1
RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA
No. Izin : 2049/503/PP.II.50.A8/04/2018
JL.KH. Ahmad Dahlan No. 17 Selong, Lombok Timur
Telp. (0376) 21004, Fax (0376) 22693
Bismillahirrahmanirrahim
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA
NOMOR : 155/PAN/AKR/DIR/RSI-N/XI/2018
TENTANG
Direktur Rumah Sakit Islam Namira dengan senantiasa memohon bimbingan, lindungan
dan ridho Allah SWT :
MENIMBANG : a. bahwa pelayanan Unit Kerohanian di rumah sakit merupakan
salah satu bagian dari pelayanan kesehatan yang saat ini
perannya berkembang dengan cepat; bahwa manusia
adalah makhluk fisik sekaligus psikologis yang saling
berkaitan, setiap penyakit yang menyerang fisik manusia,
pastilah mempengaruhi kondisi psikisnya yang berpengaruh
terhadap tingkat keagamaannya;
b. bahwa pelayanan medis diwajibkan memberikan bimbingan
rohani kepada setiap pasien di rumah sakit karena pasien
tidak hanya memerlukan perawatan secara klinis semata
tetapi memerlukan penguatan rohani oleh orang yang ahli
dibidangnya;
c. bahwa bimbingan rohani Islam mempunyai peran yang
sangat besar sebagai upaya membantu kesembuhan pasien
di rumah sakit yakni mampu membantu menenangkan jiwa
dari goncangan penyakit yang diderita, mengembalikan
kepercayaan diri dan motivasi pasien, dan membantu pasien
untuk tetap tabah dalam menghadapi ujian dari Allah SWT;
d. bahwa untuk maksud sebagaimana angka a dan b diatas,
maka perlu disusun Panduan Bimbingan Rohani Islam
Pasien di Rumah Sakit Islam Namira;.
2
Prinsip Syariah;
5. Pengesahan Yayasan berdasarkan Keputusan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
: AHU-0020620.AH.01.12 tanggal 08 November 2017
tentang Perubahan Data Pengesahan Akta Pendirian
Yayasan Rumah Sakit Islam Namira Pancor disingkat
YRSNP (yang didasari oleh Akta Notaris Fanniyah, S.H
nomor 006 tanggal 07 November 2017);
6. Keputusan Kepala dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan terpadu Satu Pintu Kabupaten Lombok Timur
Nomor 2049/503/PM.II.50.A8/04/2018 tanggal 12 April
2018 tentang Izin Operasional Rumah Sakit;
7. Keputusan Ketua Pengurus Yayasan Rumah Sakit Namira
Pancor Nomor : 005/SK/YRSNP/VI/2017 tentang
Pengangkatan dr. H. Utun Supria, M.Kes, sebagai Direktur
Rumah Sakit Islam Namira terhitung mulai 1 Juli 2017
sampai dengan 30 Juni 2020;
8. Keputusan Ketua Pengurus Yayasan Rumah Sakit Namira
Pancor Nomor : 005/KEP/YRSNP/IX/2017 tentang
Pemberlakuan Struktur Organisasi Rumah Sakit Islam
Namira.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : PANDUAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM PASIEN DI
RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA.
KESATU : Panduan Bimbingan Rohani Islam Pasien di Rumah Sakit
Islam Namira sebagaimana terlampir dalam Peraturan Direktur
ini;
KEDUA : Peraturan Direktur ini berlaku sejak tanggal ditetapkan;
KETIGA : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam peraturan
Direktur ini, maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya.
3
Lampiran Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Namira
Nomor : 155/PAN/AKR/DIR/RSI-N/XI/2018
Tanggal : 7 September 2018 M
Tentang : Panduan Bimbingan Rohani Islam Pasien
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit adalah suatu unit organisasi pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara paripurna kepada segenap lapisan masyarakat meliputi
pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif yang terpadu dengan pelayanan
promotif dan preventif dalam keseimbangan fisik, mental, emosional maupun
spiritual.
Untuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara paripurna, perlu didukung
oleh sumber daya rumah sakit yang cukup agar kegiatan pelayanan dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Karenanya rumah sakit perlu memiliki sumber daya insan
yang mampu memberikan pelayanan secara responship terhadap kebutuhan
masyarakat, yaitu tersediannya pelayanan kesehatan secara islami.
Berdasarkan pada Konsep Sehat WHO semenjak tahun 1948 yang menyatakan
bahwa: “Health is state of complete pysical, mental and sosial well-being and not
merely the absence of disease or infirmity”, ternyata dengan konsep tersebut belum
menemukan solusi yang universal terhadap penyembuhan holistik, demi
mewujudkan penyembuhan secara holistic, maka Mulai awal tahun 1998 konsep
sehat menurut WHO ditambah dengan aspek SPIRITUAL. Dengan masuknya unsur
spiritual dalam konsep sehat, maka pelayanan kesehatan Islami akan mudah
direalisasikan. Sebab Kesehatan adalah nikmat yang sangat penting dalam
pandangan Islam.
Islam memandang dan menempatkan nikmat sehat menjadi nikmat kedua yang
harus diminta sesudah nikmat keimanan. Sebagaimana sabda Rosulullah:“Mohonlah
kesehatan kepada Allah, sesungguhnya karunia yang paling baik sesudah keimanan
adalah kesehatan” (HR.Ibnu Majjah). Dengan konsep sehat secari islami diharapkan
mampu menciptakan komitmen keagamaan yang tinggi bagi pasien. D.B.Lardson,
dalam bukunya Religious Commitment and Health mengatakan, bahwa komitmen
keagamaan sangat penting dalam: Mencegah seseorang jatuh sakit, Meningkatkan
kemampuan seseorang dalam menghadapi penderitaan ketika sedang sakit dan
Mempercepat penyembuhan penyakit ketika seseorang sedang sakit.
Idealnya yang berperan penting dalam proses tersebut adalah dokter atau ahli
medis yang menangani secara langsung terhadap pasien, akan tetapi dengan
4
berbagai macam kendala baik waktu maupun kemampuan keilmuannya, sebagai
solusi maka peran pendekatan spiritual dialihkan kepada petugas Kerohanian.
Petugas Kerohanian merupakan petugas yang melaksanakan proses pemeliharaan,
pengurusan, penjagaan aktivitas rohaniah, insaniah, agar tetap berada dalam situasi
dan kondisi yang fitrah dalam rangka mewujudkan keyakinan, sabar, tawakal,
berikhtiar dalam mengatasi masalah, menjalani anugerah ni’mat yang berupa
kesehatan.
Bagian Kerohanian merupakan salah satu bagian non medis yang memiliki peran
dalam mendukung pelayanan islami di Rumah Sakit Islam Namira, sehingga perlu
dibuatkan Panduan Bimbingan Rohani Islam sebagai petunjuk dalam pelaksanaan
tugas.
5
BAB II
RUANG LINGKUP
6
BAB III
TATALAKSANA
7
b. Bimbingan Fikih pasien
Fikih pasien merupakan tuntunan yang memuat kaidah-kaidah fikih bagi
pasien dalam memenuhi kebutuhan ibadahnya. Dalam hadits riwayat Al-
Bukhari, ”Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya:
“Sesungguhnya agama itu mudah.” (HR. Al- Bukhari). Dan beliau
shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya: “Apabila aku
perintahkan kalian dengan suatu perintah maka laksanakanlah dari-
padanya semampu kalian.” (Muttafaq ‘alaih, dan Ahmad). Berlandaskan
kaidah-kaidah yang mendasar inilah maka Alloh Ta’ala telah meringankan
ibadah orang-orang yang terkena udzur (halangan) sesuai dengan udzur
mereka, agar mereka bisa beribadah kepada Alloh Ta’ala tanpa
kesempitan dan kesulitan. Fikih pasien yang dimaksud meliputi beberapa
hal diantaranya adalah thoharah dan salat pasien.
