Anda di halaman 1dari 21

Jln. KH.

Ahmad Dahlan No 17, Selong, Lombok Timur

1
RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA
No. Izin : 2049/503/PP.II.50.A8/04/2018
JL.KH. Ahmad Dahlan No. 17 Selong, Lombok Timur
Telp. (0376) 21004, Fax (0376) 22693

Bismillahirrahmanirrahim

PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA
NOMOR : 155/PAN/AKR/DIR/RSI-N/XI/2018

TENTANG

PANDUAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM PASIEN


DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

Direktur Rumah Sakit Islam Namira dengan senantiasa memohon bimbingan, lindungan
dan ridho Allah SWT :
MENIMBANG : a. bahwa pelayanan Unit Kerohanian di rumah sakit merupakan
salah satu bagian dari pelayanan kesehatan yang saat ini
perannya berkembang dengan cepat; bahwa manusia
adalah makhluk fisik sekaligus psikologis yang saling
berkaitan, setiap penyakit yang menyerang fisik manusia,
pastilah mempengaruhi kondisi psikisnya yang berpengaruh
terhadap tingkat keagamaannya;
b. bahwa pelayanan medis diwajibkan memberikan bimbingan
rohani kepada setiap pasien di rumah sakit karena pasien
tidak hanya memerlukan perawatan secara klinis semata
tetapi memerlukan penguatan rohani oleh orang yang ahli
dibidangnya;
c. bahwa bimbingan rohani Islam mempunyai peran yang
sangat besar sebagai upaya membantu kesembuhan pasien
di rumah sakit yakni mampu membantu menenangkan jiwa
dari goncangan penyakit yang diderita, mengembalikan
kepercayaan diri dan motivasi pasien, dan membantu pasien
untuk tetap tabah dalam menghadapi ujian dari Allah SWT;
d. bahwa untuk maksud sebagaimana angka a dan b diatas,
maka perlu disusun Panduan Bimbingan Rohani Islam
Pasien di Rumah Sakit Islam Namira;.

MENGINGAT : 1. Undang – Undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah


Sakit;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit;
4. Fatwa DSN-MUI Nomor :107/DSN-MUI/X/2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Berdasarkan

2
Prinsip Syariah;
5. Pengesahan Yayasan berdasarkan Keputusan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
: AHU-0020620.AH.01.12 tanggal 08 November 2017
tentang Perubahan Data Pengesahan Akta Pendirian
Yayasan Rumah Sakit Islam Namira Pancor disingkat
YRSNP (yang didasari oleh Akta Notaris Fanniyah, S.H
nomor 006 tanggal 07 November 2017);
6. Keputusan Kepala dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan terpadu Satu Pintu Kabupaten Lombok Timur
Nomor 2049/503/PM.II.50.A8/04/2018 tanggal 12 April
2018 tentang Izin Operasional Rumah Sakit;
7. Keputusan Ketua Pengurus Yayasan Rumah Sakit Namira
Pancor Nomor : 005/SK/YRSNP/VI/2017 tentang
Pengangkatan dr. H. Utun Supria, M.Kes, sebagai Direktur
Rumah Sakit Islam Namira terhitung mulai 1 Juli 2017
sampai dengan 30 Juni 2020;
8. Keputusan Ketua Pengurus Yayasan Rumah Sakit Namira
Pancor Nomor : 005/KEP/YRSNP/IX/2017 tentang
Pemberlakuan Struktur Organisasi Rumah Sakit Islam
Namira.

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : PANDUAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM PASIEN DI
RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA.
KESATU : Panduan Bimbingan Rohani Islam Pasien di Rumah Sakit
Islam Namira sebagaimana terlampir dalam Peraturan Direktur
ini;
KEDUA : Peraturan Direktur ini berlaku sejak tanggal ditetapkan;
KETIGA : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam peraturan
Direktur ini, maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : Lombok Timur


Tanggal : 7 September 2018 M
26 Dzulhijjah 1439 H

Rumah Sakit Islam Namira


Lombok Timur

dr. H. Utun Supria, M.Kes


Direktur
Tembusan :
1. Ketua Pengurus Yayasan Rumah Sakit Namira Pancor
2. Arsip

3
Lampiran Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Namira
Nomor : 155/PAN/AKR/DIR/RSI-N/XI/2018
Tanggal : 7 September 2018 M
Tentang : Panduan Bimbingan Rohani Islam Pasien

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit adalah suatu unit organisasi pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara paripurna kepada segenap lapisan masyarakat meliputi
pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif yang terpadu dengan pelayanan
promotif dan preventif dalam keseimbangan fisik, mental, emosional maupun
spiritual.
Untuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara paripurna, perlu didukung
oleh sumber daya rumah sakit yang cukup agar kegiatan pelayanan dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Karenanya rumah sakit perlu memiliki sumber daya insan
yang mampu memberikan pelayanan secara responship terhadap kebutuhan
masyarakat, yaitu tersediannya pelayanan kesehatan secara islami.
Berdasarkan pada Konsep Sehat WHO semenjak tahun 1948 yang menyatakan
bahwa: “Health is state of complete pysical, mental and sosial well-being and not
merely the absence of disease or infirmity”, ternyata dengan konsep tersebut belum
menemukan solusi yang universal terhadap penyembuhan holistik, demi
mewujudkan penyembuhan secara holistic, maka Mulai awal tahun 1998 konsep
sehat menurut WHO ditambah dengan aspek SPIRITUAL. Dengan masuknya unsur
spiritual dalam konsep sehat, maka pelayanan kesehatan Islami akan mudah
direalisasikan. Sebab Kesehatan adalah nikmat yang sangat penting dalam
pandangan Islam.
Islam memandang dan menempatkan nikmat sehat menjadi nikmat kedua yang
harus diminta sesudah nikmat keimanan. Sebagaimana sabda Rosulullah:“Mohonlah
kesehatan kepada Allah, sesungguhnya karunia yang paling baik sesudah keimanan
adalah kesehatan” (HR.Ibnu Majjah). Dengan konsep sehat secari islami diharapkan
mampu menciptakan komitmen keagamaan yang tinggi bagi pasien. D.B.Lardson,
dalam bukunya Religious Commitment and Health mengatakan, bahwa komitmen
keagamaan sangat penting dalam: Mencegah seseorang jatuh sakit, Meningkatkan
kemampuan seseorang dalam menghadapi penderitaan ketika sedang sakit dan
Mempercepat penyembuhan penyakit ketika seseorang sedang sakit.
Idealnya yang berperan penting dalam proses tersebut adalah dokter atau ahli
medis yang menangani secara langsung terhadap pasien, akan tetapi dengan

