
- Nadi teraba
lemah Diserap usus halus
- Tekanan darah
menurun Tukak di usus
- Membrane
mukosa kering
Perdarahan dan
DS :
perforasi
- Merasa lemah
- Mengeluh haus
Hipovolemia
DO :
- Suhu tubuh
meningkat
- Berat badan
turun tiba-tiba
- Status mental
berubah

5. DS : Basil salmonella thypi Intoleransi aktivitas b/d


- Mengeluh lelah kelemahan
DO : Demam
- Frekuensi
jantung Tifus abdominalis
meningkat >20%
dari kondisi
Diserap usus
istirahat
DS :
- Dispnea
Masuk kedalam
saat/setelah
peredaran darah
aktivitas
- Merasa lemah
- Merasa tidak
Menyebar keseluruh
nyaman saat
tubuh
beraktivitas
DO :
- Tekanan darah
Badan lemah lesuh
berubah >20%
dari kondisi
istirahat
Intoleransi Aktivitas
- Sianosis

3. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi b/d proses penyakit (infeksi)
b. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis (infalamasi)
c. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makan
d. Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif
e. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan

4. Intervensi Keperawatan

Diagnosa

No keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

1. Hipotermia Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipotermia (I.14507)


(D.0130)
Setelah dilakukan asuhan Observasi

keperawatan selama 3x24 1. Monitor suhu tubuh

jam di harapkan pengaturan 2. Identifikasi penyebab


suhu tubuh tetap berada
hipotermia
pada rentang normal dengan
3. Monitor tanda dan gejala
kriteria hasil :
hipotermia
1. Menggigil menurun
Terpautik
2. Suhu tubuh membaik
1. Sediakan lingkungan
3. Suhu kulit membaik
yang hangat
2. Ganti pakian dan/atau

linen yang basah

3. Lakukan penghangatan

pasif

4. Lakukan penghangatan

aktif internal

Edukasi

1. Anjurkan makan/minum

hangat

2. Nyeri Akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)

(D.0077) Setelah dilakukan asuhan Observasi

keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi

jam diharapkan nyeri lokasi,karakteristik,durasi

menurun dengan kriteria frekuensi,kualitas,intensit

hasil : as nyeri

1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri

menurun 3. Identifikasi respon nyeri

2. Meringis menurun nonverbal

3. Kesulitan tidur 4. Identifikasi faktor yang

menurun memperberat dan

4. Gelisah menurun memperingan nyeri

5. Monitor keberhasilan
5. Frekuensi nadi terapi komplementer

membaik yang sudah diberikan

6. Monitor efek samping

penggunaan analgetik

Terepeutik

1. Berikan teknik

nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

2. Fasilitas istirahat dan

tidur

Edukasi

1. Jelaskan strategi

meredakan nyeri

2. Anjurkan memonitor nyeri

secara mandiri

3. Ajarkan teknik

nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian

analgetik jika perlu.

3. Defisit Nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)


(D0019) Setelah di lakukan asuhan

keperawatan selama 3x24 Observasi

jam diharapkan 1. Identifikasi status nutrisi

keadekuatan asupan 2. Identifikasi makanan

nutrisi meningkat dengan yang disukai

kriteria hasil : 3. Monitor asupan makanan

1. Porsi makanan 4. Monitor berat badan

yang di habiskan Terapeutik

meningkat 1. Sajikan makanan secara

2. Berat badan menarikdan suhu yang

membaik sesuai

3. IMT membaik 2. Berikan makanan tinggi

serat untuk mencegah

konstipasi

3. Berikan makanan tinggi

kalori dan tinggi protein

4. Berikan suplemen

makanan jika perlu.

Edukasi

1. Anjurkan posisi duduk

jika mampu

2. Ajarkan diet yang


diprogramkan

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemeberian

medikasi sebelum makan

2. Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan jenis

nutrien yang di butuhkan

jika perlu.

4. Hipovolomia Status Cairan (L.03028) Manajemen Hipovolomia

(D.0023) Setelah dilakukan asuhan (I.03116)