Adapun langkah-langkah dalam bimbingan fikih pasien sebagai berikut:
- Petugas kesehatan menuju keruang pasien muslim dengan
mengucapkan salam (Assalamualaikum Wr. Wb.),sapa dan senyum.
8
pada sisi dhohir tangan kanan, kemudian gerakkan tangan kiri
hingga kesiku dan berbalik arah melanjutkan pada sisi yang
lain.
7. Lakukan secara tertib.
b. Bimbingan Shalat
1. Apa bila pasien mampu mendirikan shalat dengan berdiri,
maka dianjurkan untuk berdiri. Jika pasien tidak mampu salat
dengan berdiri, petugas akan membimbing dengan posisi
duduk. Adapun cara melakukan shalat dengan posisi duduk
adalah:
1) Ambilah posisi duduk yang paling mudah untuk
dikerjakan (lebihdiutamakan dengan posisi duduk iftirosy
/ bersimpuh)
2) Awali shalat dengan berniat dilanjutkan dengan takbiratul
ihram
3) Lakukan rukuk dengan tumakninah
4) Lakukan I’tidal kemudian sujud. Lakukan sujud
sebagaimana shalat padaumumnya, yaitu menempelkan
kedua telapak tangan dan dahi pada tempat sujud.
5) Lakukan duduk tasyahud yakni kedua tangan berada
diatas paha, dimana posisi tangan kanan menggenggam
dengan jari telunjuk menjulur kedepan, untuk
memudahkan gerakan jari mengiringi lafal asyhadu an
laailaa ha illallah
6) Melakukan salam dengan menoleh ke kanan dan ke kiri
9
dan kekiri
3. Jika tidak mampu melaksanakan dengan cara miring, maka
shalat bisa dilaksanakan dengan cara terlentang, kedua
kakinya diarahkan ke kiblat dan lebih afdhol kepalanya
diangkat sedikit untuk menghadap ke kiblat
4. Jika tidak mampu melaksanakan shalat dengan ruku’ dan
sujud, maka bisa dengan memakai isyarat dengan kepala
Jika tidak mampu mengisyaratkan dengan kepala pada waktu
ruku’ dan sujud, maka bisa dilaksanakan denganisyarat mata.
5. Jika tidak mampu mengisyaratkan dengan mata, maka shalat
dapat dilaksanakan dengan hati.
6. Petugas kesehatan berpamitan dengan mengucapakan
salam(wassalamu’alaikumWr. Wb).
7. Petugas kesehatan melakukan dokumentasi dengan cara
menulis materi edukasi fikih pasien pada lembar edukasi dan
informasi serta membubuhkan tanda tangan dan nama
terang.
10
• Petugas Kerohanian memberikan tanda centang padakolom yang tersedia
dan tulis tangan pada kolom yang tersedia.
• Petugas Kerohanian memberikan catatan khususmengenai saran dan tindak
lanjut yang tertera pada form asesmen spiritual ulang.
• Petugas Kerohanian menyerahkan buku sesuai dengan kebutuhan edukasi
pasien danmeminta tanda tangan pasien atau keluarga.
• Petugas Kerohanian membubuhkan tanda tangan padakolom yang tersedia.
• Petugas Kerohanian memasukkan form asesmen spiritualpada area asuhan
keperawatan.
11
• Petugas Kerohanian memberikan motivasi spiritual pasien kepada
keluarga pasien dengan nasihat agar tetap tenang dan terus membaca
do’a atau dzikir apabila kondisi pasien merasakan nyeri
berkelanjutan.
f. Motivasi spiritual
Motivasi merupakan kekuatan pendorong dalam diri seseorang yang
mendorong mereka untuk bertindak. Kekuatan pendorong ini dihasilkan
dari ketegangan, yang merupakan akibat dari kebutuhan yang tak
terpenuhi. Individu berusaha baik secara sadar maupun tidak sadar untuk
mengurangi ketegangan ini melalui perilaku yang mereka antisipasi
dengan memenuhi kebutuhan mereka dan dengan demikian dapat
membebaskan mereka dari stres yang mereka rasakan. Motivasi spiritual
merupakan dorongan kuat untuk memenuhi kebutuhan fitrahnya, secara
garis besar motivasi spiritual meliputi: motivasi akidah, motivasi ibadah dan
motivasi muamalah.
Langkah-langkah dan proses pemberian motivasi spiritual adalah sebagai
berikut:
• Petugas Kerohanian mengunjungi pasien dengan mengetuk pintu
dan mengucap salam
• Petugas Kerohanian memperkenalkan diri dan melakukan
identifikasi kondisi spiritualpasien
• Petugas Kerohanian melakukan diagnosis spiritual terkait
kebutuhan motivasi yang akandiberikan kepada pasien
• Petugas Kerohanian menjelaskan kepada pasien tentang motivasi
spiritual
• Petugas Kerohanian mengucapkan terimakasih dan berpamitan
dengan mengucapkansalam
2. Pelayanan Rohani pasien khusus
Adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien dalam kondisi khusus (baik
penyakitnya maupun psikospiritualnya) maupun pasien yang menghendaki
adanya pelayanan pendampingan keagamaan dan rohani secara khusus, bagian
kerohanian akan memberikan pelayanan sesuai prosedur. Adapun bentuk
pelayanan psikospiritual pasien khusus meliputi:
a. Pelayanan bimbingan psikospiritual pasien dengan perawatan paliatif
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan
dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan
melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan
masalah-masalan lain yakni fisik, psikososial dan spiritual. Perawatan paliatif
12
dikhususkan bagi pasien dengan penyakit sebagai berikut:
1. penyakit kanker
2. gagal ginjal
3. penyakit degeneratif
4. penyakit paru obstruktif kronik
5. cystic fibrosis
6. Stroke
7. Parkinson
8. gagal jantung
9. penyakit generatif
10. penyakit infeksi seperti HIV/ AIDS dan TB.
13
berhubungan dengan masalah- masalah psikososial atau psikospiritual yang
berkaitan dengan kematian dan proses kematian. Pelayanan psikospiritual
pada pasien sakaratul maut bisa dilakukan oleh
siapapun yang ada bersama pasien saat itu, dengan cara memberikan
bimbingan dzikir dan menuntunnya perlahan agar mengucapkan kalimat
thayyibah minimal lafazh “Allah”. Tujuan rumah sakit memberikan asuhan
psikospiritual pada akhir kehidupan adalah agar keimanan pasien tetap terjaga
dan mengantarkannya pada akhir hidup yang baik yaitu khusnul khatimah,
dengan demikian rumah sakit benar-benar menjadi instansi terkemuka yang
mampu memberikan pelayanan prima yang mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia baik biomedis, psikio, sosio maupun spiritual.
Langkah-langkah dan proses pelayanan bimbingan psikospiritual pasien end of
life adalah sebagai berikut:
14
bacaan Al- Qur’an yang keluar melalui terapist (healer) yang
membacakannya atau dibacakan langsung oleh pasien, ataupun secara tidak
langsung yaitu menggunakan rekaman suara yang didengarkan melalui
peralatan modern (audio digital).
Langkah-langkah dan proses pelayanan quranic healing adalah sebagai
berikut:
• Petugas Kerohanian mendatangi ruangan keperawatan
• Petugas Kerohanian mempersiapkan alat yang akan digunakan
untuk quranic healing
• Petugas Kerohanian melakukansetting file audio yang
akan di perdengarkan sesuaikebutuhan pasien berikut
volume audio.
• Petugas memposisikan alat tersebut pada tempat yang sudah
disediakan
• Petugas Kerohanian melakukan healing sesuai kebutuhan.
• Petugas Kerohanian mengambil kembali peralatan
quranic healing setelah selesaipenggunaan.