4
berbagai macam kendala baik waktu maupun kemampuan keilmuannya, sebagai
solusi maka peran pendekatan spiritual dialihkan kepada petugas Kerohanian.
Petugas Kerohanian merupakan petugas yang melaksanakan proses pemeliharaan,
pengurusan, penjagaan aktivitas rohaniah, insaniah, agar tetap berada dalam situasi
dan kondisi yang fitrah dalam rangka mewujudkan keyakinan, sabar, tawakal,
berikhtiar dalam mengatasi masalah, menjalani anugerah ni’mat yang berupa
kesehatan.
Bagian Kerohanian merupakan salah satu bagian non medis yang memiliki peran
dalam mendukung pelayanan islami di Rumah Sakit Islam Namira, sehingga perlu
dibuatkan Panduan Bimbingan Rohani Islam sebagai petunjuk dalam pelaksanaan
tugas.

5
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelayanan Bimbingan Rohani Islam terdiri dari:


1. Pelayanan Rohani Pasien Umum

a. Pendampingan Bimbingan Psiko-spiritual untuk pasien dan keluarga


b. Bimbingan Fikih pasien
c. Bimbingan Fikih wanita (kehamilan, melahirkan dan menyusui)
d. Penanganan manajemen nyeri secara syariah
e. Motivasi spiritual

2. Pelayanan Rohani Pasien Khusus

a. Pelayanan bimbingan psikospiritual pasien dengan perawatan paliatif


b. Pelayanan bimbingan psikospiritual pasien end of life
c. Pelayanan Quranic Healing
d. Terapi salat tahajjud
e. Terapi dzikir
f. Kajian Keagamaan pasien Hemodialisa
g. Pendampingan Talqin pasien sakaratul maut

3. Pendampingan Rohani pada Pasien dengan Permintaan Khusus


a. Pelayanan Ruqyah Syar’iyyah
b. Konsultasi keagamaan Pasien/ Keluarga dan Karyawan
c. Pendampingan Rohani Pasien Non Muslim

6
BAB III
TATALAKSANA

1. Pelayanan Rohani pasien umum


Pelayanan Psikospiritual pasien Umum adalah pelayanan psiko-piritual yang
diberikan kepada pasien rawat inap dalam keadaan wajar artinya tidak
membutuhkan pelayanan medik yang serius. Secara umum proses bimbingan
akan diberikan kepada pasien sekali selama perawatan di rumah sakit. Jika
pasien membutuhkan bimbingan lebih lanjut akandilakukan bimbingan secara
khusus. Pelayanan yang diberikan pada pasien umum antara lainsebagai berikut

a. Pendampingan Bimbingan Psiko-spiritual untuk pasien dan keluarga


Pelayanan bimbingan psikospiritual pasien adalah proses pemberian
bantuan maupun santunan rohani kepada pasien dan keluaranya selama
dirawat di rumah sakit dalam bentuk pemberian motivasi agar tabah dan
sabar dalam menghadapi cobaan, dengan memberikan tuntunan doa, cara
bersuci, Salat dan amalan ibadah lainnya yang dilakukan dalam keadaan
sakit dengan tujuan agar terpelihara dan terjaga aktivitas rohaniah,
insaniah dan tetap dalam situasi dan kondisi fitrah.
Adapun Langkah – langkah pendampingan bimbingan Psikospiritual dalam
proses pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut :

- Petugas KerohanianI mendata pasien rawat inap melalui data pasien


rawat inap pada SIMRS
- Petugas Kerohanian mempersiapkan kebutuhan bimbingan berupa;
Data pasien rawat inap,buku bimbingan rohani pasien, form asesmen
spiritual pasien, Bulpoint, leaflet tuntunan tayamum, leaflet doa anak
sehari hari bagi pasien anak dan buku bimbingan muslimah bagi
pasien annisa.
- Petugas KerohanianI mendatangi keperawatan menanyakan
identitas pasien dan pasien yang sangat membutuhkan bimbingan.
- Perawat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh petugas
Kerohanian.
- Petugas Kerohanian mulai melakukan bimbingan dengan prosedur;
mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
- Petugas Kerohanian menanyakan kondisi terkini pasien dan
memerikan motivasi yang dibutuhkan pasien dan diakhiri dengan doa
kesembuhan.
- Petugas Kerohanian berpamitan dengan mengucapkan salam dan
menutup pintu kamar pasien.
- Petugas Kerohanian mencatat pada form asesmen spiritual pasien
lanjutan dan pulang serta mencatat pada form kebutuhan edukasi
dan informasi pasien.
- Petugas Kerohanian berpamitan dengan petugas keperawatan dan
mengucapkan salam.