keperawatan selama 3x24 Observasi

jam di harapkan kondisi 1. Observasi tanda dan

volume cairan membaik gejala hipovolemia

dengan kriteria hasil : 2. Monitor intake dan output

1. Kekuatan nadi cairan

meningkat Terapeutik

2. Membrane mukosa 1. Hitung kebutuhan cairan

lembap meningkat 2. Berikan posisi modified

3. Ortopnea menurun trendelenbung

4. Dispnea menurun 3. Berikan asupan cairan

5. Edema perifer
menurun orall

6. Frekuensi nadi Edukasi

membaik 1. Anjurkan memperbanyak

7. Tekanan darah asupan cairan oral

membaik 2. Anjurkan menghindari

8. Turgor kulit perubahan posisi

membaik mendadak

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian

cairan IV isotonis

2. Kolaborasi pemberian

cairan IV hipotonis

3. Kolaborasi pemberian

cairan koloid

4. Kolaborasi pemberian

produk darah

5. Intoleransi Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178)

Aktivitas (L.05047) Observasi

(D.0056) Setalah di lakukan asuhan 1. Identifikasi gangguan

keperawatan selama 3x24 fungsi tubuh yang

jam diharapkan respon mengakibatkan kelelahan

terhadap aktivitas 2. Monitor kelelahan fisik


meningkat dengan kriteri dan emosional

hasil : 3. Monitor pola dan jam

1. Keluhan lelah tidur

menurun 4. Monitor lokasi dan

2. Dispnea saat ketidaknyamanan selama

aktivitas menurun melakukan aktivitas

3. Dispnea setelah Terapeutik

aktivitas menurun 1. Sediakan lingkungan

4. Frekuensi nadi nyaman dan rendah

membaik stimulus

2. Lakukan latihan rentang

gerak pasif dan/atau aktif

3. Berikan aktivitas distraksi

yang menenagkan

4. Fasilitas duduk di sisi

tempat tidur, jika tidak

dapat berpindah atau

berjalan

Edukasi

1. Anjurkan tirah baring

2. Anjurkan melakukan

aktivi9tas secara
bertahap

3. Anjurkan menghubungi

perawat jika tanda dan

gejala kelelahan tidak

berkurang

4. Ajarkan strategi koping

untuk mengurangi

kelelahan

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli

gizi tentang cara

meningkatkan asupan

makanan

5. Implementasi Keperawatan

Diagnosa

No keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

1. Hipotermia Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipotermia (I.14507)


(D.0130)
Setelah dilakukan asuhan Observasi

keperawatan selama 3x24 1. Memonitor suhu tubuh

jam di harapkan pengaturan 2. Mengidentifikasi penyebab


suhu tubuh tetap berada hipotermia

pada rentang normal dengan 3. Memonitor tanda dan gejala

kriteria hasil :
hipotermia
1. Menggigil menurun
Terpautik
2. Suhu tubuh membaik
1. Menyediakan lingkungan
3. Suhu kulit membaik
yang hangat

2. Mengantikan pakian

dan/atau linen yang basah

3. Melakukan penghangatan

pasif

4. Melakukan penghangatan

aktif internal

Edukasi

1. Menganjurkan makan/minum

hangat

2. Nyeri Akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)

(D.0077) Setelah dilakukan asuhan Observasi

keperawatan selama 3x24 1. Mengidentifikasi

jam diharapkan nyeri lokasi,karakteristik,durasi

menurun dengan kriteria frekuensi,kualitas,intensit

hasil : as nyeri

2. Mengidentifikasi skala
1. Keluhan nyeri menurun nyeri

2. Meringis menurun 3. Mengidentifikasi respon

3. Kesulitan tidur menurun nyeri nonverbal

4. Gelisah menurun 4. Mengidentifikasi faktor

5. Frekuensi nadi yang memperberat dan

membaik memperingan nyeri

5. Memonitor keberhasilan

terapi komplementer

yang sudah diberikan

6. Memonitor efek samping

penggunaan analgetik

Terepeutik

1. Memberikan teknik

nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

2. Memfasilitas istirahat dan

tidur

Edukasi

1. Menjelaskan strategi

meredakan nyeri

2. Menganjurkan memonitor

nyeri secara mandiri

3. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

2. Mengkolaborasi

pemberian analgetik jika

perlu.

3. Defisit Nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)

(D0019) Setelah di lakukan asuhan Observasi

keperawatan selama 3x24 1. Mengidentifikasi status

jam diharapkan nutrisi

keadekuatan asupan 2. Mengidentifikasi

nutrisi meningkat dengan makanan yang disukai

kriteria hasil : 3. Memonitor asupan

1. Porsi makanan makanan

yang di habiskan 4. Memonitor berat badan

meningkat Terapeutik

2. Berat badan 1. Mengsajikan makanan

membaik secara menarikdan suhu

3. IMT membaik yang sesuai

2. Memberikan makanan

tinggi serat untuk


mencegah konstipasi

3. Memberikan makanan

tinggi kalori dan tinggi

protein

4. Berikan suplemen

makanan jika perlu.

