DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
101111296
101111297
CANDRA WAHYU N
101111298
TIKA TRIHARINNI
101111299
101111300
101111301
TITA YULISTIAN
101111302
VINDI TYASTUTIK
101111303
SHEILA SACHAVANIA
101111304
SEPTIYANI MUNIROH
101111305
101111306
101111307
101111308
IRMA KRISNAWATI
101111309
101111310
ARYATAMA RAHARDHIMAN
101111311
BAB I
PENDAHULUAN
aman
adalah
hak
setiap
orang
(ICD/SEAMEO
TROPMED
RCCN 1999). Pangan yang aman, bermutu, bergizi, berada dan tersedia cukup
merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya
suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan
serta berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Mengingat pentingnya masalah keamanan pangan, maka pengetahuan dan
kepedulian (sikap dan perilaku) terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya keracunan atau pencemaran pangan harus diperhatikan oleh
masyarakat, baik produsen maupun konsumen.
Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia dewasa ini, maka
semakin banyak jenis bahan makanan yang diproduksi, dijual dan dikonsumsi
tidak lagi secara sehat dan higienis. Pada pembahasan makalah ini, sayur dan buah
segar pun juga mengandung patogenpatogen yang berbahaya bagi kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
Pada makalah ini kami akan membahas tentang keamanan
mikrobiologis pada buah dan sayur segar.
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah mengetahui pathogen apa saja
yang terkandung dalam buah dan sayur segar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Tanda-tanda yang mudah ditemukan antara lain berbau busuk atau tengik,
terdapat kotoran berupa kerikil, potongan kayu atau kaca atau terdapat
belatung.
b. Bahan-bahan lain yang tidak kasat mata yang dapat menyebabkan pangan
berbahaya bagi kesehatan, yaitu mikroorganisme misalnya virus atau
bakteri serta racun yang dihasilkannya, yang mungkin terdapat pada
sayuran, susu, kacang tanah, daging, ikan dan lain-lain. Kelompok
mikroorganisme yang menyebabkan bahaya tersebut biasa disebut patogen.
c. Pewarna, pengawet dan bahan tambahan lain dari jenis yang tidak
diperuntukkan untuk pangan seperti formalin yang akhir-akhir ini menjadi
isu di Indonesia.
BAB III
PEMBAHASAN
Diet yang kaya buah dan sayur segar, selain terasa menyegarkan juga
dibutuhkan untuk menjaga kesehatan sebagai sumber vitamin, mineral dan serat
maupun senyawa fitokimia. Akan tetapi, produk segar juga seringkali menjadi
sumber dari masuknya mikroba patogen penyebab penyakit. Sebagai contoh, E.
coli O157:H7 telah dilaporkan terdapat didalam juice yang tidak dipasteurisasi,
dan listeria ditemukan didalam kubis. Lalu, apa upaya yang dapat dilakukan usaha
jasa boga agar tetap dapat memberikan manfaat buah dan sayur segar secara
maksimal pada konsumen tanpa khawatir dengan resiko keamanan pangannya.
3.1 Patogen Dalam Buah Dan Sayur Segar
Secara umum, buah memiliki kandungan karbohidrat dalam jumlah tinggi.
Kandungan asam-asam organik didalamnya menyebabkan pH buah relatif rendah
(4.0). Beberapa jenis buah juga mengandung minyak esensial yang bersifat
antimikroba. Kandungan karbohidrat yang tinggi dengan kondisi pH rendah
menyebabkan pertumbuhan mikroba pada buah didominasi oleh kapang, kamir
dan bakteri asam laktat. Sementara itu, kandungan karbohidrat sayuran bervariasi
antara rendah sampai sedang dengan kisaran pH 5.0 7.0. Rendahnya asam pada
sayuran menyebabkan sayur menjadi sangat mudah rusak karena pertumbuhan
berbagai jenis bakteri, kapang dan kamir dengan bakteri utama adalah bakteri
asam laktat, Enterobacter, Proteus, Pseudomonas, Micrococcus, Enterococcus dan
pembentuk spora. Sayuran juga dapat mengandung berbagai jenis kapang seperti
Alternaria, Fusarium dan Aspergillus.
Jumlah dan jenis mikroba di dalam buah dan sayur tergantung pada
kondisi lingkungan dan kondisi penanganannya. Umumnya, kandungan mikroba
buah bervariasi antara 103 106 koloni per-gram sementara pada sayuran sekitar
103 105 koloni per-cm2 atau 104 107 koloni per-gram. Kenapa buah dan
sayur yang dikonsumsi segar atau dikonsumsi dalam bentuk juice yang tidak
dipasteurisasi bisa menyebabkan keracunan atau foodborne diseases? Buah dan
sayur yang akan dikonsumsi segar biasanya tidak mengalami proses pemasakan
sebelum dikonsumsi. Sehingga, apapun yang kontak dan lalu menempel atau
tertinggal di produk ini akan ikut tertelan ketika mereka dikonsumsi.
Mikroba, termasuk mikroba patogen, yang mengkontaminasi buah dan
sayur segar bisa berasal dari segala sesuatu yang kontak dengan mereka selama
budidaya, pengolahan awal (pemanenan, penanganan pasca panen, distribusi) dan
preparasi buah dan sayur sebelum dikonsumsi. Pada saat diladang atau dikebun,
kontaminasi bisa berasal dari hewan liar, pupuk kandang, pekerja maupun air
yang digunakan untuk keperluan budidaya. Pada saat pengolahan awal,
kontaminasi bisa berasal dari air dan es yang digunakan untuk mencuci dan
mendinginkan produk, wadah dan peralatan yang digunakan serta pekerja.
Pada saat preparasi di jasa boga atau rumah tangga, kontaminasi kembali
bisa terjadi melalui penggunaan peralatan dan wadah yang kotor, permukaan dan
tangan untuk menangani buah dan sayur pada saat bersamaan juga dipakai untuk
menangani daging, ayam atau bahan hewani lainnya, melalui kontaminasi silang
selama penyimpanan atau dari pekerja yang menangani buah dan sayur segar
tersebut dalam kondisi sakit atau terinfeksi patogen (tetapi tidak menunjukkan
gejala sakit).
Di Amerika Serikat, data yang dikumpulkan oleh Centers for Disease
Control and Prevention menunjukkan terjadinya peningkatan kasus infeksi dan
keracunan yang dihubungkan dengan konsumsi buah dan sayur segar serta juice
yang tidak dipasteurisasi. Hal ini sejalan dengan meningkatnya konsumsi buah
dan sayur segar di negara tersebut. Beberapa patogen yang berhasil diisolasi dari
produk
dan
juice
segar
dapat
dilihat
pada
Tabel
1.
air
yang
terkontaminasi
bisa menjadi
kendaraan
untuk
mengkontaminasi buah dan sayur, maka kebersihan air yang digunakan menjadi
faktor kritis terutama bagi buah dan sayur yang akan dikonsumsi dalam bentuk
segar, yang tidak dan/atau hanya mengalami proses pengolahan yang minimal
(tanpa pemanasan). Air yang digunakan untuk keperluan budidaya maupun untuk
pendinginan dan pengolahan harus air bersih. Air tercemar yang digunakan untuk
irigasi juga bisa menjadi sumber kontaminasi pada produk, jika selama proses
irigasi air tersebut kontak dengan bagian tanaman yang sifatnya dapat dimakan
(bagian edible portion).
2. Perlindungan dari kontaminasi fekal.
Selama diladang atau dikebun, buah dan sayur sangat mudah
terkontaminasi secara langsung atau tidak langsung dengan pupuk yang berasal
dari kotoran hewan (kompos), kotoran hewan maupun kotoran manusia.
Pemotongan jaringan tanaman pada saat panen meningkatkan peluang masuknya
patogen dari permukaan potongan yang terkontaminasi ke bagian dalam tanaman.
4.1 Kesimpulan
a. Safety Food (keamanan pangan) diartikan sebagai kondisi pangan aman
untuk dikonsumsi. Safety Food secara garis besar digolongkan menjadi 2
yaitu aman secara rohani dan aman secara jasmani.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Safety Food
1) Bahaya biologis atau mikrobiologis terdiri dari parasit (protozoa dan
cacing), virus, dan bakteri patogen
2) Bahaya kimia pada umunya disebabkan oleh adanya bahan kimia yang
dapat menimbulkan terjadinya intoksikasi.
3) Bahaya fisik terdiri potongan kayu, batu, logam, rambut, dan kuku
yang kemungkinan berasal dari bahan baku yang tercemar, peralatan
yang telah aus, atau juga dari para pekerja pengolah makanan.
c. Dibalik sayur dan buah segar juga mengandung pathogen yang bisa
mengancam kesehatan manusia.
DAFTAR PUSTAKA