7
b. Bimbingan Fikih pasien
Fikih pasien merupakan tuntunan yang memuat kaidah-kaidah fikih bagi
pasien dalam memenuhi kebutuhan ibadahnya. Dalam hadits riwayat Al-
Bukhari, ”Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya:
“Sesungguhnya agama itu mudah.” (HR. Al- Bukhari). Dan beliau
shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya: “Apabila aku
perintahkan kalian dengan suatu perintah maka laksanakanlah dari-
padanya semampu kalian.” (Muttafaq ‘alaih, dan Ahmad). Berlandaskan
kaidah-kaidah yang mendasar inilah maka Alloh Ta’ala telah meringankan
ibadah orang-orang yang terkena udzur (halangan) sesuai dengan udzur
mereka, agar mereka bisa beribadah kepada Alloh Ta’ala tanpa
kesempitan dan kesulitan. Fikih pasien yang dimaksud meliputi beberapa
hal diantaranya adalah thoharah dan salat pasien.
Adapun langkah-langkah dalam bimbingan fikih pasien sebagai berikut:
- Petugas kesehatan menuju keruang pasien muslim dengan
mengucapkan salam (Assalamualaikum Wr. Wb.),sapa dan senyum.

- Petugas kesehatan menginformasikan kepada pasien muslim bahwa


waktu shalat telah tiba. Jika sekiranya pasien membutuhkan
bimbingan ibadah akan mendapatkan bimbingan fikih pasien oleh
petugas Kesehatan
- Petugas kesehatan akan melaksanakan edukasi fikih pasien yang
terdiri dari thaharah dan shalat pasien dengan tata cara sebagai
berikut: Bimbingan Thoharoh, adapun cara bersuci/ thoharoh bagi
orang sakit adalah sebagai berikut:
a. Jika tidak sanggup bersuci dengan menggunakan air karena
kondisinya yang memang lemah atau karena khawatir sakitnya
bertambah parah atau menundakesembuhannya, maka pasien
diperbolehkan bertayammum. Adapun tata cara tayamum
sebagai berikut :
1. Lakukan Niat terlebih dahulu
“Nawaituttayammuma listibahatis Shalati
fardholillahita’ala”Tempelkan kedua telapak tangan pada
tempat yang diyakini terdapat debu suci yang
menempel seperti dinding atau menggunakan tayammum
pad yang sudah disediakan.
2. Tempelkan kedua telapak tangan pada tempat yang diyakini
terdapat debu suci yang menempel seperti dinding atau
menggunakan tayammum pad yang sudah disediakan.
3. Tiuplah atau tepuk debu yang menempel untuk mendapatkan
lapisan debulebih tipis.
4. Usaplah bagian muka dengan kedua tangan secara merata.
5. Tempelkan kembali kedua telapak tangan pada tempat yang
diyakini terdapat debu suci.
6. Usaplah debu pada tangan dengan cara tempelkan tangan kiri

8
pada sisi dhohir tangan kanan, kemudian gerakkan tangan kiri
hingga kesiku dan berbalik arah melanjutkan pada sisi yang
lain.
7. Lakukan secara tertib.
b. Bimbingan Shalat
1. Apa bila pasien mampu mendirikan shalat dengan berdiri,
maka dianjurkan untuk berdiri. Jika pasien tidak mampu salat
dengan berdiri, petugas akan membimbing dengan posisi
duduk. Adapun cara melakukan shalat dengan posisi duduk
adalah:
1) Ambilah posisi duduk yang paling mudah untuk
dikerjakan (lebihdiutamakan dengan posisi duduk iftirosy
/ bersimpuh)
2) Awali shalat dengan berniat dilanjutkan dengan takbiratul
ihram
3) Lakukan rukuk dengan tumakninah
4) Lakukan I’tidal kemudian sujud. Lakukan sujud
sebagaimana shalat padaumumnya, yaitu menempelkan
kedua telapak tangan dan dahi pada tempat sujud.
5) Lakukan duduk tasyahud yakni kedua tangan berada
diatas paha, dimana posisi tangan kanan menggenggam
dengan jari telunjuk menjulur kedepan, untuk
memudahkan gerakan jari mengiringi lafal asyhadu an
laailaa ha illallah
6) Melakukan salam dengan menoleh ke kanan dan ke kiri

2. Jika tidak mampu melaksanakan dengan cara duduk,


maka shalat bisa dilakukan dengan cara berbaring
menghadap kiblat dengan miring di sisi kanan (lebih baik dari
pada sisi kiri) dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Lakukan salat dalam keadaan terlentang, diutamakan
posisi kepalalebih tinggi agar dapat mengahadap kearah
kiblat dengan niat
2) Lakukan takbiratul ihram dan meletakkan kedua tangan
diatas perut
3) Lakukan rukuk dengan cara sedikit mengangkat kepala
4) Lakukan sujud dengan mengangkat kepala lebih tinggi
dari gerakan rukuk
5) Lakukan duduk iftirasy, yakni memposisikan kedua
tangan diatas paha. Tangan menggenggam dengan
posisi jari telunjuk menjulur kedepan untuk memudahkan
gerakan jari mengiringi lafadz “Asyhadu an
laailaahaaillallah”
6) Akhiri shalat dengan gerakan salam, menoleh kekanan

9
dan kekiri
3. Jika tidak mampu melaksanakan dengan cara miring, maka
shalat bisa dilaksanakan dengan cara terlentang, kedua
kakinya diarahkan ke kiblat dan lebih afdhol kepalanya
diangkat sedikit untuk menghadap ke kiblat
4. Jika tidak mampu melaksanakan shalat dengan ruku’ dan
sujud, maka bisa dengan memakai isyarat dengan kepala
Jika tidak mampu mengisyaratkan dengan kepala pada waktu
ruku’ dan sujud, maka bisa dilaksanakan denganisyarat mata.
5. Jika tidak mampu mengisyaratkan dengan mata, maka shalat
dapat dilaksanakan dengan hati.
6. Petugas kesehatan berpamitan dengan mengucapakan
salam(wassalamu’alaikumWr. Wb).
7. Petugas kesehatan melakukan dokumentasi dengan cara
menulis materi edukasi fikih pasien pada lembar edukasi dan
informasi serta membubuhkan tanda tangan dan nama
terang.