Edukasi

1. Menganjurkan posisi

duduk jika mampu

2. Mengajarkan diet yang

diprogramkan

Kolaborasi

1. Mengkolaborasi

pemeberian medikasi

sebelum makan

2. Mengkolaborasi dengan

ahli gizi untuk

menentukan jumlah

kalori dan jenis nutrien

yang di butuhkan jika

perlu.

4. Hipovolomia Status Cairan (L.03028) Manajemen Hipovolomia


(D.0023) (I.03116)

Setelah dilakukan asuhan Observasi

keperawatan selama 3x24 1. Mengobservasi tanda

jam di harapkan kondisi dan gejala hipovolemia

volume cairan membaik 2. Memonitor intake dan

dengan kriteria hasil : output cairan

1. Kekuatan nadi Terapeutik

meningkat 1. menghitung kebutuhan

2. Membrane mukosa cairan

lembap meningkat 2. Memberikan posisi

3. Ortopnea menurun modified trendelenbung

4. Dispnea menurun 3. Memberikan asupan

5. Edema perifer cairan orall

menurun Edukasi

6. Frekuensi nadi 1. Mengajurkan

membaik memperbanyak asupan

7. Tekanan darah cairan oral

membaik 2. Mengajurkan

8. Turgor kulit menghindari perubahan

membaik posisi mendadak

Kolaborasi

1. Mengkolaborasi

pemberian cairan IV
isotonis

2. Mengkolaborasi

pemberian cairan IV

hipotonis

3. Mengkolaborasi

pemberian cairan koloid

4. Mengkolaborasi

pemberian produk darah

5. Intoleransi Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178)

Aktivitas (L.05047) Observasi

(D.0056) Setalah di lakukan asuhan 1. Mengidentifikasi

keperawatan selama 3x24 gangguan fungsi tubuh

jam diharapkan respon yang mengakibatkan

terhadap aktivitas kelelahan

meningkat dengan kriteri 2. Memonitor kelelahan fisik

hasil : dan emosional

1. Keluhan lelah 3. Memonitor pola dan jam

menurun tidur

2. Dispnea saat 4. Memonitor lokasi dan

aktivitas menurun ketidaknyamanan selama

3. Dispnea setelah melakukan aktivitas

aktivitas menurun
4. Frekuensi nadi Terapeutik

membaik 1. Mengsediakan

lingkungan nyaman dan

rendah stimulus

2. Melakukan latihan

rentang gerak pasif

dan/atau aktif

3. Memberikan aktivitas

distraksi yang

menenagkan

4. Memfasilitas duduk di sisi

tempat tidur, jika tidak

dapat berpindah atau

berjalan

Edukasi

1. Menganjurkan tirah

baring

2. Menganjurkan melakukan

aktivitas secara bertahap

3. Menganjurkan

menghubungi perawat

jika tanda dan gejala


kelelahan tidak berkurang

4. Mengajarkan strategi

koping untuk mengurangi

kelelahan

Kolaborasi

1. Mengkolaborasi dengan

ahli gizi tentang cara

meningkatkan asupan

makanan

6. Evaluasi Keperawatan

Diagnosa
No Keperawatan Evaluasi

1. Hipotermia S:
(D.0130) - Menggigil menurun

O:

- Suhu tubuh membaik

- Suhu kulit membaik


A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan/pertahankan intervensi

2. Nyeri Akut S:
(D.0077) - Keluhan nyeri menurun

O:

- Meringis menurun

A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan/pertahankan intervensi

3. Defisit Nutrisi S:
(D0019) - Keluhan lelah menurun

O:

- Frekuensi nadi membaik

A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan/pertahankan intervensi

4. Hipovolomia S:
(D.0023) -

O:

- Frekuensi nadi membaik

- Tekanan darah membaik

- Dispnea menurun

A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan/pertahankan intervensi

5. Intoleransi S:
Aktivitas (D.0056) -

O:

- Frekuensi nadi membaik

- Dispnea menurun

A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan/pertahankan intervensi
Daftar Pustaka

Alba, S., Bakker, M. I., Hatta, M., Scheelbeek, P. F. D., Dwiyanti, R.,
Usman, R., Smits, H. L. 2016. Risk Factors of Tifoid Infection in The
Indonesian Archipelago. PLoS ONE, 11(6): 1–14.

Lestari Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogjakarta: Nuha Medika.

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, 2015. Patofisiologi: Konsep Klinis


Proses-Proses Penyakit Jakarta: EGC;
Purba, dkk. (2016). Program Pengendalian Demam Tipoid di Indonesia:
tantangan dan Peluang. Media Litbangkes, Vol. 26 No. 2.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia. Definisi dan indikator. Jakarta: PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Definisi dan kriteria hasil. Jakarta: PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai