REVIEW JURNAL
Disusun oleh:
1. Untuk penyediaan bahan pangan dengan memperhatikan konsep keamanan pangan yang
terintegrasi, di tahap mana saja hal tersebut perlu diperhatikan agar terhindar resiko kontaminasi
cemaran (fisik,biologi dan kimiawi) ?
Konsep keamanan pangan terintegrasi berkaitan dengan proses dalam penyediaan
bahan pangan. Kontaminasi dapat terjadi selama proses bahan baku berada di asalnya hingga
telah menjadi produk pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pada dasarnya, persiapan rantai
makanan tidak terlepas dari adanya potensial kontaminasi. Rantai tersebut diantaranya, proses
penyiapan bahan baku, penyimpanan bahan" (raw material) sebelum didistribusikan, distribusi
bahan baku, penyiapan bahan pangan, proses pengolahan, penyiapan pangan jadi, dan
pendistribusian pangan jadi. Rincian setiap tahapan yang memungkinkan terjadinya kontaminasi
berikut ini:
● Bahan baku, ketika menetapkan sebagai bahan baku perlu mencermati apakah terdapat
bahan cemaran/toksin yang terbawa dari tempat asalnya. Kadar toleran/faktor pembatas
terhadap bahan atau pangan tertentu untuk toksin yang ada pada bahan perlu untuk
diketahui. Selain itu, perlu adanya penanganan bahan dari adanya kontaminasi atau
cemaran (kimia dan fisik) dari bahan yang digunakan.
● Terkait dengan pekerja atau manusia yang terlibat dalam rantai prosesnya, perlu
diperhatikan disiplin kerja terkait keamanan pangan. Sehingga, hal ini dapat menghindari
kontaminasi dari pekerja berpindah ke bahan atau produk.
● Ketika persiapan bahan baku atau pangan, perlu diperhatikan kondisi lingkungan asal
serta saat prosesnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang
atau kontaminasi melalui udara dan lainnya sehingga dapat menghasilkan produk yang
aman untuk dikonsumsi. Contoh: pangan dari perairan perlu untuk diketahui asalnya,
pangan hasil pertanian perlu untuk diketahui tanah atau pupuk yang digunakan agar
nantinya aman untuk dikonsumsi.
● Saat penyimpanan bahan baku perlu memperhatikan penanganan yang sesuai. Hal ini
dilakukan untuk menghindari resiko toksin yang dihasilkan bahan tertentu yang nantinya
dapat berkembang dan menyebabkan sakit hingga kematian. Contoh: menghindari
tumbuh dan berkembangnya aflatoksin pada jagung akibat penanganan kelembaban
relatif yang tidak sesuai.
● Saat pendistribusian bahan baku maupun pangan harus sesuai dengan kondisi terbaik
bagi produk pangan tertentu. Contoh: kelembaban dan suhu tempat menyimpan dan
pendistribusian produk pangan yang tidak sesuai menyebabkan produk pangan tidak
bertahan lama (expired date lebih cepat).
● Saat proses pengolahan, perlu untuk mengetahui efek dari proses yang digunakan
khususnya apabila terdapat komponen senyawa tertentu yang dapat bereaksi
menghasilkan senyawa toksin apabila dipadukan dengan proses pengolahan tertentu.
Selain itu, penggunaan wadah dalam proses pengolahan perlu untuk diperhatikan untuk
menghindari adanya migrasi komponen berbahaya pada pangan.
Sehingga, setiap perlakuan dan rantai proses pangan mulai dari raw material hingga
menjadi produk jadi perlu untuk diperhatikan. Hal ini dilakukan karena kontaminan pada produk
pangan dapat memberikan dampak yang tidak signifikan secara langsung maupun tidak
langsung terhadap kesehatan manusia. Tentunya hal ini berkaitan langsung dengan keamanan
pangan.
2. Sebutkan proses-proses pengolahan yang bisa dilakukan dalam penyiapan makanan (rifda)
Secara keseluruhan proses yang dilakukan untuk mendapatkan jadi yaitu:
- Penerimaan bahan
- Penyimpanan bahan
- Pengolahan
- Pendistribusian Pengolahan bahan baku menjadi makanan jadi umumnya menggunakan
proses pemasakan dengan pemanasan atau suhu tinggi (Swamilaksita dan Devi, 2022)
Proses pengolahan yang dapat dilakukan untuk mengubah bahan baku menjadi makanan
jadi yaitu :
- Perebusan: proses pemasakan dalam air mendidih sekitar 100 derajat celcius dengan air
sebagai media penghantar panas
- Pengukusan: pemasakan dengan panas dan menggunakan uap air sebagai media
penghantar panas
- Penggorengan: proses pemasakan makanan dengan panas dan menggunakan minyak
sebagai penghantar panas serta suhu yang digunakan sekitar 150-300 derajat celcius
- Pembakaran/pemanggangan: pengolahan makanan yang dimasak diatas lempeng besi
panas yang diletakkan di atas perapian. Proses ini juga dapat dilakukan diatas api
langsung dengan hanya dibatasi jeruji panggang
- Penyangraian: proses penurunan kadar air dengan panas atau suhu tinggi pada bahan
seperti biji-bijian, kacang-kacangan, dan lainnya
- Baking: proses pengolahan makanan dalam oven dengan panas dari segala arah Proses
lain yang dapat dilakukan dalam pengolahan bahan pangan menjadi makanan jadi tanpa
pemanasan contohnya yaitu fermentasi (Sundari dkk., 2015).
3. Mengapa kita perlu memperhatikan kondisi (kemungkinan terjadi) terbentuknya toksin selama
proses pengolahan ?
Toksin merupakan racun yang diproduksi oleh organisme hidup. Kita perlu
memperhatikan kemungkinan terjadinya pembentukan toksin selama proses pengolahan
makanan karena kontaminasi makanan akibat toksin baik disengaja ataupun tidak sengaja
apabila dikonsumsi akan menimbulkan masalah serius bagi kesehatan manusia. Makanan yang
terkontaminasi akan menjadi dampak serius pada kesehatan individu, efek yang ditimbulkan
dimulai dari masalah lambung ringan, memperburuk perkembangan sistem saraf, imun, hingga
kematian. Selain itu, kontaminasi makanan juga dapat menjadi penyebab utama kanker.
Menurut Salter (2014), dikonfirmasi oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika
Serikat, terdapat lebih dari 11.000 infeksi bawaan makanan yang beberapa disebabkan oleh
toksin dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan kontaminasi makanan. Dengan demikian,
kita perlu memperhatikan kemungkinan terbentuknya toksin selama proses pengolahan.
Seperti contoh adanya kontaminasi bakteri Clostridium botulinum pada sarden kemasan kaleng
disebabkan karena makanan diperoleh dari sumber yang tidak bersih, alat yang digunakan pada
proses pengalengan tercemar, serta proses pengawetan yang kurang sempurna. Hal tersebut
dapat menyebabkan keracunan
4. Bagaimana Proses Reaksi Maillard terjadi ?
Reaksi maillard pada dasarnya terjadi karena adanya stimulasi suhu tinggi dalam proses
pengolahan pangan. Reaksi ini melibatkan asam amino dan juga gula pereduksi serta
menghasilkan warna coklat sebagai indikatornya. Berlangsungnya reaksi ini melalui 3 tahapan
yang cukup kompleks.
● Tahap pertama
Gula dan asam amino akan mengalami pemadatan akibat pengaruh awal dari
penggunaan suhu tinggi. Setelah proses tersebut terjadi, akan berlangsung proses
kondensasi dan dilanjut dengan adisi amadori. Sehingga akan terbentuk 1-amino-1
deoksi-2. Pada tahapan ini masih belum terbentuknya warna yang menjadi indikator
adanya reaksi maillard yakni warna coklat.
● Tahapan kedua
Tahap ini akan memuat dehidrasi dan fragmentasi yang terjadi pada molekul gula serta
asam amino. Produk yang dihasilkan pada tahap kedua dapat berupa HMF dan
piruvaldehida. Pada tahapan ini bisa terjadi 2 kemungkinan. Dimana bisa jadi masih
belum terbentuknya warna atau sudah terbentuk warna yang cenderung kekuningan.
● Tahap ketiga
Pada tahap ini akan terjadi kondensasi aldol. Dimana dihasilkan produk akhir berupa
melanoidin. Senyawa inilah yang akhirnya memicu adanya perubahan warna menjadi
kecoklatan dan perubahan bau yang khas. .
5. Apa yang dimaksud dengan aspek dampak positif dan negatif reaksi Maillard bagi kesehatan ?
Aspek dampak positif dan negatif reaksi maillard merupakan dampak yang dihasilkan
dari produk atau senyawa pada proses reaksi maillard sehingga berpengaruh bagi kesehatan.
Produk reaksi maillard yang dihasilkan dapat memberikan dampak positif atau negatif ini
bergantung pada proses pengolahan yang digunakan. Seperti pada pengolahan makanan
dengan suhu tinggi terbentuk akrilamida melalui reaksi maillard. Akrilamida sendiri telah
diklasifikasikan sebagai kemungkinan karsinogen bagi manusia. Pada reaksi maillard
menghasilkan melanoidin yang memiliki dampak menguntungkan bagi kesehatan karena dapat
berperan sebagai antioksidan serta antibiotik. Namun terdapat juga carboxymethyl lysine (CML)
yang tinggi memberikan dampak negatif karena dapat meningkatkan diabetes serta
menyebabkan penyakit kardiovaskular. Cara mengatasi
Referensi
Sundari, D., Almasyhuri, Astuti L. 2015. Pengaruh Proses Pemasakan terhadap Komposisi Zat Gizi Bahan
Pangan Sumber Protein. Media Litbangkesi. Vol. 25. No. 4. Hal: 235-242
Swamilaksita, P, D., dan Devi A. K. 2022. Keamanan Makanan. Malang: Insan Cendekia Mandiri