c. Bimbingan Fikih wanita (kehamilan, melahirkan dan menyusui)


Pelayanan psikospiritual pasien maternal adalah pelayanan rohani yang
diberikan kepadapasien muslimah dalam kondisi perencanaan kehamilan,
hamil, melahirkan, menyusui maupun kondisi abortus. Adapun pelayanan
yang dikemas melalui bimbingan Fikih wanita (kehamilan, melahirkan dan
menyusui). Pelayaanan ini merupakan wujud bimbingan rohani yang
paripurna, rumah sakit berkomitmen untuk memberikan pengetahuan
kepada pasien maternitas dengan fikih wanita untuk ibu pada masa
kehamilan, melahirkan dan menyusui serta penggunaan kontrasepsi
secara Islami. Hal ini diupayakan agar perempuan lebih memperhatikan
kondisinya sesuai dengan kebutuhannya sesuai dengan panduan islami
bagi muslimah pada masa kehamilan, melahirkan dan menyusui.
d. Asesmen spiritual pasien
Asesmen spiritual merupakan proses pengumpulan informasi dari data
psikospiritual pasien pada saat masuk di rumah sakit untuk dilakukan
terapi tindak lanjut hingga pasien pulang. Asesmen spiritual meliputi:
identifikasi kondisi spiritual pasien, anamnesis, tindak lanjut dengan
proses perencanaan terapi spiritual, pemantauan ibadah pasien, dan
berakhir pada asesmen pasien pulang.
Langkah-langkah pendataan dan proses asesmen spiritual pasien
sebagai berikut:

• Petugas Kerohanian mengisi lembar asesmen spiritual pasien maksimal 1x24


jam.
• Petugas Kerohanian mempersiapkan form asesmenspiritual.
• Petugas Kerohanian melakukan identifikasi pasien.

10
• Petugas Kerohanian memberikan tanda centang padakolom yang tersedia
dan tulis tangan pada kolom yang tersedia.
• Petugas Kerohanian memberikan catatan khususmengenai saran dan tindak
lanjut yang tertera pada form asesmen spiritual ulang.
• Petugas Kerohanian menyerahkan buku sesuai dengan kebutuhan edukasi
pasien danmeminta tanda tangan pasien atau keluarga.
• Petugas Kerohanian membubuhkan tanda tangan padakolom yang tersedia.
• Petugas Kerohanian memasukkan form asesmen spiritualpada area asuhan
keperawatan.

e. Penanganan manajemen nyeri secara syariah


Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang diakibatkan
adanya kerusakan jaringan yang sedang atau akan terjadi, atau
pengalaman sensorik dan emosional yang merasakan seolah-olah terjadi
kerusakan jaringan. (International Association for the Study of Pain).
Sedangkan nyeri secara syariah adalah penanganan nyeri sesuai dengan prosedur
syariah. Penanganan nyeri secara syariah meliputi mengajak pasien untuk
memohon ampun kepada Allah dengan selalu mengucap istighfar, mengajak
pasien untuk selalu berdzikir kepada Allah SWT dengan mengucap tasbih, tahmid
dan takbir dan mengajak pasien untuk selalu berdoa kepada Allah SWT
untuk memohon kesembuhan pada pasien.
Adapun langkah-langkah dalam manjaemen nyeri secara syariah sebagai
berikut:
• Petugas keperawatan menginformasikan kepada petugas Kerohanian
terkait adanya pasien yang merasakan nyeri dalam skala tertentu
melalui WA group atau jaringan pribadi.
• Petugas Kerohanian mendatangi nurse station maksimal10 menit dari
informasi yang diterima, dan melakukan konfirmasi ulangterkait keluhan
nyeri pasien dan ruang rawat inap pasien.
• Petugas Kerohanian melakukan pendampingan sesuai kondisi
nyeri yang dirasakan pasien:
1) Apabila dalam kondisi nyeri ringan pada skala 1-3 (sedikit
menggangguaktivitas sehar-hari), ajaklah pasien untuk memohon
ampun kepada Allah dengan mengucapkan istighfar
“Astaghfirullahal ‘Azhim” berulangkali.
2) Apabila dalam kondisi nyeri sedang pada skala 4-6 (gangguan
nyata terhadap aktivitas sehari-hari), ajaklah pasien berdzikir
dengan membaca kalimat thayyibah sesuai kemampuan seperti
mengucapkan tasbih “Subhanallah”, tahmid “Alhamdulillah”, takbir
“Allahu Akbar” atau tahlil “Laa Ilaha Illallah” berulangkali.
3) Apabila dalam kondisi nyeri berat pada skala 7-10 (tidak dapat
melakukan aktivitas sehar-hari), ajaklah pasien agar mengingat
Allah dan menanamkan sikap selalu husnuzhan kepada Allah.

11
• Petugas Kerohanian memberikan motivasi spiritual pasien kepada
keluarga pasien dengan nasihat agar tetap tenang dan terus membaca
do’a atau dzikir apabila kondisi pasien merasakan nyeri
berkelanjutan.

 Petugas Kerohanian mencatat penatalaksanaan nyeri secara syariah


dalam form pengkajian spiritual pasien yang berada di nurse station
sesuai dengan terapi yang dilakukan.

f. Motivasi spiritual
Motivasi merupakan kekuatan pendorong dalam diri seseorang yang
mendorong mereka untuk bertindak. Kekuatan pendorong ini dihasilkan
dari ketegangan, yang merupakan akibat dari kebutuhan yang tak
terpenuhi. Individu berusaha baik secara sadar maupun tidak sadar untuk
mengurangi ketegangan ini melalui perilaku yang mereka antisipasi
dengan memenuhi kebutuhan mereka dan dengan demikian dapat
membebaskan mereka dari stres yang mereka rasakan. Motivasi spiritual
merupakan dorongan kuat untuk memenuhi kebutuhan fitrahnya, secara
garis besar motivasi spiritual meliputi: motivasi akidah, motivasi ibadah dan
motivasi muamalah.
Langkah-langkah dan proses pemberian motivasi spiritual adalah sebagai
berikut:
• Petugas Kerohanian mengunjungi pasien dengan mengetuk pintu
dan mengucap salam
• Petugas Kerohanian memperkenalkan diri dan melakukan
identifikasi kondisi spiritualpasien
• Petugas Kerohanian melakukan diagnosis spiritual terkait
kebutuhan motivasi yang akandiberikan kepada pasien
• Petugas Kerohanian menjelaskan kepada pasien tentang motivasi
spiritual
• Petugas Kerohanian mengucapkan terimakasih dan berpamitan
dengan mengucapkansalam
2. Pelayanan Rohani pasien khusus
Adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien dalam kondisi khusus (baik
penyakitnya maupun psikospiritualnya) maupun pasien yang menghendaki
adanya pelayanan pendampingan keagamaan dan rohani secara khusus, bagian
kerohanian akan memberikan pelayanan sesuai prosedur. Adapun bentuk
pelayanan psikospiritual pasien khusus meliputi:
a. Pelayanan bimbingan psikospiritual pasien dengan perawatan paliatif
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan
dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan
melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan
masalah-masalan lain yakni fisik, psikososial dan spiritual. Perawatan paliatif

12
dikhususkan bagi pasien dengan penyakit sebagai berikut:
1. penyakit kanker
2. gagal ginjal
3. penyakit degeneratif
4. penyakit paru obstruktif kronik
5. cystic fibrosis
6. Stroke
7. Parkinson
8. gagal jantung
9. penyakit generatif
10. penyakit infeksi seperti HIV/ AIDS dan TB.

Langkah – langkah pendataan dan proses pelayanan pasien rawat inap


sebagai berikut :
 Petugas Kerohanian mendata pasien rawat inap yang termasuk pasien
dengan perawatan paliatif melalui data pasien rawat inap yang
diperoleh dari bagian keperawatan.
 Petugas Kerohanian mempersiapkan kebutuhan bimbingan berupa;
Data pasien rawat inap,buku bimbingan rohani pasien, form asesmen
spiritual pasien, Bulpoint, leaflet tuntunan tayamum, leaflet doa anak
sehari hari bagi pasien anak dan buku bimbingan muslimah bagi pasien
annisa.
 Petugas Kerohanian mendatangi keperawatan menanyakan identitas
pasien dan pasien yang sangat membutuhkan bimbingan.
 Perawat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh petugas
Kerohanian.
 Petugas Kerohanian mulai melakukan bimbingan dengan prosedur;
mengetuk pintu dan mengucapkan salam jika pasien berada di rawat
inap. Jika pasien berada di klinik maka petugas Kerohanian akan
memanggil pasien dan mengucapkan salam serta mempersilahkan
pasien untuk duduk.
 Petugas Kerohanian menanyakan kondisi terkini pasien dan memerikan
motivasi yang dibutuhkan pasien dan diakhiri dengan doa kesembuhan.
 Petugas Kerohanian berpamitan dengan mengucapkan salam dan
menutup pintu kamar pasien jika pasien rawat inap. Jika paisen berada
di klinik maka petugas Kerohanian I akan melakukan
pendokumentasian dengan cara menulis kebutuhan dan materi edukasi
pada form edukasi dan informasi pasien.
 Petugas Kerohanian berpamitan dengan petugas keperawatan dan
mengucapkan salam.

b. Pelayanan bimbingan psikospiritual pasien end of life


Pasien yang menuju akhir hidupnya membutuhkan asuhan dan pendampingan
khusus yang terfokus pada kebutuhan mereka. Pasien dalam tahap akhir
kehidupan atau sakaratul maut mengalami gejala langsung yang berhubungan
dengan penyakit yang sedang dideritanya dan memerlukan terapi kuratif yang

13
berhubungan dengan masalah- masalah psikososial atau psikospiritual yang
berkaitan dengan kematian dan proses kematian. Pelayanan psikospiritual
pada pasien sakaratul maut bisa dilakukan oleh
siapapun yang ada bersama pasien saat itu, dengan cara memberikan
bimbingan dzikir dan menuntunnya perlahan agar mengucapkan kalimat
thayyibah minimal lafazh “Allah”. Tujuan rumah sakit memberikan asuhan
psikospiritual pada akhir kehidupan adalah agar keimanan pasien tetap terjaga
dan mengantarkannya pada akhir hidup yang baik yaitu khusnul khatimah,
dengan demikian rumah sakit benar-benar menjadi instansi terkemuka yang
mampu memberikan pelayanan prima yang mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia baik biomedis, psikio, sosio maupun spiritual.
Langkah-langkah dan proses pelayanan bimbingan psikospiritual pasien end of
life adalah sebagai berikut:

 Perawat menginformasikan kepada petugas kerohanian mengenai


adanya pasien sakaratul maut melalui pesawat telepon ruangan atau
melalui telepon handphone
 Petugas Kerohanian mencatat informasi dari perawatan dalam formulir
“ “Pendampingan Talqin Pasien Sakaratul Maut”
 Petugas Kerohanian mendatangi nurse station maksimal 5 menit dari
informasi yang diterima, dan mengkonfirmasi ulang kondisi dan ruang
rawat inap pasien.
 Petugas Kerohanian menuntun pasien dengan kalimah Syahadatain,
jika pasien tidak mampu mengucapkan kalimahsyahadatain maka
dituntun untuk mengucapkan kalimah tahlil (Laaillaha IllaAlloh). Jika
pasien tidak mampu juga mengucapkan kalimah tahlil maka dituntun
mengucapkan Allah.
 Petugas keperawatan akan melakukan talqin sesuai langkahno 4, jika
pasien dalam kondisi terminal menjelang ajal terutama pada saat pasien
akan menghembuskan nafas terakhir dan petugas kerohanian belum
berada di ruang keperawatan.
 Petugas Kerohanian membimbing keluarga untuk mengucapkan lafadz
tarji’ bila pasien telah dinyatakan meninggal dunia.
 Petugas Kerohanian atau petugas keperawatan melengkapi data pada
form pendampingan talqin pasien sakaratul maut dan menempelkan
form tersebut pada lembar korespondensi.

c. Pelayanan Quranic Healing


Quranic Healing atau penyembuhan qur’ani adalah ilmu dan seni
penyembuhan, pembentengan dan perlawanan dari Penyakit Fisik, Psikis,
Gangguan Jin dan sihir serta segala mara bahaya. Bentuk pengobatan atau
terapi Al-Qur’an (Quranic Healing) adalah Terapi menggunakan bacaan
Ruqyah dari ayat-ayat Al-Qur’an dan doa-doa yang ma’tsur (diajarkan oleh
Rasulullah ‫ )ﷺ‬kepada diri sendiri atau orang lain. Hal itu diulangi beberapa
kali sampai terjadi proses penyembuhan atas izin Allah.
Pembacaan Al-Qur’an terdiri dari tiga hal, pertama melalui gelombang suara

14
bacaan Al- Qur’an yang keluar melalui terapist (healer) yang
membacakannya atau dibacakan langsung oleh pasien, ataupun secara tidak
langsung yaitu menggunakan rekaman suara yang didengarkan melalui
peralatan modern (audio digital).
Langkah-langkah dan proses pelayanan quranic healing adalah sebagai
berikut:
• Petugas Kerohanian mendatangi ruangan keperawatan
• Petugas Kerohanian mempersiapkan alat yang akan digunakan
untuk quranic healing
• Petugas Kerohanian melakukansetting file audio yang
akan di perdengarkan sesuaikebutuhan pasien berikut
volume audio.
• Petugas memposisikan alat tersebut pada tempat yang sudah
disediakan
• Petugas Kerohanian melakukan healing sesuai kebutuhan.
• Petugas Kerohanian mengambil kembali peralatan
quranic healing setelah selesaipenggunaan.
• Simpan dengan baik peralatan quranic healing

d. Terapi salat tahajjud


Salat Tahajud adalah Salat sunnah yang dikerjakan pada malam hari sesudah
mengerjakan Salat Isya sampai terbitnya fajar dan sesudah bangun dari tidur,
meskipun itu hanya sebentar.
Salat Tahajud yang dilakukan secara khusyuk dan benar akan memberikan
pengaruh terhadap kesehatan jiwa maupun raga. Sehingga dibutuhkan
sebuah formula untuk mewujudkan hal tersebut, formula yang dimaksud
adalah tata cara Salat tahajud yang khusyuk dan menyehatkan dengan cara
membersihkan diri, pakaian, dan tempat dari hadats kecil dan besar serta
melakukan gerakan Salat tahajud sesuai dengan kaifahnya dan ada
penambahan khusus yaitu do’a yang dibaca secara terus menerus kemudian
merelaksasikan pikiran dengan memperkecil stimulus melalui sugesti positif
dengan mengucap Allah ketika mengambil nafas.
Langkah-langkah dan proses terapi salat tahajjud adalah sebagai berikut:
 Petugas Kerohanian menyusun jadwal dan sasaran (pasien)
pelaksanaan terapi salat tahajjud
 Petugas Kerohanian I memastikan jadwal pelaksanaan dan pasien
yang akan dilakukan terapisalat tahajjud
 Petugas Kerohanian bekerjasama dengan keperawatan pada saat
pelaksanaan salat tahajjud
 Proses terapi salat tahajjud dilaksanakan dengan memperhatikan
kesucian hati,niat dan fisik pasien
 Terapi salat tahajjud dilaksanakan dengan 2 rakaat dan setiap gerakan
akan ditambah bacaan dan doa. Pelaksanaan dimulai pada pukul
02.30 sampai dengan pukul 04.00
 Selesai salat tahajjud akan dilanjutkan dengan dzikir dan doa.

15
e. Terapi Zikir
Zikir diartikan sebagai perbuatan menyebut, menuturkan, mengingat,
menjaga, mengerti dan perbuatan baik. Zikir juga dapat diartikan sebagai
ucapan lisan, gerakan raga maupun getaran hati sesuai dengan cara-cara
yang diajarkan agama, dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT,
sebagai upaya untuk menyingkirkan keadaan lupa dan lalai kepadaAllah.
Berkaitan dengan gangguan mental, zikir dapat digunakan sebagai terapi
pengobatan bagi pasien. Karena secara psikologis, mengingat Allah dalam
alam kesadaran akan menimbulkan penghayatan akan kehadiran Allah. Selain
itu, pelaksanaan zikrullah yang dilakukan dengan sikap rendah hati dan suara
yang lemah lembut akan membawa dampak relaksasi dan ketenangan bagi
pasien tersebut.
Langkah-langkah dan proses terapi dzikir adalah sebagai berikut:
 Petugas Kerohanian menyiapkan kebutuhan terapi dzikir (buku
panduan dzikir dan tasbih sebagai media untuk mempermudah pasien
dalam terapi dzikir)
 Petugas Kerohanian bekerjasama dengan perawat ruang jiwa untuk
mempersiapkan pasienjiwa
 Petugas Kerohanian mengarahkan pasien pada tempat yang
disediakan dan proses terapi dzikir dimulai dengan bacaan surat al-
fatihah dan bacaan-bacaan dzikir (Istighfar, tasbih, tahmid, takbir dan
tahlil)
 Pelaksanaan terapi dzikir berlangsung 30 menit

f. Kajian Keagamaan pasien Hemodialisa


Kajian keagamaan pasien Hemodialisa merupakan salah satu bentuk
pendekatan spiritual yang disuguhkan bagi pasien Hemodialisa dengan
konsep penyelenggaraan kajian keagamaan yang dapat dimanfaatkan oleh
pasien maupun keluarganya pada saat proses tindakan hemodialisa
berlangsung. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan motivasi dan
semangat bagi pasien dalam menghadapi rutinitas cuci darah yang tidak
menentu kapan berakhir dan sembuhnya, sehingga dengan pendekatan
spiritual ini diharapkan mampu menggugah semangat dan harapan untuk
senantiasa mendekatkan diri kepada Allah demi menyongsong husnul
Khotimah.
Langkah-langkah dan proses kajian keagamaan pasien
Hemodialisa adalah sebagai berikut:
 Petugas Kerohanian menyusun jadwal petugas pengisi kajian agama
pasien Hemodialisa
 Petugas Kerohanian yang bertugas datang ke ruang Hemodialisa
dengan mengucapkan salam kepada petugas kesehatan
 Petugas Kerohanian mengawali kajian dengan membaca surat al
Fatihah terlebih dahulu, kemudian materi keagamaan disampaikan
dengan metode ceramah selama 20menit

16
 Petugas Kerohanian mengakhiri kajian agama dengan membaca doa
untuk kesembuhan pasien
 Petugas Kerohanian mencatat materi edukasi pada form edukasi
pasien.

g. Pendampingan Talqin pasien sakaratul maut


Memberikan pendampingan kepada pasien yang dalam kondisi sakaratul maut
dengan menuntun untuk mengucapkan kalimat syahadat, jika pasien tidak
mampou mengucap kalimat syahadat patugas akan membimbing dengan
ucapan laa ilaaha Illallah. Namun jika pasien masih belum mampu mengucap
kalimat tahlil, maka akan dibimbing oleh petugas dengan ucapan Allah dan
membisikkan ke telingan pasien sebelah kanan. Hal ini dilakukan sebagai
wujud kepedulian rumah sakit terhadap agama pasien dengan harapanAllah
akan memberikan kebiakan hingga akhir hidupnya sebagai bekal untuk
kehidupan akhirat yang kekal.
Langkah-langkah dan proses pendampingan talqin pasien sakaratul maut
sebagai berikut:

 Perawat menginformasikan kepada petugas Kerohanian mengenai


adanya pasien sakaratul maut melalui pesawat telpon
 Petugas Kerohanian mencatat informasi dari perawatan dalam formulir
“ “Pendampingan Talqin Pasien Sakaratul Maut”
 Petugas Kerohanian mendatangi nurse station maksimal 5 menit dari
informasi yang diterima, dan mengkonfirmasi ulang kondisi dan ruang
rawat inap pasien.
 Petugas Kerohanian menuntun pasien dengan kalimah Syahadatain,
jika pasien tidak mampu mengucapkan kalimah syahadatain maka
dituntun untuk mengucapkan kalimah tahlil (Laaillaha Illallah). Jika
pasien tidak mampu juga mengucapkan kalimah tahlil maka dituntun
mengucapkan Allah.
 Petugas keperawatan akan melakukan talqin sesuai langkah no 4, jika
pasien dalam kondisi terminal menjelang ajal terutama pada saat
pasien akan menghembuskan nafas terakhir dan petugas Kerohanian
belum berada di ruang keperawatan.
 Petugas Kerohanian membimbing keluarga untuk mengucapkan lafadz
tarji’ bila pasien telah dinyatakan meninggal dunia.
 Petugas Kerohanian atau petugas keperawatan melengkapi data pada
form pendampingan talqin pasien sakaratul maut dan menempelkan
form tersebut pada lembar korespondensi.

3. Pendampingan Rohani pada pasien dengan permintaan khusus


a. Pelayanan Ruqyah Syar’iyah
Ruqyah secara syariat merupakan doa dan bacaan-bacaan yang mengandung
permintaantolong dan perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk
mencegah atau mengobati bala dan penyakit. Terkadang doa atau bacaan itu
disertai dengan sebuah tiupan dari mulut ke kedua telapak tangan atau