• Simpan dengan baik peralatan quranic healing
15
e. Terapi Zikir
Zikir diartikan sebagai perbuatan menyebut, menuturkan, mengingat,
menjaga, mengerti dan perbuatan baik. Zikir juga dapat diartikan sebagai
ucapan lisan, gerakan raga maupun getaran hati sesuai dengan cara-cara
yang diajarkan agama, dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT,
sebagai upaya untuk menyingkirkan keadaan lupa dan lalai kepadaAllah.
Berkaitan dengan gangguan mental, zikir dapat digunakan sebagai terapi
pengobatan bagi pasien. Karena secara psikologis, mengingat Allah dalam
alam kesadaran akan menimbulkan penghayatan akan kehadiran Allah. Selain
itu, pelaksanaan zikrullah yang dilakukan dengan sikap rendah hati dan suara
yang lemah lembut akan membawa dampak relaksasi dan ketenangan bagi
pasien tersebut.
Langkah-langkah dan proses terapi dzikir adalah sebagai berikut:
Petugas Kerohanian menyiapkan kebutuhan terapi dzikir (buku
panduan dzikir dan tasbih sebagai media untuk mempermudah pasien
dalam terapi dzikir)
Petugas Kerohanian bekerjasama dengan perawat ruang jiwa untuk
mempersiapkan pasienjiwa
Petugas Kerohanian mengarahkan pasien pada tempat yang
disediakan dan proses terapi dzikir dimulai dengan bacaan surat al-
fatihah dan bacaan-bacaan dzikir (Istighfar, tasbih, tahmid, takbir dan
tahlil)
Pelaksanaan terapi dzikir berlangsung 30 menit
16
Petugas Kerohanian mengakhiri kajian agama dengan membaca doa
untuk kesembuhan pasien
Petugas Kerohanian mencatat materi edukasi pada form edukasi
pasien.
17
anggota tubuh orang yang meruqyah atau yang diruqyah. Tentunya ruqyah
yang paling utama adalah doa dan bacaan yang bersumber dari Al-Qur`an dan
As-Sunnah. Ruqyah dibagi menjadi dua, yakni; ruqyah syariyah dan ruqyah
syirkiyah, sedangkan Pelayanan ruqyah yang diberikan kepada pasien di
rumah sakit adalah ruqyah syar’iyah. Pasien yang dalam kondisi tertentu
sehingga perlu mendapatkan penanganan ruqyah syar’iyah adalah pasien
dalam kondisi:
Pasien histeris berlebihan
Pasien dengan halusiani tinggat tinggi
Pasien dengan depresi berat
Pasien dengan kondisi tidak tenang jiwanya
Dan lain-lain
Langkah-langkah dan proses pelayanan ruqyah syar’iyah adalah sebagai
berikut:
Petugas keperawatan menginformasikan kepada petugas Kerohanian
bahwa ada permintaan pasien atau orang lain untuk pelayanan ruqyah
syar’iyah, atau pasien meminta secara langsung kepada petugas
Kerohanian untuk dilakukan ruqyah syar’iyah.
Petugas Kerohanian didampingi petugas keperawatan mendatangi
pasien atau orang lain yang membutuhkan. Jika pasien secara
langsung minta diruqyah oleh petugas Kerohanian, maka petugas
Kerohanian yang akan datang langsung kepada pasien.
Petugas Kerohanian melakukan identifikasi kepada pasien atau
keluarganya berupa nama, umur, alamat.
Petugas Kerohanian menanyakan keluhan pasien selama di rumah
sakit.
Petugas Kerohanian melakukan pelayanan ruqyah syar’iyah dengan
bacaan ayat al-Qur’an dan doa yang bersumber dari al-Qur’an dan
hadist.
Petugas Kerohanian juga melakukan ruqyah dengan menggunakan
media air.
Petugas Kerohanian setelah selesai melakukan ruqyah syar’iyah
kemudian melakukan pencatatan pada form permintaan pelayanan
ruqyah syar’iyah yang sudah tersedia.
b. Konsultasi keagamaan
Konsultasi keagamaan pasien & keluarga adalah sebuah wadah untuk
memberikan suatu pentunjuk, pertimbangan, pendapat atau nasihat yang
bertujuan mendapatkan suatu penyelesai sesuai dengan nas al-quran dan
al- hadits. Konsultasi keagamaan melalui ruang khusus konsultasi yang
sudah tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh pasien, keluarga maupun
karyawan.
c. Pendampingan Rohani Pasien Non Muslim
Pendampingan pasien non muslim merupakah bentuk toleransi terhadap
umat non muslim (Kristen, Budha, Hindu, dll). Sebagaimana dalam standar
18
KARS bahwa setiap pasien mempunyai hak dan kewajiban selama di rawat
di rumah sakit. Hal inilah yang menjadi pertimbangan bagi rumah sakit
untuk dapat menghargai hak beragama bagi pasien non muslim dalam
melaksanakan ibadahnya selama di rumah sakit. Meskipun demikian
pendampingan tetap akan dilakukan sesuai prosedur oleh petugas
Kerohanianpada saat berlangsungnya ceremony atau ritual keagamaan
dengan tujuan agar pasien lainnya juga merasa nyaman dan tidak
terganggu dengan peribadatan pasien non muslim.
Langkah-langkah dan proses pendampingan Pasien Non Muslim sebagai
berikut:
Perawat menginformasikan kepada pasien atau keluarga tentang
pelayananKerohanian pada awal orientasi ruangan.
Perawat memberitahukan tentang mekanisme bimbingan
Kerohanian nonmuslim, dan melakukan identifikasi dengan
memberikan formulir permohonan bimbingan.
Perawat menginformasikan mengenai kebutuhan bimbingan pasien
nonmuslimkepada petugas Kerohanian untuk ditindak lanjuti.
Petugas Kerohanian menghubungi rohaniawan yang
direkomendasikan pasien ataukeluarga dan menjelaskan mengenai
maksud dan tujuan pemanggilan.
Petugas Kerohanian menginformasikan kepada rohaniawan yang
dimaksud mengenai prosedur pelaksanaan bimbingan, yang
meliputi:
a. Rohaniawan yang bersangkutan hadir ke RSI Namira dan
menemuibagian Kerohanian.
b. Petugas Kerohanian mendampingi rohaniawan sampai pada
ruang rawat inap pasien.
c. Petugas Kerohanian berkoordinasi dengan perawat dalam
menciptakan suasana privasi pembimbingan, dengan sketsel
pembatas atau ruangan tersendiri.
d. Rohaniawan memberikan catatan pada spiritual service record
pasien setelah melakukan bimbingan dan memberikan laporan
kepada petugas Kerohanian untuk dilakukan pendampingan
tahap berikutnya bersama tim keperawatan.
Petugas Kerohanian mengucapkan terimakasih kepada rohaniawan
atas kerjasamanya dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien.
19
BAB IV
DOKUMENTASI
A. Rekapitulasi Data
Rekapitulasi data dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
kinerja yangdilaksanakan sesaui dengan program kerja.
B. Monitoring
Monitoring dilakukan bertujuan untuk memantau kepatuhan petugas dalam
melaksanakankegiatan sehari-hari.
C. Evaluasi
Evaluasi dilakukan oleh petugas Bimbingan Rohani Islam dan dilakukan setiap
tiga bulan sekali.
20
BAB IX
PENUTUP
Telah disusun Buku Panduan Bimbingan Rohani Islam Rumah Sakit Islam Namira, yang
dapat digunakan sebagai acuan pelaksanaan kegiatan bagian Bimbingan Kerohanian Islam
dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan yang Islami.
Buku Panduan Bimbingan Rohani Islam ini disusun dengan harapan dapat menjadi acuan
dan pedoman bagi kita, khususnya yang bertugas di unit Bimbingan Kerohanian Islam.
Panduan Bimbingan Rohani Islam ini akan ditinjau ulang secara periodik, oleh sebab itu
masukan yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Akhirnya saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Buku Panduan Bimbingan Rohani Islam ini, semoga Allah SWT selalu
menyertai ibadah kita dalam rangka menyelamatkan kehidupan umat.
21