17
anggota tubuh orang yang meruqyah atau yang diruqyah. Tentunya ruqyah
yang paling utama adalah doa dan bacaan yang bersumber dari Al-Qur`an dan
As-Sunnah. Ruqyah dibagi menjadi dua, yakni; ruqyah syariyah dan ruqyah
syirkiyah, sedangkan Pelayanan ruqyah yang diberikan kepada pasien di
rumah sakit adalah ruqyah syar’iyah. Pasien yang dalam kondisi tertentu
sehingga perlu mendapatkan penanganan ruqyah syar’iyah adalah pasien
dalam kondisi:
 Pasien histeris berlebihan
 Pasien dengan halusiani tinggat tinggi
 Pasien dengan depresi berat
 Pasien dengan kondisi tidak tenang jiwanya
 Dan lain-lain
Langkah-langkah dan proses pelayanan ruqyah syar’iyah adalah sebagai
berikut:
 Petugas keperawatan menginformasikan kepada petugas Kerohanian
bahwa ada permintaan pasien atau orang lain untuk pelayanan ruqyah
syar’iyah, atau pasien meminta secara langsung kepada petugas
Kerohanian untuk dilakukan ruqyah syar’iyah.
 Petugas Kerohanian didampingi petugas keperawatan mendatangi
pasien atau orang lain yang membutuhkan. Jika pasien secara
langsung minta diruqyah oleh petugas Kerohanian, maka petugas
Kerohanian yang akan datang langsung kepada pasien.
 Petugas Kerohanian melakukan identifikasi kepada pasien atau
keluarganya berupa nama, umur, alamat.
 Petugas Kerohanian menanyakan keluhan pasien selama di rumah
sakit.
 Petugas Kerohanian melakukan pelayanan ruqyah syar’iyah dengan
bacaan ayat al-Qur’an dan doa yang bersumber dari al-Qur’an dan
hadist.
 Petugas Kerohanian juga melakukan ruqyah dengan menggunakan
media air.
 Petugas Kerohanian setelah selesai melakukan ruqyah syar’iyah
kemudian melakukan pencatatan pada form permintaan pelayanan
ruqyah syar’iyah yang sudah tersedia.
b. Konsultasi keagamaan
Konsultasi keagamaan pasien & keluarga adalah sebuah wadah untuk
memberikan suatu pentunjuk, pertimbangan, pendapat atau nasihat yang
bertujuan mendapatkan suatu penyelesai sesuai dengan nas al-quran dan
al- hadits. Konsultasi keagamaan melalui ruang khusus konsultasi yang
sudah tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh pasien, keluarga maupun
karyawan.
c. Pendampingan Rohani Pasien Non Muslim
Pendampingan pasien non muslim merupakah bentuk toleransi terhadap
umat non muslim (Kristen, Budha, Hindu, dll). Sebagaimana dalam standar

18
KARS bahwa setiap pasien mempunyai hak dan kewajiban selama di rawat
di rumah sakit. Hal inilah yang menjadi pertimbangan bagi rumah sakit
untuk dapat menghargai hak beragama bagi pasien non muslim dalam
melaksanakan ibadahnya selama di rumah sakit. Meskipun demikian
pendampingan tetap akan dilakukan sesuai prosedur oleh petugas
Kerohanianpada saat berlangsungnya ceremony atau ritual keagamaan
dengan tujuan agar pasien lainnya juga merasa nyaman dan tidak
terganggu dengan peribadatan pasien non muslim.
Langkah-langkah dan proses pendampingan Pasien Non Muslim sebagai
berikut:
 Perawat menginformasikan kepada pasien atau keluarga tentang
pelayananKerohanian pada awal orientasi ruangan.
 Perawat memberitahukan tentang mekanisme bimbingan
Kerohanian nonmuslim, dan melakukan identifikasi dengan
memberikan formulir permohonan bimbingan.
 Perawat menginformasikan mengenai kebutuhan bimbingan pasien
nonmuslimkepada petugas Kerohanian untuk ditindak lanjuti.
 Petugas Kerohanian menghubungi rohaniawan yang
direkomendasikan pasien ataukeluarga dan menjelaskan mengenai
maksud dan tujuan pemanggilan.
 Petugas Kerohanian menginformasikan kepada rohaniawan yang
dimaksud mengenai prosedur pelaksanaan bimbingan, yang
meliputi:
a. Rohaniawan yang bersangkutan hadir ke RSI Namira dan
menemuibagian Kerohanian.
b. Petugas Kerohanian mendampingi rohaniawan sampai pada
ruang rawat inap pasien.
c. Petugas Kerohanian berkoordinasi dengan perawat dalam
menciptakan suasana privasi pembimbingan, dengan sketsel
pembatas atau ruangan tersendiri.
d. Rohaniawan memberikan catatan pada spiritual service record
pasien setelah melakukan bimbingan dan memberikan laporan
kepada petugas Kerohanian untuk dilakukan pendampingan
tahap berikutnya bersama tim keperawatan.
 Petugas Kerohanian mengucapkan terimakasih kepada rohaniawan
atas kerjasamanya dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien.

19
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Rekapitulasi Data
Rekapitulasi data dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
kinerja yangdilaksanakan sesaui dengan program kerja.
B. Monitoring
Monitoring dilakukan bertujuan untuk memantau kepatuhan petugas dalam
melaksanakankegiatan sehari-hari.
C. Evaluasi
Evaluasi dilakukan oleh petugas Bimbingan Rohani Islam dan dilakukan setiap
tiga bulan sekali.

D. Bentuk-bentuk dokumentasi yang dilakukan sebagai bukti pelaksanaan


kinerja bagianbImbingan Rohani Islam antara lain berupa:
1. Dokumentasi laporan bulanan, tiga bulanan dan tahunan
2. Buku-buku bimbingan rohani
3. Form bimbingan dan form-form lainnya yang terkait dengan kinerja
Kerohanian
4. Foto – foto dokumentasi saat dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan

20
BAB IX
PENUTUP

Telah disusun Buku Panduan Bimbingan Rohani Islam Rumah Sakit Islam Namira, yang
dapat digunakan sebagai acuan pelaksanaan kegiatan bagian Bimbingan Kerohanian Islam
dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan yang Islami.
Buku Panduan Bimbingan Rohani Islam ini disusun dengan harapan dapat menjadi acuan
dan pedoman bagi kita, khususnya yang bertugas di unit Bimbingan Kerohanian Islam.
Panduan Bimbingan Rohani Islam ini akan ditinjau ulang secara periodik, oleh sebab itu
masukan yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Akhirnya saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Buku Panduan Bimbingan Rohani Islam ini, semoga Allah SWT selalu
menyertai ibadah kita dalam rangka menyelamatkan kehidupan umat.

Ditetapkan di : Lombok Timur


Tanggal : 07 September 2018 M
26 Dzulhijjah 1439 H

Rumah Sakit Islam Namira


Lombok Timur

dr. H. Utun Supria, M.Kes


Direktur

21

Anda mungkin juga menyukai